You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang Penjelasan mengenai makna kehidupan dan bagaimana seharusnya kita menjalaninya m erupakan masalah yang klasik, yang hingga sekarang susah untuk ditetapkan filsaf at mana yang paling benar yang seharusnya kita anut. Para filsuf tersebut menggu nakan sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan filsafat yang berbeda pul a. Dari beberapa banyak aliran filsafat, kami hanya membahas aliran filsafat ide alisme, materialisme, eksistensialisme, monisme, dualisme dan pluralisme. Antara aliran atau paham yang satu dan yang lainnya ada yang saling bertentangan dan a da pula yang memiliki konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, buka nlah untuk saling dipertentangkan. Justru dengan banyaknya aliran atau paham yan g sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang sedang kita hadapi. Memahami sistem filsafat sesungguhnya menelusuri dan mengkaji suatu pemikiran m endasar dan tertua yang mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistim, filsafat be rkembang berdasarkan ajaran seorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat. Sistem filsafat sebagai suatu masyarakat atau bangsa. Sistem filsafat amat diten tukan oleh potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh kerjasa ma faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini diantaranya yang utama ialah sikap dan pandangan hidup, citakarsa dan kondisi alam lingkungan. Apabila cita karsanya tinggi dan kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa itu tumbuhnya tidak subur (tidak jaya).Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, s elain memenuhi kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu da n keterkaitan penulis terhadap bab aliran filsafat idealisme, materialisme, spir itualisme dan filsafat ilmu.

BAB II PEMBAHASAN 1. IDEALISME Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (sp irit). Istilah ini diambil dari kata idea , yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.Kat a idealisme dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari arti yang bia sa dipakai dalam bahasa sehari-hari. Kata idealis itu dapat mengandung beberapa pengertian, antara lain:Seorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika , dan agama serta menghayatinya;Orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan sua tu rencana atau program yang belum ada. Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti dari kata ide daripada kata ideal. W.E. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata idea-i sm lebih tepat digunakan daripada idealism. Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (sel f) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi. Alam, bagi orang idealis, mempunyai arti dan maksud, yang diantara aspek-aspekny a adalah perkembangan manusia. Oleh karena itulah seorang idealis akan berpendap at bahwa, terdapat suatu harmoni yang dalam arti manusia dengan alam. Apa yang te rtinggi dalam jiwa juga merupakan yang terdalam dalam alam . Manusia merasa ada ruma hnya dengan alam; ia bukanlah orang atau makhluk ciptaan nasib, oleh karena alam ini suatu sistem yang logis dan spiritual; dan hal ini tercermin dalam usaha ma nusia untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Jiwa (self) bukannya satuan yang terasing atau tidak rill, jiwa adalah bagian yang sebenarnya dari proses alam. P roses ini dalam tingkat yang tinggi menunjukkan dirinya sebagai aktivis, akal, j iwa, atau perorangan. Manusia sebagai satuan bagian dari alam menunjukkan strukt ur alam dalam kehidupan sendiri. Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang ut ama dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi. Namun, m

ateri adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab, seseoranga kanmemikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus memikirkan roh at au akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya materi itu, dia har us meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah akal budi itu, buka nnya apakah materi itu. Paham ini beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia ada k arena ada unsur yang tidak terlihat yang mengandung sikap dan tindakan manusia. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian. Untuk menjadi manus ia maka peralatan yang digunakannya bukan semata-mata peralatan jasmaniah yang m encakup hanya peralatan panca indera, tetapi juga peralatan rohaniah yang mencak up akal dan budi. Justru akal dan budilah yang menentukan kualitas manusia. a.Jenis-Jenis Idealisme Sejarah idealisme cukup berliku-liku dan meluas karena mencakup berbagai teori y ang berlainan walaupun berkaitan. Ada beberapa jenis idealisme: yaitu idealisme subjektif, idealisme objektif, dan idealisme personal. 1. Idealisme Subjektif Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tola k pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide m anusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lai n alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang dari inggris yang berna ma George Berkeley (1684-1753 M). Menurut Berkeley, segala sesuatu yang tertangk ap oleh sensasi/perasaan kita itu bukanlah materi yang real dan ada secara objek tif. 2. Idealisme Objektif Idealisme Objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide man usia. Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terda pat dalam susunan alam. Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materi, yang ada secara abadi di luar manusia, sesua tu yang bukan materi itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusi a dan segala pikiran dan perasaannya. Filsuf idealis yang pertama kali dikenal adalah Plato. Ia membagi dunia dalam du a bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia yang konkret ini adalah temporal dan ru sak; bukan dunia yang sesungguhnya, melainkan bayangan alias penampakan saja. Ke dua, terdapat alam di atas alam benda, yakni alam konsep, idea, universal atau e sensi yang abadi. 3. Idealisme Personal (personalisme) Idealisme personal yaitu nilai-nilai perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya. Personalisme muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik. Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang ab strak atau proses pemikiran yang khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir. b. Tokoh-Tokoh Idealisme 1. J.G. Fichte (1762-1814 M) Johan Gottlieb Fichte adalah filosof Jerman. Ia belajar teologi di Jena pada tah un 1780-1788. Filsafat menurut Fichte haruslah dideduksi dari satu prinsip. Ini sudah mencukupi untuk memenuhi tuntutan pemikiran, moral, bahkan seluruh kebutuh an manusia. Prinsip yang dimaksud ada di dalam etika. Bukan teori, melainkan pra kteklah yang menjadi pusat yang disekitarnya kehidupan diatur. Unsur esensial da lam pengalaman adalah tindakan, bukan fakta. Menurut pendapatnya subjek menciptakan objek. Kenyataan pertama ialah saya yang sed ang berpikir , subjek menempatkan diri sebagai tesis. Tetapi subjek memerlukan obj ek, seperti tangan kanan mengandaikan tangan kiri, dan ini merupakan antitesis. Subjek dan objek yang dilihat dalam kesatuan disebut sintesis. Segala sesuatu ya ng ada berasal dari tindak perbuatan sang Aku.

2. G.W.F Hegel (1798-1857 M) Hegel lahir di Stuttgart, Jerman pada tanggal 17 Agustus 1770. Ayahnya adalah s eorang pegawai rendah bernama George Ludwig Hegel dan ibunya yang tidak terkenal itu bernama Maria Magdalena. Pada usia 7 tahun ia memasuki sekolah latin, kemud ian gymnasium. Hegel muda ini tergolong anak telmi alias telat mikir! Pada usia 18 tahun ia memasuki Universitas Tubingen. Setelah menyelesaikan kuliah, ia menj adi seorang tutor, selain mengajar di Yena. Pada usia 41 tahun ia menikah dengan Marie Von Tucher. Karirnya selain menjadi direktur sekolah menengah, juga perna h menjadi redaktur surat kabar. Ia diangkat menjadi guru besar di Heidelberg dan kemudian pindah ke Berlin hingga ia menjadi Rektor Universitas Berlin (1830). Pokok-Pokok Pikiran (Filsafat) Hegel Tema fisafat Hegel adalah Ide Mutlak. Oleh karena itu, semua pemikirannya tidak terlepas dari ide mutlak, baik berkenaan dari sistemnya, proses dialektiknya, ma upun titik awal dan titik akhir kefilsafatannya. Oleh karena itu pulalah filsafa tnya disebut filsafat idealis, suatu filsafat yang menetapkan wujud yang pertama adalah ide (jiwa). 2. MATERIALISME Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau haki kat dari segala sesuatu ialah materi. Karena itu materialisme mempersoalkan meta fisika, namun metafisikanya adalah metafisika materialisme. Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology yang menekankan keunggulan faktor-fakt or material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemolog i, atau penjelasan historis. Maksudnya, suatu keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain, ma terialisme adalah sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa pikiran ( roh, kesadar an, dan jiwa ) hanyalah materi yang sedang bergerak. Materi dan alam semesta sama sekali tidak memiliki karakteristik-karakteristik p ikiran dan tidak ada entitas-entitas nonmaterial. Realitas satu-satunya adalah m ateri. Setiap perubahan bersebab materi atau natura dan dunia fisik. Beberapa to koh pemikir materialisme, antara lain : a. Karl Marx (1818-1883) Marx lahir di Trier Jerman pada tahun 1818.ayahnya merupakan seorang Yahudi dan pengacara yang cukup berada, dan ia masuk Protestan ketika Marx berusia enam tah un. Setelah dewasa Marx melanjutkan studinya ke universitas di Bonn, kemudian Be rlin. Ia memperoleh gelar doktor dengan desertasinya tentang filsafat Epicurus d an Demoktirus. Kemudian, ia pun menjadi pengikut Hegelian sayap kiri dan pengiku t Feurbach. Dalam usia dua puluh empat tahun, Marx menjadi redaktur Koran Rheini ch Zeitung yang dibrendel pemerintahannya karena dianggap revolusioner. Setelah ia menikah dengan Jenny Von Westphalen (1843) ia pergi ke Paris dan disi nilah ia bertemu dengan F.Engels dan bersahabat dengannya. Tahun 1847, Marx dan Engels bergabung dengan Liga Komunis, dan atas permintaan liga komunis inilah, m ereka mencetuskan Manifesto Komunis (1848). Dasar filsafat Marx adalah bahwa setiap zaman, system produksi merupakan hal yan g fundamental. Yang menjadi persoalan bukan cita-xita politik atau teologi yang berlebihan, melainkan suatu system produksi. Sejarah merupakan suatu perjuangan kelas, perjuangan kelas yang tertindas melawan kelas yang berkuasa. Pada waktu i tu Eropa disebut kelas borjuis. Pada puncaknya dari sejarah ialah suatu masyarak at yang tidak berkelas, yang menurut Marx adalah masyarakat komunis. b. Thomas Hobbes (1588-1679 M) Menurut Thomas Hobbes materialisme menyangkal adanya jiwa atau roh karena keduan ya hanyalah pancaran dari materi. Dapat dikatakan juga bahwa materialisme menyan gkal adanya ruang mutlak lepas dari barang-barang material. c. Hornby (1974) Menurut Hornby materialisme adalah theory, belief, that only material thing exis t (teori atau kepercayaan bahwa yang ada hanyalah benda-benda material saja). Sebagian ahli lain mengatakan bahwa materialisme adalah kepercayaan bahwa yang a da hanyalah materi dalam gerak. Juga dikatakan kepercayaan bahwa pikiran memang ada, tetapi adanya pikiran disebabkan perubahan-perubahan materi. Materialisme j uga berarti bahwa materi dan alam semesta tidak memiliki karakteristik pikiran, seperti tujuan, kesadaran, niat, tujuan, makna, arah, kecerdasan, kemauan atau u

paya. Jadi, materialisme tidak mengakui adanya entitas nonmaterial, seperti roh, hantu, malaikat. Materialisme juga tidak mempercayai adanya Tuhan atau alam sup ranatural. Oleh sebab itu, penganut aturan ini menganggap bahwa satu-satunya rea litas yang ada hanyalah materi. Segala perubahan yang tercipta pada dasarnya ber kausa material. Pada ekselasi material menjadi suatu keniscayaan pada being of p henomena. Pada akhirnya dinyatakan bahwa materi dan segala perubahannya bersifat abadi. d. Van Der Welj (2000) Van Der Welj mengatakan bahwa materialisme dengan menyatakan bahwa materialisme ini terdiri atas suatu aglomerasi atom-atom yang dikuasai aleh hukum-hukum fisik a-kimiawi. Bahkan, terbentuknya manusia sangat dimungkinkan berasal dari himpuna n atom-atom tertinggi. Apa yang dikatakan kesadaran, jiwa, atau roh sebenarnya h anya setumpuk fungsi kegiatan dari otakyang bersifat sangat organik-materialisti s. Macam-Macam Materialisme : 1. Materialisme rasionalistik. Materialisme rasionalistik menyatakan bahwa seluruh realitas dapat dimengeti seluruhnya berdasarkan ukuran dan bilangan (jum lah); 2. Materialisme mitis atau biologis. Materialisme mitis atau biologis ini m enyatakan bahwa peristiwa-peristiwa material terdapat misteri yang mengungguli m anusia. Misteri itu tidak berkaitan dengan prinsip immaterial. 3. Materialisme parsial Materialisme parsial ini menyatakan bahwa pada sesu atu yang material tidak tedapat karakteristik khusus unsur immaterial atau forma l; 4. Materialisme antropologis. Materialisme antropologis ini menyatakan bahw a jiwa itu tidak ada karena yang dinamakan jiwa pada dasarnya hanyalah materi at au perubahan-perubahan fisik-kimiawi materi; 5. Materialisme dialektik. Materialisme dialektik ini menyatakan bahwa real itas seluruhnya terdiri dari materi. Berarti bahwa tiap-tiap benda atau atau kej adian dapat dijabarkan kepada materi atau salah satu proses material. Salah satu prinsif di materialisme dialektik adalah bahwa perubahan dalam kuantitas. Oleh karena itu, perubahan dalam materi dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan, atau dengan kata lain kehidupan berasal dari materi yang mati. Semua makhluk hid up termasuk manusia berasal dari materi yang mati, dengan proses perkembangan ya ng terus-menerus ia menjadi materi yang memiliki kehidupan. Oleh karena itu kala u manusia mati, ia akan kembali kepada materi, tidak ada yang disebut dengan ke hidupan rohaniah. Ciri-ciri materialisme dialektik mempunyai asas-asas, yaitu : Asas gerak; Asas saling berhubungan; Asas perubahan dari kuantitaif menjadi kualitatif; Asas kontradiksi intern. 1. Materialisme historis. Materialisme histories ini menyatakan bahwa hakik at sejarah terjadi karena proses-proses ekonomis. Materialisme dialektik dan mat erialisme histories secar bersamaan menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang me nyangkut sejarah rohani dan perkembangan manusia hanya merupakan dampak dan refl eksi-refleksi aktivitas ekonomis manusia. Materialisme historis ini berdasarkan dialektik, maka semua asas materialisme dialektik berlaku sepenuhnya dalam mater ialisme histories. 2. Materialisme sebagai teori menyangkal realitas yang bersifat ruhaniah, s edangkan materialisme metode mencoba membuat abstraksi hal-hal yang bersifat ima terial. 3. Aliran Spiritualisme Aliran Spiritualisme adalah aliran yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam adalah roh ( pneuma, nous, reason, logos ) yaitu roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam. Spiritualisme kadang-kadang dikenakan pada pandangan idealistic y ang menyatakan adanya roh mutlak. Dunia indera dalam pengertian ini dipandang se bagai dunia idea. Spiritualisme dipakai dalam istilah keagamaan untuk menekankan pengaruh langsung dari roh suci dalam bidang agama. Spiritualisme berarti keper cayaan bahwa roh-roh orang mati berkomunikasi dengan orang yamg masih hidup mela lui orang-orang tertentu.

Spiritualisme Yang mengandung beberapa arti: Spiritualisme adalah ajaran yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam adalah roh ( pneuma, nous, reason, logos ) yaitu roh yang mengisi dan mendasari seluru h alam. spiritualisme kadang-kadang dikenakan pada pandangan idealistic yang menyatakan adanya roh mutlak. Dunia indera dalam pengertian ini dipandang sebagai dunia ide a. Spiritualisme dipakai dalam istilah keagamaan untuk menekankan pengaruh langsung dari roh suci dalam bidang agama. Spiritualisme berarti kepercayaan bahwa roh-roh orang mati berkomunikasi dengan orang yamg masih hidup melalui orang-orang tertentu. 4. Pengertian Filsafat Ilmu Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang disus un oleh Ismaun (2001) Robert Ackerman philosophy of science in one aspect as a critique of current scie ntific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of scie nce is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice . (Filsa fat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembang kan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual. Lewis White Beck Philosophy of science questions and evaluates the methods of sci entific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode p emikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suat u keseluruhan) A. Cornelius Benjamin That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositio ns, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang peng etahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya meto de-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.) Michael V. Berry The study of the inner logic if scientific theories, and the rel ations between experiment and theory, i.e. of scientific methods . (Penelaahan ten tang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percoba an dan teori, yakni tentang metode ilmiah.) May Brodbeck Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral a nalysis, description, and clarifications of science. (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan landasan ilmu. Peter Caws Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do fo r science what philosophy in general does for the whole of human experience. Phi losophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for bel ief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inc onsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang menco ba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalam an manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teor i-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-lan dasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara krit is segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau ti ndakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakaj egan dan kesalahan Stephen R. Toulmin As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observatio nal procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, m etaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and meta

physics . (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelask an unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai land asan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodol ogi praktis, dan metafisika). Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupa kan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, ya ng ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) ya ng secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti : Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis) Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Baga imana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriteria nya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yan g berupa ilmu? (Landasan epistemologis) Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma mor al/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982) Fungsi Filsafat Ilmu Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keselur uhan, yakni : Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan fil safat lainnya. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidu pan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi (1989) Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberika n landasan filosofikdalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilm u dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pu la, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory the ories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evid ensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena keci l ataupun besar secara sederhana. Substansi Filsafat Ilmu Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu, Ismaun (2001) memaparkannya dalam empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2) keb enaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi. 1.Fakta atau kenyataan Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pan dang filosofis yang melandasinya. Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya. Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian ant ara fenomena dengan sistem nilai. Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional, dan Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antar a empiri dengan obyektif.

Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi. Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif d an fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas ya ng merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta il miah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang di maksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilm iah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini bangunan teori tis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang diungkapkan da lam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu deskripsi ilmiah. 2. Kebenaran (truth) Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tr adisional, kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan pr agmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982). Sementara, Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi , kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi. Bahkan, No eng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik. (Ismau n; 2001) a. Kebenaran koherensi Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yan g lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada ta tanan sensual rasional mau pun pada dataran transendental. b.Kebenaran korespondensi Berfikir benar korespondensial adalah berfikirtentang terbuktinya sesuatu itu re levan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sej alan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakt a dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik c.Kebenaran performatif Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatuk an apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filo sofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan. d.Kebenaran pragmatik Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki k egunaan praktis. e.Kebenaran proposisi Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang meren tang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat la in yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya , melainkan dilihat dari benar materialnya. f.Kebenaran struktural paradigmatik Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari k ebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan a nalisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu de ngan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang d imaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyelur uh. 3.Konfirmasi Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirma si absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah b ila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh s ecara induktif, deduktif, ataupun reflektif. 4.Logika inferensi Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai perempat akhir abad XX adalah logi ka matematika, yang menguasai positivisme. Positivistik menampilkan kebenaran ko

respondensi antara fakta. Fenomenologi Russel menampilkan korespondensi antara y ang dipercaya dengan fakta. Belief pada Russel memang memuat moral, tapi masih b ersifat spesifik, belum ada skema moral yang jelas, tidak general sehingga infer ensi penelitian berupa kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik. Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan kebenaran koheren antara rasiona l, koheren antara fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan Guba menampilkan kebenaran koherensi antara fakta dengan skema moral. Realisme metafisik Popper menampilkan kebenaran struktural paradigmatik rasional universal dan Noeng Muhad jir mengenalkan realisme metafisik dengan menampilkan kebenaranan struktural par adigmatik moral transensden. (Ismaun,200:9) Di lain pihak, Jujun Suriasumantri (1982:46-49) menjelaskan bahwa penarikan kesi mpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi. D. Corak dan Ragam Filsafat Ilmu Ismaun (2001:1) mengungkapkan beberapa corak ragam filsafat ilmu, diantaranya: Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang dalam tiga ragam, yaitu : (1) meta ide ologi, (2) meta fisik dan (3) metodologi disiplin ilmu. Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E (conditions-Ends) menjadi means. Tekno logi bukan lagi dilihat sebagai ends, melainkan sebagai kepanjangan ide manusia. Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan produk seni atau keindahan sebagai s alah satu tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain kognitif dan produk alasan praktis. Produk domain kognitif murni tampil memenuhi kriteria: nyata, benar, dan logis. Bila etik dimasukkan, maka perlu ditambah koheren dengan moral. Produk alasan pr aktis tampil memenuhi kriteria oprasional, efisien dan produktif. Bila etik dima sukkan perlu ditambah human.manusiawi, tidak mengeksploitasi orang lain, atau le bih diekstensikan lagi menjadi tidak merusak lingkungan.

You might also like