You are on page 1of 20

MATERIALITAS DAN RSIKO AUDITING 1 (110200175) (111200053) (111200076) (111200077)

1. 2. 3. 4.

Pandji Muhtam Hardi Ibnu Pradito Wisnu Putra Iriawan Yaswin Muhammad

MATERIALITAS DAN RESIKO A. MATERIALITAS Materialitas mendasari penerapan standar auditing, terutama yang berkaitan dengan penerapan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan auditor bentuk baku. Materialitas dan risiko sangat fundamental bagi perencanaan audit dan perancangan pendekatan audit. Risiko audit dan materialitas , bersama dengan hal-hal lain, perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur. Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas sebagai : Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut. Definisi diatas mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan keadaan-keadaan yang berhubung dengan satuan usaha (perusahaan klien), dan informasi yang diperlukan oleh mereka yang akan mengandalkan pada laporan keuangan yang telah diaudit. Karena tanggung jawab menentukan apakah laporan keuangan salah saji secara material, auditor harus, berdasarkan temuan salah saji yang material, menyampaikan hal itu kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau keseluruha, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak penting. Auditor mengikuti lima langkah yang saling terkait erat dalam menerapkan materialitas. A1. MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL Pertimbangan materialitas awal merupakan jumlah maksimal dimana auditor yakin terdapat salah saji dalam laporan keuangan namun tidak memengaruhi keputusan-keputusan para pengguna yang rasional. Penilaian ini merupakan salah satu keputusan yang paling penting yang harus diambil oleh audior, dan sangat membutuhkan pemahaman dan pertimbangan professional yang tinggi. Auditor menetapkan pertimbangan materialitas

awal untuk membantunya merencanakan pengumpulan bukti-bukti audit yang tepat. Selama melakukan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan awal yang diistilahkan sebagai penilaian materialitas yang direvisi. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penilaian: a. Materialitas Merupakan Konsep Relative, Bukan Absolute Sebuah salah saji dengan besaran tertentu dapat menjadi material bagi suatu perusahaan kecil , sebaiknya dengan jumlah salah saji yang sama dapat menjadi tidak material bagi perusahaan yang besar. Sehingga tidak mungkin untuk menetukan acuan nilai nominal untuk pertimbangan materialitas awal yang dapat diterapkan untuk semua klien audit. b. Dibutuhkan Dasar untuk Mengevaluasi Materialitas Karena materialitas adalah konsep yang relative, sehingga sangat penting untuk memiliki dasar dalam menentukan apakah suatu jumlah tertentu material atau tidak.laba bersih sebelum pajak biasanya dijadikan sebagai dasar dalam menentukan materialitas bagi perusahaan yang berorientasi laba karena dianggap sebagai unsure yang sangat penting bagi para penggunanya. c. Faktor-Faktor Kualitatif Juga Memengaruhi Materialitas Beberapa jenis salah saji tertentu seringkali dianggap lebih penting bagi para pengguna laporan dibandingkan dengan sejumlah salah saji jenis lainnya, walaupun jika ternyata nilai dollar dari seluruh salah saji tersebut sama nilainya. FASB dan AICPA pada saat ini tidak bersedia menyediakan berbagai panduan spesifik tentang materialitas bagi para praktisi, karena berbagai panduan semacam itu barangkali akan langsung diterapkan tanpa mempertimbangkan semua kompleksitas yang seharusnya mempengaruhi pertimbangan akhir auditor. A2. MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL KESETIAP BAGIAN (SALAH SAJI YANG DAPAT DITERIMA) Pengalokasian pertimbangan materialitas awal kesetiap bagian merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti audit per bagian dibandingkan dengan laporan keuangan secara keseluruhan. Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan materialitas awal

pada saldo-saldo akun, materialitas yang dialokasikan setiapsaldo akun yang dimaksud dalam PSA 25 (SA 312) sebagai salah saji yang dapat diterima. A3. MENGESTIMASI NILAI SALAH MEMBANDINGKANYA DENGAN PENDAHULUAN SAJI SERTA PERTIMBANGAN

Dua tahap sebelumnya merupakan perencanaan sementara. tiga tahap terakhir yang dibahas sekaligus dalam sub bab ini merupakan hasil dari pelaksanaan sejumlah uji audit. Dalam sub bab ini hanya akan menampilkan keterkaitan ketiga tahap tersebut dengan dua tahap sebelumnya. Pada saat auditor menemukan salah saji pada setiap segmen, maka ia harus mencatatnya dalam kertas kerja. Mengestimasi atau mentotal salah saji tiap-tiap segmen adalah tahap ketiga dalam penerapan materialitas. Nilai total tiap segmen disebut suatu estimasi atau suatu proyeksi. Kemudian tahap keempat adalah menggabungkan proyeksi tiap segmen dalam selembar kertas kerja. Pada tahap akhir auditor membandingkan total gabungan salah saji tersebut dengan tingkat materialitas yang ditetapkan sebelumnya. B. RESIKO Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya. Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan atas dasar bukti yang diperoleh dari verivikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit pada tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah. Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit. Ketidakpastiaan mengenai kompetensi bahan bukti, efektifitas struktur pengendalian interen klien, dan ketidakpastian laporan keuangan. Kebanyakan dari resiko tersebut sukar diukur dan memerlukan penanganan yang hati-hati dan seksama.

Model Resiko Audit PDR = AAR/(IR*CR) IR x CR PDR = Risiko penemuan yang direncanakan ( Planned Detection Risk ) AAR = Risiko audit yang dapat diterima ( Acceptable Audit Risk ) IR = Risiko bawaan ( Inherent Risk ) CR = Risiko pengendalian ( Control Risk )

Jenis - Jenis Risiko a. Risiko penemuan yang direncanakan ( Planned Detection Risk ) Risiko perjanjian (engagement risk) adalah risiko yang akan diderita oleh auditor atau firma audit akibat hubungan dengan klien, walaupun laporan audit yang dibuat, bagi klien tersebut telah dibuat dengan benar. b. Risiko Bawaan ( Inherent Risk ) Risiko inheren merupakan suatu ukuran yang dipergunakan oleh auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji yang material (kekeliriuan atau kecurangan) dalam suatu segmen sebelum ia mempertimbangkan keefektifan dari pengendalian inheren yang ada. Dengan mengasumsikan tiadanya pengendalian intern, maka risiko inheren ini dapat dinyatakan sebagai kerentaan laporan keuangan terhadap timbulnya salah saji yang material. Hubungan antara risiko inheren dengan risiko deteksi terencana serta dengan bukti audit yang direncanakan adalah sebagai berikut : resiko inheren saling berlawanan dengan resiko deteksi terencana serta memiliki hubungan yang searah dengan bukti audit. c. Risiko pengendalian ( Control Risk ) Adalah Risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi sacara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini ditentukan oleh efektifitas kebijakan dan prosedur pengendalian intern untuk mencapai tujuan umum pengendalian intern yang relevan dengan audit atas laporan keuanagan entitas. Risiko pengendalian tertentu akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern. d. Risiko audit yang dapat diterima ( Acceptable Audit Risk ) Risiko audit yang dapat diterima mengukur tingkat kesediaan auditor untuk menerima kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan

setelah audit telah selesai dijalankan dan opini wajar tanpa pengecualian telah diterbitkan. C. PENILAIAN RISIKO 1. Menilai Risiko Yang Dapat Diterima ( Acceptable Audit Risk ) Dalam sebuah pengauditan, auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima, lebih utama dilakukan selama masa perencanaan. Pertama, auditor menetapkan risiko kontrak kerja dan kemudian menggunakan risiko kontrak kerja tersebut untuk memodifikasi risiko audit yang dapat diterima. Dampak Risiko Kontrak Kerja Terhadap Risiko Audit Yang Dapat Diterima Risiko kontrak kerja (engagement risk) adalah risiko dimana auditor atau KAP akan mendapat masalah setelah audit diselesaikan, meskipun laporan audit sudah benar. Risiko kontrak kerja sangat terkait erat dengan risiko bisnis klien. Sangat penting untuk dicatat bahwa auditor tidak menyetujui mengenai apakah risiko kontrak kerja harus dipertimbangkan dalam perencanaan audit. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Risiko Audit 1. Tingkat Ketergantungan Pengguna Eksternal Laporan Keuangan Faktor-faktor yang merupakan indicator yang baik untuk menilai tingkat ketergantungan para pengguna terhadap laporan keuangan : a. Ukuran klien Umumnya, makin besar kegiatan operasi klien, makin luas penggunaan laporan keuangan. Ukuran klien, yang diukur dengan asset total atau pendapatan total, akan berpengaruh terhadap risiko audit yang dapat diterima. b. Distribusi kepemilikan Laporan keuangan perusahaan public umumnya diandalkan oleh lebih banyak pengguna dibandingkan dengan perusahaan tertutup lainnya. Untuk perusahaan public ini, pihak yang berkepentingan lainnya adalah SEC, analisis keuangan, dan masyarakat umum. c. Sifat dan jumlah liabilitas Ketika laporan memiliki sejumlah besar liabilitas,besar kemungkinan laporan tersebut akan digunakan secara lebih luas oleh para kreditor yang ada ataupun para calon

kreditor dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki lebih sedikit liabilitas. 2. Kemungkinan Klien Akan Mengalami Kesulitan Keuangan Setelah Laporan Audit Diterbitkan Sulit bagi auditor untuk memprediksi kegagalan keuangan sebelum hal itu terjadi, namun beberapa factor berikut dapat menjadi indicator yang baik atas meningkatnya kemungkinan kegagalan keuangan tersebut. a. Posisi likuiditas Jika klien terus menerus kekurangan kas dan modal kerja, hal ini mengindikasikan adanya masalah dimasa mendatang dalam pembayaran utang-utangnya. Auditor harus menilai kemungkinan dan seberapa besar penurunan posisi likuiditas yang terjadi terus-menerus. b. Laba (rugi) ditahun-tahun sebelumnya Sangat penting untuk mempertimbangkan perubahan laba relative terhadap saldo yang tersisa dalam saldo laba. c. Metode pertumbuhan pembiayaan Auditor harus mengevaluasi apakah asset tetap klien dibiayai oleh pinjaman jangka pendek atau jangka penjan, karena sejumlah besar kas keluar yang dibutuhkan dalam waktu yang singkat akan memaksa perusahaan untuk mengalami kebangkrutan. d. Sifat kegiatan operasi klien Beberapa jenis bisnis secara alamiah lebih berisiko dibandingkan dengan bisnis lainnya. e. Kompetensi manajemen Manajemen yang kompeten secara terus menerus akan mewaspadai adanya potensi kesulitan keuangan dan memodifikasinya dengan berbagai metode operasi untuk meminimalkan pengaruh dari masalah jangka pendek. Auditor harus menilai kemampuan manajemen sebagai bagian dari evaluasi atas kemungkinan terjadinya kebangkrutan. 3. Evaluasi Auditor Terhadap Integritas Manajemen Perusahan-perusahaan dengan integritas rendah sering kali menjalankan aktivitas bisnis mereka dengan cara-cara yang dapat menimbulkan konflik dengan para pemegang sahamnya, pemerintah dan pelanggannya. Pada akhirnya, konflik-konflik tersebut sering kali tercermin dalam persepsi pengguna terhadap kualitas audit dan dapat mengakibatkan adanya tuntutan hukum dan ketidaksetujuan lainnya.

Membuat Keputusan Risiko Audit yang Dapat Diterima Evaluasi yang biasanya dilakukan untuk risiko audit yang dapat diterima adalah tinggi, sedang atau rendah, dimana risiko audit yang dapat diterima rendah berarti bagi klien yang berisiko harus mendapatkan bukti yang lebih banyak, penugasan staf audit yang lebih bepengalaman, dan/atau penelaahan yanag lebih mendalam atas dokumentasi audit. Sejalan dengan perkembangan kemajuan kontrak kerja, auditor mendapatkan informasi tambahan mengenai klien, sehingga risiko audit yang dapat diterima dapat dimodifikasi. 2. Menilai Risiko Inheren (Inherent Risk) Auditor melakukan penilaian risiko inheren selama tahap perencanaan dan memperbaharui penilaian tersebut selama audit berlangsung. Auditor harus mengevaluasi informasi yang mempengaruhi risiko inheren serta memutuskan faktor risiko inheren yang tepat bagi setiap tujuan audit. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Inheren : a. Sifat bisnis klien Risiko inheren untuk akun tertentu dipengaruhi oleh sifat bisnis klien. Pemahaman auditor atas bisnis klien akan membantu menilai risiko inheren ini. b. Hasil audit sebelumnya Salah saji yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya dapat ditemukan lagi dalam audit tahun berjalan. Oleh karena itu auditor tidak boleh mengabaikan hasil audit tahun sebelumnya selama mengembangkan proses audit di tahun berjalan. c. Penugasan awal vs penugasan berulang Auditor akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang kemungkinan salah saji setelah mengaudit klien selama beberapa tahun. Auditor menetapkan risiko inheren yang tinggi pada tahun pertama audit dan mengurangi tinggkat risikonya pada tahun berikutnya karena telah semakin memahami klien. d. Pihak pihak yang terkait Pihak yang terkait yaitu perusahaan induk dengan perusahaan anak, serta manajemen dan entitas perusahaan. Risiko inheren atas transaksi pihak yang terkait ini sangat tinggi karena kemungkinan salah saji yang lebih besar.

e. Transaksi non rutin Transaksi yang tidak biasa bagi klien lebih besar resikonya dibandingkan transaksi rutin karen pengalaman untuk transaksi non rutin masih sedikit. f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat Auditor harus memperbesar risiko inheren karena banyak akun memerlukan estimasi dan banyak pertimbangan manajemen. g. Unsur- unsur populasi Seluruh item yang membentuk populasi mempengaruhi ekspektasi auditor mengenai salah saji yang material h. Faktor faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang dan misapropriasi aktiva Menurut konsep maupun praktik sangat sulit memisahkan faktor faktor risiko kecurangan ke dalam risiko yang dapat diterima ataupun risiko inheren. Menurut Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan BPK Secara kualitatif, risiko inheren terbagi menjadi lebih rendah dan lebih tinggi. Pemeriksa dapat mendokumentasikan penilaian risiko inherennya pada setiap level melalui formulir Audit Risk Matrix (ARM). Berdasarkan analisis pada matriks ARM maka dihasilkan akun-akun apa saja yang signifikan dan beresiko tinggi terhadap kewajaran laporan keuangan. a. Lebih tinggi atau 100%. Pada saat pemeriksa mengidentifikasi risiko tertentu atau faktor lain yang menimbulkan keyakinan bahwa terdapat kemungkinan yang lebih besar akan terjadinya kesalahan atas hal yang menurut pemeriksaan penting, pemeriksa akan menilai risiko inheren bagi asersi laporan keuangan yang relevan dengan kriteria lebih tinggi. Pemeriksa juga menganggap risiko inheren sebagai 100% sebagai hasil pertimbangan profesionalnya dan bersifat konservatif. b. Lebih rendah atau <100%. Jika pemeriksa yakin bahwa kecil kemungkinan terjadinya kesalahan atas hal yang menurut pemeriksaan penting (dengan asumsi tidak ada pengendalian), pemeriksa akan memberi penilaian dengan kriteria lebih rendah.

3.

Menilai Risiko Deteksi Yang Direncanakan (Planned Detection Risk) Para auditor menetapkan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima (risiko deteksi yang direncanakan) yang mempengaruhi tes-tes substantif yang mereka lakukan. a. Jika tingkat risiko deteksi yang direncanakan rendah, maka auditor akan mengumpulkan bukti sebanyak mungkin untuk menurunkan risiko kesalahan saji . b. Tingkat risiko deteksi yang direncanakan tinggi maka auditor mengurangi pengumpulan bukti . Menurut Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan BPK, Ada dua jenis risiko deteksi berkaitan dengan audit sampling, yaitu risiko prosedur analitis dan risiko pengujian substantive. a. Risiko prosedur analitis berasal dari keputusan pemeriksa untuk menggunakan pertimbangannya dan menentukan apakah prosedur analitis merupakan prosedur yang efektif dan efisien dalam mendapatkan bukti pemeriksaan yang memadai. b. Penilaian risiko prosedur analitis sangat subyektif dan sulit untuk dikuantifikasikan. Oleh sebab itu biasanya pemeriksa secara konservatif memberikan nilai risiko ini cukup tinggi, yaitu antara 40% hingga 100%.

4.

Menilai Risiko Pengendalian (Control Risk)

Auditor harus memahami perancangan dan pengimplementasian pengendalian internal untuk melakukan penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian. Setelah memahami pengendalian internal, auditor dapat membuat penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian sebagai bagian dari penilaian risiko secara keseluruhan. Penilaian ini merupakan ukuran ekspektasi auditor bahwa pengendalian internal akan mencegah salah saji material atau mendeteksi dan mengoreksinya jika terjadi. Banyak auditor menggunakan matriks risiko pengendalian (control risk matrix) untuk membantu proses penilaian risiko pengendalian. Tujuannya adalah menyediakan cara yang mudah untuk mengatur penilaian risiko pengendalian bagi setiap tujuan audit.

Langkah langkah dalam penilaian risiko pengendalian: Mengidentifikasi tujuan audit Mengidentifikasi pengendalian yang ada Menghubungkan pengendalian dengan tujuan audit Mengidentifikasi dan mengevaluasi defisiensi pengendalian, defisiensi yang signifikan dan kelemahan yang material Menghubungkan defisiensi yang signifikan dan kelemahan yang material dengan tujuan audit terkait. Menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit.

Menurut Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan BPK Setelah pemeriksa menilai risiko inheren, risiko pengendalian juga harus dinilai sebagai bagian proses penilaian risiko dalam pemeriksaan keuangan. Penilaian risiko pengendalian merupakan estimasi terhadap risiko pengendalian intern yang sangat bergantung pada bagaimana hasil evaluasi pemeriksa yang bersangkutan terhadap pengendalian intern entitas yang diperiksa, meskipun pertimbangan profesional pemeriksa masih juga menentukan. Apabila sistem pengendalian intern entitas yang diperiksa telah dirancang secara memadai, dan pengujian ketaatan yang dilaksanakan pemeriksa menunjukkan bahwa pengendalian tersebut telah dijalankan secara memadai pula, maka pemeriksa akan merasa bahwa pengendalian intern tersebut dapat diandalkan, yang berarti bahwa dia akan memberikan estimasi yang cukup rendah terhadap risiko ini. Demikian pula sebaliknya. Berdasarkan matriks CRM, Pemeriksa dapat menilai risiko pengendalian menjadi "minimum, "moderat atau "maksimumuntuk dimasukkan kedalam matriks ARM. a. Minimum atau keyakinan pemeriksa sangat terjamin atas efektivitas pengendalian intern dengan rentang risiko pengendalian sebesar 10-30%. Pemeriksa menilai pengendalian sebagai efektif dan melaksanakan test of controls untuk mengkonfirmasikan bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif sepanjang periode. Pemeriksa mengevaluasi kecukupan dari bukti yang sudah diperoleh serta apakah bukti ini mendukung penilaian "minimum". Jika pemeriksa menyimpulkan bahwa bukti-bukti

pemeriksaan tidak mendukung penilaian ini, pemeriksa mempertimbangkan kembali evaluasinya atas efektivitas pengendalian. Jika pengendalian ditemukan ternyata tidak efektif, pemeriksa menilai risiko pengendalian sebagai "maksimum". b. Moderat atau keyakinan pemeriksa cukup terjamin atas efektivitas pengendalian intern dengan rentang risiko pengendalian sebesar 31-70%. Pemeriksa menyimpulkan bahwa desain dari pengendalian adalah efektif, tetapi pemeriksa tidak melakukan test of controls untuk mengkonfirmasikan efektifitas pelaksanaannya sepanjang periode. Pemeriksa juga mempertimbangkan apakah pelaksanaan walkthrough yang dilakukan oleh pemeriksa terhadap pengendalian memberikan bukti yang cukup untuk menilai risiko sebagai "moderat". Jika pemeriksa menyimpulkan bahwa bukti tidak mendukung penilaian ini, pemeriksa mempertimbangkan untuk mendapatkan bukti-bukti tambahan untuk mendukung penilaian moderat, atau menilai risiko pengendalian sebagai "maksimum". Penilaian risiko pengendalian ini tidak berlaku untuk akun-akun atau asersi-asersi yang dipengaruhi oleh transaksi-transaksi yang bersifat estimasi, seperti penyusutan, penyisihan piutang ragu-ragu. c. Maksimum atau keyakinan pemeriksa tidak terjamin atas efektivitas pengendalian intern dengan rentang risiko pengendalian sebesar 71-100%. Pemeriksa menilai risiko pengendalian sebagai maksimum ketika (1) bukti pemeriksaan mengindikasikan bahwa pengendalian tidak efektif, atau (2) setelah memperoleh pemahaman yang memadai mengenai proses entitas yang diperiksa: Pemeriksa percaya bahwa pengendalian nampaknya akan tidak efektif, atau Pemeriksa sudah mengidentifikasi prosedur-prosedur uji substantif yang efisien dan efektif yang diyakini penting untuk mendukung saldo akun terkait.

D. HUBUNGAN ANTARA RESIKO DENGAN BUKTI AUDIT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESIKO
Resiko Akseptibilitas Audit

FAKTOR YANG MEMPENG ARUHI RISIKO

Z Y
Resiko Inheren Resiko Deteksi Terencana

Z Y
Bukti Audit yang Direncanakan

Y
Resiko Pengendalian

Gambar di atas mengikhtisarkan berbagai faktor yang menentukan masing-masing tingkat resiko, pengaruh dari ketiga komponen resiko pada penetapan resiko deteksi terencana, serta hubungan keempat faktor resiko tersebut pada bukti audit yang direncanakan. Huruf Z pada gambar mengindikasikan suatu hubungan yang searah antara suatu komponen resiko dengan resiko deteksi terencana atau bukti audit yang direncanakan. Huruf Y mengindikasikan suatu hubungan yang terbalik. Sebagai contoh, suatu peningkatan pada resiko akseptibilitas audit akan mengakibatkan suatu peningkatan pada resiko deteksi terencana (Z) serta suatu penurunan pada bukti audit yang direncanakan (Y). Resiko Audit untuk Segmen - Segmen Baik resiko pengendalian maupun resiko inheren umumnya ditentukan bagi setiap siklus, setiap akun, dan seringkali pula bagi setiap tujuan audit, bukan bagi keseluruhan penugasan audit, dan kemungkinan besar akan sangat bervariasi dari satu siklus ke siklus lainnya, sari satu akun ke akun lainnya, serta dari satu tujuan audit ke tujuan audit lainnya untuk suatu penugasan audit saja. Pengendalian intern barangkali memiliki tingkat keefektifan yang lebih tinggi untuk sejumlah akun yang terkait dengan saldo daripada atas akun-akun yang terkait dengan aktiva tetap. Selanjutnya, resiko pengendalian pun akan berbeda bagi akun-akun yang berbeda. Resiko akseptibilitas audit umumnya ditetapkan oleh auditor selama fase perencanaan dan ditetapkan pada tingkat yang sama bagi setiap siklus

dan akun utama. Para auditor umumnya mempergunakan tingkat resiko akseptibilitas audit yang sama bagi setiap segmen karena berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat resiko akseptibilitas audit terkait dengan seluruh aspek penugasan audit, bukan pada masing-masing akun. Tetapi, pada beberapa kasus, tingkat resiko akseptibilitas audit yang lebih rendah barangkali akan lebih tepat bagi suatu akun daripada akun-akun lainnya. Dalam contoh terdahulu, walaupun auditor memutuskan untuk menggunakan suatu tingkat resiko akseptibilitas audit yang menengah bagi keseluruhan penugasan audit, auditor dapat saja memutuskan untuk mengurangi tingkat resiko akseptibilitas audit hingga tingkat yang rendah bila ternyata persediaan tersebut dipergunakan sebagai jaminan atas suatu kredit jangka pendek. Beberapa auditor menggunakan tingkat resiko akseptibilitas audit yang sama dengan tingkat resiko akseptibilitas audit atas keseluruhan penugasan audit bagi setiap segmen auditnya, sementara sejumlah auditor lain menggunakan suatu tingkat resiko akseptibilitas audit yang lebih tinggi bagi setiap segmen. Karena tingkat resiko pengendalian dan tingkat resiko inheren sangat bervariasi dari satu siklus ke siklus lainnya, dari satu akun ke akun lainnya, atau dari satu tujuan audit ke tujuan audit lainnya, maka tingkat resiko deteksi terencana serta jumlah bukti audit yang direncanakan pun semakin bervariasi. Setiap penugasan didasari oleh situasi-situasi yang berbeda, serta rentang bukti audit yang diperlukan akan tergantung pada sejumlah situasi yang unik. Sebagai contoh, pada suatu penugasan audit, akun persediaan barangkali akan membutuhkan pengujian yang ekstensif akibat dari lemahnya pengendalian intern serta akibat dari pertimbangan tentang tingkat keusangan yang terjadi dari sejumlah perubahan teknologi yang terdapat dalam industry. Dalam penugasan audit yang sama, akun piutang dagang barangkali hanya memerlukan sedikit pengujian saja karena efektifnya tingkat pengendalian intern yang ada, tingkat penagihan piutang yang tinggi, serta temuan audit yang baik pada penugasa audit tahun-tahun sebelumnya. Maka bagi suatu audit atas persediaan, auditor dapat menetapkan suatu penilaian bahwa di dalam akun tersebut terdapat suatu tingkat resiko inheren yang tinggi atas suatu salah saji dalam nilai yang terealisasi akibat dari tingginya potensi keusangan persediaan, tetapi menetapkan suatu tingkat resiko inheren yang rendah atas suatu salah saji dalam klasifikasi karena pada klien tersebut hanya terdapat persediaan yang dibeli dari pihak ketiga saja.

Pemakai yang dapat ditentukan sebelumnya Resiko kecurangan bisa dinilai untuk seluruh audit atau per siklus, akun dan tujuan. Umpamanya, sebuah insentif kuat untuk manajemen agar memenuhi harapan pendapatan yang cukup agresif bisa mempengaruhi audit sedangkan kerentanan terhadap pencurian persediaan bisa mempengaruhi akun persediaan. Baik untuk resiko kecurangan pelaporan keuangan dan resiko penyalahgunaan aktiva, fokusnya berada pada area khusus dan meningkatnya resiko kecurangan dan merancang prosedur audit atau mengubah keseluruhan perilaku audit untuk merespon resiko tersebut. Mengaitkan Nilai Salah Satu yang Masih Dapat Ditoleransi dan ResikoResiko kepada Tujuan Audit yang Terkait dengan Saldo Walaupun merupakan hal yang umum dipraktekkan untuk melakukan penilaian atas resiko inheren dan resiko pengendalian bagi setiap tujuan audit yang terkait dengan saldo, tetapi melakukan alokasi materialitas pada setiap tujuan audit bukanlah hal yang biasa dilakukan. Para auditor dapat mengasosiasikan sebagian besar resiko pada berbagai tujuan audit yang berbeda dengan efektif. Menentukan hubungan antara suatu resiko dengan satu atau dua tujuan audit cukup mudah untuk dilakukan. Sebagai contoh, tingkat keusangan persediaan kemungkinan besar tidak akan mempengaruhi tujuan audit lainnya selain dari tujuan audit atas nilai yang terrealisasi. Merupakan hal yang lebih sulit untuk memutuskan berapa besar seharusnya tingkat materialitas yang harus dialokasikan pada suatu akun tertentu untuk dialokasikan kembali pada satu atau dua tujuan audit. Mayoritas auditor tidak memiliki keinginan untuk melakukan hal tersebut Batasan Batasan Pengukuran Satu batasan utama dalam penerapan model resiko audit ini adalah kesulitan pengukuran berbagai komponen model. Walaupun auditor telah mencoba upaya yang terbaik dalam membuat perencanaan audit, penilaian atas resiko akseptibilitas audit, resiko inheren, dan resiko pengendalian, serta selanjutnya atas resiko deteksi terencana sangatlah subyektif dan terdiri dari sejumlah perkiraan terbaik. Untuk mengimbangi masalah pengukuran ini sebagian besar auditor mempergunakan istilah istilah pengukuran yang lebar dan subyektif, seperti rendah, sedang, dan tinggi. Kertas Kerja Perencanaan Bukti Untuk Pengujian Atas Rincian Saldo Para praktisi audit mengembangkan berbagai jenis kertas kerja untuk membantu menghubungkan pertimbangan yang mempengaruhi bukti audit dengan bukti yang tepat yang harus di kumpulkan. Salah satu jenis kertas

kerja semacam itu di sajikan dalam gambar di bawah ini untuk audit piutang usaha Hillsburg Hardware Co. Nilai yg dapat di realisasi tinggi Detail tie in kelengkapan

Pisah batas

keakuratan

klasifikasi

eksistensi

Risiko audit tinggi yang dapat di terima Risiko inheren rendah Risiko pengendalian penjualan Risiko pengendalian penerimaan kas Risiko pengendalian pengendalian tambahan Pengujian substantif atas transaksi penjualan Pengujian substantif atas transaksi penerimaan kas Prosedur analitis Risiko deteksi yang di rencanakan untuk pengujian atas perincian saldo Bukti audit yang direncanakan atas perincian saldo

tinggi

tinggi

tinggi

tinggi

tinggi

Tinggi

sedang rendah rendah rendah sedang sedang rendah

hak

Hubungan antara Resiko, Materialitas, dan Bukti Audit Konsep konsep materialitas dan resiko dalam auditing saling terkait erat dan tak terpisahkan. Resiko merupakan suatu pengukuran atas ketidakpastian, sementara materialitas merupakan suatu pengukuran atas ukuran atau besaran. Secara bersama-sama, kedua hal tersebut mengukur tingkat ketidakpastian suatu nilai pada suatu besaran tertentu. Sebagai contoh, suatu pernyataan bahwa auditor berencana untuk mengumpulkan bukti audit sedemikian rupa hingga hanya terdapat suatu tingkat resiko (resiko akseptibilitas audit) sebesar 5 persen saja atas kegagalan dalam mengungkapkan suatu salah saji yang melebihi nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi sebesar $400,000 (materialitas) merupakan suatu pernyataan yang sangat akurat dan penuh arti. Jika, baik bagian yang menyatakan risiko atau materialitas dari pernyataan tersebut dihapuskan, maka pernyataan tersebut tidak akan memiliki arti apapun. Suatu tingkat risiko sebesar 5 persen tanpa diikuti dengan suatu ukuran materialitas yang spesifik dapat menyatakan secara tidak langsung bahwa suatu salah saji yang bernilai $100 atau $1,000,000 pun dapat diterima. Suatu overstatement sebesar $442,000 tanpa diikuti dengan suatu tingkat risiko yang spesifik dapat menyatakan secara tidak langsung bahwa suatu tingkat risiko sebesar 1 persen atau 80 persen pun dapat diterima. E. EVALUASI HASIL

Setelah auditor merencanakan penugasan dan mengumpulkan bukti audit,hasil-hasilnya dapat diyatakan dalam versi evaluasi model resiko audit. SAS107 menyatakan model resiko audit untuk mengevaluasi hasilhasil audit sebagai, AcAR = IR x CR x AcDR di mana: AcAR = Achieved Audit Risk (risiko audit yang dicapai). Ukuran risiko yang sudah diambil auditor bahwa suatu akun dalam laporan disalahsajikan secara material setelah auditor mengumpulkan bukti audit. IR = Inherent Risk (risiko inheren). Factor risiko inheren yang sama yang dibahas dalam perencanaan kecuali sudah direvisi karena ada informasi baru.

CR = Control Risk (risiko pengendalian). Risiko pegendalian yang sama yang telah dibahas sebelumnya kecuali sudah direvisi selama audit. AcDR = Achieved Detection Risk (risiko deteksi yang dicapai). Ukuran risiko bahawa bukti audit untuk suatu segmen tidak mendeteksi salah saji yang melampaui salah saji yang dapat ditoleransi, jika salah saji semacam itu memang ada. Auditor dapat mengurangi risiko deteksi yang dicapai ini hanya dengan mengumpulkan bukti. Berdasarkan riset, tidak tepat menggunakan rumus evaluasi ini untuk benar-benar menghitung risiko audit yang dicapai sebagai mana yang dinyatakan rumus di atas. Riset menununjukkan bahwa penggunaan rumus ini dapat mengakibatkan risiko audit yang dicapai kurang saji. Namun, hubungan yang ada dalam rumus itu valid dan harus digunakan dalam praktik. Rumus tersebut menunjukkan tiga cara untuk mengurangi risiko audit yang dicapai ke tingkat yang dapat diterima: 1. Mengurangi risiko inheren 2. Mengurangi risiko pengendalian 3. Mengurangi risiko deteksi yang meningkatkan pengujian audit substantive

dapat

dicapai

dengan

Penggabungan ketiga faktor tersebut secara subjektif untuk mencapai tingkat risiko audit yang cukup rendah membutuhkan pertimbangan profesional yang matang. Model risiko audit merupakan model perencanaan, sehingga penggunaannya terbatas pada mengevaluasi hasil audit saja.

Model risiko audit untuk merencanakan Bukti dan mengevaluasi Hasil


BUKTI YANG DIRENCANAKAN BUKTI AKTUAL L Risiko inheren

Risiko audit yang dapat diterima

bandingkan L

Risiko audit yang dicapai

Risiko pengendalian Risiko deteksi yang dicapai T

Bukti audit substa nsial

Risiko inheren

T T Risiko deteksi yang direncanakan T Bukti audit yang direncanakan

Risiko pengendalian

T Salah saji yang dapat ditoleransi L = hubungan langsung T = hubungan terbalik

Gambar tersebut menunjukkan model risiko audit untuk perencanaan dan evaluasi hasil audit. Sisi kanan gambar menunjukkan bahwa pengumpulan bukti yang lebih substantive dapat mengurangi risiko deteksi yang dicapai. Tingkat risiko deteksi yang dicapai lebih rendah beserta risiko inheren dan risiko pengendalian yang lebih rendah akan mengurangi risiko audit yang dicapai. Meskipun tidak ada kesulitan yang dihadapi oleh auditor dalam mengumpulkan bukti yang direncanakan dan menyimpulkan bahwa penilaian setiap risiko sudah wajar atau lebih baik daripada yang diduga semula, auditor tetap harus sangat hati-hati dalam mengambil keputusan. Penilaian awal atas risiko pengendalian atau risiko inheren dapat ditetapkan terlalu rendah atau risiko audit yang dapat diterima ditetapkan terlalu tinggi. Merevisi Risiko Dan Bukti Tidak ada kesulitan yang di hadapi ketika auditor mengumpulkan bukti yang di rencanakan dan menyimpulkan bahwa penilaian setiap risiko sudah wajar atau lebih baik ketimbang yang diduga semula. Auditor akan

menyimpulkan bahwa bukti yang tepat dan mencukupi telah dikumpulkan untuk akun atau siklus tersebut. Namun auditor harus sangat berhati hati sewaktu mengambil keputusan, berdasarkan bukti yang di kumpulkan, bahwa penilaian awal atas risiko pengendalian atau risiko inheren di tetapkan terlalu rendah atau risiko audit yang dapat diterima ditetapkan terlalu tinggi. Dalam keadaan seperti itu, auditor harus mengikuti pendekatan dua langkah. 1. Auditor harus merevisi penilaian awal atas tingkat risiko yang tepat. 2. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap kebutuhan bukti, tanpa menggunakan model risiko audit.

You might also like