You are on page 1of 13

PEMERIKSAAN WIDAL

[Type the document subtitle]


A.11 Alga Montana Awaliyah Wahdah Cahya Fitriani Julian Pratama Liko Maryudhiyanto Karuma Barza Afida Mohammad Yovansyah Putra

(1102008018) (1102008050) (1102008056) (1102008127) (1102008095) (1102008130) (1102008155)

YOVANSYAH 4/21/2009

Pemeriksaan Widal Rita 8 tahumn mengalami demam sudah 7 hari, demam dirasakan mulai siang sampai mencapai puncak pada malam hari, disretai mual dan sulit BAB. Pada pemeriksaan fisik diperoleh hasil suhu 38,5C, TEKANAN DARAH 110/70 mmHg, Ndi 88 x /menit, frekwensi nafas 20 x /menit, lidah tampak kotor dan tremor jantung dan paru dalam batas normal. Hasil pemeriksaan lab.Hematologi menunjukan Hb 12mg/dl, Leukosit 3500/ul, Tb 150.000/ul, Ht 36 vol % dan pemer.widal typhi O 1/320. Dokter menduga penyakit nya di sebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang merupakan bakteri enterik batang negative gram dan menyebabkan proses inflamasi pada usus halus, dikter menganjurkan untuk pemr Gall kultur.

STEP 1

Inflamasi : Respon provektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan berfungsi menghancurkan dan mengurangi agen cidera maupun jaringannya. Tremor : Getaran atau gigilan atau volunteer secara bebas melawan kemauan. Widal : Uji untuk melihat adanya aglutinin terhadap antigen O dan H dari Salmonella typhi dan Paratyphi dr serum [enderita yang dicurigai terinveksi bakteri salmonella. Hematologi : Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang Darah dan Jaringan pembuluh Darah. Bakteri Salmonella typhi : Parasit yang terbatas pada manusia penyebab demam Typoid. Gall kultur : Isolasi kuman Salmonella dari daerah perkembangan mikro organisme/sel jaringan hidup pada media yang menyebabkan pertumbuhan yaitu ampedu. Lidah kotor (coated tongue) : Lidah yang tertutup lapisan putih/kekuningan yang mengandung epitel yang mengalami deksplomasi debris bakteri jamur dll. Hematokrit : Persentase volume eritrosit dalam darah keseluruhan, proporsi volume sample darah dengan sel darah merah yang diukur dalam ml/dl dari darah.

STEP 2
3

1. Bagaimana cara bakteri Salmonella typhi menginveksi penderita? 2. Berapa kadar normal Hemoglobin, Eritrosit, Hematokrit dan Trombosit? 3. Berapa batas positif pemeriksaan widal O? 4. Mengapa lidah Rita tampak kotor dan tremor? 5. Bagaimana bakteri Salmomella typhi bisa bertahan pada tubuh manusia? 6. Apa yang menyebabkan Rita pada skenario Mual, Demam dan sulit BAB? 7. Bagaimna cara pencegahan bakteri Salmonlla typhi agar tidak masuk dalam tubuh? 8. Apa yang di maksud dengan bakteri enterik batang Gram Negatif? 9. Bagaimana patogenesis dari demam Typoid? 10. Mengapa dokter menganjurkan pemeriksaan Gall Kultur? 11. Mengapa dilakkukan pemeriksaan Laboraturium Hematologi? 12. Bagaimana cara pengobatan demam Typoid? 13. Bagaimana proses Inflamasi pada Usus halus?

STEP 3 1. Salmonella typhi menginveksi penderita dengan cara : Tinja Urin Makanan
4

Lalat 2. Hemoglobin : Wanita : 12 16 mg/dl Pria : 14 18 mg/dl Hematokrit : 5000 10.000 /ul Trombosit : 150.000 400.000/ul Leukosit : Wanita : 40 - 52% Pria : 37 47% 3. Kadar positif : H : 1/320 (sudah suspect) O : 1/80 (sudah suspect) 4. 5. Karna Salmonella typhi mempunyai lipid yang tinggi dan dinding sel yang tebal. 6. Demam : Karna endotoksin yang dikeluarkan Salmonella typhi merangsang Sel radang. Sulit BAB : Karna terjadi Inflamsi di usus halus. 7. Pencegahan : Menjaga kebersihan makanan. Menjaga kebersihan tangan. 8. Bakteri batang Gram Negatif : Bakteri berada dalam usus (Menyerang usus) berbentuk batang dan berwarna merah pada pewarnaan Gram. 9. Salmonella typhi Makanan Lambung Kuman Hidup Usus halus Kuman mengeluarkan endokrin Masuk aliran darah Mati

Inflamasi usus halus Seluruh tubuh.

Menusuk saluran lien

10. Untuk mencari kuman yang menyebar ke dalam tubuh. 11. Untuk mengetahui kadar Hb, Ht, Tb, dan Leukosit dalm tubuh serta untuk menyingkirkan penyakit lain. 12. Dengan memberi obat Simptomatik dan Antibiotik. 13. Jejas Vasodilatasi pembuluh darah Peningkatan permiabilitas pembuluh darah Marginasi sel2 radang diapedesis migrasi sel radang ke tempat inflamasi.

STEP 4 Demam typoid di sebabkan karna makanan dan minuman yang terinveksi Bakteri Salmonella yang masuk ke dalam tubuh manusia lalu menyebabkan inflamasi dalam usus halus sehingga timbul gejala Mual, demam, sulit BAB dan lidah kotor serta tremor. Dilakukan penanganan dengan cara memberikan Antibiotik dan Simptomatik. Pencegahan dilakukan dengan cara mmenjaga kebersihan makanan dan minuman serta mencuci tangan sebelum makan.
5

STEP 5 1. Memahami dan menjelaskan tentang Bakteri enteric batang negatif Gram. 1.1. Klasifikasi Bakteri enteric batang negatif Gram. 1.2. Morfologi Bakteri enteric batang negatif Gram. 2. Memahami dan menjelaskan Inflamasi 2.1. Infalamsi Akut 2.2. Inflamasi Kronik 2.3. Penyembuhan Luka 3. Memahami dan menjelaskan Patologi dan Manisfestasi klinis demam typoid 3.1. Patogenesis Demam Typoid 3.2. Patofisiologi Demam Typoid
6

3.3. Gejala Klinis Demam Typoid 4. Memahami dan menjelaskan Pemeriksaan Lab.Hematologi dan Mikrobiologi demam typoid. 4.1. Pemeriksaan Lab Hematologi 4.2. Pemeriksaan Widal 4.3. Pemeriksaan Gall Kultur 5. Memahami dan menjelaskan Farmakoterapi Antibiotik. 6. Memahami dan menjelaskan Epidemiologi Demam typoid 6.1. Sumber Infeksi 6.2. Pencegahan.

STEP 6 Gather Information and Individual Study

STEP 7 1. Memahami dan menjelaskan tentang Bakteri enteric batang negatif Gram. 1.1. Klasifikasi Bakteri enteric batang negatif Gram. Keluarga Enterobacteriaceae mempunyai ciri2 sebagai berikut : Merupakan kelompok Gram negatif berbentuk batang baik itu motil ataupun nonmotil Tumbuh dalam pepton atau dalam media kaldu daging tanpa tambahan NaCl atau Suplemen lain Tumbuh dgn baik pada agar Mac Conkey Tumbuh secara Aerobik dan Anaerobik Menunjukan Katlase Positif, Oksidasi Negatif dan mereduksi nitrat menjadi nitrit 1.2. Morfologi Bakteri enteric batang negatif Gram. Escherichia : Menghasilkan tes positif terhadap Indak, Lisin dekarboksilase dan memfermentasi manitol serta menghasilkan gas dr glukosa. Mempunyai

2. Memahami dan Menjelaskan Inflamasi 2.1. Inflamisi Akut Akut : Respon landsung dan dini terhadap agen jejas relatif singkat, hanya berlangsung beberapa jam atau hari(< 3 bulan). Proses ada 3 : o Perubahan penampang pembuluh darah Terjadi vasodilatasi arteriol lokal yang didahului vasokonstriksi singkat sehingga aliran darah melambat dan pertambahannya aliran darah di tempat inflamasi. o Perubahan permeabilitas pembuluh darah Terjadi peningkatan permesbilitas vaskular menyebabkan protein plasma dan leukosit ke jaringan interstitial dan mengakibatkan terjadinya edema.

morfologi yang khas pada media pembeda seperti media agar EMB akan menunjukan warna kemilau dan tes incole positif. Kelompok klebsiella-enterobacter-serratia : Spesies klebsiella menujukan pertumbuhan mukoid, kapsul polisakarida yang besar dan tidak motil. Mereka biasannya memberikan hasil tes yang positif untuk lisin dekarboksilase dan sitrat. Enterobacter memberi hasil positif untuk motilyti, sitrat dan ornitin dekarboksilase dan memproduksi gas dari glukosa. Serratia memproduksi DNA ase, lIfase, dan Gelatinase. Shigella : Bersifat nonmotil dan biasanya tidak memfermentasikan laktosa tapi tidak bagi karbohidrat lain, memproduksi asam tanpa gas. Salmonella :Tumbuh cepat pd media yang sederhana, tetapi mereka hampir tidak pernah memfermentasikan laktosa atau sukrosa, membentuk asam, memproduksi H2S, tahan hidup dalam air yang beku.

o Agresi leukosit di lokasi jejas Marginasi dan susunan berlapis Emigrasi Kemotaksis Fagositosis 2.2. Inflamasi Kronik Kronik : Inflamsi yang berlangsung lama (>3 bula ) Ciri2 : Infiltrasi sel mononukleus, terutama makkrofag, limfosit dan sel plasma. Kerusakan jaringan Perbaikan oleh jaringan penyamung yg ditandai proliferasi Morfologi : Serosa : Gelembung kulit yang menyertai luka bakar ringan Fibrinosa : Perikarditis fibrinosa setelah infark miokard Supuratif/purulen : Abses piogenik staphylococcus Membranosa : Radang permukaan mukosa/kulit dengan jaringan nefrotik
9

Perivaskular dan Interstitial : Sifilis menimbulkan pelingkupan perivaskular yang disebabkan oleh sel plasma 2.3. Penyembuhan Luka Sayatan dipenuhi dengan bekuan darah 3-24 jam neutrofil dari tepiakan memfiltrasi bekuan darah. Hri ke-3 , neotrofil digantikan makrofag, jaringan granulasi mulai timbul. Hari ke 5, ruang sayatan dipenuhi dengan jaringan granulasi, neovaskularisasi maksimal, sebutan kolagen mulai timbul dan poliferasi epitel maksimal Minggu ke 2, terjadi polifrasi fibroblas dan penimbunan kolagen.

3. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi & Manifestasi Klinis Demam Thypoid 3.1 usus 3.2 Patogenesis Makanan yg sudah terinfeksi S. Thypi dimakan Sebagian kuman dimusnahkan di lambung. Sebagian kuman yg lolos masuk kedalam Bila respon imunitas humoral mukosa usus kurang baik, maka kuman akan menembus sel epitel dan lamina propia Kuman difagosit makrofag dan dibawa ke saluran limfe mesentrika Melalui duktus torasikus, kuman masuk kedalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh organ tubuh. Di organ-organ, kuman akan meninggalkan sel fagosit dan berkembang biak Kuman-kuman yg sudah berkembang biak tersebut masuk kembali ke sirkulasi darah Terjadi gejala-gejala klinis demam thypoid Manifestasi klinis
10

Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini, ditemukan keluhan-keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, diare, batuk dan epistakis. Pada minggu kedua terjadi gejala klinis berupa bradikardia, lidah yg berselaput, hepatomegali, splenomegali, dan dapat berupa koma.

4. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi dan Mikrobiologi Demam Tifoid Pada pemeriksaan hematologi, sering ditemukan leukopenia, tapi dapat terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis. Dapat ditemukan anemia dan trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terj adi aneosinofilia maupun limfopenia Uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman S. Thypi. Pada uji Widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. Thypi dengan antibodi yg disebut aglutinin.

Untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita yaitu : a. Aglutinin O b. Aglutinin H c. Aglutinin V Semakin tinggi titer smakin besar pemeriksaan kuman. Pada fase akut timbul Aglutinin O Faktor2 yang mempengaruhi a. b. c. d. e. f. Gall kultur Hasil biakan darah yang positif memmastikan demam typoid tetapi hasil negatif tdk menyingkirkan demam typoid, karna hal berikut : Telah mendapat terapi Antibiotik Volume darah kurang Riwayat Vaksinasi Pengobatan Dini dgn Antibiotik Gangguan pembentukan antibodi dan pemberian kortikosteroid Waktu pengambilan darah Daerah endemik atau non endemik Riwayat vaksinasi Reaksi Anamnetik Aglutinin H masih dijumpai walau sudah sembuh

5. Memahami dan menjelaskan Farmakologi Amtibiotik.

11

a.Kloramfenikol Digunakan unutk infeksi mikroba jenis Slmonella typhi H.Influezae Pilihan utama demam typoid Perbaikan kklinis dalm waktu 2 hari, demam turun 3-5 hari Dosis anak = 50-100 mg/kg BB sekali dalam 10 hari

b. Kotrimoksazol Mekanisme kerja pd 2 tahap berurutan dalam reaksi enzimatik untuk membentuk asam tetra hidrofolat o Sulfonamid menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul As.Folat o Trimetoprim menghambat teerjadinya reaksi reduksi dari hidrofolat menjadi tetrahidrofolat.

. Efek samping Menyebabkan megaloblastis, leukopenia atau trombositopemia 75% terjadi pada kulit Pada pasien AIDS karna pneumocytiscarinil sering terjadi efek demam, lemah, erupsi kulit dan atau ponsitopenia

6. Memahami dan manjelaskan Epidemiologi Demam Typoid a. Sumber Infeksi b. Pencegahan Daftar pustaka Gunawan, sulista G dan Rianto Setiabudi Nafrialdi (2007). Farmakoogi dan Terapi.Edisi 5, Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. Pengukuran sanitasi harus dikerjakan untuk mencegah kontaminasi makanan dan air dengan hewan pengerat atau binatang lain yang mengeluarkan Salmonella. Ternak yang terinfeksi, daging dan telur harus dimasak dengan benar. Vaksin Salmonella lain kurang memberikan perlindungan dan tidak direkomendasikan. Air Susu Kerang Telur Daging Penyalahgunaan obat Pewarnaan binatang Binatang peliharaan di rumah

12

Jawetz, Melnick, dan Adebergs (2005). Medical Microbiology. Jakarta : Salemba Medika. Robbins(2004). Buku Ajar Patologi.Edisi 7, Jakarta : EGC Sudoyo, Aru W dan bamabang Setiyohadi et al (2006).Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3, Jakrta : Departemen Penyakit Dalam FK UI.

13

You might also like