You are on page 1of 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SINUSITIS

A. KONSEP DASAR

I. Definisi

Sinusitis adalah radang pada rongga hidung(A.K Muda Ahmad.2003) Sinusitis adalah merupakan radang penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal sesuai anatomi sinus yang terkena,dapat dibagi menjadi sinusitis maksila,sinusitis etmoid,sinusitis frontal,dan sinusitis sfenoid(Soepardi 2001)

Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung,dapat berupa sinusitis maksilaris atau frontalis sinusitis dapat berlangsung akut maupun kronik.dapat mengenai anak yang sudah besar.pada sinusitis paranasal sudah berkembang pada anak umur 6-11tahun (Ngstiya 1997)

II. Etiologi 1). Sinusitis akut biasanya disebabkan oleh virus,bakteri atau jamur.seperti streptococcus pneumoniae,dan haemophilus influenzae yang ditemukan kurang lebih 70% kasus.penyebab lain yang terjadi pada sinusitis akut yaitu rinitis akut (influenza),infeksi faring (faringitis) Pada sinusitis , penyebab lain dapat terjadi karena polusi bahan kimia dan alergi. Faktor predeposisi obstruksi mekanik seperti devisiasi septum,benda asing dihidung tumor atau polip juga karena rinitis alergi,rinitis kronik,polusi lingkungan,udara dingin dan kering 2). Penyebab lain dimulai dengan adanya.penyumbatan daerah kompleks osteomeatal oleh infeksi dan dapat menyebabkan infeksi gigi rahang atas M1,M2,M3 danP1 dan P2.

III. Patofisiologi

Kuman menyebar kesaluran pernafasan

Tekanan pada sinus meningkat

Batuk-batuk

Nyeri

IV. Manifestasi Klinis Anamesis biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan atas ,berupa pilek,dan batuk yang lama lebih dari 7hari . a). Sinusitis akut ,mempunyai gejala subyektif yang terbagi atas gejala sistemik yaitu demam dan rasa lesu,serta gejala lokal yaitu hidung tersumbat , ingus kental yang kadang berbau dan mengalir kenasofaring (post nasal drip),halifosis (mulut yang berbau busuk ),sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari,nyeri didaerah sinus yang terkena serta kadang nyeri alih ketempat lain.gejala objektif ,tampak pembekakan didaerah muka.pada sinusitis akut merupakan manifestasi klink yang dimulai dengan adanya tanda-tanda peradangan pada daerah tersebut,hal ini sama dengan manifestasi klinis pada sinusitis subakut merupakan tanda-tanda radang akutny mulai mereda.

b). Sinusitis kronik merupakan gejala subjektif bervariasi dari ringan hingga berat seperti: - gejala hidung dan nasofaring,berupa sekret dihidung dan nasofaring (post nasal drip).sekret dinasofaring secara terus menerus akan menyebabkan batuk kronik - gejala faring berupa rasa tidak nyaman di tenggorok - gejala saluran nafas ,berupa batuk dan kadang komplikasi diparu - gejala saluran cerna dapat terjadi gasoentritis akibat mukopus yang tertelan - nyeri,kepala biasanya pada pagi hari dan berkurang disiang hari - gejala mata,akibat perjalanan infeksi melalui duktus nasolakrimalis.

V. Penatalaksanaan Diberikan terapi medika mentosa berupa antibiotik selama 10-14hari,namun dapat diperpanjang sampai semua gejala hilang.antibiotik dipilih yang mencakup anerob,seperti penisilinV.klidamisin atau augmentin merupakan pilihan yang tepat bila penisilin tidak efektif.jika dalam 48-72jam tidak ada perbaikan klinis diganti dengan antibiotik untuk kuman yang menghasilkan beta laktamase,yaitu amoksisilin atau ampisilin dikombinasikan dengan asam klavulanat.steroid nasal topikal seperti beklometason berguna sebagai antiinflamasi dan antialergi.Diberikan pula dekongestan untuk memperlancar drainase sinus.dapat diberikan sistemik maupun topikal.khusus yang topikal harus dibatasi selama 5hari untuk menghindari terjadinya rinitis medika mentosa.Bila perlu,diberikan analgesik untuk menghilangkan nyeri;mukolitik untuk mengencerkan sekret,meningkatkan kerja silia,dan merangsang pemecahan fibrin.Bila perlu dilakukan diatermi.diatermi dilakukan dengan sinar gelombang pendek sebanyak 5-6kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus.jika belum membaik,dilakukan pencucian sinus.Terapi radikal dilakukan dengan mengangkat mukosa yang patologik dan membuat drainase sinus yang terkena.untuk sinus maksila dilakukan operasi Cald well-Luc,sedangkan untuk sinus etmoid dilakukan edmoidektomi dari intranasal atu ekstra nasal.pada sinusitis frontal dilakukan secara intra nasal atau ekstra nasal (opersi killian).drainase sinus sfenoid dilakukan secara intranasal.

VI. Komplikasi 1. Meningitis 2. Abses otak 3. Dapat juga timbul kelainan pada sistem pernafasan seperti: Bronkitis kronis dan bronkietasis

VII.Klasifikasi

Sinusitis Maksila SINUSITIS Sinusitis Sub Akut Sinusitis Etmoid Sinusitis Frontal Sinusitis Sfenoid

Yang termasuk dalam sinusitis yaitu : A. Sinusitis Akut Penyakit ini dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks ostiomeatal oleh infeksi, obstruksi mekanis atau alergi. Selain itu juga dapat merupakan penyebaran dari infeksi gigi. ETIOLOGI Penyebab sinusitis akut ialah : 1. Rinitis akut 2. Infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut 3. Infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3, serta P1 dan P2 (dentogen) 4. Berenang dan menyelam 5. Trauma, dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal 6. Baro trauma dapat menyebabkan ekrosismukosa GEJALA SUBYEKTIF Gejala subyektif dibagi dalam gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala sistemik ialah demam dan rasa lesu. Lokal pada hidung terdapat ingus kental yang kadang-kadang berbau dan dirasakan mengalir ke naso faring. GEJALA OBYEKTIF Pada pemeriksaan sinusitis akut akan tampak pembengkakan pada sinusitis maksila terlihat di pipi dan kelopak mata bawah, pada sinusitis frontal di dahi dan kelopak mata atas. Pada sinusits etmoid jarang timbul pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis etmoid anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis etmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah tampak ke luar dari meatus superior. B. Sinusitis Sub Akut Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya (demam, sakit kepala hebat, nyeri tekan) sudah reda

C. Sinusitis Kronis Sinusitis kronis berbeda dari sinusitis akut dalam berbagai aspek. Harus dicari faktor penyebab dan faktor predisposisinya. Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung. Perubahan mukosa hidung dapat juga disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik. GEJALA SUBYEKTIF Gejala subyektif sangat bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari : gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret di hidung dan sekret pasca nasal gejala faring yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorok gejala telinga, berupa pendengaran terganggu oleh karena tersumbatnya tuba eustachius GEJALA OBYEKTIF Pada sinusitis kronis, temuan pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis akut dan tidak terdapat pembengkakan pada wajah. Yang termasuk dalam sinusitis paranasal (Akut, Subakut, Kronik) : A. Sinusitis Maksila Sinusitis maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan intra-temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung. Anatomi Sinus Maksila : 1. Dasar dari anatomi sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas 2. Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita 3. Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari sinus, sehingga drenase kurang baik B. Sinusitis Frontal Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari pada lainnya. Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm sinus frontal berdrenase melalui ostiumnya yang terletak di resescuss frontal. C. Sinusitis Etmoid Di bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal. Sel etmoid yang terbesar disebut pula et moid. Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribrosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis. D. Sinusitis Sfenoid

Batasan-batasannya ialah, sebelah-sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar hipofisa, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan a. karotis interna.

VIII. Diagnostik Test 1. Pemeriksaan transilumasi (untuk sinus maksila dan sinus frontal) Untuk mengetahui daerah gelap yang tampak pada daerah infraorbita, berarti antrum terisi oleh pus atau mukosa antrum menebal atau terdapat neoplasma di dalam antrum. 2. Pemeriksaan radiologi Bila dicurigai adanya kelainan di sinus para nasal, maka dilakukan pemeriksaan radiologi. 3. Pemeriksaan histopatologik Dari jaringan yang diambil pada waktu dilakukan sinuskopi

4. Sinoskopi Pemeriksaan ke dalam sinus maksila menggunakan ensdoskopi, dapat dilihat keadaan di dalam sinus, apakah ada sekret, polip, jaringan granulasi. 5. Pemeriksaan CT Scan Pemeriksaan untuk mengetahui adanya meatus medinus dan meatus superior.

B. ASUHAN KEPERAWATAN I. Pengkajan :

1. Biodata : Nama,umur,jenis kelamin,suku bangsa,pendidikan,pekerjaan,alamat,dll. 2. Keluhan utama: Biasanya pasien mengeluh nyeri pada kepala sinus dan tenggorokan 3. Riwayat Penyakit Sekarang Tanyakan pada klien 5 unsur PQRST 4. Riwayat Penyakit Dahulu: Merupakan faktor pencetus timbulnya sinusitis,yaitu: - Apakah klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma? - Apakah klien pernah mempunyai riwayat penyakit THT? - Apakah klien pernah menderita sakit gigi geraham? 5. Riwayat Penyakit Keluarga:

Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang?atau penyakit lain seperti

hipertensi,Dm(Diabetes Millitus) 6. Riwayat PsikoSosial-Spritual: a. Psikologis:perasan yang dirasakan oleh klien cemas/sedih? b. Sosial:Bagaimana hubungan klien dengan orang terdekat klien maupun dengan lingkungannya terutama diRumah Sakit? c. Apakah klien tetap menjalankan ibadahnya selama perawatan diRumah Sakit? Pemeriksaan Fisik - Observasi tanda-tanda vital TD N S P : (tekanan darah) : (nadi) : (suhu) : (pernafasan)

- Keadaan Umum: Biasanya klien terlihat lemah,namun tampak sakit pada daerah kepala sinus(daerah rongga/saluran tempat nanah keluar) - Melakukan observasi tingkat kesadaran: a. Compos mentis:sadar sepenuhnya dapat menjawab semua pernyataan tentang

keadaan sekelilingnya. b. Apatis:keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan kehidupan

disekitarnya,sikap acuh tak acuh. c. Somnolen:keadaan kesadaran yang mau tidur saja.dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri akan tetapi jatuh tidur lagi d. Delirium:keadaan kacau motorik yang sangat,memberontak,berteriak,dan tidak sadar terhadap orang lain tempat dan waktu e. Sopor/Semi sopor :keadaan kesadaran yang menyerupai koma,reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsangan nyeri. f. Koma:keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan rangsangan apapun Pada umumnya tingkat kesadaran Compos mentis,dengan GCS:456

II. Pemenuhan kebutuhan sehari hari - Pola makan :

Kaji kebisaan pola makan klien selama dirumah ataupun dirumah sakit.biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung.

- pola minum : Kaji kebiasaan pola minum klien selama dirumah sakit.apakah pola minum klien teratur atau tidak?pola kebiasaan minum klien biasanya dalam batas normal sekitar (7-8 gelas perhari)dengan jumlah 1750-2000cc/hari. - Eliminasi Alvi(BAB): Pola teratur 1kali sehari dengan konsistensi lunak dan warna kuning - Eliminasi Urine(BAB): Pola kebiasaan urine biasanya dalam batas normal (5-6kali/hari)dengan warna kuning jernih - Istirahat Tidur Pola tidur klien terganggu karena klien merasa tidak dapat istirahat disebabkan klien sering pilek - Aktivitas Membatasi kegiatan yang berlebihan

III. Pengkajian persistem - Sistem Muskolosekeletal Pergerakan sendi dan tulang dapat digerakkan secara normal. Inspeksi (pada bagian luar)

- Perhatikan bentuk tulang hidung - Amati jika ada perubahan warna dan bengkak Palpasi - Amati jika ada rangsangan nyeri Skala nyeri : 0 3 (ringan) 4 7 (sedang) 8 10 (berat) - Adakah krepitasi pada tulang hidung (lakrimaris) - Sistem Penglihatan Pergerakan bola mata kadang-kadang dirasakan nyeri pada bola mata atau dibelakangnya dan nyeri akan bertambah bila mata digerakkan - Sistem Pernafasan :

Inspeksi

: Amati, jika ada pembengkakan di daerah sekitar mata-mata

Palpasi

: a. Pada sinusitis frontal rasa nyeri terlokalisasi di dahi atau dirasakan nyeri di seluruh kepala b. Rasa nyeri pada sinusitis sfenoid di verteks,oksipital, di belakang bola mata dan di daerah mastoid Adanya gejala telinga, berupa pendengaran terganggu oleh karena tersumbatnya tuba Eustachius Adanya nyeri/ sakit kepala pada pagi hari dan akan berkurang di siang hari Gejala saluran napas berupa batuk dan kadang-kadang terdapat komplikasi di paru berupa asma bronkial sehingga terjadi penyakit sinobronkitis kadang-kadang gejala sangat ringan hanya terdapat sekret di nasofaring yang menganggu. - Sistem kardiovaskuler: Biasanya bunyi jantung normal,pola nadi normal - Sistem Persyarafan : Gerakan reflek tubuh normal dengan GCS 456 Sedangkan pada sistem syaraf (nervus) dipengaruhi oleh saraf penghidu nervus I, offaktorius jika terjadi kelainan pada sistem penghidu - Sistem Pencernaan : Adanya gejala pada saluran cerna, oleh karena mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis, sering terjadi pada anak - Sistem Reproduksi : Tidak adanya penyakit kelamin, scrotum normal (laki-laki). - Sstem Perkemihan : Tidak adanya perubahan pada warna urine,tidak terdapat Albumin dalam kemih (protein yang terdapat pada jaringan tubuh).

Diagnosa Keperawatan 1. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinus 2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung 3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus

4.

Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi)

5. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu,nyeri sekunder dari proses peradangan

Intervensi dan Rasionalnya

Diagnosa Keperawatan 1 Jalan nafas tidak efektik berhubungan dengan obtruksi (penumpukan sekret hidung) sekunder dari peradangan sinus Tujuan : jalan nafas efektif setelah sekret (seous, purulen)dikeluarkan Kriteria hasil : Klien tidak bernafas lagi melalui mulut Jalan nafas kembali normal terutama hidung

INTERVENSI a. Kaji penumpukan sekret yang ada

RASIONAL a. Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya b. Mengetahui perkembangan klien

b. Obsevasi tanda-tanda vital

sebelum dilakukan operasi c. Kerjasama untuk meghilangkan penumpukan sekret/masalah

c. Kolaborasi

dengan

tim

medis

untuk pembersihan sekret

Diagnosa Keperawatan 2
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang

Kriteria Hasil: - Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang - Klien tidak menyeringai kesakitan

INTERVENSI a. Kaji tingkat nyeri klien

a.

RASIONAL Mengetahui tigkat nyeri dalam

klien

menentukan tindakan selanjutnya sebab dan akibat nyeri

b. b. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya

Dengan

diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri

c. Klien mengetahui tekhnik distraksi dan relaksasi c. Ajarkan tekhnik relaksasi dand. distraksi sehingga dapat

mempraktekkannya bila mengalami nyeri Mengetahui keadaan umum dan

perkembangan kondisi klien.

e. Menghilangkan/menguragi keluhan nyeri klien

d. Observasi tanda-tanda vital dan keluahan klien e. Kolaborasi dengan tim medis :

1). Terapi Konservatif : - Obat Acetaminopen, Aspirin, obat sakit kepala tablet. berupa puyer atau

Dekongestan Hidung (obat tetes

hidung) untuk memperlancar drenase, hanya diberikan untuk waktu yang

terbatas 5 sampai 10 hari.

- Drainase Sinus, pada sinus frontal dapat dilakukan dari dalam hidung (intranasal) atau dengan operasi dari luar

(eksternasal), seperti pada operasi killian. Sedangkan pada sinus sfenoid dilakukan dari dalam hidung (intranasal) 2). Pembedahan : - Irigasi Antral : Untuk Sinusitis Maksilaris dilakukan untuk mengeluarkan sekret yang

terkumpul di dalam rongga sinus maksila - Operasi Cadwell luc. untuk mengangkat mukosa yang patologik dan membuat drainase dari sinus yang terkena

Diagnosa Keperawatan 3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dai kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun sekuder dari peradangan sinus Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi Kriteria hasil Klien menghabiskan korsi makannya Berat badan tetap seperti sebelum sakit atau bertambah

INTERVENSI RASIONAL a. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien a. Mengatahui kekurangan nutrisi klien b. Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan b. Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi meningkatkan

c. Catat intake ouput makanan klien

pemenuhan nutrisi c. Mengetahui perkembangan pemenuhan

d. Anjurkan makan sedikit tapi sering

nutrisi klien d. Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekana yang berlebihan pada lambung

e. Sajikan makan secara menarik

e. Meningkatkan selara makan klien

Diagnosa Keperawatan 4 Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi) Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang Kriteria hasil : Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.

INTERVENSI a. Kaji tingkat kecemasan klien b. Berikan kenyamanan

RASIONAL a. Menentukan tindakan selanjutnya b. Memudahkan penerimaan klien terhadap dan informasi yang diberikan

ketentraman pada klien Temani klien Perlihatkan rasa empati (datang dengan menyentuh klien) c. Meningkatkan pemahaman klien tentang c. Berikan penjelasan pada klien penyakit dan terapi untuk penyakit

tentang penyakit yang dideritanya tersebut sehingga klien lebih koopretif perlahan, tenang serta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudahd. Dengan menghilangkan stimulus yang di mengerti d. Singkirkan stimulasi mencemaskan yang ketenangan klien akan meningkatkan

berlebihan misalnya : - Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang

- batasi kontak dengan orang lain/klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasane. Mengetahui perkembangan klien secara dini. e. Observasi tanda-tanda pital f. Obat dapat menurunkan tingkat

kecemasan klien

f. Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis 1). Terapi Konservatif : - Obat Acetaminopen ; Aspirin, obat sakit kepala tablet. berupa puyer atau

Dekongestan Hidung (obat tetes

hidung) untuk memperlancar drenase, hanya diberikan untuk waktu yang

terbatas 5 sampai 10 hari. - Drainase Sinus, pada sinus frontal dapat dilakukan dari dalam hidung (intranasal) atau dengan operasi dari luar

(eksternasal), seperti pada operasi killian. Sedangkan pada sinus sfenoid dilakukan dari dalam hidung (intranasal) 2). Pembedahan : - Irigasi Antral : Untuk Sinusitis Maksilaris dilakukan untuk mengeluarkan sekret yang

terkumpul di dalam rongga sinus maksila Operasi Cadwell luc. untuk

mengangkat mukosa yang patologik dan membuat drainase dari sinus yang terkena

Diagnosa Keperawatan 5 Gangguan Istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses peradangan

Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman Kriteria hasil : - Klien tidur 6-8 jam sehari

INTERVENSI a. Kaji kebutuhan tidur klien

RASIONAL a. Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur

b. Ciptakan suasana yang nyaman c. Anjurkan klien bernafas lewat mulut

b. Agar klien dapat tidur dengan tenang c. Pernafasan tidak terganggu

d. Kolaborasi dengan tim medis dalamd. Pernafasan dapat efektif kembalib lewat pemberian obat hidung

IMPLEMENTASI Merupakan tindakan pelaksanaan dari interfensi yang telah dibuat untuk dapat mengatasi diapnosa keperawatan yang telah ada

EVALUASI

1. Apakah klien dapat bernafas efektif ? 2. Apakah rasa nyaman nyeri klien sudah teratasi ? 3. Apakah klien sudah terpenuhi kebutuhan nutrisinya ? 4. Apakah kecemasan klien sudah berangsur hilang ? 5. Apakah istirahat dan tidur klien sudah merasa lebih nyaman?

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Juall. L. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC : Jakarta.

Cody, D. Thane R. (1991). Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan. EGC: Jakarta. Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta. Mansjoer, Arief. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. FKUI : Jakarta. Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta. Soepardi, Efiaty Arsyad. (2001). Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala, Leher. FKUI : Jakarta. Sumber lain dari internet : http ://www.aaai.org/ (joint council of allergy, asthma, immunology)

You might also like