You are on page 1of 14

DIFTERIA

Oleh dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A

DIFTERIA Penyakit infeksi akut ok corynebacterium diphteria Etiologi -Corynebacterium diphteriae - Bakteri gram positif - Tidak membentuk spora - Tdpt 3 jenis basil : Gravis, Mitis, Intermedius - Basil membentuk pseudomembran dan eksotoksin

Klasifikasi : Difteri Nasal Difteri Tonsil Difteri Faring Difteri Laring


Patofisiologi Kuman masuk lewat hidung / mulut menetap di mukosa saluran nafas bagian atas

Setelah 2-4 hari dikeluarkan toksin. Respon peradangan lokal, nekrosis jaringan patchy exudate Bertambahnya pembentukan toksin di daerah infeksi membentuk pseudo membran dpt menyebar ke seluruh tract.respiratorius Edema jaringan lunak meluas ke dalam membran memberikan gambaran bullneck Toksin yang dihasilkan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh miokarditis, paralisis otot pernafasan, nefritis

UJI SCHICK - Untuk mengetahui apakah seseorang telah mengandung antitoksin - Disuntikkan 1/50 MLD intrakutan (+) vesikel, setelah 24 jam (-) tdk ada reaksi antitoksin tinggi

Diagnosis Kontak dengan penderita Gejala rinitis, tonsilitis atau faringitis Suara serak Stridor dan tanda obstruksi jalan nafas Demam tak begitu tinggi Limfadenitis servikal, bullneck Ditemukan membran pada tempat infeksi berwarna putih ke abu-abuan, mudah berdarah bila diangkat

Lekositosis, anemia EKG dapat terjadi Aritmia, perubahan segmen ST dan sel T bila ada Miokarditis Diagnosa pasti: kuman difteri pada sediaan langsung atau biakan (+)

Diagnosa Banding Faringitis ok streptokokus Mononukleus infeksiosa Tonsilitis membranosa non bakterial Epiglotitis Moniliasis
Komplikasi Obstruksi saluran pernafasan dan kematian mendadak Miokarditis Paralisis otot : palatum, mata, n. frenikus Gagal jantung Nefritis

Terapi Netralisasi toksin bebas ADS dosis D. hidung 40.000 u D. faring 60 80.000 u D. laring dengan bullneck 100.000 u Dilakukan sensitivity test intradermal indurasi > 3 mm sesudah 20 menit (+)

ADS diberikan secara Besredka dengan interval 20 menit 0,05 ml lar 1 : 20 sk 0,10 ml lar 1 : 20 sk 0,10 ml lar 1 : 10 sk 0,10 ml tanpa pengenceran sk 0,30 ml tanpa pengenceran im 0,50 ml tanpa pengenceran im 0,60 ml tanpa pengenceran iv Bila tdk ada reaksi, sisanya diberikan i.v secara pelan-pelan

Eradikasi kuman PP 50.000 u/kgbb/hr im dibagi 2 dosis selama 14 hari Eritromisin 40 mg/kgbb/hr dibagi 4 dosis selama 14 hari Isolasi

Suportif Bedrest 2 3 minggu O2 bila sesak nafas Diet ML mudah dicerna Trakeostomi bila perlu Prednison 1-1,5 mg /kg bb/hr p.o. dibagi 3 dosis selama 14 hari pada kasus berat

Pencegahan Waktu dipulangkan imunisasi DPT < 7 th imunisasi DT > 7 th Untuk kontak dengan px periksa sediaan hapus hidung, tenggorakan Hasil (-) Imunisasi atau DPT/DT yang belum imunisasi atau imunisasi ulang bagi yang pernah Eritromisin 40 mg/kg/hr p.o. selama 7 hari

Hasil (+) Imunisasi Eritromisin 40 mg/ mg bb/hr p.o. selama 7hari Bila anak ada gejala rawat
Prognosis Tergantung umur, virulensi kuman, lokasi membran, status imunisasi, kecepatan Tx, perawatan umum Adanya trombositopeni, lekositosis > 25.000/mm3 prognosis buruk Mortalitas 5 % terutama ok miokarditis

You might also like