You are on page 1of 11

BAB 10 OBAT-OBAT EMERGENCY DAN DEFIBRILATOR

10.1 TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Mengenal, memahami dam mampu memilih dan menggunakan obat darurat yang diperlukan untuk Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO). Mengenal, memahami penggunaan defibrilator dalam Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO).

10.2 TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS 1. Mengenali obat-obat darurat Adrenalin, Amiodaron, Lidocain, dan Sulfas Atropin 2. Dapat menyiapkan, memberikan dengan benar sesuai dengan dosis, macam serta cara pemberian 3. Dapat Menyiapkan Alat Defibilator dalam penaganan Henti Jantung

10.3. JENIS OBAT 1. Epinephrin Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksi atau shock anfilaktik, hipotensi. Dosis 1 mg iv bolus dapat diulang setiap 3 5 menit, dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi atau syok anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap 15-20 menit. Untuk terapi bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine perinfus dengan dosis 1mg (1 mg = 1 : 1000) dilarutka dalam 500 cc NaCl 0,9 %, dosis dewasa 1 g/mnt dititrasi sampai menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10 g/mnt. File Doc. Basic Maternal Life Support ( BMLS)
Page 173

Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor adrenergic dan meningkatkan aliran darah ke otak dan jantung. 2. Lidokain (lignocaine, xylocaine) Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain VF, VT, Ventrikel Ekstra Sistol yang multipel, multifokal, konsekutif/salvo dan R on T. Dosis 1 1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 5 menit sampai dosis total 3 mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4 mg/menit sampai 24 jam dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra vena. Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan irama idioventrikuler 3. Sulfas Atropin Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki sistim konduksi AtrioVentrikuler. Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi dengan iskemi atau infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi) Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III. Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04 mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg. dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra vena diencerkan menjadi 10 cc. 4. Dopamin Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktilitas miokard, curah jantung (cardiac output) dan tekanan darah meningkat. Dosis 2-10 g/kgBB/menit dalam drip infuse. Atau untuk memudahkan 2 ampul dopamine dimasukkan ke 500 cc D5% drip 30 tetes mikro/menit untuk orang dewasa

File Doc. Basic Maternal Life Support ( BMLS)

Page 174

5. Magnesium Sulfat MgSO4 1-2 gm u/ torsades des pointes Indikasi : Dianjurkan digunakan pada henti jantung hanya jika terjadi torsades de Pointes atau hipomagnesimia. VF refakter (setelah pemberian lidokain). Torsades de pointes dengan nadi. Mengobati ventrikel aritmia yang disebabkan intoksikasi digitalis. Pemberian profilaksis pada IMA tidak dianjurkan. Kontraindikasi : Seringkali terjadi penurunan tekanan darah pada waktu diberikan secara cepat, Hati-hati pemberian pada orang yang terkena gagal jantung. Dosis Pada henti jantung (jka terjadi hipomagnesemia) atau torsades de pointes. Torsades de pointes (tanpa henti jantung): bolus 1-2 g dicampur dalam 50-100 cc D5W selama lebih dari 5-60 menit IV. Lanjutkan dengan 0,5-1 g per hari IV. Infrak miokard akut jika ada indikasi: bolus 1-2 g dicampur dalam 50-100 cc D5W selama 5-60 menit IV. Ikuti dengan 0,5-1 g per hari IV. Morfin Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah cardiac arrest. Dosis 2-5 mg dapat diulang 5 30 menit 6. Kortikosteroid Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi dan untuk mengurangi edema cerebri 7. Natrium bikarbonat (Nabic) Diberikan untuk dugaan hiperkalemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan yang timbul pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik karena hipoksia (kelas III) dan overdosis File Doc. Basic Maternal Life Support ( BMLS)
Page 175

antidepresi trisiklik. Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya. Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung. 8. Kalsium gluconat/Kalsium klorida Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran sel otot jantung terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk mencegah transfusi masif atau efek transfusi akibat darah donor yang disimpan lama. Diberikan secara pelahan-lahan IV selama 10-20 menit atau dengan menggunakan drip Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk Kalsium klorida. Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk diberikan 1 ampul Kalsium gluconat 9. Furosemide Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak . Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang berlebih adalah hipotensi, dehidrasi dan hipokalemia Dosis 20 40 mg intra vena. 10. Diazepam Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, eklamsia, gaduh gelisah dan tetanus. Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan . Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit. 11. Amiodaron Indikasi: Digunakan secara luas untuk fibrilasi atrial dan takiaritmia ventrikuler. Selain itu untuk mengontrol kecepatan nadi pada aritmia atrial dan pada pasien dengan fungsi ventrikel kiri yang menurun jika pemberian digoksin sudah tidak efektif. Pemberian direkomendasikan pada keadaan-keadaan berikut ini: File Doc. Basic Maternal Life Support ( BMLS)
Page 176

Pengobatan VF yang refrakter, atau VT tanpa nadi. Pengobatan VT yang polimorfik dan takikardi dengan QRS lebar yang tidak jelas sumbernya (unknown origin).

Sebagai obat pendukung pada kardioversi elektrik kasus-kasus SVT dan PSVT. Takikardi atrial multifokal dengan fungsi ventrikel kiri yang baik. Mengkontrol kecepatan nadi pada fibrilasi atrial.

Efek Samping Dosis a. Pada henti jantung 300 mg IV cepat (dalam panduan AHA tahun 2000, dianjurkan untuk diencerkan b. dengan 20-30 ml dekstrose 5%). Pertimbangkan pemberian berikutnya sebanyak 150 mg IV c. d. dalam 3-5 menit. Dosis kumulatif maksimum 2,2 gram IV/24 jam. Pada kompleks QRS lebar yang stabil, maksimum pemberian 2,2 gram IV/24 jam Vasodilatasi dan hipotensi Memiliki efek negative inotropik Memilki efek memperpanjang interval QT

Cara pemberian dengan bolus 150 ml IV dalam 5-10 menit dapat diulangi 150 mg IV setiap 10 menit jika diperlukan. Infus lambat 360 mg IV selama 6 jam (1 mg/menit). Dosis pemeliharaan 540 mg IV dalam 18 jam ( 0,5 mg/menit). Jangan diberikan secara bersamaan dengan procainamide.

12. Sodium Bikarbonat Mekanisme kerja Sodium bikarbonat mengatasi asidosis jaringan dan asidosis selama henti jantung maupun File Doc. Basic Maternal Life Support ( BMLS)
Page 177

resusitasi (akibat rendahnya perfusi jaringan). Untuk menguatkan ventilasi alveolar dan mengembalikan perfusi jaringan, pertama-tama dilakukan kompresi dada, dilanjutkan mengembalikan sirkulasi spontan secara cepat. Dosis: 1 mg/kgBB IV bolus Na-bikarb hanya 1 mEq/kg dan paling akhir

10.4 Obat-obatan Pada Anak : Obat-obatan pada anak harus memperhatikan dosis.: a. Ephinephrine Dosis 0,01 mg/kg.BB dapat diulang 3-5 menit dengan dosis 0,01 mg/kg.BB I.V (1:1000) b. Atropine Dosis 0,02 mg/kg.BB I.V (minimal 0,1 mg) dapat diulang dengan dosis 2 kali tetapi maksimal 1 mg. c. Lidocaine (Lignocaine, Xylocaine) Dosis 1 mg/kg.BB I.V d. Natrium Bikarbonat Dosis 1 mg/kg.BB I.V e. Kalsium Klorida Dosis 20 25 mg/kg.BB.I.V Pelan-pelan f. Kalsium Glukonas Dosis 60 100 mg/kk.BB I.V, Pelan-pelan

Perhatian !! Pemberian obat-obatan adalah orang yang kompeten di bidangnya (dokter atau tenaga terlatih di bidang gawat darurat). File Doc. Basic Maternal Life Support ( BMLS)
Page 178

Mengingat banyaknya jenis-jenis kegawatdaruratan, maka pemberian obat yang disebutkan di bawah ini untuk mengatasi kegawatdaruratan secara umum sedangkan dalam menghadapi pasien, kita harus melihat kasus per kasus.

Gbr. 1

Gbr. 2

Gbr. 3

Gbr. 4

Gbr 5

10.5 Pengertian Defibrilator Defibrilasi adalah pengobatan umum untuk mengancam jiwa aritmia jantung, fibrilasi ventrikel, dan takikardi ventrikel pulseless. Defibrilasi terdiri dari memberikan dosis terapi energi listrik ke jantung yang terkena dengan alat yang disebut defibrillator. Ini depolarizes massa kritis dari otot jantung, aritmia berakhir, dan memungkinkan irama sinus normal untuk dibangun kembali dengan alat pacu jantung alami tubuh, di node sinoatrial jantung. Defibrillator dapat eksternal, transvenous, atau implan, tergantung pada jenis perangkat yang digunakan atau dibutuhkan. Beberapa unit eksternal, yang dikenal sebagai defibrillator eksternal otomatis (AED), mengotomatisasi diagnosis irama diobati, yang berarti bahwa responden awam atau pengamat File Doc. Basic Maternal Life Support ( BMLS)
Page 179

dapat menggunakan mereka berhasil dengan sedikit, atau dalam beberapa kasus tidak ada pelatihan sama sekali. 10.6 Penggunaan Defibrilator Jenis yang paling terkenal dari elektroda (banyak digambarkan dalam film dan televisi) adalah dayung logam tradisional dengan menangani (biasanya plastik) terisolasi. Jenis ini harus diadakan di tempat pada kulit pasien sementara shock atau serangkaian guncangan disampaikan. Sebelum dayung digunakan, gel harus dioleskan pada kulit pasien, untuk memastikan koneksi yang baik dan untuk meminimalkan hambatan listrik, juga disebut impedansi dada (meskipun debit DC). Ini umumnya hanya ditemukan di unit eksternal manual. Jenis baru dari elektroda resusitasi dirancang sebagai perekat pad. Ini adalah dukungan mereka terkelupas dan diterapkan ke dada pasien ketika dianggap perlu, sama seperti setiap stiker lainnya. Elektroda ini kemudian terhubung ke defibrilator. Jika defibrilasi diperlukan, mesin dibebankan, dan syok yang disampaikan, tanpa perlu menerapkan gel atau untuk mengambil dan di mana saja dayung. Bantalan ini perekat ditemukan pada unit yang paling otomatis dan semiotomatis, dan secara bertahap menggantikan dayung sepenuhnya dalam pengaturan non-rumah sakit. Kedua elektroda perekat padat dan basah-gel tersedia. Solid-gel elektroda lebih nyaman, karena tidak ada perlu membersihkan kulit pasien setelah menghapus elektroda. Namun, penggunaan solid-gel elektroda menyajikan risiko tinggi luka bakar selama defibrilasi, karena basah-gel elektroda listrik secara lebih merata ke dalam tubuh. Beberapa elektroda perekat dirancang untuk digunakan tidak hanya untuk defibrilasi, tetapi juga untuk mondar-mandir transkutaneous dan disinkronisasi kardioversi listrik. Di rumah sakit, dayung umumnya lebih disukai untuk bantalan, karena kecepatan yang melekat dengan yang mereka dapat ditempatkan dan digunakan. Hal ini penting selama serangan jantung, karena masing-masing kedua nonperfusion berarti kehilangan jaringan. Namun, dalam kasus di mana serangan jantung diduga, patch ditempatkan prophalacticaly lebih unggul, karena mereka memberikan yang sesuai EKG penelusuran tanpa artefak terlihat dari campur tangan manusia dengan dayung. Perekat elektroda juga inheren lebih aman daripada dayung untuk operator defibrilator untuk digunakan, karena mereka meminimalkan risiko operator datang ke fisik (dan dengan demikian listrik) kontak dengan pasien sebagai shock disampaikan, dengan File Doc. Basic Maternal Life Support ( BMLS)
Page 180

memungkinkan operator untuk berdiri beberapa meter jauhnya. Perekat tambalan juga membutuhkan tidak ada kekuatan untuk tetap di tempat dan memberikan kejutan yang tepat, sedangkan dayung memerlukan sekitar 25 lbs kekuatan yang harus diterapkan ketika shock disampaikan. Teknik Defibrilator pada cardiac arrest (=Dc shock) 1. Oleh dulu paddles dengan jelly ECG tips rata , baru kemudian : 2. Switch ON , Pasang Paddles pada posisi apex dan parasternal (boleh terbalik) 3. Tempelkan di dada, baru : - Charge 360 Joules *(Un-synchronized) - Ucapkan dengan keras : Awas semua lepas dari pasien!! Nafas buatan berhenti dulu Bawah bebas Samping bebas Atas bebas Saya bebas!! (stand clear) 4. Shock !! ( tekan dua tombol paddles bersama) 5. Lepas paddles dari dada, segera pijat jantung lagi. Tanpa harus melihat dulu hasil dari DC-Shock tersebut. 6. Setelah 2 menit baru dievaluasi, raba lagi / baca lagi monitor EKG

Paddles di apex dan para sterna dibawah clavicula dextra ditekan dengan kekuatan 10 kg File Doc. Basic Maternal Life Support ( BMLS)
Page 181

Pada Cardiac Arrest dengan irama jantung jenis shockable rythme Digunakan DC Shock dengan mode : unsynchronized Defibrilator monophassisc : single shock 360 joule untuk setiap shock Defibrilator bi-phasisc : single shock 150 joule-200joule Bila tetap VF/VT , defibrilasi dilakukan berulang setiap 2 menit yang harus segera diikuti dengan diikutidengan pijat jantung Urutan : CPR-Drug-DC Shock, CPR-Drug-Dc Shock, dst Epinephrine 1 mg dimasukan apabila setelah DC-Shock ke dua irama masih tetap VF atau VT./ Pemberian berikutnya berupa dosis ulangan 1 mg setiap 3-5 menit tanpa batas maksimum. Lidocaine atau Amiodarone dapat diberikan apabila setelah pemberian 3 shock pertama , iram tetap VT/VF 10.7 Teknik Defibrilator Untuk Cardioversion Defibrilasi synchronized untuk kardioversi dan takikardia ventrikuler yang stabil (teraba nadi karotis) atau takikardia supraventrikuler tidak stabil yang membandel dikelola dengan obat-obatan. 1. Tentukan irama jantung 2. Siapkan defibrillator 3. Sambungkan elektroda monitor 4. Pasang cairan infus 5. Berikan O2 kanula nasal/masker 6. Monitor pulser oximeter dan EKG 7. Pilih synchronized 8. Tentukan dosis energy 9. Letakkan pedal di dada( dengan takanan 10kg) 10. Jauhkan penolong dari tempat tidur pasien 11. Tekan tombol charge , tunggu sampai pengisian selesai (ditandai suara alarm) 12. Tekan tombol defibrillator setelah memeriksa keadaan, tidak ada penolong yang menempel ke pasien / tempat tidur 13. Nilai gambaran EKG File Doc. Basic Maternal Life Support ( BMLS)
Page 182

14. Dapat diulang bila usaha pertama gagal Pada dasarnya sama dengan tindakan defibrilasi pada cardiac arrest hanya pada cardiac arrest semua tindakan misalnya pasang iv line, intubasi dll, tidak boleh menghentikan aktivitas CPR (pijat jantung nafas buatan) Komplikasi Penggunaan Defibrilator : 1. Luka bakar bila jelly (pelumas) yang digunakan tidak cukup atau kontak yang kurang baik antara paddle dengan dinding anda. 2. Shock listrik (shock Electric) Terjadinya sengatan listrik oleh karena kebocoran arus listrik

File Doc. Basic Maternal Life Support ( BMLS)

Page 183

You might also like