You are on page 1of 20

1

Makalah Analisis Sosial Kebudayaan Daerah Magelang

Fidelis Adi Wicaksono 095314002 Chistina Wienda Asrini 095314011 Renaldo Malau 095314016 Febrian Cahyadi 095314026 Setyo Resmi Probowati 095314039 Fabianus Andi Wijaya 095314061

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan dalam rangka, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar. Kebudayaan itu sendiri memiliki 7 unsur, yaitu bahasa, ilmu pengetahuan, ekonomi, organisasi sosial, religi (kepercayaan) dan kesenian. Kebudayaan diwariskan secara turuntemurun dari nenek moyang bangsa Indonesia. Kebudayaan juga dipengaruhi oleh faktor alam dan interaksi dengan budaya lain. Negara Indonesia terdiri dari 17.500 pulau besar dan kecil tersebar di sekitar garis khatulistiwa, memanjang dari Sabang sampai Merauke. Selain itu bangsa Indonesia sudah menjadi pusat perdagangan sejak zaman dahulu sehingga budaya Indonesia banyak dipengaruhi kebudayaan India, Arab, Cina, Eropa, dan termasuk kebudayaan sendiri yaitu Melayu. Hal inilah yang menyebabkan kebudayaan di Indonesia sangat beragam. Indonesia diketahui memiliki suku bangsa sebanyak 1.128 menurut Sensus penduduk terakhir yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia. Dari 1.128 suku bangsa, bisa dibayangkan, berapa banyak bahasa, tari-tarian, dan hasil seni budaya di Indonesia. Sangat disayangkan apabila budaya tersebut semakin lama semakin dilupakan hingga akhirnya hilang. Seiring dengan perkembangan zaman, budaya juga semakin berkembang. Apalagi dengan adanya globalisasi yang memberikan suguhan perkembangan teknologi modern. Salah satu contohnya adalah penyebaran informasi. Ketika teknologi belum ditemukan, penyebaran informasi dilakukan dengan cara mulut ke mulut. Sekarang informasi dapat dengan mudah kita dapatkan dari berbagai media seperti televisi, radio, dan internet. Teknologi mempengaruhi pola pikir masyarakat sehingga kebudayaan daerah yang selama ini melekat pada diri mereka semakin luntur. Contohnya, banyak masyarakat yang meniru gaya hidup orang barat karena sering menonton

televisi dan seringnya mengakses internet. Hal ini menyebabkan masyarakat mulai meninggalkan kebudayaan yang ada. Kebudayaan-kebudayaan asing yang mulai masuk ke Indonesia ini menjadikan masyarakat sering kali menganggap bahwa kebudayaan daerah yang ada itu kuno, ketinggalan zaman dan terlalu merepotkan. Selain itu, kebudayaan yang ada saat ini dianggap terlalu identik dengan hal-hal yang mistik sehingga masyarakat beranggapan kalau tradisi yang dijalankan tidak relevan dengan paradigma masyarakat saat ini. Salah satu contohnya, memberikan sesajen ke laut yang dilakukan oleh nelayan sebagai ucapan syukur atas hasil laut yang sudah didapatkan dan memohon berkah untuk keselamatan mereka. Jika dipikir lebih dalam dan secara logika, tidak ada hubungan antara memberikan sesajen ke laut dengan keselamatan nelayan dan jika ingin mengucapkan syukur maka cara yang lebih tepat adalah memanjatkan serangkaian doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di zaman modern seperti sekarang ini, manusia cenderung untuk memilih sesuatu yang bersifat instant/cepat. Mereka lebih cenderung mengikuti budaya barat. Terdapat beberapa contoh, misalnya saja dalam hal berpakaian, perilaku dan gaya hidup. Hal inilah yang membuat kebudayaan asli Indonesia semakin ditinggalkan. Demikian pula masyarakat yang tinggal di daerah Magelang khususnya yang berada di daerah perkotaan. Mereka mulai jarang menjalankan tradisi-tradisi dari kebudayaan yang sudah ada. Sebagai contoh, bahasa Jawa mulai banyak diabaikan dan bahkan dianggap kampungan, sehingga banyak masyarakat Jawa yang lebih memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia. Namun, bahasa Jawa masih sering digunakan meskipun tidak sesering menggunakan bahasa Indonesia. Kita dapat menyimpulkan bahwa kebudayaan merupakan suatu hal yang sangat rentan untuk mengalami perubahan. Hal tersebut dapat kita lihat pada kehidupan zaman sekarang. Kebudayaan kebudayaan yang ada pada tiap daerah merupakan kekayaan yang harus dilestarikan dan dijaga. Tetapi, seiring berkembangnya zaman kebudayaan yang sangat beragam itu seakan hilang. Ada masyarakat yang masih melestarikan kebudayaan ini dan ada pula yang bersikap

tidak acuh pada kebudayaan yang ada. Sekarang ini, kita sangat membutuhkan orang-orang yang masih mau melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang ada. Akan tetapi yang paling penting adalah kesadaran dari tiap masing-masing individu akan kebudayaan yang telah ia dapatkan sejak lahir untuk menjaga dan melestarikannya.

BAB II TUJUAN STUDI Pada pembuatan studi penelitian ini memiliki tujuan-tujuan mendasar yang akan menjadi acuan sebagai berikut :

Mengobservasi kebudayaan dan masyarakat di Jawa Tengah, khususnya di kota Magelang.

Mempelajari perilaku dan kebudayaan masyarakat setempat. Menganalisa kebudayaan warga kota Magelang dalam hal ritual pasca kelahiran.

Mengetahui kekerabatan,

kependudukan, pola perilaku

sejarah

masyarakat, mata

migrasi,

sistem sistem

kesehatan,

pencaharian,

kepemilikan tanah warga di Perumahan Armada Estate, Magelang

Mengetahui pemanfaatan sumber daya ekonomi, sosial, dan politik di Perumahan Armada Estate, Magelang.

BAB III FOKUS STUDI Fokus dari studi analisis sosial ini adalah membahas rangkaian-rangkaian prosesi setelah kelahiran bayi sampai bayi berusia 7 bulan (diakhiri dengan

prosesi Ngedhun-ngedhunke ). Dalam adat Jawa, bayi yang baru lahir harus melewati serangkaian prosesiprosesi khusus mulai dari bayi tersebut lahir, sampai saat bayi tersebut berumur kurang lebih 7 bulan. Dalam setiap prosesi tersebut mengandung makna dan filosofi tentang kehidupan manusia. Bagi masyarakat lain, mungkin prosesi semacam ini terkesan repot dan berbelit-belit tetapi masyarakat Jawa memiliki kepercayaan untuk tetap menjalani prosesi yang sudah diwariskan dari nenek moyang mereka dan merasa bangga atas apa yang menjadi warisan budaya tersebut. Di Jawa Tengah khususnya daerah Magelang, jika ada bayi yang baru lahir, maka plasenta dari bayi tersebut akan di keluarkan, lalu di cuci, kemudian taburkan bunga mawar merah atau putih. Setelah dicuci dan ditaburkan bunga, selanjutnya plasenta tersebut di bungkus kain putih, dan dimasukkan ke dalam kuali kecil, lalu dikubur. Selama seminggu setelah kelahiran bayi, di dekat tempat penguburan placenta diberi lampu minyak yang cahayanya dijaga 24 jam. Hal ini dilakukan karena masyarakat Jawa menganggap plasenta adalah teman / kakak yang menemani dan memberi makan bayi selama 9 bulan di dalam kandungan ibunya. Cahaya / pelita yang digunakan untuk menerangi plasenta tersebut dimaksudkan agar bayi selalu terjaga kesehatan, keselamatannya, dan dijauhkan dari segala mara bahaya . Setelah seminggu semenjak kelahiran bayi, tali pusar yang menempel di pusar bayi akan kering dan kemudian terlepas dengan sendirinya. Setelah terlepas, tali pusar tersebut akan disimpan. Hal ini dilakukan karena tali pusar dianggap berkhasiat dapat menyembuhkan berbagai penyakit pemilik tali pusar tersebut. Apabila si pemilik tali pusar tersebut sakit, cara penggunaan tali pusar untuk menyembuhkan penyakit pemiliknya adalah dengan merendam tali pusar di air panas, lalu air dari rendaman tersebut di minumkan ke pemilik tali pusar. Setelah kelahiran bayi, di atas pintu kamar dimana bayi tersebut tidur, ditempeli sapu lidi yang ditancapi dengan cabai, bawang merah, bawang putih, dan semacam rempah-rempah lainnya yang disebut Dlingo bengle. Hal ini

dimaksudkan supaya bayi itu tidak rewel dan selamat/terlindungi dari gangguan roh-roh jahat. 40 hari setelah kelahiran bayi, sapu lidi tersebut baru boleh dilepas. Setelah bayi berumur 35 hari, terdapat prosesi yang bernama Bubaran. Kata Bubaran dalam bahasa Jawa memiliki makna selesai. Maksudnya adalah setelah 35 / 40 hari, ibu bayi tersebut dianggap telah melewati masa-masa pemulihan kesehatan, dan bayi yang dilahirkan dianggap sudah lahir dengan selamat dan dalam keadaan kondisi yang sehat. Prosesi yang dilakukan dalam prosesi bubaran itu adalah pemberian nama dan selapanan. Arti kata selapanan dapat dideskripsikan ke dalam contoh berikut ini, misal jika ada bayi yang lahir pada hari Senin Wage. Maka dari Senin Wage, sampai bertemu waktu yang sama pada bulan selanjutnya(Senin Wage lagi), maka jarak waktu antara dari Senin Wage menuju ke Senin Wage selanjutnya disebut dengan selapanan. Selapanan tersebut biasanya dilakukan pemotongan kambing. Kambing yang dipilih biasanya kambing muda tetapi tidak ditentukan jenis kelaminnya. Namun, biasanya jika bayi yang dilahirkan laki-laki maka yang digunakan adalah kambing jantan dan jika bayi yang dilahirkan adalah perempuan maka kambing yang dipilih adalah kambing betina. Daging kambing yang telah dimasak, kemudian akan dibagi-bagikan ke tetangga sekitar, sebagai bentuk rasa syukur atas keselamatan dalam proses kelahiran bayi hingga masa selapanannya, sekaligus memberi tahu tetangga kalau bayi tersebut telah diberi nama. Keesokan hari setelah selapanan, dilakukan pemotongan rambut pada bayi hingga botak. Setelah bayi berusia tujuh bulan, terdapat prosesi yang bernama Ngedhun-ngedhunke. Ngedhun dalam bahasa Jawa berasal dari kata dasar mudhun, yang berarti turun. Sebelum anak belajar jalan, anak tersebut diturunkan ke tanah dan dituntun berjalan, agar nantinya saat si anak akan belajar berjalan, kakinya sudah merasa terbiasa menyentuh tanah, dan tidak kaget saat belajar berjalan. Dalam prosesi ini, diadakan prosesi syukuran, yang biasanya sang ibu membuatkan bubur merah, jadah (ketan putih yang dipadatkan), wajik dengan pewarnaan menggunakan gula Jawa. Hal ini dimaksudkan sebagai ungkapan

syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keselamatan seorang anak dari lahir sampai dia akan belajar berjalan. Setelah itu, si bayi dimasukkan kedalam kurungan ayam, yang didalamnya berisi uang, alat tulis, buku, baju, dan lain-lain. Untuk pengisian barang-barang dalam kurungan tersebut tidak memiliki aturan-aturan/syarat tersendiri. Dalam prosesi ini, nantinya bayi akan dimasukkan ke dalam kurungan dan ia akan mengambil barang yang ada didalam kurungan tersebut. Di dalam kurungan tersebut, benda pertama yang diambil bayi, akan melambangkan masa depan bayi. Contohnya jika bayi memilih mengambil buku, maka masa depan si bayi nantinya akan menjadi seorang yang cendikiawan.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Latar Belakang Metode Studi Penelitian yang dilakukan adalah mengenai kebudayaan daerah Magelang, khususnya yang berada di perumahan Armada Estate.

Kebudayaan yang kami teliti beragam, mulai dari kependudukan, sampai kebudayaan pasca kelahiran. Oleh karena itu, metodologi penelitian yang paling tepat dalam menggali informasi yang akurat adalah dengan menggunakan metode wawancara dan observasi. Kami menggunakan metode wawancara karena dengan cara inilah tujuan-tujuan studi yang telah diuraikan di atas akan tercapai. Dengan cara ini juga, kami dapat memperoleh informasi kebudayaan daerah dari sumber yang pernah mengalami dan mengetahuinya secara langsung. Selain itu, kami juga menggunakan metode observasi ke perumahan Armada Estate untuk meneliti sistem kependudukan di lokasi dan kebiasaan sehari-hari warga, seperti bahasa percakapan, mata pencaharian, kegiatan keagamaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kependudukan.

4.2. Kendala Studi Ketika melakukan penelitian ini kendala studi yang dihadapi adalah kesulitan untuk mencari narasumber yang mengetahui secara pasti tentang seluk-beluk kebudayaan yang akan diteliti. Narasumber yang termasuk golongan muda biasanya sudah mulai lupa akan budayanya, sedangkan narasumber yang berusia lanjut sangat sulit untuk diwawancara, karena kesulitan dalam hal komunikasi. Selain itu, kendala lain yang kami hadapi adalah sulit untuk melihat langsung prosesi kebudayaan pasca kelahiran di Magelang, karena kebudayaan ini sudah mulai jarang dilakukan oleh masyarakat karena masyarakat di daerah Magelang telah berkembang dan cenderung mengikuti perkembangan ke zaman yang lebih modern seperti sekarang ini. Dalam melakukan observasi, terdapat beberapa kesulitan, yaitu lokasi tempat penelitian yang jauh, kesulitan mengadakan pertemuan dengan sumber informasi mengenai kependudukan, seperti ketua RT atau kepala desa.

BAB V HASIL STUDI 5.1 Deskripsi etnografi mengenai : a. Lokasi, Lingkungan, Penduduk Lokasi penelitian terletak di Jalan Delima Raya No.108, RT 01 RW II, Perumahan Armada Estate. Perumahan ini terletak di Kelurahan Kramat Utara, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, Jawa Tengah. Terletak di bagian utara Kota Magelang sekitar 5 km dari pusat kota Magelang dan berdekatan dengan Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof.Dr.Soeroyo. Perumahan Armada Estate terdiri dari satu RW yang terdiri dari 3 RT. Masing-masing RT terdiri dari sekitar 49 kepala keluarga.

Lingkungan sekitar Perumahan Armada Estate berdekatan dengan Desa Dalangan dan perumahan Departemen Kesehatan yang notabennya masih satu kelurahan tetapi berbeda RW. Sebelum perumahan Armada Estate dan perumahan Departemen Kesehatan dibangun, area tanah dimiliki oleh RSJ.Prof.Dr.Soeroyo. Lalu pada tahun 1980, sebagian tanah dibangun untuk dijadikan Perumahan Departemen Kesehatan yang dikhususkan sebagai tempat tinggal karyawan yang bekerja di RSJ.Prof.Dr.Soeroyo. Kemudian sisa area tanah yang lain oleh pihak RSJ dijual ke developer lain untuk selanjutnya dibangun menjadi Perumahan Armada Estate sekitar tahun 1990. Untuk Perumahan Armada Estate tidak dikhususkan untuk karwayan RSJ, tetapi diperuntukan ke masyarakat umum. Penduduk yang tinggal di Perumahan Armada Estate rata-rata

keturunan Jawa dan sebagian penduduk yang lain adalah warga keturunan Tionghoa dan Arab. Jumlah penduduk di RT 01 ada sekitar 196 jiwa. b. Sejarah Masyarakat Pada awalnya Perumahan Armada Estate berupa lahan persawahan milik RSJ.Prof.Dr.Soeroyo yang terletak di dusun Dalangan. Kemudian pada tahun 1990 dibangun Perumahan Armada Estate yang dihuni kurang lebih sekitar 150 kepala keluarga. Masyarakat yang tinggal di Perumahan Armada Estate rata-rata adalah suku Jawa namun ada juga yang keturunan Tionghoa dan Arab. Dan sebagian besar masyarakatnya beragama Islam dan yang kedua beragama Kristen dan Katholik. Masyarakat di Perumahan ini sebagian besar berasal dari Bandung, Semarang, Jakarta, Purworejo, Temanggung bahkan ada juga yang berasal dari Nusa Tenggara Timur.

10

c. Migrasi, Pola Menetap, dan Kehidupan Sehari-hari Penduduk yang melakukan migrasi ke Perumahan Armada Estate ini berasal dari Bandung, Jakarta, Semarang, Purworejo, Temanggung. Ada pula penduduk yang bekerja di luar negeri karena profesinya yang berhubungan dengan pelayaran. Bagi penduduk lain ada juga yang bekerja di luar Jawa yaitu di Kalimantan dan Papua. Untuk penduduk yang bekerja diluar Jawa tersebut tetap menjadi penduduk tetap, namun karena tuntutan profesi mereka, mereka tidak bisa menetap di perumahan tersebut. Penduduk yang bekerja di luar Jawa biasanya kembali ke Magelang sebulan sekali, sedangkan yang bekerja di luar negeri kembali setahun sekali. Karena sebagian besar warga bekerja sebagai PNS, guru, pegawai bagian perbankan, polisi, dokter, wiraswasta dan karyawan swasta kehidupan di lingkungan perumahan setiap harinya cenderung sepi. Namun , hubungan sosial antar warga tetap terjaga dengan adanya pertemuan rutin bulanan yang dilakukan oleh bapak-bapak dan ibu-ibu penghuni perumahan tersebut. d. Sistem Kepemilikan Tanah Untuk sistem kepemilikan tanah di lingkungan RT.01 RW II Perumahan Armada Estate sebagian besar sudah bersertifikat hak milik karena biasanya di lingkungan perumahan langsung diberi sertifikat hak milik. Awalnya, pada tahun 1999 sistem kepemilikan tanah di RT.01 RW II Perumahan Armada Estate bersertifikat Hak Guna Bangunan. Namun, sekitar tahun 2000, pemerintah memberikan peraturan bahwa tanah yang semula bersertifikat Hak Guna Bangunan ditingkatkan menjadi bersertifikat hak milik. Untuk tanah dengan kepemilikan bersertifikat Hak Guna Bangunan memiliki jangka waktu tertentu (20 tahun) , sedangkan kepemilikan bersertifikat Hak Milik tidak memiliki

11

jangka waktu tetapi dengan kewajiban bahwa warga harus membayar pajak bumi dan bangunan setiap tahunnya. e. Mata Pencaharian Hidup Sebagian besar mata pencaharian hidup penduduk RT.01 RW II Perumahan Armada Estate dapat digolongkan sebagai karyawan, baik karyawan swasta maupun negeri. Banyak diantara mereka yang berprofesi sebagai PNS, guru, pegawai di bidang perbankan, polisi, dokter, pedagang, wiraswasta dan karyawan swasta. f. Sistem Kekerabatan Sistem Kekerabatan yang ada di RT 01 RW II, Perumahan Armada Estate berupa pertemuan rutin bulanan, persekutuan doa, dan tirakatan. Untuk pertemuan rutin bulanan dikelompokkan menjadi dua yaitu pertemuan untuk ibu-ibu dan bapak-bapak. Pertemuan ini dilakukan setiap sebulan sekali, untuk pertemuan rutin ibu-ibu biasanya diadakan sebelum tanggal 15, sedangkan untuk pertemuan rutin bapak-bapak diadakan pada minggu ke 4. Dalam pertemuan rutin bulanan bapak-bapak biasanya membahas tentang keamanan lingkungan, kebersihan

lingkungan, dan sebagai ajang untuk silaturahmi antar kepala keluarga. Sama halnya dengan pertemuan rutin bapak-bapak, dalam pertemuan rutin ibu-ibu dibahas juga mengenai keamanan, kebersihan, keguyupan antar warga, dan bisa juga sebagai ajang untuk menyampaikan informasi tentang kependudukan (informasi pajak, mengurus KTP , mengurus Kartu Keluarga) dan pembahasan kegiatan pada saat 17an dan tahun baru. Mayoritas penduduk di RT 01 RW II Perumahan Armada Estate beragama Islam dan sebagiannya lagi adalah nasrani (Kristen dan Katolik). Untuk penduduk muslim biasanya sebulan sekali melakukan pengajian. Sedangkan untuk penduduk yang beragama Kristen dan Katolik sekitar sebulan sekali melakukan pertemuan doa.

12

Untuk tirakatan diadakan dua kali dalam satu tahun, yaitu saat malam tahun baru dan malam Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam acara tirakatan malam tahun baru, seluruh warga berkumpul dan menanti pukul 00.00 dengan berkumpul bersama dan pada puncaknya yaitu pukul 00.00 melakukan doa bersama sebagai syukur atas tahun yang baru. Sama halnya dengan tirakatan tahun baru, malam tirakatan untuk memperingati HUT RI juga dilakukan doa bersama pada pukul 00.00 sebagai wujud syukur atas tahun yang baru bagi negara Indonesia dan harapan baru untuk kemajuan negara Indonesia. Untuk memperingati HUT RI biasanya dilakukan jalan santai beberapa hari sebelum tanggal 17 Agustus dan biasanya dilanjutkan dengan lomba-lomba untuk segala usia. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh warga di RW II. g. Pola Perilaku Kesehatan Pola perilaku kesehatan di lingkungan RT.01 RW II terhitung sudah baik karena masing-masing warganya sudah memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan disekitar rumah. Di depan rumah masingmasing warga diberi tong sampah, dimana setiap pagi petugas kebersihan akan mengambil sampah rumah tangga dari masing-masing rumah. Sehingga tidak ada sampah yang menumpuk di rumah hingga berharihari. Untuk lingkungan jalan secara rutin dibersihkan oleh petugas kebersihan. Selama ini peresapan air hujan juga baik karena selokan selalu dijaga kebersihannya dengan tidak memperbolehkan warga membuang sampah pada selokan. Sehingga saat hujan deras turun pun, tidak menimbulkan banjir disekitar jalan karena aliran air selokan yang lancar. Selama ini juga tidak banyak warga yang terkena penyakit dalam waktu yang bersamaan, bahkan kasus penyakit demam berdarah pun jarang

13

ditemukan. Jika ada warga yang sakit, mereka biasanya menelpon dokter pribadi sehingga dokter bisa langsung datang ke rumah. Tetapi jika ada yang ada warga yang serangan penyakitnya parah, maka mereka menelpon rumah sakit terdekat sehingga ambulance akan datang menjemput.

5.2 Deskripsi Kelompok yang memiliki kepentingan terhadap pemanfaatan sumber daya ekonomi, sosial, dan politik yang terdiri atas : a. Pengelompokan sosial formal dan non formal Pengelompokan sosial formal dan non formal tidak dibentuk karena lingkup lingkungan dan penduduk yang bertempat tinggal di RT.01 RW II Perumahan Armada Estate cenderung kecil dan sedikit. Sehingga hanya ada organisasi setingkat RT dan RW. b. Pola Jaringan Sosial pihak-pihak berkepentingan dalam pemanfaatan sumber daya ekonomi Jaringan sosial dalam pemanfaatan sumber daya ekonomi ini hanya melibatkan pemilik usaha, pegawai, bagian pemasaran dan konsumen itu sendiri. Pemilik usaha memiliki beberapa pegawai yang bekerja dalam pemanfaatan sumber daya ekonomi tersebut. Untuk bagian pemasaran, menyalurkan barang produksi dari pemilik usaha kepada konsumen. Konsumen bisa secara langsung membeli barang produksi secara langsung dengan datang ke tempat pembuatan usaha tersebut atau bisa membelinya lewat orang yang berada sebagai bagian pemasaran.

14

c. Identifikasi potensi sumber daya ekonomi dan sumber daya manusia bagi pengembangan komunitas Potensi sumber daya ekonomi di lingkungan RT.01 RW II Perumahan Armada Estate terletak pada kegiatan wirausaha karena di daerah ini terdapat wirausaha yang bergerak dibidang pembuatan pigura, pembuatan kue kering, dan pengeringan sisik ikan hiu. Untuk pembuatan pigura, proses pembuatannya dilakukan di rumah. Bahan baku pembuatan pigura diambil dari desa di sekitar kelurahan Kramat Utara. Sedangkan untuk pemasarannya dititipkan ke toko-toko dan supermarket. Kadang konsumen bisa langsung datang untuk memesan pigura. Dalam home industry pembuatan pigura ini, sumber daya manusia yang ikut serta bekerja di dalamnya berasal dari desa-desa di sekitar Kelurahan Kramat Utara bahkan ada yang berasal dari Kulon Progo. Untuk home industry pembuatan kue kering dilakukan di rumah dan untuk pemasarannya dikirim ke luar kota biasanya ke beberapa kota di daerah Jawa Timur, Semarang, dan Yogyakarta. Dalam home industry pembuatan kue kering ini, sumber daya manusia yang ikut serta bekerja di dalamnya berasal dari penduduk desa di sekitar Kelurahan Kramat Utara. Untuk bahan bakunya dapat dengan mudah diperoleh di sekitar kota Magelang. Untuk home industry sisik ikan hiu, bahan bakunya didatangkan dari Bangkok. Home industry ini mempekerjakan orang-orang di desa sekitar Perumahan Armada Estate. Pengeringan sisik ikan hiu ini dilakukan secara alami hanya dengan mengandalkan sinar matahari dan dilakukan di daerah lapang namun jauh dari lingkungan Perumahan Armada Estate karena akan menimbulkan bau yang tidak sedap. Setelah kering, sisik ikan hiu tersebut dikemas untuk

15

selanjutnya dikirim ke Hongkong dan Jepang dan pengolahan lebih lanjut dilakukan di negara tersebut.

5.3 Deskripsi Kebudayaan yang diamati Penelitian yang kami lakukan adalah mengenai prosesi-prosesi pasca kelahiran bayi. Prosesi-prosesi pasca kelahiran bayi ini dilakukan sampai bayi berusia 7 bulan lalu diakhiri oleh prosesi Ngedhunngedhunke. Di Jawa Tengah khususnya daerah Magelang, jika ada bayi yang baru lahir, maka plasenta dari bayi tersebut akan di keluarkan, lalu di cuci, kemudian taburkan bunga mawar merah atau putih. Setelah dicuci dan ditaburkan bunga, selanjutnya plasenta tersebut di bungkus kain putih, dan dimasukkan ke dalam kuali kecil, lalu dikubur. Selama seminggu setelah kelahiran bayi, di dekat tempat penguburan placenta diberi lampu minyak yang cahayanya dijaga 24 jam. Hal ini dilakukan karena masyarakat Jawa menganggap plasenta adalah teman / kakak yang menemani dan memberi makan bayi selama 9 bulan di dalam kandungan ibunya. Cahaya / pelita yang digunakan untuk menerangi plasenta tersebut dimaksudkan agar bayi selalu terjaga kesehatan,

keselamatannya, dan dijauhkan dari segala mara bahaya . Setelah seminggu semenjak kelahiran bayi, tali pusar yang menempel di pusar bayi akan kering dan kemudian terlepas dengan sendirinya. Setelah terlepas, tali pusar tersebut akan disimpan. Hal ini dilakukan karena tali pusar dianggap berkhasiat dapat menyembuhkan berbagai penyakit pemilik tali pusar tersebut. Apabila si pemilik tali pusar tersebut sakit, cara penggunaan tali pusar untuk menyembuhkan penyakit pemiliknya adalah dengan merendam tali pusar di air panas, lalu air dari rendaman tersebut di minumkan ke pemilik tali pusar.

16

Setelah kelahiran bayi, di atas pintu kamar dimana bayi tersebut tidur, ditempeli sapu lidi yang ditancapi dengan cabai, bawang merah, bawang putih, dan semacam rempah-rempah lainnya yang disebut Dlingo bengle. Hal ini dimaksudkan supaya bayi itu tidak rewel dan selamat/terlindungi dari gangguan roh-roh jahat. 40 hari setelah kelahiran bayi, sapu lidi tersebut baru boleh dilepas. Setelah bayi berumur 35 hari, terdapat prosesi yang bernama Bubaran. Kata Bubaran dalam bahasa Jawa memiliki makna selesai. Maksudnya adalah setelah 35 / 40 hari, ibu bayi tersebut dianggap telah melewati masa-masa pemulihan kesehatan, dan bayi yang dilahirkan dianggap sudah lahir dengan selamat dan dalam keadaan kondisi yang sehat. Prosesi yang dilakukan dalam prosesi bubaran itu adalah pemberian nama dan selapanan. Arti kata selapanan dapat dideskripsikan ke dalam contoh berikut ini, misal jika ada bayi yang lahir pada hari Senin Wage. Maka dari Senin Wage, sampai bertemu waktu yang sama pada bulan selanjutnya(Senin Wage lagi), maka jarak waktu antara dari Senin Wage menuju ke Senin Wage selanjutnya disebut dengan selapanan. Selapanan tersebut biasanya dilakukan pemotongan kambing. Kambing yang dipilih biasanya kambing muda tetapi tidak ditentukan jenis kelaminnya. Namun, biasanya jika bayi yang dilahirkan laki-laki maka yang digunakan adalah kambing jantan dan jika bayi yang dilahirkan adalah perempuan maka kambing yang dipilih adalah kambing betina. Daging kambing yang telah dimasak, kemudian akan dibagibagikan ke tetangga sekitar, sebagai bentuk rasa syukur atas keselamatan dalam proses kelahiran bayi hingga masa selapanannya, sekaligus memberi tahu tetangga kalau bayi tersebut telah diberi nama. Keesokan hari setelah selapanan, dilakukan pemotongan rambut pada bayi hingga botak. Setelah bayi berusia tujuh bulan, terdapat prosesi yang bernama Ngedhun-ngedhunke. Ngedhun dalam bahasa Jawa berasal dari kata

17

dasar mudhun, yang berarti turun. Sebelum anak belajar jalan, anak tersebut diturunkan ke tanah dan dituntun berjalan, agar nantinya saat si anak akan belajar berjalan, kakinya sudah merasa terbiasa menyentuh tanah, dan tidak kaget saat belajar berjalan. Dalam prosesi ini, diadakan prosesi syukuran, yang biasanya sang ibu membuatkan bubur merah, jadah (ketan putih yang dipadatkan), wajik dengan pewarnaan menggunakan gula Jawa. Hal ini dimaksudkan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keselamatan seorang anak dari lahir sampai dia akan belajar berjalan. Setelah itu, si bayi dimasukkan kedalam kurungan ayam, yang didalamnya berisi uang, alat tulis, buku, baju, dan lain-lain. Untuk pengisian barang-barang dalam kurungan tersebut tidak memiliki aturanaturan/syarat tersendiri. Dalam prosesi ini, nantinya bayi akan dimasukkan ke dalam kurungan dan ia akan mengambil barang yang ada didalam kurungan tersebut. Di dalam kurungan tersebut, benda pertama yang diambil bayi, akan melambangkan masa depan bayi. Contohnya jika bayi memilih mengambil buku, maka masa depan si bayi nantinya akan menjadi seorang yang cendikiawan. Demikianlah deskripsi mengenai hasil studi yang kami teliti. Ternyata dalam setiap prosesi memiliki arti dan tujuan tertentu yang merupakan hasil karya dan budi turunan dari nenek moyang yang hidup di zaman dahulu. Baik adanya jika budaya ini tetap dilestarikan dan dilakukan oleh masyarakat meskipun saat ini moderinisasi berkembang lebih pesat.

BAB VI KESIMPULAN PENELITIAN Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa kebudayaan di daerah Megelang sudah mulai luntur. Jika dilihat dari sudut pandang budaya

18

modern, kebudayaan dianggap mengandung unsur takhayul, mistik, tidak rasional, dan tidak sesuai dengan logika. Namun, kita sebagai generasi penerus, tetap harus menghargai kebudayaan tersebut dengan menerima pola pikir dan kebudayaan yang diajarkan dari orang tua. Meneruskan budaya bukan berarti mendua-kan Tuhan, atau percaya kepada mahluk halus dan benda keramat. meneruskan budaya berarti mencintai,menghormati apa yang telah diwariskan oleh leluhur kita. jika kita mencintai budaya kita, tentu saja hal tersebut akan diterus ke anak dan cucu kita. menggunakan bahasa daerah, menekuni kesenian tradisional, hingga menggunakan produk-produk dalam negri. Kebudayaan yang ada di daerah Magelang dapat dijadikan sebagai warisan kebudayaan yang harus tetap dijaga keunikannya. Tanpa kebudayaan, identitas sebuah kelompok masyarakat tidak akan ada. Walaupun cara berpikir dan cara pandang masyarakat jaman dulu berbeda dengan jaman sekarang setidaknya dari sebuah kebudayaan itu tersimpan tujuan hidup yang bisa dijadikan sebagai pedoman hidup saat ini. Di Perumahan Armada Estate, Magelang memiliki potensi sumber daya ekonomi dan sumber daya manusia yang cukup baik. Dari potensi sumber daya ekonomi, banyak warga yang membuat wirausaha sendiri khususnya home industry. Home industry yang dikembangkan adalah pembuatan pigura, pembuatan kue kering, dan pengeringan sisik ikan hiu. Dengan adanya sumber daya ekonomi yang berkembang dengan baik, mendorong sumber daya manusia untuk ikut serta dalam perkembangan sumber daya ekonomi tersebut.

BAB VII REKOMENDASI Seiring perkembangan zaman, kebudayaan yang ada pada sebuah daerah mungkin akan luntur. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya kebudayaan asing yang mulai masuk maupun pola pikir masyarakat modern yang menganggap

19

kebudayaan yang ada ini kurang relevan untuk diterapkan atau juga merasa terlalu repot dalam melaksanakan salah satu jenis kebudayaan. Alangkah baiknya jika kita sebagai individu yang hidup di zaman globalisasi harus dapat menghargai nilai-nilai yang terkandung di dalam kebudayaan sehingga kebudayaan yang ada dapat menjadi identitas dari suatu individu bahkan sekumpulan orang tertentu yang dapat menghiasi keanekaragaman budaya yang ada di negeri ini. Jangan sampai anak cucu tidak mengenal budaya nenek moyangnya meski zaman sudah semakin berkembang. Sebagai generasi muda, kita wajib memelihara dan menjaga kebudayaan. Perlu adanya kesadaran dalam diri masing-masing individu untuk mau melestarikan dan rasa peduli akan perkembangan kebudayaan-kebudayaan lama yang semakin lama kian memudar. Akan lebih baik lagi jika kita tidak mudah mengikuti segala perubahan kebudayaan yang ada, kecuali perubahan yang dapat berdampak positif bagi kebudayaan kita. Generasi pendahulu juga harus turut ikut mengambil bagian dalam pelestarian kebudayaan. Generasi pendahululah yang seharusnya mengajarkan kepada anak cucunya tentang ragam kebudayaan dan cara menghargai setiap keanekaragaman budaya yang ada pada masing-masing daerah. Tanpa mereka, para generasi muda tidak akan mengenal proses kebudayaan. Hal tersebut dapat menjadi pelajaran bagi kita agar dapat meneruskan perjuangan untuk melestarikan kebudayaan kepada generasi penerus lainnya. Kita dapat mulai menerapkan berbagai cara untuk melestarikan kebudayaan. Pertama, mulai dari lingkungan kita dengan cara berbahasa daerah yang dikuasai dengan masyarakat yang lainnya. Dari cara yang sederhana seperti itu, kita dapat membuat bahasa daerah tetap dapat dilestarikan. Kita dapat juga melakukan pelestarian dengan cara yang cukup besar lingkupnya seperti perlu untuk diadakan sosialisasi oleh organisasi yang ada di daerah setempat. Tentunya pihak yang melakukan sosialisasi adalah orang yang mengetahui tentang jalannya prosesi tersebut dari awal sampai akhir. Cara lainnya dapat dibuat buku petunjuk cara menjalankan prosesi tersebut dan diberikan secara gratis untuk masing

20

masing masyarakat. Hal tersebut dilakukan untuk dapat membantu masyarakat yang belum mengetahui bagaimana jalannya prosesi setelah kelahiran tersebut. Solusi tersebut cocok untuk melestarikan prosesi kebudayaan yang dilakukan setelah kelahiran bayi di komplek Armada Estate, Magelang yang dibahas pada studi ini. Prosesi kebudayaan yang dilakukan setelah bayi lahir ini tergolong hal yang cukup mudah dilakukan tetapi memiliki panjang waktu yang cukup lama. Hal tersebut membutuhkan bantuan dari warga komplek lain untuk menggelar acara tersebut dan dengan begitu yang menggelar acara tidak akan merasa bahwa melakukan prosesi tersebut susah untuk dilakukan. Lebih baik jika ada yang mengkoordinasi untuk menangani warga yang akan menggelar prosesi kebudayaan dalam hal ini adalah ketua RT. Adanya kerja sama dari berbagai pihak maka kebudayaan akan semakin mudah untuk terus dikembangkan dan direalisasikan. Hal ini perlu untuk dilakukan terus menerus mengingat bahwa banyaknya kebudayaan daerah yang sudah mulai terlupakan.

You might also like