You are on page 1of 27

RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK I (BASIC LIFE SUPPORT)

dr. Chairul Mursin, Sp.An Kontributor Blok Sistem Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara

Pendahuluan

Empat mata rantai utama RJPO : Early Access. Early CPR. Early Defibrillation. Early Advanced Care.

Lima Komponen Utama BLS

Penilaian awal (initial assessment) dan meminta bantuan (call for help). Membebaskan, dan mempertahankan jalan nafas agar tetap terbuka (clear and open airway). Penilaian pernafasan (check breathing), dan memberi nafas buatan. Penilaian tanda-tanda sirkulasi (check pulse). Melakukan kompresi dada (CPR).

Penilaian Awal & Meminta Bantuan


Lakukan

penilaian kesadaran pasien. Menepuk-nepuk, atau menggoyang-goyangkan bahu pasien. Bertanya cukup keras.
Bila

pasien tidak sadar, berteriaklah untuk mencari bantuan. Mintalah orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian untuk menghubungi tim medis. Membantu untuk melakukan resusitasi. Membawa defibrilator ke tempat kejadian.

Clear & Open Airway


Sumbatan pada jalan nafas atas dapat dibebaskan dengan dua cara : Head Tilt & Chin Lift Jaw Thrust Cara ini dipakai bila ada kecurigaan trauma leher, atau tulang belakang pada pasien.

Head Tilt & Chin Lift

Bila posisi penolong di sebelah kiri pasien (sisi kanan dan kiri sama saja). Jika ada benda asing di dalam mulut, keluarkan benda asing tersebut (suction). Bukalah jalan nafas dengan mendorong dahi, dan mengangkat dagu. Posisikan telapak tangan kanan pada dahi sambil mendorong dahi ke belakang (head tilt). Ibu jari dan telunjuk tangan kanan harus bebas agar dapat digunakan untuk menutup hidung, jika dirasa perlu melakukan nafas buatan. Pada saat bersamaan ujung jari tangan kiri kecuali ibu jari mengangkat dagu (chin lift).

Head Tilt & Chin Lift

Jaw Thrust
Posisi penolong di sisi kranial pasien. Carilah sudut siku rahang bawah (angulus mandibula), dengan jari telunjuk dan jari tangan yang lain. Letakkan jari-jari tangan pada rahang bawah di belakang angulus mandibula. Doronglah rahang bawah pasien ke arah depan. Dengan kedua ibu jari, bukalah mulut pasien sedikit dengan cara mendorong dagunya.

Jaw Thrust

Penilaian Pernafasan (check breathing)


Sambil

mempertahankan jalan nafas, lakukan penilaian pernafasan pasien dengan cara mendekatkan pipi penolong ke hidung, atau mulut pasien, dan menolehkan kepala penolong ke arah dada pasien. Penilaian pernafasan dilakukan selama 10 detik. Lihat pergerakan dada pasien, apakah naik turun atau tidak bergerak (look). Dengar suara nafas pada hidung atau mulut pasien (listen). Rasakan ada tidaknya hawa nafas pasien dengan pipi penolong (feel).

Recovery Position
Syarat Melakukan Recovery Position Bila tidak ada kecurigaan trauma leher pada pasien. Pasien tidak sadar. Pernafasan pasien memadai.

Recovery Position

Bila penolong berada di sisi kiri pasien. Letakkan lengan kiri pasien lurus ke arah kepalanya. Lengan kanan pasien disilangkan ke dada, kemudian tekankan tangan kanan pada pipi pasien. Raih tungkai kanan pasien di atas lutut dan angkat. Tarik tungkai kanan pasien sehingga tubuhnya terguling ke arah penolong dan berbaring ke sisi kiri. Baringkan pasien miring dengan tungkai atas membentuk sudut, dan menahan posisi tubuhnya agar stabil. Posisi tulang punggung pasien harus lurus. Periksa pernafasan pasien secara teratur.

Recovery Position

Pemberian Bantuan Nafas

Bila pasien tidak bernafas, berikanlah bantuan nafas 2 kali. Cara melakukannya : Telentangkan pasien. Pertahankan head tilt dan chin lift. Jepitlah hidung pasien dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan. Bukalah sedikit mulut pasien. Ambil nafas panjang, dan tempelkan rapat-rapat bibir penolong melingkari mulut pasien, lalu tiupkan nafas selama 1 detik

Pemberian Bantuan Nafas

Perhatikan dada pasien, apakah dadanya mengembang (terangkat). Pemberian nafas buatan juga dapat dilakukan dengan menggunakan bag mask atau pocket mask. Tetap pertahankan head tilt dan chin lift, lepaskan mulut penolong dari mulut pasien, perhatikan apakah dada pasien kembali turun. Lakukan sekali lagi pemberian nafas buatan yang membuat dada pasien mengembang, perhatikan apakah pasien memberikan respons (gerakan bernafas spontan atau menelan). Bila respon (-), periksalah tanda-tanda sirkulasi.

Pemberian Bantuan Nafas (tanpa alat)

Pemberian Bantuan Nafas

Pemberian Bantuan Nafas

Pemberian Bantuan Nafas (dengan alat)

Pemberian Bantuan Nafas

Pemberian Bantuan Nafas

Periksa Tanda-Tanda Sirkulasi (check pulse)

Periksa tanda-tanda sirkulasi dengan cara meraba ada tidaknya denyut nadi, misalnya arteri karotis pada pasien dewasa, atau anak-anak. Pada bayi dapat dilakukan dengan meraba denyut nadi, misalnya arteri femoralis, atau arteri brakialis. Pemeriksaan tanda sirkulasi dilakukan selama 10 detik. Bila denyut nadi teraba, frekwensi dan isinya adekwat, dan pasien mulai bernafas spontan namun masih tidak sadar, posisikan pasien dalam recovery position.

Pemberian Bantuan Nafas

Bila denyut nadi teraba, frekwensi dan isinya adekwat, pernafasan spontan belum ada dan pasien masih tidak sadar berikan bantuan nafas Pada pasien dewasa, berikanlah 1 nafas buatan setiap 5-6 detik. Pada pasien anak-anak (usia 1-8 tahun), berikanlah nafas buatan tiap 3-5 detik. Pada pasien bayi (usia < 1 tahun), berikanlah nafas buatan tiap 3-5 detik (secara puffing). Periksalah denyut nadi pasien setiap 2 menit.

CPR

Bila denyut nadi teraba namun pada bayi kurang dari 60 denyut per menit, atau terdapat tanda-tanda perfusi yang buruk pada anak. Bila denyut nadi tidak teraba selama 10 detik. Bila ragu-ragu apakah arteri karotis teraba, atau tidak, perhatikan ada tidaknya sign of circulation yaitu nafas, batuk, dan gerakan tubuh, bila tidak ada, lakukan CPR. CPR dilakukan dengan tetap mempertahankan jalan nafas (head tilt dan chin lift).

CPR

Lokasi kompresi dada adalah pada setengah bagian bawah dari tulang dada (sternum), di antara puting susu pada orang dewasa (pria), dan pada anak-anak. Lokasi kompresi dada pada bayi, adalah pada tulang dada tepat di bawah garis yang menghubungkan dua puting susu. Untuk menentukan lokasi kompresi dada tidak perlu dengan menyusuri tepi kosta sampai pertemuannya dengan sternum, karena akan membuang waktu. Penentuan lokasi kompresi dada pada tulang dada dapat dilakukan dengan menggunakan prosessus xifoideus sebagai patokan. Letakkan dua jari tangan kanan (jari telunjuk dan jari tengah) tepat di atas prosessus xifoideus. Pinggiran atas jari telunjuk merupakan batas bawah lokasi kompresi dada.

CPR

Penentuan Lokasi Kompresi Dada

Penentuan Lokasi Kompresi Dada

CPR
Letakkan tumit telapak tangan kanan (bila penolong tidak kidal) pada lokasi pijat jantung. Posisikan telapak tangan kanan dalam posisi terbuka. Letakkan telapak tangan kiri di atas telapak tangan kanan. Rapatkan jari-jari kedua tangan di antara selasela jari tangan kanan.

CPR
Pada bayi, kompresi dilakukan dengan menggunakan kedua ibu jari tangan. Lakukan kompresi dada dengan menekan lokasi kompresi dada dengan kedua lengan. Sewaktu melakukan kompresi dada, siku kedua lengan harus tetap lurus, poros tubuh sewaktu kompresi adalah pada pinggang, tidak pada siku. Kedua lengan penolong menekan sternum sedalam 1,5-2 inci (4-5 cm). Pada bayi atau anak-anak yang kecil, sternum ditekan 1/3-1/2 dari kedalaman dadanya.

CPR
Lakukan kompresi dada dengan berpedoman pada rasio 30:2 setiap satu siklus (setiap 30 kompresi dada, berikan 2 bantuan nafas). Mulailah dengan memberikan 2 bantuan nafas terlebih dahulu (satu nafas dalam satu detik). Setelah itu lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali (dalam 1 menit harus dilakukan 100 kompresi), dengan cara, setiap 30 kompresi dilakukan dalam waktu 18 detik. Setelah selesai satu siklus, ulang lagi siklus berikutnya dengan cara yang sama, hingga : Datangnya defibrilator, atau profesional kesehatan. Pasien menunjukkan respon (denyut nadi teraba, mulai bernafas spontan dan mulai sadar). Penolong merasa kelelahan. Pasien menunjukkan tanda-tanda kematian (pupil mata midriasis, badan terasa dingin, pucat, dan timbul lebam mayat).

CPR

Kompresi Dada (CPR)

Posisi Lengan Saat Kompresi Dada

You might also like