You are on page 1of 130

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS I KEMBARAN

SKRIPSI

Oleh TATIK NOERHAYATI G1D010040

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO 2014

ii

iii

PERSEMBAHAN
Kaki yang akan berjalan lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang akan menatap lebih lama, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras, serta mulut yang akan selalu berdoa Allah SWT , terimakasih untuk semua anugerah-Mu yang menjadikanku seperti sekarang ini Dan untuk cahaya penuh kasih sayang & ketulusan, mamahku Ibu Sariningsih Untuk kekuatan penuh cinta & tanggungjawab, bapakku Bapak Darsim Untuk semangat & harapanku, adikku Diaz Erlangga Terimakasih selalu memberikan doa &dukungan yang tak ternilai harganya Untuk Ibu Eva Rahayu & Bapak Arif Zaenudin, terimakasih telah membimbing sepenuh hati hingga terselesainya skripsi ini. Untuk Bapak Endang Triyanto , terimakasih telah memberikan saran & dukungannya. Dan terimakasih untuk Ibu Luthfatul Latifah telah berkenan menjadi wakil komisi. Terimakasih teruntuk sixlable dan sahabat-sahabatku yang sampai saat ini selalu memberikan semangat, doa, dan motivasi. Terimakasih juga untuk seseorang yang telah memberikan semangat tiada tara (mas Fahmi F Fiqi). Terimakasih untuk para responden penelitianku di wilayah kerja Puskesmas I Kembaran Dan terimakasih untuk keluarga besar KEPERAWATAN UNSOED 2010 dan UFC yang takkan terganti, perjuangan kita belum berakhir hanya di skripsi ini. Seluruh orang-orang yang mungkin belum tersebutkan diatas, saya ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya.

Dalam hidup pasti ada yg datang dan pergi Memberi cinta atau menebus luka Namun bukankah tuhan selalu punya rencana Setelah hujan selalu ada pelangi Setelah luka pasti ada bahagia Setelah menunggu kan ada yang datang jika kau mau menunggu, berusaha, dan berdoa.

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Alamat

: Tatik Noerhayati : Gembong Hilir RT 01 RW 06, Desa Malabar, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah 53265

Tempat Tanggal Lahir : Cilacap, 09 September 1992 Jenis Kelamin Agama No Telp/Handphone Riwayat Pendidikan : Perempuan : Islam : 085647866613 :

1. SD Negeri 4 Malabar 2. SMP Negeri 1 Wanareja 3. SMA Negeri 1 Majenang 4. Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Riwayat Organisasi :

1. Bendahara I Unsoed Football Club (UFC) Tahun 2013 2. Divisi Basket NSC 2011

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan antara Sikap dan Perilaku Keluarga dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas I Kembaran yang penulis ajukan pada Komisi Skripsi Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan IlmuIlmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. Terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Warsinah, MSi., Apt., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. 2. Dr. Saryono, S.Kp., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. 3. Yunita Sari, S. Kep., Ns., MHS., Ph.D., selaku Ketua Komisi Skripsi Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. 4. Eva Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku dosen pembimbing 1 skripsi, yang telah bersedia meluangkan waktu dan ketelatenannya dalam memberikan bimbingan sejak awal sampai akhir penulisan dan penyusunan skripsi ini. 5. Arif Zaenudin, S.Kep., Ns., selaku dosen pembimbing 2 skripsi, yang telah bersedia meluangkan waktu serta ketelatenannya dalam memberikan bimbingan sejak awal sampai akhir penulisan dan penyusunan skripsi ini.

vi

6. Endang Triyanto, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan pengarahan dan bimbingannya demi kesempurnaan penulisan dan penyusunan skripsi ini. 7. Seluruh anggota keluarga, khususnya kedua orang tua, adikku tercinta atas semua dorongan, kasih sayang, perhatian dan doa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan hidayah dan karuniaNya. 8. Teman-teman mahasiswa FKIK khususnya Keperawatan 2010 yang telah memberikan dukungan serta bantuan hingga dapat diselesaikannya skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas bantuan moral maupun material dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam skripsi ini, oleh karena itu diharapkan kritik maupun saran demi hasil yang lebih baik, semoga skripsi ini mendapat ridho dari Allah SWT dan bermanfaat bagi kita semua.

Purwokerto,

Januari 2014

Tatik Noerhayati G1D010040

vii

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DM TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I KEMBARAN Tatik Noerhayati1 Eva Rahayu2 Arif Zaenudin3 Mahasiswa Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman 2 Departemen Keperawatan Komunitas, Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman 3 Puskesmas II Sokaraja ABSTRAK Latar Belakang: Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang disebabkan karena keadaan hiperglikemia (kadar gula dalam darah meningkat). DM dapat mengakibatkan komplikasi apabila tidak ditangani dengan tepat. Komplikasi tersebut akan memberikan efek terhadap kualitas hidup penderita. Kualitas hidup penderita DM mempunyai hubungan dengan peran keluarga. Sikap dan perilaku keluarga dalam perawatan penderita DM juga merupakan komponen-komponen yang berasal dari keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan penderita DM. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap dan perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas I Kembaran Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional terhadap 50 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukan hubungan yang signifikan antara sikap keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 (p = 0,001), dan hubungan antara perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 (p = 0,000) Kesimpulan: Ada hubungan antara sikap dan perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas I Kembaran Kata kunci : Diabetes Mellitus, keluarga, kualitas hidup.
1

viii

Relationship Between Attitudes and Behaviour of Families with Quality of Life Type 2 DM Patients In The Region Work Kembaran I Community Health Center Tatik Noerhayati1 Eva Rahayu2Arif Zaenudin3 Student of Nursing Majority, Faculty of Medical and Health Sciences Jenderal Soedirman University 2 Community Nursing Departement, Nursing Majority, Faculty of Medical and Health Sciences Jenderal Soedirman University 3 Sokaraja II Comumunity Health Center ABSTRACT Background: Diabetes mellitus (DM) is metabolic diseases that caused by condition in hiperglikemia (increased blood sugar levels). DM can lead to complications if not treated appropriately. These complications will give the effect on the quality of life patients. Quality of life patients with DM relates to family role. Attitude and behavior of families in the treatment of DM patients is also the components which come from families to increase the health level of DM patients. Purpose: The purpose of this research was to determine the relation between attitudes and behaviors of families with quality of life type 2 DM patients in the region work Kembaran I Community Health Center. Method: This research used the analytic method correlation with the approach of cross sectional to 50 respondents which satisfies the criteria inclusion. The sample obtained with purposive sampling technique. Result: Bivariat analysis results showed a significant relation between attitudes of families with quality of life type 2 DM patients (p = 0.001), and behavior of families with quality of life type 2 DM patients (p = 0.000). Conclusion: There was a relationship between attitude and behavior of the family with quality of life type 2 DM patients in the region work Kembaran I community Health Center. Key words:.Diabetes Mellitus, Family, Quality of life
1

ix

DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................... v PRAKATA ................................................................................................. vi ABSTRAK ................................................................................................. viii DAFTAR ISI .............................................................................................. x DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xvii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang.............................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ..................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6 E. Keaslian Penelitian ....................................................................... 7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ........................................................................... 12 1. Diabetes Mellitus .................................................................. 12 2. Kualitas Hidup penderita Diabetes Mellitus ......................... 24 3. Keluarga ................................................................................ 28 4. Sikap dan Perilaku ................................................................ 30 B. Kerangka Teori ........................................................................... 40 C. Kerangka Konsep........................................................................ 41 D. Hipotesis Penelitian .................................................................... 42 BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ........................................................................ 43 B. Populasi dan Sampel ................................................................... 44 C. Variabel Penelitian...................................................................... 45 D. Definisi Operasional Variabel ................................................... 46 E. Instrumen Penelitian ................................................................... 47 F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ........................................... 51 G. Jalannya Penelitian ..................................................................... 55 H. Analisis Data ............................................................................... 57 I. Etika Penelitian ........................................................................... 59
xi

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ........................................................................... 62 B. Pembahasan ................................................................................. 69 C. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 81 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. 83 B. Saran ........................................................................................... 84 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1 2.2 3.1 3.2 3.3 3.5 3.6 3.7 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6

Kadar gula darah sewaktu dan puasa ............................................... 13 Kriteria diagnosis ............................................................................. 13 Definisi Operasional......................................................................... 46 Kisi-kisi kuesioner sikap .................................................................. 48 Kisi-kisi kuesioner perilaku ............................................................. 49 Kisi-kisi kuesioner kualitas hidup .................................................... 50 Nilai korelasi butir pernyataan variabel sikap keluarga ................... 53 Nilai korelasi butir pernyataan variabel perilaku keluarga .............. 53 Distribusi responden berdasarkan usia ............................................. 63 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin .............................. 63 Distribusi responden berdasarkan pendidikan ................................. 64 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan .................................... 65 Distribusi kualitas hidup .................................................................. 65 Distribusi sikap dan perilaku keluarga ............................................. 66

xiii

4.7

Hubungan sikap keluarga terhadap kualitas hidup penderita DM tipe 2 ......................................................................... 67

4.8

Hubungan perilaku keluarga terhadap kualitas hidup penderita DM tipe 2 ......................................................................... 68

xiv

DAFTAR GAMBAR

2.1

Konsepsi Skematik Rosenberg & Hovland mengenai Sikap ........... 32 Skema Perilaku................................................................................. 34 Kerangka Teori ................................................................................. 40 Kerangka Konsep ............................................................................. 41

2.2
2.3

2.4

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Survey Pendahuluan Lampiran 2. Surat Ijin Validitas dan Reliabilitas Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian Lampiran 4. Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5. Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 6. Lembar Observasi Lampiran 7. Kuesioner Kualitas Hidup Lampiran 8. Kuesioner Sikap dan Perilaku Keluarga Penderita DM Lampiran 9. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Sikap dan Perilaku Keluarga Lampiran 10. Data Hasil Penelitian Lampiran 11. Analisis Univariat Lampiran 12. Analisis Bivariat Lampiran 13. Jadwal Penelitian Lampiran 14. Blangko Bimbingan/Konsultasi Skripsi Pembimbing I Lampiran 15. Blangko Bimbingan/Konsultasi Skripsi Pembimbing II

xvi

DAFTAR SINGKATAN

DM GODM IMT OHO TNM IRT SD SMP SMA PT PNS ADH PERKENI IMT TTGO

: Diabetes Mellitus : Gestasional Onset Diabetes Mellitus : Indeks Massa Tubuh : Obat Hipoglikemia Oral : Terapi Nutrisi Medis : Ibu Rumah Tangga : Sekolah Dasar : Sekolah Menengah Pertama : Sekolah Menengah Akhir : Perguruan Tinggi : Pegawai Negeri Sipil : Anti Diuretic Hormone : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia : Indeks Massa Tubuh : Test Toleransi Glukosa Oral

xvii

xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit kronis yang

menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas. Penyakit tersebut termasuk dalam gangguan metabolisme yang mempengaruhi produksi energi di dalam sel. Diabetes mellitus (DM) ditandai dengan hilangnya toleransi karbohidrat yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Price & Wilson, 2006). Penyakit ini dibagi menjadi 4 tipe utama yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lain, dan DM gestasional. DM tipe 1 terjadi karena adanya proses autoimun yang menghancurkan sel-sel beta pankreas sehingga tidak mampu menghasilkan insulin (Ulbritch, 2009). DM tipe 2 terjadi karena tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin sebagaimana mestinya (Smeltzer & Bare, 2002). DM dengan keadaan atau sindrom terjadi karena adanya kelainan-kelainan lain seperti sindrom cushing dan akromegali. DM gestasional merupakan penyakit DM yang dialami pertama kali selama masa kehamilan (Price & Wilson, 2006). Angka kejadian DM di dunia khususnya di negara berkembang pada tahun 2025 akan muncul 80% kasus baru (American Diabetes Federation, 2012). Saat ini, DM di tingkat dunia diperkirakan lebih dari 371 juta (American Diabetes Federation, 2012). Angka kejadian DM di Indonesia pada tahun 2000,

menempati urutan keempat yaitu 8,4 juta penduduk dengan DM, dan pada tahun 2030 diperkirakan akan mengalami peningkatan 2-3 kali lipat menjadi 21,3 juta penduduk dengan DM (Wild, 2004). Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Departemen Kesehatan, menunjukan bahwa angka kejadian DM di daerah urban Indonesia untuk usia 15 tahun mengalami peningkatan sebesar 5,7%. Angka kejadian terkecil terdapat di Propinsi Papua sebesar 1,7%, dan terbesar di Propinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai 11,1%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012, terdapat penderita DM sebanyak 509.319 orang. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, pada tahun 2012 data kunjungan penderita DM di Wilayah Kabupaten Banyumas sebesar 6,91 % dengan DM tipe 2, dan 1,14% dengan DM tipe 1. Data kunjungan penderita di wilayah kerja Puskesmas I Kembaran pada tahun 2012 menduduki peringkat kedua diseluruh Puskesmas Kabupaten Banyumas, dengan data kunjungan penderita sebanyak 120 orang. Hasil studi pendahuluan penelitian di Puskesmas I Kembaran yang wilayah kerjanya meliputi Desa Tambaksari, Desa Bantarwumi, Desa Dukuhwaluh, Desa Karangsoka, Desa Karangsari, Desa Kembaran, Desa Purbadana, dan Desa Linggasari menunjukkan angka penderita DM tipe 2 tahun sejumlah 56 orang dengan kunjungan sebanyak 73 kali terhitung sejak bulan Maret hingga September tahun 2013. DM dapat mengakibatkan komplikasi apabila tidak ditangani dengan benar. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu nefropati, retinopati, penyakit arteri coroner, penyakit serebrovaskuler, dan

pembuluh vaskuler perifer (Smeltzer & Bare, 2002). Komplikasi penyakit DM tersebut akan memberikan efek pada kualitas hidup penderita. Kemudian kualitas hidup akan mempengaruhi kesehatan penderita secara umum (Odilli, 2010). Penurunan kualitas hidup mempunyai hubungan yang signifikan terhadap angka kesakitan dan kematian, serta mempengaruhi usia harapan hidup penderita DM (Isa & Baiyewu, 2006). Kualitas hidup merupakan suatu kesejahteraan yang dirasakan oleh seseorang dan berasal dari kepuasan atau ketidakpuasan dengan bidang kehidupan yang penting bagi mereka. Persepsi subyektif tentang kepuasan terhadap berbagai aspek kehidupan dianggap penentu utama dalam penilaian kualitas hidup, karena kepuasan merupakan pengalaman kognitif yang menggambarkan penilaian terhadap kondisi kehidupan yang stabil dalam jangka waktu lama. Kualitas hidup yang baik pada penderita DM merupakan perasaan puas dan bahagia akan hidupnya secara umum khususnya hidup dengan DM tersebut ( Kurniawan, 2008). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 4 Oktober 2013 pada 10 penderita DM tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas I Kembaran, terdapat 80 % penderita DM tipe 2 yang menunjukan kurangnya kepuasaan hidup terhadap hal-hal penting seperti kesehatan fisik, kesehatan psikologis, tingkat aktifitas, hubungan sosial, dan lingkungan. Hal tersebut ditandai dengan pernyataan penderita bahwa tidak puas dengan pengobatan yang sudah dilakukan, sering merasa lelah, tidak dapat melakukan aktivitas sesuai apa yang diinginkan oleh penderita, dan sering takut mengalami komplikasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Karwaji (2013), memperlihatkan bahwa kualitas hidup penderita DM mempunyai hubungan dengan peran keluarga. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Steptoe et al. (2004) dalam Karwaji (2013) menyatakan bahwa tanpa adanya peran keluarga dan kesendirian

merupakan faktor risiko terjadinya sakit mental dan fisik. Keluarga akan mempengaruhi kualitas hidup pada penderita DM tipe 2. Terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga, mulai dari strategi-strategi pencegahan penyakit hingga fase rehabilitasi (Friedman, 1998 dalam Nadirawati, 2011). Sikap dan perilaku keluarga dalam perawatan penderita DM juga

merupakan komponen-komponen yang berasal dari keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan penderita DM. Sikap merupakan sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2010). Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) sehingga sikap dikatakan sebagai reaksi tertutup

(Notoatmodjo, 2010). Sedangkan perilaku itu sendiri merupakan semua kegiatan atau aktivitas manusia (Notoatmodjo, 2007). Sikap dan perilaku keluarga dimungkinkan dapat berhubungan dengan kualitas hidup pada penderita DM tipe 2.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 4 Oktober 2013 pada 10 keluarga penderita DM tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas I Kembaran, terdapat 80 % keluarga penderita memiliki sikap keluarga yang kurang yaitu sering kali membiarkan penderita memilih makanan sesuka hati yang tidak sesuai terapi diit yang dilakukan, dan meyakini bahwa olahraga teratur tidak membawa pengaruh yang besar terhadap kesembuhan penderita. Keluarga penderita memiliki perilaku keluarga yang kurang yaitu keluarga tidak mengingatkan jika penderita tidak melakukan pengecekan kesehatan secara rutin ke pelayanan kesehatan. Keluarga merupakan sistem dasar dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan menjadi fokus utama untuk meningkatkan derajat kesehatan para anggotanya (Friedman, 2010). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang sikap dan perilaku keluarga terhadap kualitas penderita DM tipe 2.

B. Rumusan Masalah Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronik yang sulit untuk disembuhkan secara total. Angka kejadian di setiap tahunnya mengalami peningkatan. Jika tidak ada penanganan pada penderita DM, maka akan mengakibatkan terjadinya komplikasi seperti retinopati, neuropati, dan nefropati. Kualitas hidup penderita DM dapat mengalami penurunan akibat komplikasi tersebut. Sikap dan perilaku keluarga dimungkinkan dapat berhubungan dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah

Apakah ada hubungan antara sikap dan perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas I Kembaran ?

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara sikap dan perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas I Kembaran. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan). b. Mengetahui sikap keluarga penderita DM Tipe 2. c. Mengetahui perilaku keluarga penderita DM Tipe 2. d. Mengetahui kualitas hidup penderita DM Tipe 2. e. Menganalisis hubungan sikap keluarga dengan kualitas hidup penderita DM Tipe 2. f. Menganalisis hubungan perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM Tipe 2.

D. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan memiliki manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut:

a. Bagi instansi pelayanan kesehatan Sebagai pedoman bagi pengelolaan penderita DM tipe 2 agar melibatkan keluarga. b. Bagi masyarakat Sebagai informasi bahwa keluarga menjadi faktor penting dalam mengelola masalah DM tipe 2. c. Bagi bidang penelitian Sebagai landasan bagi penelitian selanjutnya, khususnya penelitian-penelitian untuk meningkatkan kualitas hidup penderita DM tipe 2. d. Bagi pendidikan Dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam keperawatan keluarga untuk lebih memahami sikap dan perilaku keluarga terhadap penderita DM dalam peningkatan kualitas hidup penderita.

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian tentang kualitas hidup penderita DM yang sudah dilakukan sebagai berikut: 1. Penelitian Yusra (2011), hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di poliklinik penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, subyeknya yaitu penderita DM yang menjalani rawat jalan di RS Umum Fatmawati Jakarta. Penelitian menjelaskan bahwa dukungan keluarga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien DM

tipe 2. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara dukungan keluarga ditinjau dari 4 dimensi (emosional, penghargaan, instrumental, informasi) dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Desain dalam penelitian ini adalah analitik crossectional dengan jumlah sampel 120 pasien DM tipe 2. Analisis data menggunakan koefisien korelasi pearson, uji t-independen dan regresi linier berganda. Hasil penelitian didapatkan variabel yang berkaitan dengan kualitas hidup yaitu usia (p value 0,034; 0,05), pendidikan (p value 0,001; 0,05) dan komplikasi (p value 0,001; 0,05). Terdapat hubungan antara dukungan keluarga yang ditinjau dari empat dimensi dengan kualitas hidup (p value 0,001; 0,05). Peningkatan satu satuan dukungan keluarga akan meningkatkan kualitas hidupnya sebesar 35% setelah dikontrol oleh pendidikan dan komplikasi DM. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Yusra (2011) adalah penggunaan kualitas hidup penderita DM tipe 2 sebagai variabel terikat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yusra (2011) yaitu variabel bebas yang digunakan. Variabel bebas dalam penelitian Yusra (2011) yaitu dukungan keluarga, sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini yaitu sikap dan perilaku keluarga. Perbedaan lainnya yaitu dalam hal tempat dan responden dalam penelitian. 2. Penelitian Nidya (2008) tentang hubungan antara sikap, perilaku, dan partisipasi keluarga terhadap kadar gula darah penderita DM tipe 2 di RS

PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Januari-Juli 2008. Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan memberikan gambaran dari sikap, perilaku, dan partisipasi keluarga penderita DM tipe 2 terhadap penatalaksanaan kadar gula darah penderita DM tipe 2. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptifanalitik dan menggunakan rancangan dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah pasien DM tipe 2 RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dari bulan Januari-Juli 2008 sebanyak 70 orang. Jumlah responden dalam penelitian sebanyak 35 orang. Pengumpulan data dengan kuesioner dan rekam medik. Analisa data menggunakan uji statistik ChiSquare dengan taraf signifikan p<0,05. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu sikap, perilaku, dan partisipasi keluarga menurut pasien. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar gula darah sewaktu menggunakan sampel darah kapiler penderita DM tipe 2. Cara pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan metode kuesioner dan wawancara yang dilakukan terhadap penderita DM tipe 2. Kuesioner ini berisi sejumlah pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai sikap, perilaku, dan partisipasi keluarga penderita DM tipe 2. Data sekunder dilakukan dengan cara mengutip dari status penderita pada catatan medik penderita untuk mendapatkan variabel kadar gula darah sewaktu penderita DM tipe 2. Kadar gula darah sewaktu penderita DM tipe 2 selama tiga bulan terakhir control diambil kemudian dihitung reratanya. Untuk menganalisis hubungan antara sikap, perilaku, dan partisipasi keluarga terhadap kadar gula darah penderita DM tipe 2 digunakan uji Chi-Square dengan = 0,05 dan

10

tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji statistik Chi-Square yang menghubungkan antara sikap, perilaku, dan partisipasi keluarga penderita DM tipe 2 terhadap kadar gula darah, ternyata masing-masing memberikan hasil yang tidak bermakna. Pada tabel 8 diperoleh X2=3,157 dan p>0,05, pada tabel 9 diperoleh X2=1,446 dan p>0,05 dan pada tabel 10 diperoleh X2=2,485 dan p>0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengendalian kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 tidak dapat diprediksi berdasarkan sikap, perilaku, dan partisipasi keluarga. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Nidya (2008) adalah penggunaan sikap dan perilaku keluarga sebagai variabel bebasnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nidya (2008) yaitu variabel terikat yang digunakan. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kualitas hidup penderita DM tipe 2, sedangkan variabel terikat dalam penelitian Nidya (2008) adalah kadar gula darah penderita DM tipe 2. Perbedaan lainnya adalah tempat dan responden pada masing-masing penelitian. 3. Penelitian Karwaji (2013) tentang hubungan peran keluarga terhadap kualitas hidup penderita DM tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas Purwokerto II Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara peran keluarga terhadap kualitas hidup pasien penderita DM tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Utara II. Dengan menggunakan desain crossectional, menggunakan purposive sampling, yaitu 34 keluarga dengan DM. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Quality of Life (QoL) yaitu secara luas terpakai dan divalidasi kemudian dianalisis oleh WHO. Analisis data

11

menggunakan uji Chi-Square. Hasil menunjukan bahwa karakteristik dari jenis kelamin adalah perempuan, rata-rata 59,47 tahun usia, pekerjaan ratarata adalah ibu rumah tangga (35,3%), pendidikan rata-rata adalah sekolah dasar (41,2), tidak ada komplikasi (79,4%), dan lama menderita DM 5,71 tahun, diketahui bahwa value = 0,016 (<0,05). Nilai Chi-Square=0,016, nilai signifikan=0,05, peran keluarga adalah 52,94% (buruk), kualitas hidup adalah 50% (baik). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada hubungan antara peran keluarga terhadap kualitas hidup penderita DM tipe 2, sehingga untuk meningkatkan kualitas hidup penderita sangat dibutuhkan peran keluarga. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Karwaji (2013) yaitu kualitas hidup penderita DM tipe 2 digunakan sebagai variabel terikat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Karwaji (2013) adalah dalam hal penggunaan variabel bebas.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap dan perilaku keluarga, sedangkan variabel bebas dalam penelitian Karwaji (2013) adalah peran keluarga. Selain itu, perbedaan lain dari masing-masing penelitian menggunakan tempat dan responden yang berbeda pula.

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Diabetes Mellitus a. Definisi Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena keadaan hiperglikemia (kadar gula dalam darah meningkat). Penyakit ini sendiri sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan (Sherwood, 2011). DM disebabkan oleh kelainan sekresi insulin atau kerja insulin. Insulin adalah hormon atau cairan kimia yang mengatur dan mengendalikan fungsi tubuh tertentu. Insulin dihasilkan oleh pankreas, sebuah kelenjar buntu yang kecil terdapat tepat di bawah lambung. Di dalam pankreas itu, terdapat sel-sel beta yang khas disebut pulau-pulau Langerhans mengeluarkan insulin langsung ke aliran darah

mengendalikan jumlah glukosa di dalam darah (Johnson, 1998). Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amin), namun pada penderita DM proses ini akan menimbulkan hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa darah (Smeltzer & Bare, 2002).

13

Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM
Jenis Pengukuran Jenis Sampel Darah Bukan DM < 110 < 90 < 110 < 90 Belum DM Pasti DM 110-199 200 90-199 200 110-125 90-105 126 110

Kadar glukosa darah Plasma vena sewaktu (mg/dl) Darah kapiler Kadar glukosa darah Plasma vena puasa (mg/dl) Darah kapiler

(dikutip dari Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 2009) Adanya kadar glukosa yang meningkat secara abnormal merupakan kriteria yang menjadi penegakan diagnosis DM. Uji diagnostik DM dilakukan pada individu yang menunjukkan gejala atau tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk

mengidentifikasi pasien yang tidak bergejala yang mempunyai risiko DM (Smeltzer & Bare, 2002). Tabel 2.2 Kriteria diagnosis Diabetes Mellitus
No. 1. Kriteria Diagnosis Keterangan

Gejala klasik DM dan Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil glukosaplasma pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa sewaktu 200 mg/dl memperhatikan waktu makan terakhir. Gejala klasik DM dan Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori glukosa plasma puasa tambahan sedikitnya 8 jam 126 mg/dl Glukosa plasma 2 jam TTGO dilakukan dengan standar WHO, pada TTGO 200 menggunakan beban glukosa yang setara mg/dl dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air

2.

3.

(dikutip dari Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 2009).

14

Tanda dan gejala pada penyakit DM menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2011 adalah sebagai berikut: 1) Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) 2) Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipotonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran Anti Diuretic Hormone (ADH) dan menimbulkan rasa haus. 3) Polifagia (peningkatan rasa lapar) 4) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mucus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik. 5) Kelainan kulit : gatal-gatal, bisul Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi di lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya jamur. 6) Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati 7) Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada penderita DM bahan

15

protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita DM. 8) Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi Penderita DM mengalami penurunan produksi hormon seksual akibat kerusakan testoteron dan sistem yang berperan. 9) Mata kabur Disebabkan oleh katarak atau gangguan refraksi perubahan pada lensa oleh hiperglikemia, mungkin juga disebabkan pada korpus vitreum. b. Klasifikasi DM Menurut Smeltzer & Bare (2002), diabetes mellitus ini terdapat beberapa klasifikasinya yakni sebagai berikut: 1) DM tergantung insulin (DM tipe 1). Diabetes mellitus ini dikenal sebagai tipe juvenileonist dan tipe dependen insulin yang dapat terjadi disembarang usia. DM tipe ini terjadi akibat tubuh tidak mampu memproduksi insulin sama sekali. Hal tersebut dikarenakan adanya disfungsi proses autoimun dengan kerusakan sel-sel beta. Kemudian penyebab lainnya yaitu idiopatik, tidak ada bukti adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya. 2) DM tak tergantung insulin (DM tipe 2). Dikenal sebagai tipe non dependen insulin. Dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin

16

sebagaimana mestinya. Pada diabetes ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Insulin yang dihasilkan tidak terikat oleh reseptor khusus pada permukaan sel. Pada tipe ini tidak terjadi ketoasidosis diabetikum karena masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. 3) DM kehamilan atau Gestasional Onset Diabetes Mellitus (GODM). GODM ini terjadi pada wanita yang tidak menderita DM sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-hormon plasenta. Semua wanita hamil harus menjalani skrining pada usia kehamilan 24 hingga 27 minggu untuk mendeteksi kemungkinan diabetes. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal. Walaupun begitu, banyak wanita yang mengalami diabetes gestasional ternyata kemudian hari menderita diabetes tipe 2. Oleh karena itu, semua wanita yang menderita diabetes gestasional harus mendapatkan konseling guna mempertahankan berat badan idealnya dan melakukan latihan secara teratur sebagai upaya untuk menghindari awitan diabetes tipe 2. 4) DM tipe lain dapat disebabkan oleh sindrom atau kelainan lain, infeksi, obat atau zat kimia, pankreatektomi, insufisiensi pankreas akibat pankreatitis, dan gangguan endokrin.

17

c. Faktor risiko terjadinya DM 1) Usia Penelitian antara umur terhadap kejadian DM menunjukan adanya hubungan yang signifikan. Kelompok umur dibawah 40 tahun merupakan kelompok yang kurang berisiko menderita DM tipe 2. Risiko pada kelompok ini 72,0% lebih rendah dibandingkan kelompok umur 40 tahun. Hal ini disebabkan adanya peningkatan intoleransi glukosa. Selain itu pada individu usia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35,0%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30,0%, dan memicu terjadinya resistensi insulin (Potter & Perry, 2006). 2) Jenis kelamin Berdasarkan penelitian Santono, Lian & Yudi (2006) dalam Karwaji (2013), angka kejadian DM tipe 2 pada wanita lebih tinggi dari lakilaki. Wanita lebih berisiko mengalami peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar. Selain itu pada perempuan memiliki tingkat kecemasan atau stress yang lebih tinggi dari laki-laki. Pada kondisi stres, hormon stres yang berada dalam tubuh akan dikeluarkan yang kemudian dapat mempengaruhi peningkatan kadar gula darah (Smeltzer & Bare, 2001). 3) Pendidikan Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kejadian DM tipe 2. Orang dengan pendidikan yang tinggi biasanya akan memiliki

18

pengetahuan tentang kesehatan yang memadai. Dengan adanya pengetahuan tersebut orang akan memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatannya. Penelitian yang dilakukan oleh Yusra (2011) mengatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencari perawatan dan pengobatan penyakit yang dideritanya, serta memilih dan memutuskan tindakan terapi yang akan dijalani untuk mengatasi masalah kesehatannya. Dalam penelitian Gautam et al (2009) dalam Yusra (2011) juga didapatkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah berhubungan dengan kejadian DM. 4) Aktifitas Menurut Trisnawati (2012), kurangnya aktifitas fisik juga menjadi salah satu faktor risiko terjadinya DM tipe 2, dikarenakan aktifitas fisik yang rendah tidak dapat mengontrol gula darah dengan baik. Aktifitas fisik yang rendah dapat mengakibatkan penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin, sehingga dapat meningkatkan kadar gula dalam darah yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya DM (Kurniawan, 2010). 5) Obesitas Menurut Wiardani (2007) menyatakan bahwa kelompok obesitas mempunya risiko DM lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang memiliki IMT normal. d. Komplikasi kronik DM dapat menyerang semua sistem organ dalam tubuh. Kategori komplikasi kronik DM meliputi:

19

1) Mikrovaskuler a) Nefropati Penyakit DM turut menyebabkan kurang lebih 25% dari pasienpasien dengan penyakit ginjal stadium terminal yang memerlukan dialisis atau transplantasi setiap tahunnya di Amerika Serikat. Penderita DM memiliki risiko sebesar 20% hingga 40% menderita penyakit ginjal. Penderita DM tipe 1 sering memperlihatkan tanda-tanda permulaan penyakit ginjal setelah 15 hingga 20 tahun kemudian, sementara pasien DM tipe 2 dapat terkena penyakit ginjal dalam waktu 10 tahun sejak diagnosis diabetes ditegakkan. Banyak pasien DM tipe 2 ini sudah menderita diabetes selama bertahun-tahun sebelum penyakit tersebut didiagnosis dan diobati. b) Retinopati Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata. Retina mata merupakan bagian yang menerima bayangan dan mengirimkan informasi tentang bayangan tersebut ke otak. Retinopati diabetik bukan merupakan satusatunya komplikasi DM yang dapat mengganggu penglihatan. Katarak, hipoglikemia dan hiperglikemia, neuropati, dan

glaukoma dapat mengganggu penglihatan juga. c) Neuropati Neuropati dapat menyerang semua tipe saraf bergantung pada lokasi sel saraf yang terkena. Dua tipe neuropati yang paling

20

sering dijumpai yaitu polineuropati sensorik (gejalanya rasa tertusuk, kesemutan, kaki terasa baal dan rasa terbakar) dan neuropati otonom (kardiovaskuler, gastrointestinal, urinarius, kelenjar adrenal, neuropati sudomotorik, dan disfungsi seksual). 2) Makrovaskuler a) Penyakit arteri koroner Penyakit DM cenderung untuk mengalami komplikasi akibat infark miokard. Penyakit arteri koroner menyebabkan 50% hingga 60% dari semua kematian pada pasien DM . b) Penyakit Serebrovaskuler Perubahan arterosklerosis dalam pembuluh darah serebral akan menimbulkan serangan iskemia dan stroke. Kesembuhan serangan stroke dapat menjadi hambatan pada pasien dengan kadar glukosa darah yang tinggi. c) Pembuluh vaskular perifer Tanda dan gejala penyakit ini seperti berkurangnya denyut nadi perifer dan nyeri pantat atau betis ketika berjalan (Smeltzer & Bare, 2002). Berbagai komplikasi dapat terjadi lebih buruk lagi jika tidak diberikan penanganan DM tersebut. Penanganan DM memiliki tujuan akhir yaitu turunnya morbiditas dan mortalitas DM.

21

e. Penatalaksanaan DM Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemia oral (OHO), dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stress berat, berat badan yang menurun dengan cepat, dan adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan (PERKENI, 2011). Menurut PERKENI (2011), penatalaksanaan DM terdiri dari 4 pilar mencakup edukasi, terapi nutrisi medis, latihan jasmani, dan terapi farmakologis. 1) Edukasi DM tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang DM memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. Edukasi yang dapat diberikan yaitu tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hiperglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar

22

glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri setelah mendapat pelatihan khusus. 2) Terapi Nutrisi Medis (TNM) TNM merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Setiap penyandang DM sebaiknya mendapat TNM sesuai kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang DM perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. 3) Latihan jasmani Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti

23

jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relative sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan. 4) Terapi farmakologis a) Berdasarkan cara kerjanya, obat hiperglikemia oral (OHO) dibagi menjadi 5 golongan yaitu pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfoniurea dan ginid, peningkat sensitivitas

terhadap insulin : metformin dan tiazolidindion, penghambat gluconeogenesis: metformin, penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa, dan DPP-IV inhibitor. b) Terapi insulin Pada DM tipe 1, tubuh kehilangan kemampuan untuk

memproduksi insulin. Dengan demikian, insulin eksogenus harus diberikan dalam jumlah tak terbatas. Pada DM tipe 2, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan OHO tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien DM tipe 2 yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat oral kadang membutuhkan insulin secara temporer

24

selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya. Selain itu terdapat program dari Asuransi Kesehatan yang terbilang masih baru yang disebut Program Penanggulangan Penyakit Kronis (Prolanis) (PERKENI, 2011). Dalam program ini lebih berfokus dalam promotif dan preventif untuk pemeliharaan kesehatan. Pasien yang memenuhi kriteria akan menjalani pemeriksaan kesehatan (medical check-up) terseleksi. Semua penyakit, khusunya DM yang ditemukan pada peserta Asuransi Kesehatan akan ditata laksana. Untuk penanganan jangka panjang, peserta tersebut akan dialihkan ke dokter keluarga yang akan memberikan penyuluhan, memberikan obat yang efektif,

memastikan pengobatan teratur, memberika informasi, serta melakukan pengawasan lebih lanjut. 2. Kualitas Hidup Penderita DM Menurut WHO dalam Skevington (2004), kualitas hidup merupakan persepsi seseorang tentang posisinya dalam hidup dalam kaitannya dengan budaya dan sistem tata nilai dimana ia tinggal dalam hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan hal-hal menarik lainnya. Selain itu, menurut WHO dalam Skevington (2004) juga mendefinisikan kualitas hidup sebagai suatu kesejahteraan yang dirasakan oleh seseorang dan berasal dari kepuasan atau ketidakpuasan dengan bidang kehidupan yang penting bagi mereka. Kualitas hidup yang baik pada penderita DM merupakan perasaan puas dan

25

bahagia akan hidupnya secara umum khususnya hidup dengan DM tersebut (Kurniawan, 2008). Menurut Post, Witte, dan Schrijvers (1999), ada tiga cara yang dapat digunakan untuk mengoperasionalkan konsep dari kualitas hidup yaitu melihat kualitas hidup sebagai kesehatan, sebagai kesejahteraan, dan sebagai konstruk yang bersifat global (superordinate construct). Secara umum terdapat 5 bidang (domain) yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup berdasarkan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO dalam Silitonga (2007), bidang tersebut adalah kesehatan fisik, kesehatan psikologik, keleluasaan aktifitas, hubungan sosial dan lingkungan, sedangkan secara rinci bidang-bidang yang termasuk kualitas hidup adalah sebagai berikut: a. Kesehatan fisik (physical health): kesehatan umum, nyeri, energi dan vitalitas, aktifitas seksual, tidur dan istirahat. b. Kesehatan psikologis (psychological health): cara berpikir, belajar memori dan konsentrasi. c. Tingkat aktifitas (level of independence): mobilitas, aktifitas sehari-hari, komunikasi, kemampuan kerja. d. Hubungan sosial (sosial relationship): hubungan sosial, dukungan sosial. e. Lingkungan (environment), keamanan, lingkungan rumah, kepuasan kerja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita DM tipe 2 yaitu sebagi berikut:

26

a. Usia DM tipe 2 merupakan jenis DM yang paling banyak jumlahnya yaitu sekitar 90-95% dari seluruh penyandang DM dan banyak dialami oleh dewasa diatas 40 tahun. Hal ini disebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2 cenderung meningkat pada lansia 40-65, riwayat obesitas dan adanya faktor ketutunan. Setelah memasuki tahap usia pertengahan, lansia mempunyai kebutuhan dalam menjaga kesehatan. Sehingga usia

mempengaruhi seseorang dalam menerima perubahan kondisi sakit dan datang ke pelayanan kesehatan (Smeltzer & Bare, 2002). b. Jenis kelamin DM memberikan efek yang kurang baik terhadap kualitas hidup. Wanita mempunyai kualitas hidup yang lebih rendah dengan penderita laki-laki secara bermakna (Gutam et al, 2009 dalam Yusra 2011). Dalam penelitian Wu (2007) dalam Yusra (2011), penderita DM laki-laki lebih banyak mendapatkan dukungan dari keluarga, sehingga penderita DM laki-laki memiliki kualitas hidup yang lebih baik dari penderita wanita. c. Tingkat pendidikan Kualitas hidup yang rendah juga signifikan berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kebiasaan aktifitas fisik yang kurang baik. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi penderita dalam mengatur dirinya sendiri (Gautman et al, 2009 dalam Yusra 2011).

27

d. Status sosial ekonomi Menurut Isa & Baiyewu (2006), pendapatan yang rendah berhubungan secara bermakna dengan kualitas hidup penderita DM. e. Lama menderita DM Pada penelitian Fisher (2005) dalam Yusra (2011), responden yang baru menderita DM selama 4 bulan sudah menunjukan efikasi diri yang baik tentunya perawatan diri pasien juga akan baik sehinga mampu mempertahankan kualitas hidup yang lebih baik juga. Sedangkan penelitian Wu et al (2006) dalam Yusra (2011) menemukan bahwa pasien yang menderita DM 11 tahun memiliki efikasi diri yang baik daripada pasien yang menderita DM <10 tahun. Hal ini disebabkan karena pasien telah berpengalaman mengelola penyakitnya dan memiliki koping yang baik. f. Komplikasi DM Komplikasi seperti halnya hipoglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi pada perjalanan penyakit DM. Isa & Baiyewu, dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pada umumnya pasien DM tipe 2 menunjukan kualitas hidup yang cukup baik berdasarkan kuesioner WHO tentang kualitas hidup. Kualitas hidup yang rendah dihubungkan dengan berbagai komplikasi dari DM tipe 2 seperti gagal ginjal, katarak, penyakit jantung, gangren.

28

3. Keluarga Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga. Peran keluarga diharapkan dapat meningkatkan perawatan bagi (Friedman, 2010). Penggolongan keluarga didasarkan kepada pemenuhan kebutuhan primer, sekunder, dan tersier (Triyanto, 2011). Lebih jelasnya akan diuraikan berikut ini: a. Keluarga Sejahtera Keluarga yang dibentuk atas dasar perkawinan sah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan serasi selaras, dan seimbang antaranggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Tujuan keperawatan pada keluarga ini adalah meningkatkan pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi, kemampuan keluarga dalam menganalisis potensi dan peluang yang dimilikinya, kemauan masyarakat dalam memecahkan masalahnya secara mandiri, kegotongroyongan dan penderita DM memenuhi kebutuhannya sehari-hari

kesetiakawanan sosial dalam membantu keluarga, khususnya keluarga prasejahtera untuk meningkatkan kesejahteraannya.

29

b. Keluarga Pra Sejahtera Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal. Pada keluarga prasejahtera, kebutuhan dasar belum sepenuhnya terpenuhi, yaitu melaksanakan ibadah menurut agamanya oleh masing-masing anggota keluarga, umumnya seluruh anggota keluarga dalam sehari makan dua kali atau lebih, seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas di rumah, bekerja, sekolah, dan berpergian, lantai rumah terluas lantai tanah, dan bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke pelayanan kesehatan. c. Keluarga Sejahtera II Keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, misalnya kebutuhan untuk menabung dan perolehan informasi. d. Keluarga Sejahtera III Keluarga sejahtera III adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis, dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumber yang teratur bagi masyarakat, misalnya sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. e. Keluarga Sejahtera III Plus Keluarga sejahtera III plus adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis, dan pengembangan serta telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif

30

dalam kegiatan kemasyarakatan. Kebutuhan fisik, sosial psikologis, dan pengembangan telah terpenuhi, serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi. 4. Sikap dan Perilaku a. Sikap Sikap manusia atau sikap telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Berkowitz bahkan menemukan adanya lebih dari 30 definisi sikap. Puluhan definisi dan pengertian itu pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah satu diantara tiga kerangka pemikiran (Azwar, 2007). Pertama adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone (1928; salah seorang tokoh terkenal dibidang pengukuran sikap), Rensis Likert (1932; seorang pionir di bidang pengukuran sikap), dan Charles Osgood (Azwar, 2007). Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Azwar, 2007). Kelompok pemikiran yang kedua diwakili oleh para ahli seperti Chave (1928), Bogardus (1931), LaPierre (1934), Mead (1934), dan Gordon Allport ( 1935), sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu (Azwar, 2007). Kelompok ketiga menurut Secord & Backman (1964), sikap sebagai

31

keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afektif), pemikiran (kognitif), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar, 2007). Menurut Alloprt (1954) dalam Notoatmodjo (2010), sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok yakni: 1). Kepercayaan atau keyakinan ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit DM misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit DM. 2). Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. Seperti contoh, bagaimana orang menilai terhadap penyakit DM, apakah DM yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan. 3). Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya tentang contoh sikap terhadap penyakit DM di atas, adalah apa yang dilakukan seseorang jika ia menderita penyakit DM.

32

Respon saraf simpatik Pernyataan lisan tentang afek Afek

Respon perseptual Stimulus Sikap Kognisi Pernyataan lisan tentang keyakinan

Perilaku

Tindakan yang tampak Pernyataan lisan mengenai perilaku

Gambar 2.1. Konsepsi Skematik Rosenberg & Hovland mengenai Sikap (diadaptasi dari Fishbein & Ajzen, 1975 hal 340 dalam Azwar, 2007) Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang di alami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masingmasing individu sebagai anggota masyarakat. Interaksi sosial yaitu meliputi hubungan antar individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya (Azwar, 2007).

33

Berbagai tingkatan sikap yaitu sebagai berikut : a) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. b) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap ini, karena dengan suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas pekerjaan ini benar atau salah bahwa orang menerima ide tersebut. c) Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini. d) Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi dalam tingkatan sikap. b. Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahkluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang

34

dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung (Notoatmodjo, 2007) Faktor penentu perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor. Faktor-faktor yang membentuk perilaku tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Persepsi Pengalaman Pengetahuan Fasilitas Keyakinan Sosiobudaya Keinginan Motivasi Niat

PERILAKU

Sikap

EKSTERNAL

INTERNAL

RESPONS

Gambar. 2.2. Skema Perilaku (Notoatmodjo, 2010)

Faktor pengalaman, keyakinan, lingkungan fisik, sarana prasarana, dan sosio budaya akan menimbulkan pengetahuan, sikap, persepsi, keinginan, kehendak, dan motivasi yang pada gilirannya akan membentuk perilaku manusia (Notoatmodjo, 2010). Beberapa teori lain yang merupakan turunan dari konsep umum tersebut telah dicoba

dikembangkan oleh para ahli lain, diantaranya yaitu:

35

1). Teori ABC (Sulzer, Azaroff, Mayer, 1977 dalam Notoatmodjo, 2010) Teori ABC atau lebih dikenal dengan model ABC ini mengungkapkan bahwa perilaku adalah merupakan suatu proses dan sekaligus hasil interaksi antara: Antacedent, Behaviour, Concequences. a) Antacendent Merupakan suatu pemicu yang menyebabkan seorang berperilaku, yakni kejadian-kejadian dilingkungan kita. b) Behavior Reaksi atau tindakan terhadap adanya pemicu tersebut. c) Concequences Kejadian selanjutnya yang mengikuti perilaku atau tindakan tersebut. 2). Teori Thoughs and Feeling World Health Organization atau WHO (1984) menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena 4 alasan pokok, yaitu: a). Pengetahuan Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. b). Kepercayaan Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

36

c). Sikap Sikap menggambarkan kesiapan seseorang dikarenakan suka atau tidak sukanya terhadap objek. d). Orang penting sebagai referensi apabila perilaku seseorang dianggap penting, maka apa yang ia katakan atau perbuatan cenderung untuk dicontoh. e). Sumber-sumber lain Sumber daya disini mencakup fasilitas, materiil, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku suatu kelompok masyarakat. Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respons. Skinner membedakan adanya dua respons: 1. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons respons yang relative tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosional misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau

37

menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya. 2. Operant respons dan instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation dan reinforce, karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya. Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit, dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu: a) Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance) Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu perilaku pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit bila sakit, dan pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. Kemudian perilaku peningkatan kesehatan, apabila

38

seseorang dalam keadaan sehat. Yang terakhir yaitu perilaku gizi atau makanan dan minuman. b) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. c) Perilaku kesehatan lingkungan Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2007). Soewondo (2005) dalam Nidya (2008) menyatakan bahwa stresstres yang dialami penderita fisik maupun mental berhubungan dengan sakitnya dan secara tidak disadari atau tidak langsung dirasakan oleh orang tua dan keluarga penderita, maka akan timbul suatu kesalahankesalahan sikap keluarga dan penderita. Lingkungan yang mempengaruhi

39

perilaku tidak hanya terbatas pada lingkungan fisik saja, tetapi juga lingkungan psikologis, sosial, ekonomi, dan budaya. Hal ini selanjutnya akan mempengaruhi cara hidup sehat manusia. Sehingga peran keluarga seperti sikap dan perilaku keluarga dipandang sebagai naluri untuk melindungi anggota keluarga yang sakit. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga mulai dari segi strategi pencegahan sampai fase rehabilitasi (Sundari & Setyawati, 2006). Selain itu berdasarkan penelitian Norhayati (2009) tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga terhadap Tindakan Dukungan Kontrol Gula Darah pada Penderita DM di Kabupaten Ponorogo menyatakan bahwa sikap keluarga berhubungan dan

memberikan dampak terhadap dukungan kontrol gula darah pada penderita DM. Hasil penelitian Hariyadi (2010) menyatakan bahwa perilaku keluarga sadar gizi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap status gizi balita dilihat dari TB/U.

40

B. Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan maka dibentuk kerangka teori penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Faktor risiko: usia, jenis kelamin, pendidikan, aktivitas, dan obesitas.

Gangguan metabolisme hiperglikemi

DM tipe 1 dan tipe 2

Komplikasi DM

Kualitas hidup

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Hidup: Usia, Jenis kelamin, pendidikan, sosek, lama menderita DM, komplikasi.

Sikap dan perilaku keluarga

Gambar 2.3. Kerangka teori ( Smeltzer & Bare, 2002; Trisnawati, 2012; Sherwood, 2011; Novelia, 2008; WHO 2004 dalam Sari 2013; Notoatmodjo, 2010 )

41

C. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan fokus penelitian yang akan diteliti, kerangka konsep ini terdiri dari variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Adapun kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Bebas

Variabel terikat

DM Tipe 2

Sikap dan perilaku keluarga

Kualitas Hidup

Variabel pengganggu Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup: 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. Lama menderita 5. Sosial Ekonomi 6. Komplikasi DM Keterangan: : diteliti : variabel pengganggu Gambar 2.4. Kerangka konsep penelitian

42

D. Hipotesis Penelitian Arikunto (2002) mengartikan hipotesis sebagai suatu teori sementara yang kebenarannya perlu diuji. Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep tersebut, maka peneliti menggunakan rumusan hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian yaitu: 1. Ada hubungan antara sikap keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2. 2. Ada hubungan antara perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2.

43

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian Crossectional merupakan salah satu desain penelitian observasional. Peneliti hanya melakukan observasi dan melakukan pengukuran variabel pada satu saat tertentu saja. Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap subyek hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran (Saryono, 2011). Penelitian yang dilakukan meneliti hubungan sikap dan perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2. 2. Lokasi penelitian Lokasi penelitian yaitu posisi geografis dimana responden berada sehingga proses penelitian dapat dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan pada penderita DM tipe 2 yang merupakan pasien di Wilayah kerja Puskesmas I Kembaran yang terdiri dari 8 desa yaitu desa Kembaran, Linggasari, Purbadana, Karangsari, Karangsoka, Dukuhwaluh,

Bantarwuni, dan Tambaksari. Adapun peneliti memilih pasien DM di Wilayah kerja Puskesmas I Kembaran karena berdasarkan data Dinas

44

Kesehatan Kabupaten Banyumas, Puskesmas I Kembaran termasuk peringkat kedua dalam hal angka kejadian penderita DM tipe 2. Selain itu, di Wilayah kerja Puskesmas I Kembaran juga belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan sikap dan perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2. 3. Waktu penelitian Waktu penelitian merupakan rentang waktu yang dibutuhkan untuk dilakukan penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan SeptemberDesember 2013.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Santjaka (2009) mendefiniskan populasi yaitu keseluruhan subjek dimana sebagian dari padanya akan dilakukan pengukuran. Hasil pengukuran menjadi dasar untuk generalisasi penelitian. Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas I Kembaran, populasi penderita DM yang mendapatkan pelayanan rawat jalan sebanyak 56 penderita DM tipe 2. 2. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan suatu teknik pengambilan sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling (Saryono,

45

2011). Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah sejumlah 50 penderita. Adapun pemilihan sampel didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi 1) Usia penderita DM tipe 2 40 tahun 2) Lama menderita <10 tahun 3) Tinggal bersama keluarga b. Kriteria Eksklusi 1) Mengalami komplikasi DM (gangren, gagal jantung, stroke) 2) Keluarga pra sejahtera 3) Mengalami gangguan jiwa 4) Penderita tidak bersedia menjadi responden penelitian Penentuan besar sampel menggunakan berbagai pertimbangan meliputi pertimbangan praktis, pertimbangan metodologis, dan

pertimbangan lain (Saryono,2011).

C. Variabel penelitian Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2010). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

46

1. Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang menstimulasi target (Saryono, 2011). Variabel bebas dalam penelitian yang dilakukan yaitu sikap dan perilaku keluarga. 2. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang

dipengaruhi dan menjadi akibat dari variabel bebas (Hidayat, 2003). Variabel terikat dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu kualitas hidup.

D. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan menghindari perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel (Saryono, 2011). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Definisi Operasional
No 1.

Variabel Sikap Keluarga

2.

Perilaku keluarga

Definisi operasional Kesiapan keluarga untuk bereaksi terhadap suatu objek atau perawatan dan pengobatan penderita DM dengan cara-cara tertentu Semua kegiatan atau aktivitas

Alat ukur Menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dari penelitian Nidya (2008)

Hasil Ukur Sikap kurang : 9-22 Sikap baik : 23-36

Skala data Ordinal

Menggunakan Perilaku Ordinal kuesioner yang kurang :9dimodifikasi dari 22 penelitian Nidya

47

4.

Kualitas hidup

keluarga yang dapat diamati langsung oleh pihak luar dalam perawatan dan pengobatan penderita DM Persepsi atau pandangan subjektif pasien DM tipe 2 terhadap kepuasan dan dampak yang dirasakan, baik terhadap kemampuan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.

(2008)

Perilaku baik : 23-36

Menggunakan kuesioner DQOL (Diabetes Quality of Life) dari (Munoz &Thiagarajan, 1998) dimodifikasi oleh Tyas (2008) kemudian diuji validitas dan reliabilitas oleh Yusra (2010).

Kualitas Ordinal hidup buruk : 28-69 Kualitas hidup baik : 70-112

E. Instrumen penelitian Saryono (2011) menyebutkan bahwa instrumen merupakan suatu alat ukur yang dikembangkan untuk menerjemahkan variabel yang dipergunakan dalam mengungkap data suatu penelitian. Instrumen penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian karena menentukan keakuratan data yang diperoleh. Pada setiap individu dilakukan pencatatan data demografi yaitu

dengan melengkapi kuesioner karakteristik individu berisi pertanyaan pada

48

penderita DM yaitu tanggal lahir, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, dan pekerjaan. 1. Kuesioner karakteristik demografi responden yaitu usia, pendidikan, dan pekerjaan penderita. 2. Kuesioner sikap dan perilaku keluarga Kuesioner sikap dan perilaku keluarga ini dimodifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Nidya (2008) tentang hubungan sikap, perilaku, dan partisipasi keluarga terhadap kadar gula darah penderita DM tipe 2 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Januari-Juli 2008. Kuesioner ini terdapat tiga bagian yaitu kuesioner sikap dan perilaku keluarga dengan kisi-kisi sebagai berikut: Tabel 3.2. Kisi-kisi kuesioner sikap
No. 1. Sub Variabel Diit penderita DM 2, Pernyataan Favorable 1 Pernyataan Unfavorable

2. 3. 4. 5.

Pengobatan Informasi DM Keterlibatan Keluarga Motivasi keluarga

3, 5, 8 9 4 6

7 -

Kuesioner sikap terdapat 9 pernyataan terdiri dari 7 pernyataan favorable dan 2 pernyataan unfavorable dengan jawaban (A) = selalu, (B) = sering, (C) =kadang-kadang, (D) = tidak pernah. Pada pernyataan favorable jawaban selalu memilki nilai tertinggi yaitu 4, dan jawaban tidak pernah memiliki nilai terendah yaitu 1. Untuk pernyataan unfavorable yaitu sebaliknya. Rentang jawaban menggunakan skala likert. Jumlah kumulatif jawaban dengan nilai tertinggi dari kuesioner sikap yaitu 36, dan

49

nilai terendah 9. Kemudian dikategorikan yaitu 9-22 dikategorikan sikap kurang dan 23-36 dikategorikan sikap baik. Tabel 3.3. Kisi-kisi kuesioner perilaku
No. 1. Sub Variabel Diit penderita DM 2 Pernyataan Favorable 1 Pernyataan Unfavorable

2. 3. 4. 5.

Pengobatan Informasi DM Aktifitas fisik penderita Meminimalkan resiko

3, 6 5 4 9

7, 8 -

Kuesioner perilaku terdapat 9 pernyataan terdiri dari 6 pernyataan favorable dan 3 pernyataan unfavorable dengan jawaban (A) = selalu, (B) = sering, (C) = kadang-kadang, (D) = tidak pernah. Pada pernyataan favorable jawaban selalu memilki nilai tertinggi yaitu 4, dan jawaban tidak pernah memiliki nilai terendah yaitu 1. Untuk pernyataan unfavorable yaitu sebaliknya. Rentang jawaban menggunakan skala likert. Jumlah kumulatif jawaban dengan nilai tertinggi dari kuesioner perilaku yaitu 36, dan nilai terendah 9. Kemudian dikategorikan yaitu 9-22 dikategorikan perilaku kurang dan 23-36 dikategorikan perilaku baik. 3. Kuesioner kualitas hidup Kuesioner ini untuk menilai variabel dependen yaitu kualitas hidup. Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi kuesioner yang dimodifikasi oleh Tyas (2008) dari (Munoz &Thiagarajan, 1998) yang kemudian diuji validitas dan reliabilitas oleh Yusra (2010), yaitu DQOL (Diabetes Quality of Life) guna mengukur kualitas hidup pada pasien diabetes. Awalnya kuesioner terdiri atas 30 item pertanyaan dengan

50

rentang jawaban menggunakan skala likert. Nilai validitas instrument adalah 0,3 dan nilai reliabilitas adalah Alpha Cronbach 0,9. Kemudian kuesioner yang dimodifikasi oleh Tyas (2008) diuji validitas dan reliabilitas oleh Yusra (2011). Hasil uji coba validitas dan reliabilitas pada kuesioner kualitas hidup yang dilakukan oleh Yusra (2011) kepada 20 responden, terdapat 6 pertanyaan yang kurang valid, dan pertanyaan tersebut diperbaiki redaksi kalimatnya menjadi lebih spesifik. Selanjutnya instrumen kualitas hidup yang telah diperbaiki digunakan untuk pengambilan data dengan jumlah responden 30 yang diambil secara random. Hasil uji validitas dan reliabilitas dengan degree of freedom 302=28 (r tabel 0,361), pada kualitas hidup terdapat 2 item pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 44 dan 53. Kedua pertanyaan tersebut dikeluarkan dari instrumen, sehingga pertanyaan yang valid dan reliabel adalah 28 item dengan nilai validitas (r= 0,428-0,851) dan nilai reliabelnya (Alfha Cronbach = 0,963). Tabel 3.5. Kisi-kisi kuesioner kualitas hidup
No. 1. Sub Variabel Kesehatan fisik Pernyataan Pernyataan Favorable Unfavorable 1, 2, 3, 6, 8, 10, 14, 15, 16 12

2. 3. 4. 5.

Kesehatan psikologis Tingkat aktivitas Hubungan sosial Lingkungan

5, 13, 18 9, 11 4, 7 -

19, 20, 23, 25, 26, 27, 28 21, 22 17 24

Kuesioner terdiri atas 28 item pertanyaan dengan rentang jawaban menggunakan skala likert. Rentang untuk pertanyaan kepusasan adalah

51

4=sangat puas, 3=puas, 2=tidak puas, 1=sangat tidak puas. Sedangkan untuk dampak pada pertanyaan positif rentangnya adalah 1=tidak pernah, 2=jarang, 3=sering, 4=selalu dan pada pertanyaan negative rentangnya adalah 4=tidak pernah, 3=jarang, 2=sering, 1=setiap saat. Jumlah kumulatif dari jawaban dengan nilai tertinggi 112 dan nilai terendah 28, kemudian dikategorikan yaitu 28-69 dikategorikan kualitas hidup buruk dan 70-112 dikategorikan kualitas hidup baik.

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Uji Validitas Validitas adalah indeks yang menunjukan alat ukur tersebut benarbenar mengukur apa yang diukur, pengukuran validitas kuesioner dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan dan kecermatan alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Notoatmodjo, 2010). Rumus yang digunakan yaitu pearson product moment:

Keterangan: r : Koefisien korelasi

X : Jumlah skor pertanyaan Y : Jumlah skor total n : Jumlah responden

52

Kriteria pengujian : Apabila r hitung > r tabel, maka item pertanyaan valid Apabila r hitung < r tabel, maka item pertanyaan adalah tidak valid Bila sudah ada kuesioner atau instrumen pengumpul data yang standar, maka bisa digunakan oleh peneliti (Saryono, 2011). Peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner kualitas hidup penderita DM. Hal tersebut berdasarkan penelitian Yusra (2011) guna mengukur kualitas hidup pada pasien DM kuesioner ini terdiri 28 item pertanyaan dengan rentang jawaban menggunakan skala likert. Nilai validitas instrumen ini adalah r=0,428-0,851. Kuesioner sikap dan perilaku keluarga dimodifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Nidya (2008) tentang hubungan sikap, perilaku, dan partisipasi keluarga terhadap kadar gula darah penderita DM tipe 2 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Januari-Juli 2008. Dan diuji validitas oleh peneliti kepada penderita DM tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas II Baturaden. Jumlah responden pada uji validitas yaitu sebanyak 30 penderita DM tipe 2. Berdasarkan hasil uji validitas pada kuesioner sikap keluarga terdapat 9 pernyataan yang dinyatakan valid yaitu pernyataan nomor 2, 3, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 18 dan pernyataan yang dinyatakan tidak valid berjumlah 9 yaitu nomor 1, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12. Pernyataan yang tidak valid dikeluarkan dari kuesioner tersebut.

53

Tabel 3.6. Nilai korelasi butir pertanyaan pada variabel sikap keluarga
Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 p value 0,090 0.034 0.000 0.316 0.831 0.065 0.502 0.108 0.001 0.419 0.165 0.170 0,004 0.000 0,009 0,015 0,000 0,000 Nilai r 0,315 0.388 0.709 0.189 0.041 0.341 0.128 0.300 0.557 0.153 0.260 0.257 0,516 0.597 0,470 0,441 0,696 0,620 Kesimpulan Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Berdasarkan hasil uji validitas pada kuesioner perilaku keluarga terdapat 9 pernyataan yang dinyatakan valid yaitu pernyataan nomor 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan pernyataan yang dinyatakan tidak valid sebanyak 2 yaitu pernyataan nomor 1 dan 4. Pernyataan yang tidak valid dikeluarkan dari kuesioner tersebut. Tabel 3.7. Nilai korelasi butir pertanyaan pada variabel perilaku keluarga Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 p value 0,057 0.000 0.000 0.125 0.000 0.005 0.000 0.000 0.000 0.000 0.002 Nilai r 0,352 0.668 0.694 0.287 0.637 0.500 0.700 0.689 0.739 0.637 0.534 Kesimpulan Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

54

2. Uji Reliabilitas Instrumen Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut pengukuran yang reliabel. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagi makna lain seperti keterpercayaan, keterandalan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Rumus untuk melakukan uji reliabilitas adalah sebagai berikut:

Keterangan: : Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach K : Jumlah item pertanyaan yang diuji s
2

: Jumlah varians skor item

SX2 : Varians skor-skor tes (seluruh item K)

Peneliti tidak melakukan uji reliabilitas pada kuesioner kualitas hidup penderita DM. Hal tersebut berdasarkan penelitian Yusra (2010) dengan hasil uji reliabilitas adalah Alfha Cronbach = 0,963. Kuesioner sikap dan perilaku keluarga dimodifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Nidya (2008) tentang hubungan sikap, perilaku, dan partisipasi

55

keluarga terhadap kadar gula darah penderita DM tipe 2 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Januari-Juli 2008. Dan diuji reliabilitas oleh peneliti kepada penderita DM tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas II Baturaden dengan jumlah responden sebanyak 30 penderita DM tipe 2. Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada kuesioner sikap keluarga adalah Alfha Cronbach = 0,691. Dan hasil uji reliabilitas pada kuesioner perilaku keluarga adalah Alfha Cronbach = 0,747.

G. Jalannya Penelitian Penelitian ini dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. Persiapan materi melalui studi pendahuluan dan studi pustaka yang mendukung penelitian. 2. Pembuatan proposal penelitian yang dilanjutkan dengan pengujian proposal penelitian. 3. Pengajuan surat rekomendasi dari kampus dan dinas kesehatan untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner sikap dan perilaku keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas II Baturraden. 4. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner sikap dan perilaku keluarga kepada 30 penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Baturaden. 5. Pengajuan surat rekomendasi dari kampus, Kesbangpol, dan Bappeda untuk melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran.

56

6. Pengumpulan data dibantu dengan asisten peneliti yang sudah disamakan persepsinya dan termasuk mahasiswa angkatan 2010 yang sudah mendapatkan Blok Nursing Research. 7. Wilayah kerja Puskesmas I Kembaran terdiri dari 8 desa, sehingga peneliti membagi wilayah desa yang diteliti oleh peneliti yang terdiri dari desa Linggasari, Kembaran, Purbadana, dan Karangsari. Sedangkan wilayah desa yang diteliti oleh asisten peneliti meliputi desa Bantarwuni, Dukuhwaluh, Tambaksari, dan Karangsoka. 8. Menyerahkan surat ijin penelitian kepada Puskesmas I Kembaran, Kecamatan Kembaran, dan kepada masing-masing desa yang menjadi bagian wilayah kerja Puskesmas I Kembaran. 9. Peneliti dan asisten peneliti melakukan penelitian dengan door to door sesuai data dan alamat dari Puskesmas I Kembaran. 10. Mengumpulkan data sampel penelitian, data berupa nama, usia, pendidikan, dan pekerjaan dicatat pada lembar karakteristik responden. 11. Sampel yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi digunakan untuk penelitian. Kemudian peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden (inform consent ). 12. Setelah responden dan keluarga setuju maka peneliti memberikan kuesioner sikap dan perilaku keluarga dan kualitas hidup pada penderita DM tipe 2. 13. Peneliti juga melakukan validasi kepada responden dan penderita dari kuesioner yang diisi tersebut.

57

14. Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner QoL (kualitas hidup) dan kuesioner sikap dan perilaku keluarga. 15. Penelitian selesai setelah sampel kelompok terpenuhi. Semua data direkap, dihitung kemudian dilakukan analisa statistik dengan menggunakan komputer. 16. Setelah analisis statistik selesai kemudian dibuat pembahasan dan kesimpulan yang disusun ke dalam laporan hasil penelitian.

H. Analisis Data Adapun langkah-langkah dalam memproses data adalah sebagai berikut: 1. Editing, yaitu kegiatan penyusunan data yang telah terkumpul dan melakukan pengecekan kelengkapan data untuk mengoreksi kesalahan data yang tidak lengkap dan salah tidak dipakai dalam penelitian. 2. Coding, yaitu kegiatan memberikan kode untuk setiap varibel untuk memudahkan dalam pengolahan data yang masuk dan memudahkan analisis data. Kode yang digunakan berupa angka yang ditentukan dengan jenis variabel. 3. Entry, yaitu kegiatan memasukan data ke dalam program computer untuk diolah menggunakan computer. 4. Tabulating, yaitu mengelompokan data sesuai variabel yang akan diteliti untuk keperluan analisis. 5. Pengolahan data menggunakan program statistik dengan uji statistik yaitu ChiSquare.

58

6. Cara analisis Setelah dilakukan pengumpulan data maka komponen variabel penelitian yang dapat dilakukan analisis merupakan: a) Analisis univariat Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan semua variabel yang diteliti. Variabel yang dianalisis secara univariat adalah karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, gambaran sikap keluarga, perilaku keluarga dan kualitas hidup yang berupa data kategorik dihitung dengan menggunakan distribusi frekuensi. Penyajian masing-masing variabel menggunakan tabel dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh (Dahlan, 2008). b) Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian yaitu melihat hubungan antara sikap keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2, dan hubungan perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2. Skala data variabel terikat adalah ordinal dan skala data variabel bebas adalah ordinal. Penelitian ini termasuk dalam jenis hipotesis korelatif sehingga uji statistik yang digunakan adalah Chi-square (Saryono, 2011). Hasil uji penelitian ini yaitu jika 0,05 maka Ha diterima, dan jika > 0,05 maka Ha ditolak. Dan uji penelitian ini menggunakan tabel 2x2. Syarat menggunakan uji ini yaitu nilai expected kurang dari lima tidak

59

melebihi 20%. Jika melebihi 20% maka menggunakan uji Fisher (Dahlan, 2008). Dalam hasil penelitian tidak ada nilai expected kurang dari lima sehingga tetap menggunakan Chi Square.

I. Etika Penelitian Etika merupakan prinsip moral yang mempengaruhi tindakan. Penelitian yang melibatkan manusia sebagai objek penelitiannya harus menerapkan etika penelitian (Saryono, 2011).Penelitian yang dilakukan juga menggunakan objek manusia yang memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia (Hidayat, 2003). Prinsip etika penelitian yang dikemukakan Saryono (2011) sebagai berikut: 1. Prinsip manfaat (beneficence) Prinsip manfaat dalam penelitian mengharuskan peneliti untuk memperkecil risiko dan memaksimalkan manfaat. Penelitian terhadap manusia diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan manusia baik secara individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Prinsip beneficence meliputi hak mendapatkan perlindungan dari penderitaan dan hak mendapatkan perlindungan dari eksploitasi (Saryono, 2011). Bebas dari penderitaan, yaitu perlakuan penelitian yang dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan pada responden (Saryono, 2011).

60

2. Prinsip menghormati martabat manusia (non-malefience) a. Hak untuk menentukan pilihan, yaitu hak untuk memutuskan dengan sukarela apakah responden tersebut berkenaan atau tidak dalam penelitian sikap, perilaku, partisipasi keluarga terhadap kualitas hidup tanpa risiko yang merugikan. Hak non maleficence meliputi hak untuk mendapat pertanyaan, mengungkapkan keberatan, dan menarik diri (Saryono, 2011). Peneliti menginformasikan informed consent. Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. b. Hak mendapatkan data yang lengkap, yaitu menghormati martabat, keputusan sukarela tentang keikutsertaan penelitian yang memerlukan ungkapan data yang lengkap (Saryono, 2011). 3. Prinsip keadilan (Justicie) Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil. Subyek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah

keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dropped out sebagai responden. 4. Kerahasiaan (Confidentiality) Prinsip kerahasiaan menjamin semua informasi yang dikumpulkan dalam penelitian tidak dibuka didepan publik.Data ilmiah dijadikan variabel dalam penelitian hanya ditampilkan untuk keperluan penelitian dan disajikan tanpa mendeskripsikan identitas responden. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya sehingga perlu

61

adanya kerahasiaan nama (anonymity) dan

identitas

responden.

Responden keluarga berhak meminta untuk digunakan inisial nama dalam memasukan nama di penelitian.

62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian Penelitian hubungan sikap dan perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kembaran I yang dilakukan pada bulan Desember 2013. Pada penelitian tersebut, diperoleh 50 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: 1. Univariat Dalam penelitian ini dilakukan analisis univariat pada karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan), variabel bebas yang terdiri dari sikap keluarga dan perilaku keluarga. Variabel terikat juga dilakukan analisis univariat yaitu kualitas hidup. a. Karakteristik Responden 1) Karakteristik responden berdasarkan usia Data karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.1.

63

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran (n= 50)
No 1 2 Usia 40 -65 tahun (Pralansia) >65 tahun Lansia Total Frekuensi 41 9 50 Persentase (%) 82,0 18,0 100

Berdasarkan

penelitian

diperoleh

data

tentang

usia

responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah responden penderita DM tipe 2 yaitu dengan usia 40-65 tahun dengan jumlah 41 orang (82,0%), dan usia >65 tahun dengan jumlah 9 orang (18,0%). 2) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran (n= 50)
No 1 2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Frekuensi 17 33 50 Persentase (%) 34,0 66,0 100

Berdasarkan tabel di atas diperoleh data tentang jenis kelamin responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah responden penderita DM tipe 2 terbanyak adalah perempuan yaitu

64

sebanyak 33 orang (66,0%), sedangkan responden penderita DM tipe 2 yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 17 orang (34%). 3) Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Data karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran (n= 50)
No 1 2 3 4 5 Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Lulus Pendidikan Dasar Lulus Pendidikan Dasar Lulus Pendidikan Menengah Lulus Akademik/PT Total Frekuensi 2 25 11 5 7 50 Persentase (%) 4,0 50,0 22,0 10,0 14,0 100

Berdasarkan tabel di atas diperoleh data tentang pendidikan responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah responden penderita DM tipe 2 terbanyak yaitu dengan tingkat pendidikan tidak lulus pendidikan dasar sebanyak 25 orang (50,0%). 4) Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Data karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.4.

65

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran (n= 50)
No 1 2 3 4 5 6 Pekerjaan Tidak Bekerja Ibu Rumah Tangga (IRT) Buruh Wiraswasta PNS Pensiunan Total Frekuensi 3 24 8 6 1 8 50 Persentase (%) 6,0 48,0 16,0 12,0 2,0 16,0 100

Berdasarkan tabel di atas diperoleh data tentang pekerjaan responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah penderita DM tipe 2 terbanyak yaitu dengan pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga/IRT sebanyak 24 orang (48,0%). b. Distribusi Responden berdasarkan Kualitas Hidup Penderita DM Tipe 2 Data tentang gambaran kualitas hidup penderita DM tipe 2 dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Distribusi kualitas hidup penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran
No 1 2 Kualitas hidup Baik Buruk Total Frekuensi 29 21 50 Persentase (%) 58,0 42,0 100

Berdasarkan tabel di atas diperoleh data tentang kualitas hidup baik yaitu sebanyak 29 orang (58,0%).

66

c. Distribusi Responden berdasarkan Sikap dan Perilaku Keluarga Data tentang gambaran sikap dan perilaku keluarga dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6. Distribusi sikap dan perilaku keluarga penderita DM tipe 2 di Wilayah Werja Puskesmas I Kembaran (n= 50)
No 1 2 Variabel Sikap keluarga Perilaku keluarga Total Frekuensi 38 12 35 15 50 Persentase (%) 76,0 24,0 70,0 30,0 100

Baik Kurang Baik Kurang

Berdasarkan tabel di atas diperoleh data tentang gambaran sikap dan perilaku keluarga pada penderita DM tipe 2. Hasil penelitian menunjukan bahwa gambaran sikap keluarga adalah baik yaitu sebanyak 38 orang (76,0%), dan sikap keluarga kurang yaitu sebanyak 12 orang (24,0%). Penderita DM tipe 2 dengan perilaku keluarga baik yaitu sebanyak 35 orang (70,0%), dan perilaku keluarga kurang yaitu sebanyak 15 orang (30,0%). 2. Bivariat Dalam penelitian ini dilakukan analisis bivariat antara variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu hubungan antara sikap keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2, dan hubungan antara perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2.

67

a. Hubungan Sikap Keluarga dengan Kualitas Hidup Penderita DM Tipe 2 Hasil uji analisis Chi-Square hubungan sikap keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Hubungan sikap keluarga dengan kualitas hidup penderita
Sikap Keluarga Baik Kurang Total Kualitas Hidup Baik 27 (54,0%) 2 (4,0%) 29 (58,0%) Buruk 11 (22,0%) 10 (20,0%) 21 (42,0%) X2 Value 0,001 OR

11,074

12,273

Hasil analisis hubungan antara sikap keluarga dengan kualitas hidup diperoleh hasil bahwa pada sikap keluarga yang baik terdapat 54,0% responden yang memiliki kualitas hidup baik, sedangkan pada sikap keluarga yang kurang terdapat 4,0% responden yang memiliki kualitas baik. Dengan demikian, secara persentase pasien yang memiliki sikap keluarga yang baik kecenderungan akan memiliki kualitas hidup yang baik dibandingkan dengan sikap keluarga yang kurang. Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diketahui value= 0,001, karena value < (0,05) maka (Ha) hipotesis kerja diterima yaitu terdapat hubungan antara sikap keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran.

68

b. Hubungan Perilaku Keluarga dengan Kualitas Hidup Penderita DM Tipe 2 Hasil uji analisis Chi-Square hubungan perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas I Kembaran dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8. Hubungan perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2
Perilaku keluarga Baik Kurang Total Kualitas hidup Baik 26 (52,0%) 3 (6,0%) 29 (58,0%) Buruk 9 (18,0%) 12 (24,0%) 21 (42,0%) X2 value 0,000 OR

12,70 2

11,556

Hasil analisis hubungan antara perilaku keluarga dengan kualitas hidup diperoleh hasil bahwa pada perilaku keluarga yang baik terdapat 52,0% responden yang memiliki kualitas hidup baik, sedangkan pada perilaku keluarga yang kurang terdapat 6,0% responden yang memiliki kualitas hidup kurang. Dengan demikian, secara persentase pasien yang memiliki perilaku keluarga yang baik kecenderungan akan memiliki kualitas hidup yang baik dibandingkan dengan perilaku keluarga yang kurang. Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diketahui value = 0,000, karena value < (0,05) maka (Ha) hipotesis kerja diterima yaitu terdapat hubungan antara perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas I Kembaran.

69

B.

Pembahasan 1. Univariat a. Karakteristik responden 1) Karakteristik responden berdasarkan usia Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah responden penderita DM tipe 2 yaitu dengan usia 40-65 tahun dengan jumlah 41 orang (82,0%), dan usia >65 tahun dengan jumlah 9 orang (18,0%). Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati dalam Nugroho (2009) membagi usia lanjut menjadi 2 bagian yaitu pralansia (40-65 tahun), dan lanjut usia (>65 tahun). DM tipe 2 biasanya terjadi setelah usia 30 tahun dan semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun. Usia lanjut mengalami gangguan toleransi glukosa mencapai 50-92% (Sudoyo, 2006). Hal ini sejalan dengan penelitian Wicaksono (2011) yaitu orang yang berusia 40 tahun lebih berisiko terkena DM dibandingkan dengan orang berusia <40 tahun. Usia Lanjut akan memiliki peningkatan risiko terhadap terjadinya DM dan intoleransi glukosa karena faktor degeneratif umumnya yaitu menurunnya fungsi tubuh untuk memetabolisme glukosa

(Wicaksono, 2011). Usia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan dalam tubuhnya. Komponen tubuh yang dapat mengalami perubahan adalah sel beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin, sel-sel jaringan target yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan

70

hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa (Wijanarko, 2012). WHO dalam Karwaji (2013) menyebutkan bahwa setelah usia 30 tahun, terjadi perubahan neuro-hormonal khususnya penurunan insulin-like growth factor-1 (IGF-1) yang mengakibatkan

menurunnya ambilan glukosa karena menurunnya jumlah dan sensitivitas reseptor insulin serta menurunnya aksi insulin. Dalam penelitian Goldberg dan Coon dalam Rochmah (2006), menyatakan bahwa umur sangat erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan kadar glukosa darah, sehingga semakin meningkat umur maka prevalensi DM dan gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. 2) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Hasil analisis dalam penelitian menunjukkan bahwa jumlah penderita DM tipe 2 lebih banyak terjadi pada perempuan, yaitu berjumlah 33 orang dengan presentase (66,0%), sedangkan laki-laki hanya berjumlah 17 orang dengan presentase (34,0%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rumiyanti (2008) menunjukan bahwa perempuan lebih banyak menderita DM tipe 2 dibandingkan laki-laki. Beberapa faktor risiko, seperti obesitas, kurang aktivitas/latihan fisik, usia dan riwayat DM saat hamil, menyebabkan tingginya kejadian DM pada perempuan (Radi, 2007). Menurut Irawan (2010), perempuan lebih berisiko terkena DM karena secara fisik perempuan memiliki peluang peningkatan

71

indeks massa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat

distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga perempuan beresiko menderita DM tipe 2. Selain itu pada perempuan memiliki tingkat kecemasan atau stress yang lebih tinggi dari laki-laki. Pada kondisi stres, hormon stres yang berada dalam tubuh akan dikeluarkan yang kemudian dapat mempengaruhi peningkatan kadar gula darah (Smeltzer & Bare, 2001). Ketika seseorang mengalami stres maka sistem saraf pusat simpatis dan axis hipotalamus-pituitari-adrenal teraktivasi. Aktivasi axis hipotalamus-pituitari-adrenal mengakibatkan produksi hormon kortisol berlebihan. Pada kejadian stres terus-menerus dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan terjadinya

peningkatan hormon kortisol yang konstan, terus-menerus, dan menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya obesitas, resistensi insulin, dan

peningkatan profil lipid dalam darah. Bila berlangsung terusmenerus maka akan berlanjut menjadi DM tipe 2 (Florencia, 2013). 3) Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pendidikan terbanyak yang dimiliki oleh penderita DM tipe 2 yaitu tidak lulus pendidikan dasar sebanyak 25 orang (50,0%).

72

Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap kejadian DM tipe 2. Orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi biasanya akan memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan. Dengan adanya pengetahuan tersebut orang akan memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatannya (Irawan, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Yusra (2011) mengatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencari perawatan dan pengobatan penyakit yang dideritanya, serta memilih dan memutuskan tindakan terapi yang akan dijalani untuk mengatasi masalah kesehatannya. Dalam penelitian Gautam et al (2009) dalam Yusra (2011) juga didapatkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah berhubungan dengan kejadian DM. 4) Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pekerjaan terbanyak yang dimiliki oleh penderita DM tipe 2 yaitu Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 24 orang (48,0%). Jenis pekerjaan juga erat kaitannya dengan kejadian DM. Pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya, karena aktifitas fisik dapat mengontrol gula darah. Aktifitas fisik mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul DM (Kemenkes, 2010).

73

Dalam hasil penelitian ini, pekerjaan terbanyak yang dimiliki responden yaitu IRT. Menurut Sukardji (2009), pekerjaan sebagai IRT termasuk dalam aktivitas ringan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujaya (2009), bahwa orang yang aktivitas fisiknya ringan memiliki risiko 4,36 kali lebih besar untuk menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan orang yang memiliki aktivitas yang sedang dan berat. b. Gambaran Kualitas Hidup Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, sebanyak 29 orang (58,0%) memiliki kualitas hidup baik, dan 21 orang (42,0%) memiliki kualitas hidup buruk. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa lebih banyak penderita yang memiliki kualitas hidup buruk. Asumsi peneliti bahwa kualitas hidup buruk yang dialami oleh penderita DM tipe 2 disebabkan karena persepsi penderita terhadap penyakit yang dideritanya tidak mengalami peningkatan dalam hal kesembuhannya. Penderita memiliki perasaan negatif seperti rasa putus asa, marah, malu, dan merasa sudah tidak peduli terhadap peningkatan kesehatannya sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki oleh penderita. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusra (2011) bahwa penyakit DM tipe 2 dapat meningkatkan risiko pasien untuk mengalami ketidakmampuan baik secara fisik, psikologis, dan sosial akibat keluhan-keluhan yang dialami. Gejalagejala yang dirasakan mengakibatkan keterbatasan baik segi dari fisik,

74

psikologis bahkan sosial. Gangguan fungsi dan perubahan tersebut berdampak terhadap kualitas hidup pasien DM tipe 2. Sedangkan penderita yang memiliki kualitas hidup yang baik, peneliti berasumsi hal tersebut dikarenakan selama terkena penyakit penderita mengalami perubahan terhadap kualitas hidupnya, namun bagi mereka hal tersebut tidak membatasi mereka untuk beraktivitas dan membuat hidupnya menjadi lebih baik dan berkualitas. Hal ini juga didukung oleh kegiatan Prolanis di Puskesmas I Kembaran yang diikuti oleh mereka. Kegiatan program lansia tersebut meliputi pengecekan kadar gula darah, penyuluhan, dan pengawasan tentang kesehatan penderita. Kegiatan tersebut dapat meningkatkan sosialisasi yang mereka miliki sehingga tidak rentan mengalami keputusasaan. c. Gambaran Sikap Keluarga Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang memiliki sikap keluarga baik yaitu sebanyak 38 orang (76,0%), dan yang memiliki sikap keluarga kurang yaitu sebanyak 12 orang (24,0%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa sikap keluarga baik lebih banyak dimiliki daripada sikap keluarga kurang. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu (Azwar, 2007). Sehingga dapat disimpulkan sikap keluarga yaitu kesiapan keluarga untuk bereaksi terhadap suatu objek atau perawatan dan pengobatan penderita DM dengan cara-cara tertentu.

75

Dalam hasil penelitian didapatkan sikap keluarga baik dan kurang. Peneliti berasumsi hal ini dikarenakan oleh faktor- faktor yang dapat mempengaruhi sikap tersebut. Menurut Azwar (2002) dalam

Fibriana (2011) yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan/agama, faktor emosional. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan pesan yang kuat. Pengaruh kebudayaan, tanpa didasari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Media massa, dalam pemberitahuan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang disampaikan dapat menjadikan bahan informasi sehingga akan mempengaruhi sikap yang ditentukan. Sehingga peneliti berasumsi, sikap yang dimiliki oleh keluarga penderita DM tersebut dipengaruhi beberapa faktor di atas sehingga didapatkan sikap keluarga baik dan kurang. Namun peneliti tidak meneliti lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap tersebut. Lebih jauh hasil analisis peneliti, menunjukkan bahwa sikap yang dirasakan kurang dilakukan oleh keluarga adalah sikap keluarga dalam mempunyai anggapan bahwa keluarga harus mendapatkan penyuluhan tentang penyakit yang diderita anggota keluarganya sedangkan sikap keluarga yang paling baik dilakukan oleh keluarga yaitu tentang pengaturan diit yang dilakukan oleh penderita. Hal ini

76

dikarenakan setiap keluarga memiliki kesibukan yang berbeda-beda, dan selain itu keluarga kurang berminat untuk mengikuti penyuluhanpenyuluhan yang diadakan disekitar tempat tinggal keluarga tersebut. d. Gambaran Perilaku Keluarga Penderita DM tipe 2 Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang memiliki perilaku keluarga baik yaitu sebanyak 35 orang (70,0%), dan yang memiliki perilaku keluarga kurang yaitu sebanyak 15 orang

(30,0%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa perilaku keluarga baik lebih ybanyak dimiliki daripada perilaku keluarga kurang. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia yang dapat diamati langsung (Azwar, 2007). Sehingga dapat disimpulkan perilaku keluarga merupakan kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dalam perawatan dan pengobatan anggota keluarga yang menderita penyakit DM. Sama halnya dengan sikap, perilaku juga dipengaruhi beberapa faktor. Menurut Heri, D. J (2009), faktor perilaku ditentukan oleh tiga kelompok faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor pendukung. Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap,

kepercayaan (tradisi), norma sosial, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu. Faktor pendukung ialah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan atau petugas yang lainnya. Green dalam Fibriana (2011) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan atau penyuluhan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan

77

menguatkan ketiga komponen faktor agar searah dengan tujuan kegiatan tersebut terhadap kesehatan pada umumnya. Melalui penyuluhan, semua diarahkan untuk mencapai perilaku yang baik. Lebih jauh hasil analisis peneliti, menunjukkan bahwa perilaku yang dirasakan kurang dilakukan oleh keluarga adalah perilaku keluarga dalam mencari informasi ataupun pengetahuan dari berbagai media yang berkaitan dengan kesehatan atau penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya sedangkan perilaku keluarga yang paling baik dilakukan oleh keluarga yaitu dalam hal diit yang dilakukan penderita. Selain itu peneliti juga berasumsi, perilaku yang kurang dari keluarga tentang pencarian informasi juga berkaitan dengan sikap keluarga yang tidak beranggapan bahwa keluarga harus mendapatkan penyuluhan mengenai penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya. Hal ini ini sesuai dengan penjelasan diatas, bahwa sikap merupakan salah satu yang mempengaruhi perilaku (Hadi, D.J, 2009). Namun peneliti tidak meneliti lebih lanjut bagaimana hubungan antara sikap dan perilaku yang dimiliki oleh keluarga tersebut. 2. Bivariat a. Hubungan Sikap Keluarga dengan Kualitas Hidup Penderita DM Tipe 2 Hasil analisis hubungan antara sikap keluarga dengan kualitas hidup diperoleh hasil bahwa pada sikap keluarga yang baik terdapat 54,0% responden memiliki kualitas hidup baik, sedangkan pada sikap keluarga yang kurang terdapat 4,0% responden yang memiliki kualitas

78

hidup baik. Dengan demikian, secara persentase pasien yang memiliki sikap keluarga yang baik kecenderungan akan memiliki kualitas hidup yang baik dibandingkan dengan sikap keluarga yang kurang. Berdasarkan hasil penelitian analisis bivariat menggunakan uji ChiSquare dengan tabel 2x2 menunjukkan value = 0,001, karena value < (0,05) maka (Ha) hipotesis kerja diterima yaitu terdapat hubungan antara sikap keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas I Kembaran. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu (Azwar, 2007). Sehingga dapat disimpulkan sikap keluarga yaitu kesiapan keluarga untuk bereaksi terhadap suatu objek atau perawatan dan pengobatan penderita DM dengan cara-cara tertentu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Norhayati (2009) bahwa sikap keluarga memiliki pengaruh terhadap tindakan dukungan kontrol gula darah dalam penatalaksanaan DM. Selain itu, sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana (2012) menunjukan bahwa sikap keluarga yang baik atau positif berhubungan terhadap pencegahan kejadian jatuh pada lansia. Sikap keluarga dalam pencegahan terhadap kejadian jatuh pada lansia yaitu menghilangkan keadaan rumah yang berbahaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar keluarga dengan sikap baik menunjukan kualitas yang baik pula pada penderita.

79

Karena keluarga merupakan support system utama bagi anggota keluarganya dalam mempertahankan kesehatannya. Keluarga

memegang peranan penting dalam perawatan terhadap anggota keluarganya (Maryam, 2009). Soewondo (2005) menyatakan bahwa stress-stres yang dialami penderita baik fisik maupun mental

berhubungan dengan sakitnya dan secara tidak disadari atau tidak langsung dirasakan oleh orang tua dan keluarga penderita, maka akan timbul suatu kesalahan-kesalahan sikap keluarga dan penderita. Sikap keluarga dipandang sebagai naluri untuk melindungi anggota keluarga yang sakit (Nidya, 2008). Sehingga hal-hal di atas dapat mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki oleh penderita. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Skarbek (2006) menyatakan bahwa penderita dengan peran keluarga yang negatif atau kurang akan menjadikan prediktor yang kuat dalam keadaan psikologis penderita yang kemudian akan mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup penderita. b. Hubungan Perilaku Keluarga dengan Kualitas Hidup Penderita DM tipe 2 Hasil analisis hubungan antara perilaku keluarga dengan kualitas hidup diperoleh hasil bahwa pada perilaku keluarga yang baik terdapat 52,0% responden memiliki kualitas hidup baik, sedangkan pada perilaku keluarga yang kurang terdapat 6,0% responden yang memiliki kualitas hidup baik. Dengan demikian, secara persentase pasien yang

80

memiliki perilaku keluarga yang baik kecenderungan akan memiliki kualitas hidup yang baik dibandingkan dengan perilaku keluarga yang kurang. Berdasarkan hasil penelitian analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dengan tabel 2x2 menunjukkan value = 0,000, karena value < (0,05) maka (Ha) hipotesis kerja diterima yaitu terdapat hubungan antara perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas I Kembaran. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia yang dapat diamati langsung (Azwar, 2007). Sehingga dapat disimpulkan perilaku keluarga merupakan kegaitan atau aktivitas yang dapat diamati dalam perawatan dan pengobatan anggota keluarga yang menderita penyakit DM. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Triana dan Madanijah (2007) yaitu perilaku ibu (keluarga) yang kurang baik maka akan meningkatkan kemungkinan (TB). Menurut Notoamodjo (1997) anak terkena Tuberkulosis dalam Madanijah (2007)

menyebutkan bahwa perilaku ibu yang selalu menjauhkan dari penderita TB dewasa, melakukan upaya-upaya pencegahan TB, selalu hadir di posyandu setiap bulan dan memiliki serta membaca KMS dapat mengurangi risiko terjadinya TB pada anak. Sama halnya dalam penelitian ini, perilaku keluarga yang baik terhadap penderita DM tipe 2 yaitu membedakan makanan atau minuman penderita dengan tamu, membedakaan menu makanan keluarga, keluarga mengingatkan untuk

81

melakukan kontrol gula darah dan melakukan olahraga, mencari informasi tentang DM, mempersiapkan obat, mengingatkan jadwal minum obat, dan mengingatkan terhadap barang-barang yang berisiko. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar keluarga yang memiliki perilaku keluarga baik menunjukan kualitas hidup yang baik pula pada penderita DM tipe 2 tersebut. Menurut Nidya (2008), selain sikap keluarga akan tetapi perilaku keluarga juga dipandang sebagai naluri untuk melindungi anggota keluarga yang sakit. Menurut Sundari dan Setyawati (2006) terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya bahwa peran serta keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga mulai dari segi strategi pencegahan sampai fase rehabilitasi. Hal ini juga didukung dalam penelitian yang dilakukan oleh Wen (2004) perilaku keluarga yang sadar atau baik dikaitkan dengan diet dan perawatan diri yang dilakukan oleh penderita. Semakin keluarga memiliki kesadaran, maka semakin mempengaruhi peningkatan kesehatan penderita yang dapat dilihat dari terapi ataupun perawatan diri yang dijalaninnya. Sehingga hal-hal yang kemudian akan mempengaruhi kualitas hidup penderita.

C.

Keterbatasan Penelitian 1. Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner, tidak melihat kondisi responden pada dahulu tetapi mengikuti proses perjalanan ke arah belakang berdasarkan waktu sehingga kebenaran kuesioner sangat dipengaruhi oleh

82

kejujuran dan daya ingat responden terhadap sikap dan perilaku keluarga yang diterima dan kualitas hidup yang dirasakan responden. 2. Karakteristik responden yang diteliti hanya terbatas pada usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan sementara banyak faktor lain yang mempengaruhi sikap dan perilaku keluarga. Peneliti juga tidak melihat hubungan antara karakteristik responden dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 ataupun hubungan antara karakteristik responden terhadap sikap dan perilaku yang diberikan oleh keluarga.

83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Responden pada penelitian ini berusia 40-65 tahun dengan jumlah 41 orang (82,0%), dan usia >65 tahun dengan jumlah 9 orang (18,0%). 2. Responden pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan sebanyak 33 orang (66,0%), dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 orang (34,0%). 3. Jumlah responden pada penelitian ini didominasi oleh penderita dengan tingkat pendidikan tidak lulus pendidikan dasar sebanyak 25 orang (50,0%). 4. Jumlah responden pada penelitian ini didominasi oleh penderita dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga/IRT sebanyak 24 orang (48,0%). 5. Jumlah responden pada penelitian ini didominasi oleh penderita yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 29 orang (58,0%). 6. Hasil penelitian menunjukan bahwa sikap keluarga baik yaitu sebanyak 38 orang (76,0%), perilaku keluarga baik yaitu sebanyak 35 orang (70,0%). 7. Ada hubungan antara sikap keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas I Kembaran dengan nilai p = 0,001 dengan demikian nilai p 0,05.

84

8.

Ada hubungan antara perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas I Kembaran dengan nilai p = 0,000 dengan demikian nilai p 0,05.

B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Petugas kesehatan diharapkan dapat melibatkan anggota keluarga dalam penatalaksanaan penderita DM tipe 2. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan edukasi kepada keluarga agar terlibat dalam penatalaksanaan penderita DM tipe 2 khususnya untuk meningkatkan kualitas hidup yang dimiliki oleh penderita. 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat dijadikan media promotif dengan memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai hubungan antara sikap dan perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2. Dan sebagai informasi untuk masyarakat bahwa sikap dan perilaku yang baik akan meningkatkan kualitas hidup penderita. 3. Bagi Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menggunakan metode lain yaitu menggunakan metode observasi agar sikap dan perilaku keluarga dapat terlihat jelas. Dan perlu dilakukan uji lanjut dari penelitian lanjutan

85

mengenai faktor-faktor lain yang berhubungan dengan sikap dan perilaku keluarga dan hubungan antara karakteristik responden dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 . Serta pengendalian faktor confounding dengan sebaik mungkin saat penelitian. 4. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat dijadikan referensi informasi terkait hubungan antara sikap dan perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 dalam penerapannya pada proses pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. (2004). Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes mellitus of journal, 55-60. Azwar, S. M. A. (2007). Sikap manusia: teori dan pengukurannya (2 ed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dahlan, M. S. (2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis (2 ed). Jakarta: PT. Arkans. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. (2012). Profil data kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2012. Banyumas: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2012). Profil data kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 . Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Fibriana, P. L. (2011). Hubungan antara sikap dengan perilaku keluarga tentang pencegahan penyakit menular Tuberkulosis. Jurnal keperawatan, 01(01). Florencia, J. (2013). Wanita bekerja lebih rentan terkena diabetes. Diakses dari klikdokter.com/helathnewstopics/read/2013/06/17 pada tanggal 3 Januari 2014. Friedman. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga riset, teori, dan praktik (5 ed). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Haji, S. S. (2010). Hubungan perilaku merokok dengan kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik terminal di RSUD PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hariyadi, D. (2010). Analisa hubungan penerapan pesan gizi seimbang keluarga dan perilaku keluarga sadar gizi dengan status gizi balita di provinsi Kalimantan barat. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor Heri, D. J. M. (2009). Promosi kesehatan. Jakarta: EGC. Hidayat, A. A. (2008). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika International Diabetes Federation (IDF). (2009). One adult in ten will have diabetes by 2030. 5th edition Diabetes Atlas. Irawan, D. (2010). Prevalensi dan faktor risiko kejadian diabetes mellitus tipe 2 di daerah urban Indonesia. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia Issa, B., & Baiyewu, O. (2006). Quality of life of patients with diabetes mellitus in a Nigerian Teaching Hospital. Hongkong Journal Psychiatry , 16 (1), 27-33.

Johnson, M. (2008). Diabetes, terapi, dan pencegahannya. Jawa Barat: Indonesia Publishing House. Karwaji, R. B. S. P. (2013). Hubungan peran keluarga terhadap kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Utara II. Skripsi. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Kementerian Kesehatan. (2010). Petunjuk teknis pengukuran faktor risiko diabetes mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Kurniawan, I. (2010). Diabetes Mellitus Tipe 2 pada usia lanjut. Health Sciences Journals 6(12). Kurniawan, Y., Hana, R., & Ida, M. (2008). Kualitas hidup penderita diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur, 10 (28), 76-87. Madanijah, S., & Triana, N. (2007). The core\relation between children post nutritional status and mothers participation at posyandu with Tuberculosis (TB) case on kindergarten student. Jurnal Gizi dan Pangan, 2(1), 29-41. Nadirawati. (2011). Hubungan dukungan keluarga dengan partisipasi keluarga dalam program eliminasi (minum obat) filariasis di malasetra Kabupaten Bandung. The soedirman journal of nursing, 6 (1), 47-55. Nidya, A. R. (2008). Hubungan antara sikap, perilaku, dan partisipasi keluarga terhadap kadar gula darah penderita DM tipe 2 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Norhayati, D. L. (2009). Hubungan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap tindakan dukungan kontrol gula darah pada penderita diabetes mellitus di Kabupaten Ponorogo. Tesis. Ponorogo: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta _____________ (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta _____________ (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta _____________ (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho, W. (2009). Komunikasi dalam keperawatan gerontik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Rochmah, W. (2006). Diabetes mellitus pada usia lanjut. Buku ajar ilmu penyakit dalam. (3rd Ed). (hlm 1937-1939). Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Penyakit Dalam FKUI. Odili, L.U. & Ugboka, A.C. (2010). Oparah: Quality Of Life Of People With Diabetes In Benin City As Measured With WHOQOL- BREF. The Internet Journal of Law, Healthcare and Ethics, 6(2).

PERKENI. (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Gramedia Post, M. W., Witte, L. P., & Schrijvers, A. J. (1999). Quality of life and the ICIDH: towards an integrated conceptual model for rehabilitation outcome research. PubMed, 13(1), 5-15. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku ajar keperawatan fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC. Price, A. & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit (Vol 2). Jakarta: EGC. Puskesmas I Kembaran. (2013). Data penderita DM tipe 2 rawat jalan di wilayah kerja Puskesmas I Kembaran pada bulan Maret-September 2013. Banyumas: Puskesmas I Kembaran. Radi, B. (2007). Diabetes mellitus sebagai faktor resiko penyakit jantung. Diakses dari http://www.pjnk.go.id pada tanggal 3 Januari 2014 Rumiyati. (2008). Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2006. Tesis. TDepok: FKMUI Santjaka, A. (2009). Biostatistik. Purwokerto: Global Internusa Saryono. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Purwokerto: UPT Percetakan dan Penerbitan Unsoed Sherwood, L. (2012). Fisiologi manusia dari sel ke sistem (6 ed.). Jakarta: EGC. Silitonga, R. (2007). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup penderita penyakit Parkinson di Poliklinik Saraf dr Kariadi. Tesis. Universitas Diponegoro: Semarang Skarbek, E. A. (2006). Psychososial predictors of self care behaviors in type 2 diabetes mellitus patients: Analysis of social support, self-efficacy, and depression. Diakses pada tanggal 13 Januari 2014 dari http://citeseerx.ist.psu.edu Skevington, S. M., Lotfy, M., & OConnell, K. A. (2004). The World Health Organizations WHOQOL-BREF quality of life assessment: Psychometri properties and results of the international field trial A report from the WHOQOL Group. Quality of life research, (13), 299-310. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah (8 ed) (vol 2). Jakarta: EGC . Soewondo, P. (2005). Pemantauan pengendalian diabetes mellitus, dalam penatalaksanaan diabetes terpadu (5ed). Jakarta: FK UI

Sudoyo, A. W. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Sujaya, I. N. (2009). Pola konsumsi makanan tradisional bali sebagai faktor risiko diabtes mellitus tipe 2 di Tabanam. Jurnal skala husada 6(1), 75-81. Sukardji, K. (2009). Penatalaksanaan gizi pada diabetes mellitus, dalam buku penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu (2 ed) cetakan ke-7. Jakarta: FK UI. Sundari, S. & Setyawati, I. (2006). Peran keluarga dalam perawatan penderita diabetes mellitus secara mandiri di rumah. Journal mutiara medika, 6(2), 113-121. Trisnawati, S. K. (2012). Faktor resiko kejadian diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas kecamatan Cengkareng Jakarta barat. Jurnal Ilmiah Kesehatan, (5) 1. Triyanto, E. (2011). Buku ajar keperawatan keluarga 1. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman Ulbricht, C. (2009). Diabetes: an inegrative approach. Journal Alternative and Complementary Therapies, 15. Waspadji, S. (2005). Mekanisme dasar dan pengelolaannya yang rasional, dalam penatalaksanaan diabetes terpadu (5 ed). Jakarta: FK UI. Wen, L. K., Michael, L.P., & Marvin, D. S. (2004). Family support and diet barriers among older Hispanic adults with type 2 diabetes. Clinical research and methods fam med, 36(6), 23-30. ___________________(2004). Family support, diet, and exercise among older Mexican American adults with type 2 diabetes. Europe PubMed Central, 30(6), 980-993. Wiardani. (2006). Pola makan dan obesitas sebagai faktor resiko DM tipe 2 di RS Sanglah Denpasar. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Wicaksono, R. P. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus II. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro Wijanarko, Yeni. (2012). Hubungan tingkat pengetahuan penderita diabetes mellitus II tentang perawatan kaki diabetes dengan kejadian ulkus kaki diabetes di RSU Dr. Saiful Anwar Malang. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya Malang Wild,. S. & Green,. A. ( 2004). Global prevalence of diabetes: estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care 27: 1047.

Yusra, A. (2011). Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Tesis. Universitas Indonesia, Depok.

LAMPIRAN

Lampiran 4. Surat Permohonan Menjadi Responden PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Bapak/Ibu .................................. Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Tatik Noerhayati NIM : G1D010040 Adalah mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman yang akan mengadakan penelitian dengan judul Hubungan antara Sikap dan Perilaku Keluarga dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara sikap dan perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2, mengetahui karakteristik responden, mengetahui sikap dan perilaku keluarga penderita diabetes mellitus tipe 2, mengetahui kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2, dan menganalisis hubungan antara sikap dan perilaku keluarga dengan kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2. Sehubungan dengan hal tersebut, dan dengan kerendahan hati saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Semua data maupun informasi yang dikumpulkan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika bersedia untuk menjadi responden, mohon Bapak/Ibu untuk menandatangani pernyataan kesediaan menjadi responden. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Purwokerto, November 2013 Peneliti,

(Tatik Noerhayati)

Lampiran 5. Persetujuan Menjadi Responden PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Setelah membaca dan memahami penjelasan serta tujuan dari penelitian ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Umur : Alamat : No. Telp : Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian berjudul Hubungan antara Sikap dan Perilaku Keluarga dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran yang dilakukan oleh Tatik Noerhayati mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Purwokerto, November 2013 Responden, ( )

Lampiran 6. Lembar Observasi LEMBAR OBSERVASI Hubungan antara Sikap dan Perilaku Keluarga dengan Kualitas Hidup penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas I Kembaran Alamat Responden : ...... Kode Responden : ...... LEMBAR OBSERVASI Umur : tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Pekerjaan : Tidak Bekerja Ibu Rumah Tangga Buruh Pedagang/Wiraswasta PNS Pensiunan Riwayat Pendidikan : Tidak sekolah Tidak Lulus Pendidikan Dasar Lulus Pendidikan Dasar Lulus Pendidikan Menengah Lulus Akademi / PT Penggolongan keluarga : (pilih salah satu) Kebutuhan Dasar Ya Melaksanakan ibadah menurut agamanya oleh masing-masing anggota keluarga Seluruh anggota keluarga makan minimal 2 x dalam sehari Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk setiap aktivitas Lantai rumah terluas bukan lantai tanah Bila anak sakit dibawa ke sarana kesehatan

Tidak

Lampiran 7. Kuesioner Kualitas Hidup KUESIONER KUALITAS HIDUP IDENTITAS PASIEN Kode responden : Conteng salah satu dari 4 pilihan tersebut!!! No Pertanyaan tentang kepuasan : Seberapa puas Bapak/Ibu/ Saudara/Saudari dalam satu minggu terakhir merasakan hal-hal seperti yang tercantum ada kuesioner ini : Lamanya waktu yang digunakan untuk kontrol/berobat? Perawatan yang ada? dan pengobatan Sangat puas Puas Tidak Puas Sangat Tidak Puas

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Diet yang anda lakukan? Penerimaan keluarga terhadap diabetes anda? Pengetahuan yang anda miliki tentang diabetes? Tidur anda? Hubungan sosial persahabatan anda? Kehidupan seksual? Aktivitas anda (pekerjaan dan tugas rumah tangga anda)? Penampilan tubuh anda? Waktu yang anda untuk olah raga? gunakan dan

Waktu santai/ senggang anda? Hidup anda?

No

Pertanyaan tentang dampak yang dirasakan: Seberapa sering Bapak/Ibu/Saudara/ Saudari dalam satu minggu terakhir mengalami hal-hal seperti yang tercantum pada kuesioner ini : Merasa sakit sehubungan diabetes? (nyeri) dengan

Tidak pernah

Jarang Sering Setiap atau 1-2 atau 3-4 saat atau kali kali 5-7 kali seminggu seminggu seminggu

14

15 16 17

Mengalami gemetar/keringat dingin? Tidak bisa tidur dimalam hari? Hubungan sosial dan persahabatan anda terganggu karena diabetes? Merasa diri dalam kondisi baik? Merasa dibatasi oleh diet anda? Merasa dicegah melakukan olah raga karena diabetes? Meninggalkan aktivitas (pekerjaan atau tugas rumah tangga) karena diabetes? Merasa terganggu aktivitas santai anda karena diabetes? Merasa pergi ke kamar mandi lebih sering dibanding orang lain karena diabetes? Merasa takut apakah akan

18 19 20

21

22

23

24

kehilangan pekerjaan? 25 Merasa takut apakah dapat melakukan liburan/ perjalanan? Merasa takut apakah akan meninggal dunia? Merasa takut terlihat berbeda karena diabetes? Merasa takut mengalami komplikasi karena diabetes?

26 27 28

Lampiran 8. Kuesioner Sikap dan Perilaku Keluarga DM IDENTITAS Kode Responden: I. SIKAP KELUARGA No Pernyataan Selalu (A) Sering (B) Kadangkadang (C) Tidak pernah (D)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Tidak ada masalah bagi keluarga saya bila saya minum dengan gula atau sirup yang mengandung gula. Saya kira, keluarga saya perlu tahu jenis makanan apa saja yang harus saya hindari. Saya kira, keluarga saya perlu tahu jadwal minum obat yang harus saya taati. Menurut anggota keluarga saya yang telah cukup dewasa, sebaiknya ia juga dilibatkan dalam pembahasan penyakit saya. Saya kira, keluarga saya perlu meyakini bahwa pengontrolan gula darah merupakan hal yang penting. Saya kira, keluarga saya perlu meyakini bahwa motivasi diperlukan dalam kesembuhan penyakit saya. Keluarga beranggapan bahwa informasi tentang penyakit kencing manis tidak penting bagi keluarga. Keluarga beranggapan bahwa anggota keluarga harus mendapatkan penyuluhan mengenai penyakit kencing manis. Saya kira, keluarga saya perlu tahu tentang terapi yang saya jalani.

II. PERILAKU KELUARGA No Pernyataan Selalu (A) Sering (B) Kadangkadang (C) Tidak pernah (D)

1.

Bila ada tamu, makanan atau minuman yang disajikan untuk saya tidak berbeda dengan yang disajikan untuk tamu. Menu makanan saya sehari hari dibedakan dengan menu makanan keluarga saya. Keluarga saya ada yang selalu mengingatkan saya agar kontrol gula darah tanpa harus menunggu bila keadaan saya memburuk. Keluarga saya ada yang selalu mengingatkan saya untuk tetap berolah raga bila saya lalai atau malas. Keluarga saya aktif dalam mencari informasi/pengetahuan tentang penyakit kencing manis dari koran, majalah, dan baca bacaan Keluarga saya mengingatkan saya untuk kontrol ke pelayanan kesehatan sesuai jadwal yang ditentukan. Keluarga tidak ikut mempersiapkan obat yang harus diminum oleh saya. Keluarga tidak mengingatkan saya jika jadwal untuk minum obat tidak sesuai jadwal. Keluarga mengingatkan jika saya tidak hati-hati ketika menggunakan alat atau barang yang dapat menimbulkan luka

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Lampiran 9. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Kuesioner Sikap Keluarga Corelations


TOTAL P1 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P4 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P5 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P7 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N .315 .090 30 .388* .034 30 .709** .000 30 .189 .316 30 .041 .831 30 .341 .065 30 .128 .502 30

P8

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

.300 .108 30 .557** .001 30 .153 .419 30 .260 .165 30 .257 .170 30 .516** .004 30 .597** .000 30 .470** .009 30 .441* .015 30

P9

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

P10

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

P11

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

P12

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

P13

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

P14

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

P15

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

P16

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

P17

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

.696** .000 30 .620** .000 30 1 30

P18

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

TOTAL

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Reliability Statistics Cronbach's Alpha .691 N of Items 19

Kuesioner perilaku keluarga


Corelation TOTAL P1 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P4 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P5 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P7 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P8 Pearson Correlation .352 .057 30 .668** .000 30 .694
**

Sig. (2-tailed) N P9 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P11 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

.000 30 .739** .000 30 .637** .000 30 .534** .002 30 1 30

.000 30 .287 .125 30 .637** .000 30 .500


**

Reliability Statistics Cronbach's Alpha .747 N of Items 12

.005 30 .700** .000 30 .689**

Lampiran 10. Data Hasil Penelitian Kode Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Usia (tahun) Pralansia pralansia pralansia pralansia pralansia Lansia pralansia pralansia pralansia pralansia pralansia Pralansia Lansia Pralansia Lansia Pralansia Pralansia JK wanita lakilaki wanita wanita wanita lakilaki wanita wanita wanita wanita lakilaki lakilaki lakilaki wanita wanita wanita wanita Pendidikan Lulus pend. Menengah Lulus pend. Dasar Tidak Sekolah Lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Perguruan Tinggi/akademik Tidak Sekolah Lulus pend. Dasar Lulus pend. Dasar Lulus pend. menengah Tidak lulus pend. Dasar Lulus pend. menengah Lulus pend. menengah Tidak lulus pend. Dasar Perguruan Tinggi/akademik Tidak lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Pekerjaan IRT Wiraswasta IRT IRT IRT Pensiunan IRT IRT IRT IRT Wiraswasta Buruh Tidak bekerja IRT Pensiunan IRT IRT Sikap baik baik baik baik Kurang Kurang Baik Baik Baik Baik Kurang Baik Kurang Kurang Baik Baik Kurang Perilaku baik baik baik baik Kurang Kurang Baik Baik Kurang Baik Kurang Baik Kurang Kurang Baik Baik Kurang Kualitas Hidup Baik Baik Baik Baik Buruk Baik Baik Baik Baik Baik Buruk Baik Buruk Buruk Baik Baik Buruk

18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

Pralansia Pralansia Pralansia Pralansia Pralansia Pralansia Pralansia Pralansia Pralansia Pralansia Lansia Lansia Lansia Pralansia Pralansia Pralansia Pralansia Pralansia Pralansia

wanita lakilaki wanita lakilaki wanita wanita wanita wanita lakilaki lakilaki wanita wanita wanita wanita wanita wanita wanita lakilaki wanita

Tidak lulus pend. Dasar Lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Perguruan Tinggi/akademik Tidak lulus pend. Dasar Lulus pend. Dasar Lulus pend. menengah Lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Perguruan Tinggi/akademik Tidak lulus pend. Dasar Perguruan Tinggi/akademik Perguruan Tinggi/akademik

IRT Buruh IRT Buruh IRT Pensiunan IRT IRT Pensiunan Pensiunan Wiraswasta IRT Buruh IRT Wiraswasta PNS IRT Pensiunan Pensiunan

Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Kurang Baik Baik Baik Baik Baik Baik Kurang Baik Kurang

Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Kurang Baik Baik Baik Baik Baik Baik Kurang Baik Kurang

Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Buruk Buruk Buruk Buruk Baik Baik Baik Buruk Baik Baik

37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

Pralansia Pralansia Pralansia Pralansia Lansia Pralansia Pralansia Pralansia Pralansia Pralansia Pralansia Lansia Pralansia Lansia

wanita lakilaki wanita wanita lakilaki wanita wanita lakilaki lakilaki wanita wanita lakilaki lakilaki lakilaki

Tidak lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Perguruan Tinggi/akademik Tidak lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Lulus pend. Dasar Tidak lulus pend. Dasar Lulus pend. Dasar

Buruh Tidak bekerja IRT IRT Pensiunan IRT IRT Wiraswasta Buruh IRT Buruh Tidak bekerja Buruh Wiraswasta

Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Kurang Kurang Baik Baik Baik Kurang

Baik Baik Kurang Baik Baik Baik Baik Baik Kurang Kurang Baik Baik Kurang Kurang

Buruk Buruk Buruk Buruk Baik Baik Buruk Baik Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk

Lampiran 11. Analisa univariat

Statistics usia N Valid Missing Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis 50 0 1.718 .337 .989 .662 JK 50 0 -.697 .337 -1.580 .662 Pendidikan 50 0 .837 .337 -.413 .662 pekerjaan 50 0 .956 .337 -.349 .662 sikap 50 0 1.256 .337 -.443 .662 perilaku 50 0 .900 .337 -1.241 .662 partisipasi 50 0 .510 .337 KH 50 0 .334 .337

-1.814 -1.969 .662 .662

Usia Cumulative Frequency Valid 40-65 tahun (pralansia) >65 tahun (lansia) Total 41 9 50 Percent 82.0 18.0 100.0 Valid Percent 82.0 18.0 100.0 Percent 82.0 100.0

Jenis Kelamin Cumulative Frequency Valid Laki-laki Wanita Total 17 33 50 Percent 34.0 66.0 100.0 Valid Percent 34.0 66.0 100.0 Percent 34.0 100.0

pendidikan Cumulative Frequency Valid tidak sekolah tidak lulus pendidikan dasar lulus pendidikan dasar lulus pendidikan menengah lulus Akademi/PT Total 2 25 11 5 7 50 Percent 4.0 50.0 22.0 10.0 14.0 100.0 Valid Percent 4.0 50.0 22.0 10.0 14.0 100.0 Percent 4.0 54.0 76.0 86.0 100.0

Pekerjaan Cumulative Frequency Valid tidak bekerja IRT Buruh Wiraswasta PNS Pensiunan Total 3 24 8 6 1 8 50 Percent 6.0 48.0 16.0 12.0 2.0 16.0 100.0 Valid Percent 6.0 48.0 16.0 12.0 2.0 16.0 100.0 Percent 6.0 54.0 70.0 82.0 84.0 100.0

Sikap keluarga Cumulative Frequency Valid Baik Kurang Total 38 12 50 Percent 76.0 24.0 100.0 Valid Percent 76.0 24.0 100.0 Percent 76.0 100.0

Perilaku keluarga Cumulative Frequency Valid Baik Kurang Total 35 15 50 Percent 70.0 30.0 100.0 Valid Percent 70.0 30.0 100.0 Percent 70.0 100.0

Kualitas Hidup Cumulative Frequency Valid Baik Buruk Total 29 21 50 Percent 58.0 42.0 100.0 Valid Percent 58.0 42.0 100.0 Percent 58.0 100.0

Lampiran 12. Analisa Bivariat

sikap * KH Crosstabulation KH Baik sikap Baik Count Expected Count % within sikap % within KH Kurang Count Expected Count % within sikap % within KH Total Count Expected Count % within sikap % within KH 27 22.0 71.1% 93.1% 2 7.0 16.7% 6.9% 29 29.0 58.0% 100.0% Buruk 11 16.0 28.9% 52.4% 10 5.0 83.3% 47.6% 21 21.0 42.0% 100.0% Total 38 38.0 100.0% 76.0% 12 12.0 100.0% 24.0% 50 50.0 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b b

Exact Sig. (2sided)

Exact Sig. (1sided)

df
a

sided) 1 1 1 .001 .003 .001

11.074

8.954 11.488

.002 10.852 50 1 .001

.001

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.04. b. Computed only for a 2x2 table

Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B St Sikap ep 1


a

S.E. .853 1.054

Wald 8.637 10.430

df 1 1

Sig. .003 .001

Exp(B) 12.273 .033

Lower 2.305

Upper 65.341

2.507 -3.405

Constant

a. Variable(s) entered on step 1: sikap.

perilaku * KH Crosstabulation KH Baik perilaku Baik Count Expected Count % within perilaku % within KH Kurang Count Expected Count % within perilaku % within KH Total Count Expected Count % within perilaku % within KH 26 20.3 74.3% 89.7% 3 8.7 20.0% 10.3% 29 29.0 58.0% 100.0% Buruk 9 14.7 25.7% 42.9% 12 6.3 80.0% 57.1% 21 21.0 42.0% 100.0% Total 35 35.0 100.0% 70.0% 15 15.0 100.0% 30.0% 50 50.0 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b b

Exact Sig. (2sided)

Exact Sig. (1sided)

df
a

sided) 1 1 1 .000 .001 .000

12.702

10.572 13.114

.001 12.448 50 1 .000

.001

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.30. b. Computed only for a 2x2 table

Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B St Perilaku ep 1


a

S.E. .752 1.007

Wald 10.576 12.125

df 1 1

Sig. .001 .000

Exp(B) 11.556 .030

Lower 2.644

Upper 50.502

2.447 -3.508

Constant

a. Variable(s) entered on step 1: perilaku.

Lampiran 13. Jadwal Penelitian

No 1.

Kegiatan Studi pendahuluan penelitian Penyusunan proposal penelitian Konsultasi dan revisi proposal Seminar proposal Uji validitas dan reliabilitas Perijinan penelitian Pelaksanaan penelitian Penyusunan hasil penelitian Seminar hasil Pengumpulan skripsi

Sept

Oktober

Nov

Des

Feb

2.

3.

4. 5.

6. 7. 8.

9. 10.

You might also like