You are on page 1of 42

1

PETUNJUK PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK II











OLEH
TIM



LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2009






2
DAFTAR ISI

No. J udul Percobaan Halaman

1. Kekuatan Ligan Amonia dan Air pada kompleks Ni (II) dan Cu (II) 3-9

2. Pengaruh Kekuatan Ligan Terhadap Spektra Kompleks Cu (II) 10-11

3. Penentuan bilangan koordinasi Ion Kompleks Dengan metode J OBS 12-15

4. Spektra berbagai Ion Logam Transisi 16-17

5. Kimia Magnet (Magneto Chemistry) 18-26

6. Electrogrowth 27-30

7. Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks Cu
2+
31-32
8. Penentuan daya hantar suatu senyawa 33-35




3
KEKUATAN LIGAN AMONIA DAN AIR PADA KOMPLEKS Ni(II) DAN Cu(II)

Maksud Percobaan :
- Mempelajari perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonia dan air
Pendahuluan
J ika kristal Ni(NO
3
)
2
dilarutkan dalam air maka zat tersebut terionisasi menghasilkan ion
kompleks [Ni(H
2
O)
6
]
2+
. Molekul air yang terkoordinasi (disebut ligan) dalam kesetimbangan
dinamik dengan molekul air yang tidak terkoordinasi (molekul air yang bebas). Enam molekul
air yang terkoordinasi dapat diganti oleh ligan-ligan lain dalam larutan yang dapat terikat lebih
kuat. Sebagai contoh penukaran H
2
O oleh NH
3
.

[Ni(H
2
O)
6
]
2+
+ NH
3
[Ni(H
2
O)
5
(NH
3
)]
2+

[Ni(H
2
O)
5
(NH
3
)]
2+
+ NH
3
[Ni(H
2
O)
4
(NH
3
)
2
]
2+
[Ni(H
2
O)
4
(NH
3
)
2
]
2+
+ NH
3
[Ni(H
2
O)
3
(NH
3
)
3
]
2+

[Ni(H
2
O)
5
(NH
3
)
3
]
2+
+ NH
3
[Ni(H
2
O)
2
(NH
3
)
4
]
2+

[Ni(H
2
O)
2
(NH
3
)
4
]
2+
+ NH
3
[Ni(H
2
O) (NH
3
)
5
]
2+

[Ni(H
2
O)(NH
3
)
5
]
2+
+ NH
3
[Ni(NH
3
)
6
]
2+


Dengan adanya kelebihan NH
3
dalam penukaran ini akan menghasilkan ion kompleks
[Ni(NH
3
)
6
]
2+
. Perubahan warna larutan kompleks [Ni(H
2
O)
6
]
2+
dari hijau ke biru menunjukkan
adanya perubahan kimia.
Warna karakteristik ion nikel dan ion logam transisi lain (ion-ion dengan tingkat elektron d
terisi sebagian) diterangkan dengan istilah energi relatif elektron dalam tingkat elektron d yang
terisi sebagian.
Kelima orbital d (d
x
2-
y
2, d
z
2, d
xy
, d
yz
dan d
xz
) dalam ion logam bentuk gas mempunyai
tingkat energi yang sama, karenanya mempunyai kesamaan kemungkinan yang sama untuk
mendapatkan elektron dalam kelima orbital tersebut.. Gambar 1 menunjukkan pendekatan teori
medan kristal tentang perubahan yang terjadi pada ion logam karena suatu ligan mendekati ion
logam untuk membentuk suatu ion kompleks.




4
d
z2
d
x2-y2


o
Energi d
xy
d
yz
d
xz



d
xy
d
yz
d
xz
d
z2
d
x2-y2

\
Gambar 1. Pemisahan tingkat energi elektron orbital d oleh medan kristal oktahedral

Dalam teori medan kristal, ligan-ligan direduksi menjadi titik yang bermuatan. Interaksi
muatan-muatan titik ini dengan elektron dalam orbital d ion logam akan menaikkan energi semua
orbital d, tetapi mereka tidak lagi memiliki energi yang sama. Elektron-elektron dalam orbital d
z
2

dan d
x2-y2
akan mengalami interaksi yang lebih besar dengan muatan-muatan ligan yang
mendekatinya daripada elektron-elektron dalam orbital d
xy ,
d
xz
d
yz.
Pertimbangan simetri juga
menghasilkan kesimpulan yang sama terhadap orbital-orbital d lainnya
Pola pemisahan tersebut berlaku untuk semua ion kompleks yang terkoordinasi secara
oktahedral.
o
(didefinisikan sebagai 10 Dq) menunjukkan perbedaan energi antara tiga orbital
setingkat d
xy
, d
yz
, d
xz
dengan dua orbital setingkat d
x2-y2
, d
z
2.
Spektrum oktahedral [Ti(H
2
O)
6
]
3+
dengan elektron d tunggal dapat ditemukan dalam salah
satu orbital d
xy
, d
yz
, d
xz
. Pada absorpsi suatu photon ekivalen energi dengan
o
, elektron dalam
salah satu orbital d dengan energi lebih rendah akan dinaikkan ke orbital d dengan energi lebih
tinggi d
x2-y2
atau d
z
2. Suatu harga yang khas untuk
o
, perbedaan energi antara dua tingkat energi
dalam gambar 1 adalah 5,8 x 10
4
kalori/mol (frekuensi 20.300 cm
-1
)
20.300 cm
1 kkal / mol
349,75 cm
58,04 kkal / mol
1
-1

= =

Ini sesuai dengan radiasi sebesar 6,1 x 10
14
Hz atau panjang gelombang 490 nm. Besarnya 10
Dq tersebut dipengaruhi oleh jenis ion logam, bilangan oksidasi dan ligan yang terlibat. Transisi
elektrinik dari tingkat energi pertama ke tingkat energi yang lain jatuh pada daerah sinar tampak
atau spektrum elektromagnetik. Warna yang nampak adalah komplemen warna cahaya yang
diserap, sebagai contoh kompleks [Ti(H
2
O)
6
]
3+
berwarna violet berarti warna yang diserap adalah


5
komplemen warna violet yaitu hijau kekuningan. Hubungan antara daerah panjang gelombang
yang diabsorbsi dan warna yang nampak ditunjukkan oleh Tabel 1.

Tabel 1. Hubungan antara daerah panjang gelombang yang diserap dan warna komplemennya

(nm) Warna yang diserap sistem Warna komplemen
380 - 435 violet (merah kebiruan) hijau kekuningan
435 - 480 biru kuning
480 - 490 biru kehijauan orange (kuning - merah)
490 - 500 hijau kebiruan merah
500 - 560 hijau purple (campuran merah dan biru)
560 - 580 hijau kekuningan violet
580 - 595 kuning biru
595 - 650 orange biru kehijauan
650 - 780 merah hijau kebiruan


Ligan yang berbeda berinteraksi secara berbeda dengan orbital-orbital d ion logam pusat.

o
, merupakan ukuran interaksi yang dapat membedakan komplek-komplek yang berbeda dari
ion logam. Sebagai contoh, telah diteliti bahwa
o
umumnya bertambah menurut urutan Cl
-
<
H
2
O <NH
3
<CN
-
, ini merupakan ukuran spektrokimia sejumlah ligan. J ika
o
bertambah,
absorpsi maksimum akan memiliki panjang gelombang yang lebih pendek. sesuai dengan
bertambahnya energi orbital d
xy
, d
yz
atau d
xz
untuk menaikkannya ke orbital d
x2-y2
atau d
z2.
Makin
pendek absorpsi maksimum panjang gelombang, makin besar perbedaan energi antara tingkat
energi awal dan akhir.
Gambar 2 merupakan rangkuman dari gejala spektroskopik dari konfigurasi [Ar] 3d
1
yang
ditemukan pada Ti
3+
.
2
D merupakan simbol untuk tingkat energi dari orbital d yang setingkat
dengan tidak adanya medan kristal. Bila medan kristal naik,
2
D yang setingkat membelah
menjadi tiga tingkat
2
T yang setingkat dan lebih stabil serta dua tingkat
2
E yang setingkat dan
kurang stabil. Informasi yang diberikan oleh penyimbulan
2
D,
2
E dan
2
T tidak penting untuk
pemahaman spektra. Simbol-simbol tersebut digunakan sebagai nama untuk tingkat energi yang
bervariasi. Dalam beberapa penetapan
o
, perbedaan energi antara tingkat
2
T dan
2
E sesuai
dengan energi yang diinginkan untuk menaikkan konfigurasi [Ar] 3d
1
dari tingkat energi
2
T


6
menjadi tingkat energi
2
E. Karena
o
bertambah, pemisahan energi
2
T -
2
E bertambah. Hal ini
mengakibatkan pembagian absorpsi maksimum menjadi panjang gelombang yang lebih pendek.


2
E

E untuk
2
T
2
E
Energi
2
D


2
T
0
o

Gambar 2. Diagram yang Menunjukkan Tingkat Energi dari Konfigurasi Elektron d
1
pada
Suatu Kompleks Oktahedral

Diagram energi untuk konfigurasi elektron d
8
(Ni
2+
) dalam kompleks oktahedral
ditunjukkan oleh Gambar 3.


3
T
1g
(P)


3
P


3
T
1g
(F)



3
F

3
T
2g
(F)
Energi



3
A
2g
(F)

0

0

Gambar 3. Diagram yang menunjukkan tingkat energi untuk konfigurasi elektron d
8
dalam
kompleks oktahedral



7
Tingkat energi
3
A
2g
(F) merupakan tingkat energi yang paling stabil untuk elektron 3d nikel.
Dari tingkat energi tersebut akan didapatkan tiga keadaan transisi. Untuk kompleks [Ni(H
2
O)
6
]
2+

dan [Ni(NH
3
)
6
]
2+
telah dilaporkan oleh J orgensen
1
:
[Ni(H
2
O)
6
]
2+
[Ni(NH
3
)
6
]
2+
Ditandai transisi

1180 nm 935 nm
3
A
2g
(F)
3
T
2g
(F)
746 nm 572 nm
3
A
2g
(F)
3
T
1g
(F)
395 nm 354 nm
3
A
2g
(F)
3
T
1g
(P)

Ligan NH
3
akan memberikan harga
0
yang lebih besar daripada H
2
O, ini sesuai dengan gerakan
ke kanan dalam Gambar 3. Perbedaan energi tersebut mengakibatkan masing-masing transisi
akan dinaikkan dan akan menghasilkan pergeseran ketiga absorbsi nikel ke panjang gelombang
yang lebih pendek (E =hc(1/)


A. KOMPLEKS Ni
2+

Alat dan Bahan
Alat : - Labu ukur 10 ml 4 buah
- Pipet gondok 2 ml, 5 ml dan 10 ml masing-masing 1 buah
- Gelas beaker 100 ml 2 buah
- Gelas beaker 250 ml - Spektrofotometer
- Gelas ukur 25 mL atau 50 mL

Bahan :
1) Ni
2+
0,1 M {15 gram Ni(NO
3
)
2
.6H
2
O (berat molekul 290,8) dalam 500 ml larutan. Perlu
ditambah 1 tetes HNO
3
untuk mencegah hidrolisis ion Ni
2+
}
2) NH
3
pekat.

Cara Kerja
1. Siapakan 2 buah gelas beker ukuran 50 mL.
2. Gelas beker I dituangi dengan 10 mL larutan induk Ni
2+
0,1 M (lakukan dengan gelas ukur).
Ion Ni
2+
dalam larutan ini sebagai [Ni(H
2
O)
6
]
2+
.
3. Gelas beker II dituangi dengan 10 mL larutan induk Ni
2+
0,1 M, 2 mL NH
4
OH pekat dan 7 mL
air. Amati perubahan warna yang terjadi.

1
C. K. J orgensen, Acta Chem. Scan., Vol. 9, (1957), p. 1362.


8
4. Amati serapan kedua larutan tersebut dengan spektrofotometer yang dapat mengabsorbsi
panjang gelombang antara 300 - 900 nm.
5. Bandingkan hasil pengamtan saudara dengan hasil J orgensen !

Tugas :
1. Dapat ditunjukkan bahwa transisi
3
A
2g
(F)
3
T
2g
(F) sesuai dengan
0
dan transisi
3
A
2g
(F)
3
T
1g
(F) sesuai dengan perbedaan energi 9/5
0
. Berdasar eksperimen saudara
hitung
0
(satuan m
-1
) untuk [Ni(H
2
O)
6
]
2+
dan [Ni(NH
3
)
6
]
2+
. Bandingkan harga perkiraan
0

rata-rata untuk masing-masing ion dengan hasil hitungan ion Ti
3+
.
2. Energi untuk transisi
3
A
2g
(F)
3
T
1g
(P) sesuai dengan 6/5
0
+ E(
3
F
3
P).
E(
3
F
3
P) merupakan perbedaan tingkat energi
3
F dan
3
P dalam ion Ni
2+
dalam keadaan
gas. J ika spektrofotometer yang anda gunakan tidak dapat menghasilkan data untuk ini, maka
gunakan pengamatan J orgensen (m
-1
) untuk menghitung dua perkiraan pemisahan 3F 3P.


B. KOMPLEKS Cu
2+

Alat dan Bahan
Alat : - Labu ukur 10 ml 4 buah
- Pipet gondok 2 ml, 5 ml dan 10 ml masing-masing 1 buah
- Gelas beaker 100 ml 2 buah
- Gelas beaker 250 ml
- Gelas ukur 25 mL atau 50 mL
- Spektrofotometer
Bahan :
1) Cu
2+
0,1 M (6,242 gram CuSO
4
.5H
2
O dalam 250 ml larutan). Perlu ditambah 1 tetes H
2
SO
4

untuk mencegah terbentuknya endapan Cu(OH)
2

2) NH
3
pekat.


9
Cara Kerja :
1. Siapkan 2 buah gelas beker ukuran 50 mL.
2. Gelas beker I dituangi dengan 10 mL (menggunakan gelas ukur) larutan induk Cu
2+
0,1 M. Ion
Cu
2+
dalam larutan ini sebagai [Cu(H
2
O)
4
]
2+
.
3. Gelas beker II dituangi 10 mL (menggunakan gelas ukur) larutan induk Cu
2+
0,1 M dan 2 mL
NH
4
OH pekat
4. Amati serapan larutan tersebut menggunakan spektrofotometer dengan air sebagai blankonya
pada : 660 850 nm.
5. Bandingkan kekuatan ligan antara air dan ammonia dalam ion kompleks [Cu(H
2
O)
4
]
2+
dan
[Cu(NH
3
)
4
]
2+
(dapat diketahui dengan membandingkan absorbansi panjang gelombang
maksimumnya).


10

PENGARUH KEKUATAN LIGAN TERHADAP SPEKTRA KOMPLEKS Cu (II)

Maksud Percobaan :
Mempelajari pengaruh kekuatan ligan NH
3
terhadap spektra kompleks Cu
2+
.
Pendahuluan
Spektra visible pada larutan yang mengandung Cu
2+
berbentuk pita tunggal asimetris yang
melebar. Ini adalah merupakan spektra karena transisi elektronik pada kompleks tetrahedral
[Cu(H
2
O)
6
]
2+
.
J ika ammonia ditambahkan ke dalam larutan kompleks [Cu(H
2
O)
6
]
2+
, maka molekul air
akan disubsitusi oleh ammonia menjadi ion kompleks [Cu(H
2
O)
n
(NH
3
)
6-n
]
2+
( n =1 6 ).
Substitusi molekul air oleh molekul ammonia ditentukan oleh kekuatan ligan NH
3
. Kekuatan
ligan NH
3
lebih besar dibandingkan dengan H
2
O. Substitusi H
2
O oleh ammonia ditunjukkan
dengan pergeseran max ke lebih pendek.

ALAT :
- Gelas ukur 5 mL 1 buah
- Spektrofotometer 1 buah
- Gelas beaker (50 mL) 5 buah
- Pengaduk 1 buah
- Labu ukur 50 mL 1 buah

BAHAN :
(a) Larutan CuSO
4
.5H
2
O 1 M
(b) Larutan NH
4
Cl 2M
(c) Larutan NH
4
OH 1M, 2M, 3M
(d) NH
4
Cl padat



CARA KERJA :


11
1. NH
4
Cl padat ditambahkan pada 0,5 ml larutan CuSO
4
.5H
2
O sampai jenuh. Kemudian
tambahkan perlahan-lahan 0,5 ml NH
4
OH 1M. Tambahkan lagi padatan NH
4
Cl untuk
menjenuhkan kembali. Diamkan sebentar sampai diperoleh dua lapisan. (Jika anda salah
melakukan prosedur ini akan diperoleh Cu(OH)
2
dan harus diulang lagi). Biarkan
sebentar hingga didapatkan dua lapisan cair dan padat.
Larutkan 1 ml larutan jenuh tersebut kedalam 5 ml NH
4
Cl 2M sehingga terbentuk
[Cu(H
2
O)
5
(NH
3
)]
2+
dalam larutan.
Ukurlah lamda maksimum larutan tersebut.
2. Ulangi point 1 dua kali lagi tetapi larutan NH
4
OH 1 M diganti dengan larutan NH
4
OH 2M
dan 3M sehingga akan terbentuk kompleks [Cu(H
2
O)
4
(NH
3
)
2
]
2+
dan [Cu(H
2
O)
3
(NH
3
)
3
]
2+
.
Ukurlah lamda maksimum untuk masing-masing larutan tersebut.
3. Tambahkan 3 mL larutan NH
4
OH 3M kedalam 1 mL larutan CuSO
4
1 M.
Ukurlah lamda maksimum larutan tersebut. Apabila absorbansi terlalu besar (>1), maka
encerkan dahulu sehingga absorbansi larutan <1.
4. Encerkan 1 mL larutan CuSO
4
1 M sehingga volumenya 50 mL.
Ukurlah lamda maksimum larutan tersebut.

REFFERENSI :
Cotton & Wilkinson, Advance inorganic Chemistry, 5
th
ed, p.770.











PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI ION KOMPLEKS DENGAN METODE JOBS


12

MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan bilangan koordinasi Fe
3+
pada ion [Fe(CNS)
n
]
3-n


PENDAHULUAN
Suatu kompleks yang terbentuk antara logam M dengan ligan X sesuai persamaan :
M
2+
+ aX [MX
a
]
2+

dapat ditentukan nilai anya dengan metode J obs atau metode variasi kontinue.
J ika a memiliki harga satu, maka larutan dengan konsentrasi sama dari logam dan ligan
akan bereaksi dengan perbandingan mol yang sama dan akan didapatkan konsentrasi kompleks
yang relatif tinggi dalam larutan. Akan tetapi jika dibuat larutan dengan mencampurkan dengan
perbandingan [M] : [X] =1 : 2 maka logam yang tersedia tidak akan cukup untuk bereaksi
dengan ligan yang tersedia dan akibatnya hanya memberikan konsentrasi kompleks yang relatif
rendah.
J ika perbandingan stoikiometri kompleks yang terbentuk [M] : [X] = 1 : 2 (bentuk
kompleks MX
2
), maka konsentrasi maksimum kompleks akan diperoleh jika larutan dibuat
dengan mencampurkan logam dan ligan dengan perbandingan [M] : [X] =1 : 2.
Untuk menentukan perbandingan stoikiometri tersebut dapat digunakan metode J obs.
Dibuat sejumlah larutan ion logam dan larutan ligan dengan perbandingan tertentu. Tiap-tiap
larutan ion logam dan ligan mencerminkan sifat karakteristik kompleks tertentu MX
a
. Dalam
percobaan ini akan ditentukan banykanya mol ion ligan CNS- dalam ion kompleks Fe(CNS)6
3-

yang menunjukkan serapan maksimum pada
maks
480 nm.
Ion Fe
3+
dengan ion CNS
-
dalam suasana asam membentuk ion kompleks yang stabil
berwarna merah sesuai dengan reaksi :

Fe
3+
+ n CNS
-
+ H
+
[Fe(CNS)
n
]
3-n

dengan n =1, 2, 3, .. 6 tergantung perbandingan konsentrasi ion-ion Fe
3+
dan ion CNS
-
nya.
Dari perbandingan fraksi mol M
2+
dan fraksi mol L serta absorbansi campuran larutan
dapat dibuat suatu grafik yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan perbandingan mol
M
2+
dan mol L, misalnya seperti ditunjukkan oleh Grafik berikut :


13




maks

0,33


| | | | | |
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 fraksi mol M
2+

1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 fraksi mol L

1. Menentukan banyaknya mol ion ligan CNS- dalam ion kompleks [Fe(CNS)
6
]
3-
dengan
metode variasi kontinue.
Dengan metode ini, perlu dibuat suatu seri larutan ion kompleks yang konsentrasi masing-
masing penyusunnya yaitu larutan ion Fe
3+
dan larutan KCNS divariasi, tetapi jumlahnya
dibuat tetap; kemudian masing-masing serapannya diukur pada panjang gelombang tetap =
480 nm, dan pada temperatur tetap ( suhu kamar)
Selanjutnya dibuat grafik peradaan antara serapan yang diukur dan serapan campuran jika
tidak terjadi reaksi vs mol - fraksi salah satu pereaksi. Oleh karena dalam hal ini mol -faksi
dengan fraksi volume yaitu V
M
/(V
M
+V
L
), dimana V
M
adalah larutan kation, sedang V
L
adalah
volume larutan ligan, maka grafik tersebut akan menunjukkan suatu maksimum (atau suatu
minimum jika serapan kompleks lebih kecil daripada serapan campuran) pada perbandingan
volume V
M
/V
L
, sesuai dengan perbandingan mol antara kation dan anion dalam kompleks.



Alat dan bahan-bahan
Alat-alat dan bahan-bahan yang dipergunakan dalam perconbaan ini, sama dengan alat-alat
dan bahan-bahan yang dipergunakan dalam percobaan 1)
Alat : gelas beker Bahan : FeCl
3
10
-2
M


14
Gelas ukur HNO
3
4 M
Pengaduk KCNS
Spectronic 20 K
3
Fe (CNS)
3

Cara Kerja
1. Buatlah masing-masing 7 (tujuh) buah seri larutan dari larutan-larutan ion Fe
+++,
larutan
KCNS dan larutan ion kompleks seperti cara contoh dalam tabel : 1 ; 2
2. Aduklah larutan-larutan tersebut sehingga homogen, kemudian masing-masing larutan
berilah tanda (misalnya A
1
, A
2
, A
7
; B
1
, B
2
, ..B
7
; dan C
1
, C
2
, ..C
7
).
3. Tentukan dan catatlah serapan-serapan dari masing-masing larutan pada panjang
gelombang tetap =480 nm.
4. Hitung A untuk satu seri larutan, yaitu selisih dari serapan (A) larutan ion kompleks
(tabel 3) dengan jumlah serapan dari larautan ion Fe
3+
(tabel 1) dan lauran KCNS (tabel 2)
5. Buatlah grafik antara A sebagai ordinat, dan buatlah mol-faksi (fraksi volume) salah
satu pereaksi sebagai absisnya; kemudian dari grafik tersebut tentukan perbandingan
banyaknya mol antara ion Fe
+++
dan ion CNS
-
dalam ion kompleks [Fe(CNS)
n
]
3-n
pada
titik setaranya.
Tabel 1 seri larutan-larutan ion Fe
+++
No. Larutan ion
Fe
3+
10
-2
M
HNO
3

4 M
H
2
O [Fe
+++
] Serapan (A)
1. 0 ml 1 ml 9 ml 0
2. 1 ml 1 ml 8 ml 1 x 10-3
3. 2 ml 1 ml 7 ml 2 x 10
-3

4. 3 ml 1 ml 6 ml 3 x 10
-3

5. 4 ml 1 ml 5 ml 4 x 10
-3

6. 5 ml 1 ml 4 ml 5 x 10
-3

7. 6 ml 1 ml 3 ml 6 x 10
-3

Tabel : 2. Seri larutan-larutan ion CNS
-

No. Larutan ion
CNS
-
10
-2
M
HNO
3

4 M
H
2
O [ CNS
-
] Serapan (A)
1. 6 ml 1 ml 3 ml 6 x 10-3


15
2. 5 ml 1 ml 4 ml 5 x 10
-3

3. 4 ml 1 ml 5 ml 4 x 10
-3

4. 3 ml 1 ml 6 ml 3 x 10
-3

5. 2 ml 1 ml 7 ml 2 x 10
-3

6. 1 ml 1 ml 8 ml 1 x 10
-3

7. 0 ml 1 ml 9 ml 0

Tabel : 3. Seri larutan-larutan ion kompleks [Fe(CNS)
n
]
3-n
No. Larutan ion
Fe3=10-2F
HNO3
4 M
H2O
ml
Larutan ion
CNS- 10-2F
Serapan A
1. 6 ml 1 ml 3 0 ml
2. 5 ml 1 ml 3 1 ml
3. 4 ml 1 ml 3 2 ml
4. 3 ml 1 ml 3 3 ml
5. 2 ml 1 ml 3 4 ml
6. 1 ml 1 ml 3 5 ml
7. 0 ml 1 ml 3 6 ml






16

SPEKTRA BERBAGAI ION LOGAM TRANSISI

MAKSUD PERCOBAAN :
Mempelajari spektra berbagai ion kompleks

PENDAHULUAN :
Kebanyakan senyawa kompleks dapat mengabsorpsi radiasi elektromagnetik pada daerah
UV/VIS (daerah 190 800 nm). J ika sejumlah radiasi terabsorp oleh senyawa kompleks, maka
energi adsorpsi tersebut menyebabkan terjadinya transisi elektronik dari keadaan dasar ke
keadaan eksitasi. Pada proses eksitasi, radiasi elektromagnetik yang terabsorp memiliki energi
yang tepat sama dengan perbedaan antara energi keadaan eksitasi dengan energi keadaan dasar.

E (eksitasi)

E =h

E (keadaan dasar)

Tidak semua transisi elektronik yang terjadi pada suatu senyawa kompleks yang terkena
radiasi dapat teramati pada spektra absorpsinya. Hal ini karena intensitas yang dihasilkan
berbeda-beda. Transisi dari n (nonbonding) ke *, misalnya, adalah transisi forbidden yang
biasanya menghasilkan spektra UV dengan intensitas rendah. Spektra absorpsi yang dihasilkan
oleh molekul sunyawa kompleks biasanya terjadi pada panjang gelombang yang lebar karena
molekul senyawa kompleks biasanya memiliki banyak tingkatan keadaan eksitasi
Secara empiris, hubungan antara intensitas absorpsi dengan konsentarsi ditunjukkan oleh
persamaan Lambert Beer :
( ) C b
I
Io
Log =


17
Log (Io/I) disebut sebagai densitas optikal atau sering disebut absorbansi (A), adalah
panjang sel dalam cm. adalah besaran yang dapat menunjukkan adanya transisi elektronik tanpa
dipengaruhi oleh preparasi sampel. Harga setara dengan harga absorbansi (A) pada konsentrasi
larutan yang sama. Puncak spektra dengan harga besar akan menghasilkan intensitas yang
tinggi untuk konsentrasi tertentu jika dibandingkan dengan puncak spektra dengan harga lebih
kecil.

Alat dan Bahan
Alat :
- Spektrofotometer UV/VIS
Bahan :
Larutan berbagai ion logam transisi
antara lain :
- Larutan Ni(NO
3
)
2

- Larutan FeSO
4

- Larutan KMnO
4

- Larutan Co(NO
3
)
2

- Larutan K
2
Cr
2
O
7

- Larutan CuSO
4


Cara Kerja :
1. Siapkan spektrometer UV/VIS, atur .
2. Masukkan blanko, klik read blank.
3. keluarkan blanko, masukkan sampel.
4. Klik read sample hingga keluar grafik absorbansinya.
5. Perbaiki spektrum bila kurva kurang baik.
6. Cetak grafik.
7. Pelajari spektra tersebut (meliputi puncak maksimum utama dan sekunder yang berasal dari
pergeseran elektronik utama).



18

KIMIA MAGNET (MAGNETO CHEMISTRY)

MAKSUD PERCOBAAN
Menunjukkan sifat momen magnet suatu ion logam dalam berbagai garam.

PENDAHULUAN
Zat yang dapat ditarik oleh suatu medan magnet kuat disebut paramagnetik sedang zat
yang ditolak oleh medan magnet kuat disebut diamagnetik. Sifat-sifat suatu zat paramagnetik
sering dinyatakan dengan istilah
e
(momen magnet efektif).

kT
N
e
Xg
3
2 2


=

g
= sensitivitas massa (per gram atom, 1 s/d 100 x 10
-6
c.g.s., dapat diperoleh dari
hasil eksperimen yang akan saudara lakukan)
N = bilangan Avogadro (6,02 x 10
23
)
= Bohr magneton (0,9273 x 10
-20
erg/gauss)
k = tetapan Boltzman (1,381 x 10
-16
erg/der.)
T = temperatur (
o
K)
= (2,828
e
. T) BM (Bohr magneton)
g

Untuk 1 mol zat (sensitivitas molar) digunakan istilah
m
,

m
=
g
x berat molekul
Dalam suatu senyawa juga terdapat gugus atau ligan yang bersifat diamagnetik, ini juga perlu
diperhitungkan sebagai faktor koreksi diamagnetik, untuk mendapatkan sensitivitas paramagnetik
murni
A
:

A
=
m
-
L


L
=faktor korekasi diamagnetik
Harga momen magnet suatu ion tergantung dari banyaknya elektron yang tidak
berpasangan.


19

m spin only 2 S(S + 1) BM (Bohr magneton) ( ) =

S =jumlah elektron tak berpasangan (=n x )
J umlah elektron tak
berpasangan
S (BM)
1
2
3
4
5

1
3/2
2
5/2
1,73
2,83
3,87
4,90
5,92
* (spin only) <
e

Contoh :
Pengukuran sensitivitas massa (
g
) senyawa Ni(C
17
H
38
N
4
O
3
)(ClO
4
)
2
=5,4968 x 10
-6
c.g.s.
pada 20,1
o
C, berapa BM harga
e
?
Jawab :

g
= 5,4968 x 10
-6
c.g.s.

m
=
g
x berat molekul.
= 5,4968 x 10
-6
x 604,1134
= 3,3207 x 10
-3
c.g.s.
Kontribusi (koreksi diamagnetik,
L
) :
Ni =1 x (-12,8 x 10
-6
) = -12,8 x 10
-6

ClO
4
=2 x (-32,0 x 10
-6
) = -64,0 x 10
-6

C =17 x (-6,0 x 10
-6
) = -102,0 x 10
-6

H =38 x (-2,93 x 10
-6
) = -111,34 x 10
-6

N =4 x (-4,61 x 10
-6
) = -18,44 x 10
-6

O =3 x (-4,61 x 10
-6
) = -13,83 x 10
-6


L
= -322,41 x 10
-6
.

A
=
m
-
L

A
= 3,3207 x 10
-3
c.g.s. - (-322,41 x 10
-6
c.g.s.)

A =
3,6431 x 10
-3
c.g.s.

= (2,828
e
. T) BM (Bohr magneton)
A



20

e
= 2,828 (3,6431 x 10
-3
)(273 +20,1)
1/2
BM

e
= 2,922 BM

Faktor koreksi diamagnetik untuk bebrapa ion dan molekul (x10
-6
c.g.s.)
KATION ANION MOLEKUL
Li
+
-1 F
-
-9 H
2
O -13
Na
+
-7 Cl
-
-23 NH
3
-16
K
+
-15 Br
-
-34 etilendiamin -47
Rb
+
-22 I
-
-50 piridin -49
Cs
+
-33 CH
3
COO
-
29 (C
6
H
5
)
3
P -167
NH
4
+
-13 C
6
H
5
COO
-
-71
Mg
2+
-4 CN
-
-13
Ca
2+
-9 CNO
-
-23
Sr
2+
-16 CNS
-
-4
Ba
2+
-26 ClO
4
-
-32
Cu
+
-15 CO
3
2-
-28
Ag
+
-27 C
2
O
4
2-
-28
Zn
2+
-13 HCOO
-
-17
Cd
2+
-20 NO
3
-
-19
Hg
2+
-36 O
2-
-6
Tl
+
-36 OH
-
-11
Pb
2+
-32 S
2-
-28
Logam-logam SO
4
2-
-38
transisi periode 4 -13 S
2
O
3
2-
-46

Bahan : NaCl FeCl
3
ZnSO
4

Ni(ClO
3
)
2
K
4
Fe(CN)
6
MgCl
2

FeCl
2
K
3
Fe(CN)
6
Cu(NH
3
)
4
SO
4

KMnO
4
CuSO
4
MnSO
4

K
2
Cr
2
O
7
CuSO
4
.5H
2
O Cu(CH
3
COO)
2
. H
2
O



21
Alat : Magnetic Susceptibility Balance (MSB - AUTO)

Cara Kerja :
Sebelum anda terbiasa menggunakan alat Magnetic Susceptibility Balance (MSB - AUTO), ikuti
petunjuk cara pemakaian alat berikut ini.

A. Pengenalan Magnetic Susceptibility Balance (MSB - AUTO)

1. Menghidupkan instrumen
Tekan kunci on/of pada posisi on
V1.6.1

2. Autozeroing
Ikuti kursor software, alat mulai auto zero ditandai munculnya Z pada akhir posisi
penampilan. Penampilan berubah setiap tiga detik, menunjukkan posisi beam sedang
mencari posisi nol. Tampilan khas menunjukkan out put setiap tiga detik.

1 V1.6.1

2 +0,011 E-5Z

3 -0,017 E-5Z

4 -0,064 E-5Z

5 -0,022 E-5Z

6 -0,008 E-5Z

7 -0,002 E-5Z

8 -0,001 E-5Z



22
9 -0,001 E-5Z

10 -0,000 E-5Z

Empat bilangan digit x,xxx dapat dibaca plus (+) atau minus (-), diikuti oleh E-5
(berarti x 10
-5
) yang menunjukkan gain setting. Empat gain seting yang mungkin adalah :
10
-4
, 10
-5
, 10
-6
dan 10
-7
. Auto zeroing selalu terjadi pada gain 10
-5
. Pada akhir penampilan
pembacaan tetap tidak berubah, biasanya memerlukan waktu 30 - 45 detik untuk
mendapatkan nilai nol. Angka-angka penampilan dalam proses zeroing dapat sangat berbeda
dengan tampilan yang ditunjukkan di atas, tetapi ia akan selalu mendekati nol. J ika telah
ditunjukkan angka nol, neraca siap digunakan.
3. Pengukuran suatu Sampel
Masukkan tabung sampel kosong ke dalam neraca. Pemasukan tabung sampel ini secara
otomatis mengubah tampilan dari auto-zeroing ke Processing. Setelah beberapa detik,
tampilan berubah ke harga bilangan yang diikuti V yang menunjukkan pengukuran sedang
berlangsung dan dilaporkan dalam unit sensitivitas volume.

1 -0,000 E-5Z

2 Tabung dimasukkan Processing

3 -0,006 E-4V

4 -0,005 E-4V

5 -0,004 E-4V

6 -0,005 E-4V
Tampilan E-4 menunjukkan gain paling rendah yang sedang diukur pada tabung kosong.
Pada saat diubah ke pengukuran, Auto akan mulai dari gain paling rendah terlebih dahulu.
Harga negatip (-) pada tampilan menunjukkan sifat diamagnetik gelas (tabung kosong). J ika
tabung sampel diambil, instrumen akan menunjukkan auto zero, setelah beberapa tahap ia
akan mendapatkan angka nol kembali dan siap untuk digunakan pengukuran selanjutnya.


23

3. Mematikan instrumen
Tekan kunci on/of pada posisi of. Biarkan sumber listrik pada instrumen tetap hidup jika
anda bermaksud mengisi baterai dalam alat tersebut.

B. Operasi Magnetic Susceptibility Balance (MSB - AUTO)

1. Operasi umum
Unit yang dioperasikan oleh tangan terdapat di bagian depan. Kunci fungsi (hijau) dan kunci
angka-angka (putih) ditunjukkan di bawah kunci. Semua operasi kontrol dilakukan disini.

lll



k



keypad

Kembali pada cara kerja permulaan, telah dikenalkan suatu tabung dan cara pembacaan dengan
tampilan sebagai berikut :

1 Tabung dimasukkan Processing

2 -0,006 E-4V

3 -0,005 E-4V

4 -0,004 E-4V



24
5 -0,005 E-4V
Untuk melipatkan pengukuran, tekan kunci Range pada keypad dan amati penampilan.
Range X 10

Processing

-0,042 E-5V
Sekarang tampilan menunjukkan pembacaan pada gain yang lebih tinggi, 10
-5
.
Range X 100

Processing

-0,428 E-6V

Tabung blangko biasanya berharga : -0,410 sampai -0,430 E-6
Auto zero beroperasi pada gain E-5. J ika operasi pada gain yang lebih tinggi, harus
menggunakan fungsi TARE. Fungsi tare penting untuk mendapatkan harga tabung,
disarankan menggunakan tabung yang sama untuk pembacaan blangko sebagai sampel.
Suatu contoh penimbangan tabung, sesudah diatur sampai E-6.

Range X 100

Processing

-0,423 E-6V

Tekan tombol tare +0,001 E-6V TARE

+0,000 E-6V TARE

Pada saat tabung diambil, tampilan berubah untuk menunjukkan harga negatip dari tabung
yang tersimpan dalam memory. Harga tersebut merupakan koreksi yang akan digunakan
pada saat tabung dimasukkan. Pembacaan yang akan ditampilkan hanya dari sampel.



25
Tabung kosong diambil +0,422 E-6V TARE

Pemasukan suatu tabung yang sesuai pada tahap ini, tetapi salah satu mengandung air suling,
akan tampil pembacaan :

-0,720 E-6V TARE

Pembacaan yang tampak hanya untuk air saja. Ini penting sebagai harga standar untuk
sensitivitas volume air

2. Sensitivitas Volume
Semua pembacaan tampilan di atas merupakan sensitivitas Volume, karenanya semuanya
menunjukkan tampilan V

3. Sensitivitas Massa
Sensitivitas volume dapat diubah menjadi sensitivitas massa dengan memasukkan faktor
densitas sampel. Ini dapat dilakukan relatif mudah dengan cara sebagai berikut :
{Panjang sampel, cairan atau padatan harus diukur dalam milimeter sedang berat sampel
dalam satuan gram (dapat sampai empat angka dibelakang koma, x,xxxx)}.
1. Tunggu hingga diperoleh harga nol selama auto zeroing.
2. Timbang tabung kosong dan catat beratnya. Masukkan tabung kosong tersebut ke dalam
detektor dan atur gain yang diinginkan (mis. 10
-6
dengan cara menekan kunci Range,
untuk ion yang diperkirakan jumlah elektron tak berpasangan >1 gain 10
-5
atau 10
-
4
).
3. Tekan fungsi Tare dan amati tampilan untuk memastikan bahwa muncul angka nol. (J ika
tidak, ulangi lagi).
4. Ambil tabung kosong dan masukkan kembali setelah diisi dengan sampel (sebelum
tabung yang berisi sampel dimasukkan, timbang berat tabung dan sampel. Berat
sampel dapat diperoleh dengan cara mengurangkan tabung + sampel dikurangi
tabung kosong. Ukur juga panjang sampel dalam tabung dengan penggaris dan catat
panjangnya dalam satuan mm).


26
5. Tekan fungsi Length dan amati tampilannya.
Length =--.- mm
6. Masukkan panjang sampel dengan cara menekan kunci angka, dua angka didepan koma
dan satu angka di belakang koma. Panjang harus pada atau antara 15,0 dan 75,0 mm atau
angka akan ditolak dan tampilan menunjukkan Out of Range , panjang tabung sampel
maksimum disini kurang lebih 45 mm. J ika fungsi Length ditekan lagi maka tampilan
akan kembali ke Xv-Tare. Pemasukan panjang yang benar, tampilan menunjukkan
Processing dan kemudian kembali ke tampilan Xv-Tare.
7. Tekan fungsi Weight dan amati tampilan :
Weight =-.---- mm
(Diharapkan berharga antara 0,0010 dan 0,9999 gram, atau akan muncul tampilan Out of
Range). Pemasukan berat sampel yang benar, tampilan akan kembali ke Xv-Tare.
8. Tekan fungsi Mag Sus dan amati tampilan :
Mass Suscept.

#.###E-5M TARE

Sekarang anda telah mengubah tampilan ke sensitivitas massa sebagaimana ditunjukkan
oleh M. Dengan menekan kunci Mag Sus lagi, anda akan kembali ke sensitivitas
volume.
9. Tentukan harga momen magnet (dalam satuan BM) senyawa-senyawa di atas.











27
ELECTROGROWTH

MAKSUD PERCOBAAN: Mempelajari pengaruh ligan terhadap pengendapan ion logam
secara elektrokimia

PENDAHULUAN
Pembentukan kristal pada suatu logam dengan pengaruh medan listrik disebut
electrogrowth. Electrogrowth merupakan suatu gerakan dan perpindahan permukaan yang dapat
dikontrol oleh suatu potensial (Bard, A.J . and L.R.Faulkner, 1980).
Permukaan kristal yang kontak dengan larutan tidak pernah sempurna otomatis halus,
tetapi selalu tersusun dari bidang atom yang belum selesai seperti ditunjukkan oleh Gambar 1
(Bockris, J .OM and D. M. Drazic, 1972).













Gambar 1. Bidang permukaan ikatan atom-atom

Dalam sel elektroplating ion-ion logam terendapkan pada katoda, pengendapan tersebut
dapat dibayangkan dengan 2 cara, yaitu :
1. ion mengendap pada titik permukaan dimana ion lain telah mengendap


28
2. ion akan mencari jalan sampai didapatkan titik yang cocok pada permukaan logam. Ion-ion
bergerak secara random seperti ditunjukkan oleh Gambar 2 sampai didapatkan titik yang
cocok untuknya.




















Gambar 2. Gerakan ion secara random pada permukaan bidang


Adanya molekul/ion disekitar ion logam atau ligam dalam senyawa kompleks dapat
mempengaruhi bentuk permukaan endapan yang terbentuk (akan terlihat jelas jika dilihat dengan
stereomicroscope).

Alat-alat yang digunakan :
1. Electrolytic Analyzer AES - 2D
2. oven
3. stop watch
4. UV-Vis spektrofotometer
5. neraca analitik
6. labu ukur 100 ml
7. gelas ukur 100 ml


29
8. gelas beaker
9. stereomikroskop
Bahan-bahan yang digunakan :
1. CuSO
4
.5H
2
O

2. EDTA
3. KCN
4. kawat tembaga (Cu)
5. NH
4
OH

Cara Kerja
1. Penyediaan Larutan
a. Larutan CuSO
4
0,1 M
2,495 g CuSO
4
.5H
2
O dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah air hingga
tepat tanda.
b. Larutan CuSO
4
0,1 M dan EDTA 0,1 M
2,495 g CuSO
4
.5H
2
O dan 2,92 g EDTA dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
kemudian ditambah air hingga tepat tanda.
c. Larutan CuSO
4
0,1 M dan KCN 0,1 M
Sama seperti 1.b tetapi digunakan KCN 0,65 g
d. .Larutan CuSO4 0,1 M dan NH
4
OH 0,1 M
Sama seperti 1.b tetapi digunakan NH
4
OH 0,35 g.

2. Elektrolisis
Elektroda Cu diampelas hingga bersih dan ditimbang. Kedua elektroda dicelupkan ke
dalam gelas beaker yang berisi larutan CuSO
4
0,1 M (40 mL) dan dipasang pada alat electrolytic
analyzer. Arus listrik diatur agar konstan 0,025 A. Elektrolisis dilakukan dalam selang waktu 10
menit, dan 20 menit. Setelah selang waktu tertentu tersebut, kedua elektroda Cu diambil,
dikeringkan dalam oven (suhu 100
o
C). Setelah dingin ditimbang dan diamati permukaan
endapan.
Elektrolisis selanjutnya dilakukan dengan elektrolit CuSO
4
yang mengandung EDTA,
KCN,dan NH
4
OH masing-masing 0,1M. Untuk mengetahui terbentuknya kompleks Cu
2+
dengan


30
EDTA, KCN, dan NH4OH maka masing-masing larutan diukur absorbansi maksimumnya. Ada
tidaknya perubahan konsentrasi ion Cu
2+
sebelum dan sesudah elektrolisis dilakukan dengan
mengukur absorbansi pada maksimumnya.


31

PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI KOMPLEKS Cu
2+

MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan bilangan koordinasi Cu
2+
pada kompleks Amin-
Tembaga(II) secara spektrofotometri.

Pendahuluan
Ion Cu
2+
dalam air berupa kompleks [Cu(H
2
O)
n
]
2+
. Molekul amoniak (NH
3
) dapat
mengganti kedudukan H
2
O sebagai ligan sehingga warna kompleksnya juga berbeda. Perubahan
warna tersebut sesuai dengan reaksi :

[Cu(H
2
O)
n
]
2+
+ NH
3
[Cu(H
2
O)
n-1
NH
3
]
2+
+ H
2
O
[Cu(H
2
O)
n-1
NH
3
]
2+
+ NH
3
[Cu(H
2
O)
n-2
NH
3
]
2+
+ H
2
O
atau secara total
[Cu(H
2
O)
n
]
2+
+ n NH
3
[Cu(NH
3
)
n
]
2+
+ H
2
O
Dengan diketahuinya perbandingan mol [Cu(H
2
O)
n
]
2+
dan NH
3
maka dapatlah ditentukan
bilangan koordinasi Cu
2+
.

Alat
1. spektrofotometer
2. erlenmeyer/gelas beaker 50 mL (6)
3. buret (1)

Bahan
1. larutan NH
3
0,05 M
2. larutan CuSO
4
0,05 M
Cara Kerja
A. Penentuan maksimum
1. Ke dalam labu erlenmeyer 50 mL, campurkan 5 mL larutan CuSO
4
0,05 M dan 25 mL larutan
NH
3
0,05 M
2. Ukur absorbansi maksimumnya


32
B. Pembentukan Kompleks
1. Masukkan 5 mL larutan CuSO
4
0,05 M ke dalam erlenmeyer 50 mL
2. Tambahkan 5 mL larutan NH
3
0,05 M ke dalamnya
3. Ukur absorbansinya pada maksimum (A.2)
4. Ulangi cara kerja B.1 - B1.3, tetapi volume NH
3
0,05 M berturut-turut 1,0 mL; 1,5 mL; 2,0
mL; 2,5 mL; 3,0 mL; 3,5 m; 4,0 mL, 4,5 mL dan 5,0 mL.
5. Buat grafik Absorbansi vs volume NH
3
.
6. Tentukan perbandingan volume NH
3
dan volume CuSO
4
pada absorbansi maksimum.
7. Hitung perbandingan mol NH
3
dan mol CuSO
4
pada absorbansi maksimum.
8. Tentukan bilangan koordinasi [Cu(NH
3
)
n
]
2+
.



33

PENENTUAN DAYA HANTAR SUATU SENYAWA

Maksud Percobaan : Menentukan jumlah muatan larutan sampel

Pendahuluan
Daya hantar listrik (DHL) adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat menghantar
listrik. DHL merupakan kebalikan dari hambatan listrik, R, dimana:
R = (L/A)
R =Hambatan jenis
A =Luas penampang
L =Panjang konduktor
Suatu hambatan dinyatakan dalam ohm disingkat , oleh karena itu DHL dapat
dinyatakan :
DHL =1/R=.(A/L)
dimana =1/R=( L/A ) DHL disebut konduktivitas. Satuan DHL dikenal dengan ohm
-1
,
disingkat
-1
, tetapi secara resmi satuan yang digunakan adalah Siemen , disingkat S, dimana S =

-1
, maka satuan adalah Sm
-1
(atau Scm
-1
)
Konduktivitas digunakan untuk ukuran larutan atau cairan elektrolit . Konsentrasi
elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas, sedang konduktivitas sendiri tidak dapat
digunakan untuk ukuran suatu larutan, ukuran yang lebih spesifik yaitu konduktivitas molar
m
.
Konduktivitas molar adalah konduktivitas suatu larutan apabila konsentrasi larutan sebesar satu
molar, yang dirumuskan sebagai :

m
=K/C
dimana:

m
=hantaran molar (Scm
2
mol
-1
)
K =konduktivitas spesifik (Scm
-1
)


C =konsentrasi larutan (mol/L)
Jika satuan volume yang digunakan adalah cm
3
maka persamaan yang digunakan adalah :
m=1000K/C
dimana:


34

m
=hantaran molar (Scm
2
mol
-1
)
K =konduktivitas spesifik (Scm
-1
)
C =Konsentrasi larutan (mol.cm
-3
)

Alat dan bahan
Conductivitymeter
Seperangkat alat gelas
Larutan KCl, NaCl, KNO
3
, CuSO
4
.5H
2
O, NiSO
4
.6H
2
O, CuCl
2
.2H
2
O, MgCl
2
dan
ALCl
3
.6H
2
O masing-masing sebesar 5.10
-3
M.

Cara Kerja
1. Membuat larutan KCl dalam aquades 10
-2
M dan set alat conductivity meter pada posisi 1413
s
2. Membuat larutan standar KCl, NaCl, KNO
3
, CuSO
4
.5H
2
O, NiSO
4
.6H
2
O, MgCl
2
,
CuCl
2
.2H
2
O, dan AlCl
3
.6H
2
O masing-masing sebesar 5.10
-3
M dalam aquades pada volume
100 ml
3. Mencatat nili konduktansi spesifik () masing-masing larutan standar. Setiap hasil
pengukuran dikoreksi terhadap nilai konduktansi spesifik pelarut (pel) sehingga K=K
larutan
-
K
pel

4. Menghitung hantaran molar larutan standar
5. Mengulangi langkah no 3 dan 4 untuk mendapatkan hantaran molar larutan sampel
6. Menentukan jumlah muatan larutan sampel berdasarkan jumlah muatan larutan standar yang
bersesuaian nilai hantaran molarnya


35
Persamaan yang digunakan adalah:

m
=K/C
dimana:

m
=hantaran molar (Scm
2
mol
-1
)
K =konduktivitas spesifik ( Scm
-1
)
C =konsentrasi larutan (mol/L)
Referensi:
1. Pike M Ronald,dkk,1991,Microscale Inorganic Chemistry
2. Atkins,PW,1987,Physical Chemistry,3
rd
, p.665


36
KETENTUAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II FMIPA

Format Laporan Sementara :

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

Nama : NIM
1
2
3. dst.
Kelompok :
Hari/Tanggal Praktikum :
No.Percobaan :
J udul Pecobaan :
Asisten :

Hasil Pengamatan :













Format Laporan Resmi :


37
Halaman Muka :
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II
( J udul percobaan )


Logo UNS


Oleh :

Nama
NIM
Kelompok
Hari/Tanggal Praktikum
Asisten

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2004
______________________________________________________________________________
Halaman berikutnya:
Judul Percobaan
1. Maksud Percobaan
2. Alat
- Tulis nama,ukuran,merk dan jumlah alat yang saudara gunakan misal :
- Gelas ukur (50 ml )
- mis uv-vis spektrofotometer Shimadzu 1601 PC
- mis. Electrolytic Analyzer AES-2D
3. Bahan


38
- tulis sesuai kenyataan
contoh :
CuSO
4
0,1 M ( telah tersedia ).ml
ZnSO
4
150 mg
4. Dasar teori
Tulis teori yang berkaitan dengan eksperimen saudara berdasarkan referensi sesuai tatacara
penulisan yang benar
Contoh :
1

Angka 1 merujuk referensi yang terdapat dalam daftar pustaka
5. Cara Kerja
Gunakan kalimat aktif ( J angan kalimat perintah )
Tulis cara kerja sesuai yang saudara lakukan
6. Hasil Pengamatan
7. Pembahasan
Dari data pengamatan buat suatu pembahasan ( termasuk perhitungan ) sesuai dengan
pendapat saudara
Beri komentar/pendapat juga untuk hasil percobaan yang tidak sesuai teori
8. Kesimpulan dan Saran

Catatan :
1.Laporan dibuat diatas kertas HVS ukuran kwarto
2.Boleh ditulis tangan, mesin ketik maupun komputer
3.J ika terdapat laporan yang sama persis ( terutama pada pembahasan ) maka laporan yang sama
persis tersebut akan diberi nilai terendah






ACARA PRAKTIKUM DAN KELOMPOK MAHASISWA



39
Tgl. Praktikum ACARA PRAKTIKUM
I II III IV V VI VII
23 Maret 2005 1 2 3 4 5 6 7
30 Maret 2005 7 1 2 3 4 5 6
6 April 2005 6 7 1 2 3 4 5
13 April 2005 5 6 7 1 2 3 4
20 April 2005 4 5 6 7 1 2 3
27 April 2005 3 4 5 6 7 1 2

Keterangan :
1. Angka I, II dst menunjukkan judul praktikum :
I. Kompleks Ni
2+
dan Cu
2+

II. Pengaruh kekuatan ligan terhadap spektra kompleks Cu(II) dan Penentuan daya hantar
suatu senyawa.
III. Penentuan bilangan koordinasi dengan metode J OBS
IV. Kimia Magnet ( Magneto Chemistry )
V. Elektrogrowth
VI. Spektra berbagai ion transisi dan Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks Cu
2+

VII. X- Ray dan DTA
2.Angka 1,2 dst. menunjukkan kelompok


40
KELOMPOK PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II


Kelompok I Kelompok II Kelompok III
1. Achmad Nandang R 1. Galuh Kusumo W 1. M. Najmus Sakib
2. Khilya Ulin N 2. Atik Sri S 2. Evia Rina M
3. Yunida 3. Alfiyatun 3. Anita K D
4. Charisma Ganda M.S 4. Ekowati RN 4. Esti R
5. Pramesti K 5. Puri Ardiyani 5. Ria Diar Setya
6. Sunarmi 6. Tri Haryanti BS


Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
1. M. Soni Mughofir 1. Nidlom Muddin 1. Tri Hadhi Nugroho
2. Philosophia 2. Septi Puji H 2. Wanudya Anggit M
3. Anita MH 3. Ari Yusnani 3. Aris Hastuti
4. Farida Eriza 4. Laili Widianti 4. Nina Iswati
5. Rina Agustina 5. Rina Wulandari 5. Rina Apriliyani


Kelompok VII
1. Warsino
2. Yuli Anggayati
3. Aya Sofia Aziz
4. One Nuri Arika R
5. Sri Danawati




41
PENGUMUMAN

Berdasarkan seleksi yang telah dilakukan oleh koordinator praktikum kimia
AnOrganik II, maka diputuskan asisten praktikum kimia Anorganik II adalah
sebagai berikut :
1. ENDAH KUSUMAWATI (M 0301021)
2. WINARSIH (M 0300011)
3. SUWARSIH ( M 0300010)
4. IKE YUSNIATI (M 0301027)
UNDANGAN :
Bagi Assisten dan mahasiswa yang mengambil praktikum Kimia AnOrganik
II mohon Brifing besok pada :
Hari : Rabu / 17 Maret 2004
Tempat : Ruang III.13
Waktu : J am 13.00 WIB
Keterangan : Praktikum dimulai Hari Rabu / tanggal 24 Maret 2004

Mengetahui,
Koordinator Praktikum Kimia Anorganik II,



Drs. Sentot Budi Rahardjo, PhD
NIP : 131 570 162



42

You might also like