You are on page 1of 3

Pada praktikum ini dilakukan pengujian sampel dengan membandingkan ketelitian penggunaan pipet piston dan pipet gelas

serta pengukuran konsentrasi sampel dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketelitian mana yang lebih baik antara pipet piston dan pipet gelas, yang mana akan berpengaruh pada pengukuran spektrofotometer konsentrasi sampel. Sampel yang digunakan adalah KMNO4. Alasan penggunaan kalium permanganat karena sampel tersebut memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 546 nm sehingga mudah dalam pengukurannya. Salah satu hal yang penting di ingat adalah untuk menganalisis secara spektrofotometri UV-VIS diperlukan panjang gelombang maksimal. Alasan panjang gelombang harus maksimal, yaitu : 1. Pada panjang gelombang maksimal tersebut perubahan absorbansi untuk setiap konsentrasi adalah yang paling besar. 2. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hokum Lambert beer akan terpenuhi. Prinsip dari praktikum ini adalah hukum Lambert Beer, dimana menyebutkan bahwa besarnya serapan (absorbansi) berbanding lurus dengan konsentrasi sampel yang diukur. Semakin tinggi konsentrasi sampel yang diukur maka absorbansi yang dihasilkan akan tinggi juga. Tahap awal dari praktikum ini adalah pembuatan larutan KMNO4 dengan konsentrasi 50 ppm. Pembuatan larutan kalium permanganat ini dengan cara melarutkan 0,005 gram kalium permanganat dalam 100 ml aquadest. Selanjutnya larutan kalium permanganat tersebut diencerkan dengan konsentrasi 100 l, 200 l, 300 l, 400 l, dan 500 l. Proses pengenceran dimasukkan langsung ke dalam kuvet dengan menggunakan pipet piston dan pipet gelas. Penggunaan pipet pada tahap pengenceran ini yang akan menjadi parameter perbandingan keteliatian kedua alat tersebut. Kuvet yang berisi hasil pengenceran sampel (kalium permanganat) diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 546 nm. Saat pengukuran pastikan panjang gelombangnya 546 nm, karena panjang gelombang tersebut merupakan panjang gelombang maksimum untuk kalium permanganat.Kemudian dicatat absorbansi yang diperoleh dan dibuat grafik konsentrasi terhadap absorbansi serta menentukan batas kontrol dan batas toleransi. Percobaan ini dilakukan dua kali (duplo).Dari data yang di dapatkan ini kita dapat menghitung simpangan bakunya dan koefisien variasinya. Dari hasil pengujian yang di lakukan dengan menggunakan pipet gelas di dapatkan rata-rata hasil absorbansi dari larutan KMnO4 dengan konsentrasi 100 l adalah 0,048. Pada konsentrasi 200 l rata-rata absorbansinya adalah 0.082. Konsentrasi 300 l rata-rata absorbansinya adalah sebesar 0.1285. pada larutan dengan konsentrasi 400 L absorbansinya adalah 0.176. dan untuk konsentrasi 500 l besar absorbansinya adalah 0.222. Sedangkan larutan KMnO4 yang dipipet dengan menggunakan pipet piston saat diukur absorbansinya, larutan dengan konsentrasi 100 l rata-rata absorbansinya adalah 0,0415. Pada konsentrasi 200 l rata-

rata absorbansinya adalah 0,054. Pada konsentrasi 300 l didapatkan rata-rata absorbansinya adalah sebesar 0.153. Pada larutan dengan konsentrasi 400 L nilai rata-rata absorbansi yang diperoleh adalah sebesar 0.168. Dan pada konsentrasi 500 L nilai rata-rata absorbansinya adalah 0.2885. Dari data yang di dapatkan ini dapat dihitung simpangan bakunya dan koefisien variasinya. Standar deviasi dari yang menggunakan pipet gelas dengan konsentrasi 100 l adalah 0.0028 dan koefisien variasinya adalah sebesar 5.892, sedangkan yang menggunakan pipet piston standar deviasinya adalah 0.0067 dan koevisien variasinya adalah 1.703. Larutan konsentrasi 200 l dengan menggunakan pipet gelas standar deviasinya adalah 0.0056 dan koefisien variasinya adalah 6.829 sedangkan yang menggunakan pipet piston besar standar deviasinya adalah 0.0056 dan koefisien variasinya 10.37 Larutan konsentrasi 300 l dengan menggunakan pipet gelas standar deviasinya adalah 0,004947 dan koefisien variasinya adalah 3.8519 sedangkan yang menggunakan pipet piston besar standar deviasinya adalah 0,0311 dan koefisien variasinya 20,3351. Sampel dengan konsentrasi 400 l pada pipet gelas besar standar deviasinya adalah 0.024 dan koefisien variasinya adalah 13.64 sedangkan yang menggunakan pipet piston besar standar deviasinya adalah 0.0014 dan koefisien variasinya 0.83. sampel dengan konsentrasi 500 l pada pipet gelas besar standar deviasinya adalah 0.00424 dan koefisien variasinya adalah 1.91 sedangkan yang menggunakan pipet piston besar standar deviasinya adalah 0,0035 dan koefisien variasinya 1.53. Dari praktikum yang telah dilakukan secara umum pada pengenceran 5 ketelitian pipet piston lebih baik. Hal ini dikarenakan tingkat ketelitian pada pipet piston jauh lebih baik, karena pada pipet piston sudah ada pengaturan volume yang akan diambil sehingga sudah terkalibrasi dengan baik. Namun, jika penggunaan pipet piston masih salah maka hasilnya tidak optimal atau volume yang diambil tidak sesuai. Agar penggunaan pipet piston optimal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti: Konsisten speed dan kelancaran saat menekan dan melepaskan tombolnya Konsisten tekanan pada plunger pada pertama Konsisten dan cukup saat memasukkan tip ke dalam cairan Posisi tip pada cairan Posisinya Hampir Vertikal dari pipet Menghindari semua gelembung udara Tidak pernah meletakkan pada side pipet atau pipet membalikkan jika cairan di ujung. Pada pipet gelas, tergantung pada pembacaan skala. Orang yang menggunakan pipet (praktikan) sangat berpengaruh dengan hasil yang didapat. Pada pipet gelas harus tepat dalam

pembacaan skala sedangkan pada pipet piston harus diperhatikan hal-hal yang sebelumnya telah disebutkan diatas agar diperoleh hasil yang optimal. Seharusnya pemipetan dilakukan oleh satu orang yang sama untuk semua pengenceran, tetapi pada praktikum kali ini, tiap pengenceran dilakukan oleh orang yang berbeda.

You might also like