You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM REPRODUKSI DAN PERKEMBANGAN HEWAN

PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM









Nama : Rifki Muhammad Iqbal
NIM : 1211702067
Nama Asisten : Dewi Yulinda
Nama Dosen : Ucu Julita, M.Si.
Tanggal Praktikum : 23 November 2013
Tanggal Pengumpulan : 13 Desember 2013



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Salah satu peristiwa yang terjadi dalam reproduksi adalah rangkaian tahapan
perkembangan janin atau embrio yang terdiri dari tahapan morula, blasula, gastrula, neurula
dan organogenesis. Melalui kegiatan Praktikum, praktikan dapat memahami hal-hal yang
menyangkut perkembangan embrio.Dalam praktikum, piraktikan dapat mengamati secara
langsung semua proses-proses perkembangan embrio khususnya embrio ayam selama masa
inkubasi 24, 48, dan 72 jam.
Dengan demikian, kita tidak hanya mengetahui proses perkembangan embrio ayam
melalui teori saja, tetapi juga melalui kegiatan praktikum. Dari hasil praktikum tersebut,
maka kita dapat membandingkan antara teori yang diperoleh dari bangku perkuliahan dengan
pengamatan yang dilakukan secara langsung.
Ayam merupakan hewan vertebrata yang tergolong kedalam bangsa Aves. Salah
satu ciri bangsa Aves adalah memiliki bulu dan berkembang biak dengan bertelur. Telur di
hasilkan oleh ayam betina di dalam ovarium. Folikel-folikel akan berkembang bergiliran
menjadi sebuah telur yang sebelum keluar di saluran oviduct dibungkus terlebih dahulu
dengan zat kapur.
Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya. Selama berkembang,
embrio memperoleh makanan dan perlindungan yang dari telur berupa kuning telur, albumen,
dankerabang telur. Itulah sebabnya telur unggas selalu relatif besar.
Bagian dari kuning telur yaitu kantung chorion, dimana membran ekstra embrio
yang paling luar dan yang berbatasan dengan cangkang atau jaringan induk, merupakan
tempat pertukaran antara emrio dan lingkungan disekitarnya adalah chorion atau serosa.
Kantung allantois, dimana kantung ini merupakan suatu kantung yang terbentuk sebagai hasil
evaginasi bagian ventral usus belakang pada tahap awal perkembangan. Fungsi kantung ini
sebagai tempat penampungan dan penyimpanan urine dan sebagai organ pertukaran gas
antara embrio dengan lingkungan luarnya. Lapisan penyusun kantung allantois sama dengan
kantung yolk, yaitu splanknopleura yang terdiri atas endoderm di dalam dan mesoderm
splank di luar. Kantung amnion, kantung ini adalah suatu membran tipis yang berasal dari
somatoplura berbentuk suatu kantung yang menyelubungi embrio yang berisi cairan. Dimana
kantung ini berfungsi sebagai pelindung embrio terhadap kekeringan, penawar goncangan,
pengaturan suhu intrauterus, dan anti adhesi (Adnan, 2010).

Ayam sebagai salah satu anggota bangsa aves juga mengalami tingkat
perkembangan dari telur menjadi bentuk yang terdefinisi, meliputi:
1. Perbanyakan
2. Blastulasi
Blastula di blastodiscus terdapat 2 bagian yaitu:
a. Area pellucid (bagian tengah) diatas blastocoels
b. Area Opaca (bagian yang dibawahnya terdapat yolk)
c. Epiblash (bagian luar) selaput ekstraembrional untuk melindungi dan memberikan
makan embrio adalah penebalan yang mula-mula terlihat dibagian tengah posterior dan
area pellucid, terjadi karena imigrasi sel-sel dari bagian lateral dari epiblast posterior
menuju ketengah (Yatim, 1990).
3. Gastrulasi
Pada saat gastrulasi embrio dilapisi oleh 3 lapisan benih masing-masing: ectoderm,
mesoderm, dan endoderm. Pada saat inkubasi terbentuk:
- Pipa ectoderm yang akan menghasilkan jaringan epitel sebelah luar tubuh, kulit
epidermis dan derivatnya yang terdiri dari bahan tanduk, kuku, dll.
- Pipa mesoderm yang menghasilkan banyak jaringan dan otot-otot lurik, otot polos
dan otot jantung. Jaringan penunjang dan jaringan pengikat juga merupakan derivate dari
mesoderm.Pipa bagian atas mesoderm membentuk otot daging tubuh columa vertebralis dan
menggantikan notochord, sel rusuk, tulang tengkorak dan tulang muka. Pipa bagian tengah
menghasilkan ginjal, gonad, dan saluran. Pipa bagian bawah menghasilkan bagian dermis
kulit, otot subsitis, dll.
- Pipa Endoderm yang menjadi lapisan terdalam dan saluran pencernaan beserta
kelenjar-kelenjar misalnya hati penkreas tumbuh dan pipa endoderm paru-paru berasal dari
penonjolan ventral endoderm didaerah pharink.
- Pipa syaraf yang menjadi otak di anterior (caput) dan medulla spinalis ditengah dan
di posterior. Saluran dengan pipa dan mempunyai cara centralis pada batang saraf pada
otak.
- Notochord yang berkembang menjadi batang belakang (Sugiyanto. 1996).
4. Tubulasi (pembentukan pipa-pipa)
5. Diferensiasi
Penebalan menyempit membentuk garis primitive dari posterior dan anterior
sepanjang 60-75% area pellucid sumbu anterior dari embrio nantinya membentuk lekukan
primitive fungsinya seperti bibir blastophorus pada katak, dimana terjadi modulasi dari sel
kedalam blastocoels ujung anterior garis primitive ditemukan tonjolan yang disebut nodus
Hansen yang sama dengan bibir blastophorus. Sel yang bermigrasi melalui nodus hensen
bergerak kearah anterior adalah sel mesoderm yang akan membentuk notochord. Sel yang
bermigrasi melalui lateral garis primitive akan membentuk mesoderm dan endoderm embrio.

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari lapisan embrional yang
membentuk bakal organ, dan untuk mempelajari tahap pembentukan organ pada berbagai
umur embrio ayam.














BAB II
METODE
2.1. Alat dan Bahan
Pada praktikum ini alat yang digunakan yaitu inkubator yang digunakan untuk
tempat mengerami telur ayam, cawan petri digunakan untuk tempat mengamati embrio telur
ayam yang dipecahkan. Dan bahan yang digunakan yaitu telur ayam kampung sebanyak 10
butir yang digunakan sebagai objek penelitian ini.
2.2. Cara Kerja
Pertama-tama dilakukan pembersihan pada inkubator yang akan digunakan dengan
menggunakan desinfektan dan pastikan bebas debu dan kotoran. Suhu pada inkubator
disetting agar berada pada suhu 38-40C dan kelembaban 55-65%. Telur ayam kampung
yang akan digunakan dibersihkan bagian cangkangnya dari kotoran kemudian diletakkan
dalam inkubator. Telur diletakkan dengan ujung yang tumpul berada pada bagian atas.
Kemudian telur diinkubasi selama selang waktu yang ditentukan untuk pengamatan (21 hari).
Pemutaran telur dilakukan mulai hari ke-4 sampai hari ke-18. Telur diamati embrionya
dengan cara dipecahkan dan disimpan dicawan petri untuk melihat embrio, telur dipecahkan
pada hari ke-3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, dan 19, sedangkan telur yang terakhir dibiarkan hingga
menetas atau jika melebihi hari ke-21 belum menetas maka dipecahkan dan diamati
keadaannya.



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Gambar Pengamatan Embrio Ayam
Foto Embrio Telur Ayam Gambar Literatur Keterangan


Pada hari ke-3, pada telur
pengamatan tidak terlihat
adanya embrio seperti pada
literatur.


Pada hari ke-5, telur
pengamatan masih tetap tidak
ada perubahan sedangkan
pada literatur sudah terlihat
perbadaan.

Pada hari ke-7, telur
pengamatan masih tidak ada
perubahan sedangkan pada
literatur berkembang dan
berubah.


Pada hari ke-9, telur
pengamatan masih tetap tidak
mengalami perubahan,
sedangkan pada literatur
semakin berkembang.


Pada hari ke-11, telur
pengamatan tetap tidak ada
perubahan, dan mengeluarkan
bau telur busuk, sedangkan
pada literatur sudah mulai
terlihat jelas.


Pada hari ke-13, telur
pengamatan masih tidak
berubah sedangkan pada
lietratur semakin terbentuk.

Pada hari ke-15, telur
pengamatan tetap tidak
berubah dan bau busuk
semakin tajam, sedangakan
pada literatur semakin jelas
bagian badannya.

Pada hari ke-17, telur
pengamatan tetap tidak
berubah dan semakin bau
menyengat, sedangkan pada
literatur semakin sempurna
terbentuk.


Pada hari ke-19, telur
pengamatan tetap tidak ada
perubahan dan bau busuk
sangat menyengat, sedangkan
pada literatur semakin terlihat
jelas bentu anggota tubuhnya.





Ayam Menetas





Pada hari ke-21, telur
pengamatan tetap tidak
mengalami perubahan dan bau
semakin tajam, sedangkan
pada literatur ayam sudah
menetas.
Sumber Gambar Literatur : http://www.poultryhub.org/physiology/incubation/
1.2. Pembahasan
Pada praktikum Perkembangan Embrio Ayam ini yang bertujuan untuk
mempelajari lapisan embrional yang membentuk bakal organ, dan untuk mempelajari tahap
pembentukan organ pada berbagai umur embrio ayam. Dimana dilakukan pengamatan
terhadap telur ayam kampung selama 21 hari pada inkubator dengan suhu 38-40C dan
kelembaban 55-65 %, suhu dan kelembaban pada inkubator harus tetap konstan diantara suhu
dan kelembaban tadi disebutkan karena jika suhu terlalu tinggi atau terlalu rendah maka akan
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan embrio, bisa saja embrio menjadi mati,
sedangkan kelembaban jika terlalu basah makan akan berpotensi tumbuhnya jamur atau
terjadinya pembusukan pada cangkang telur dan ketika telur hendak akan menetas akan sulit
bagi anak ayam keluar dari cangkang karena cangkang menjadi lebih alot, sedangkan jika
terlalu kering maka cangkang telur akan menjadi rapuh dan mudah pecah.
Telur ayam yang disimpan diinkubator diamati embrionya pada hari ke-3, 5, 7, 9, 11,
13, 15, 17, 19, dan 21. Pengamatan embrio ini dilakukan dengan cara memecahkan telur dan
mengamati embrio yang terdapat pada kuning telur dan dilihat perkembangannya dari hari ke
hari, setelah dilakukan pemecahan pada hari ke-3, dapat dilihat pada Tabel. 1. bahwa pada
telur yang diamati tidak terdapat perbedaan dan perubahan yang terjadi pada embrio telur
ayam ini, sedangkan menurut literatur pada hari ke-3, jantung sudah ulai terbentuk dan
berdenyut serta bentuk embrio sudah mulai tampak dengan menggunakan alat khusus seperti
mikroskop gelembung dapat dilihat gelembung bening, kantung amnion, dan awal
perkembangan alantois. Gelembung-gelembung bening tersebut nantinya akan menjadi otak.
Sementara kantong amnion yang berisi cairan warna putih berfungsi melindungi embrio dari
goncangan dan membuat embrio bergerak bebas. Kemudian pada pengamatan hari ke-5,
kondisi telur masih tetap sama tidak terjadi perubahan dan tetap sama seperti pada kondisi
telur di hari ke-3, sedangkan menurut literatur pada hari ke-5, embrionya sudah mulai tampak
lebih jelas. Kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Ekor dan kepala embrio
sudah berdekatan sehingga tampak seperti huruf C. Dengan menggunakan mikroskop, dapat
dilihat bahwa telah terjadi perkembangan alat reproduksi dan sudah terbentuk jenis
kelaminnya. Sementara amnion dan alantois sudah kelihatan.
Kemudian pada hari ke-7, embrio masih tetap saja tidak nampak ada perubahan dan
dari hari ke hari sampai pada hari ke-21 telur masih saja tidak ada yang mengalami
perubahan dan malahan berbau dan semakin hari semakin berbau tajam. Dan menurut
literatur, pada hari ke-7 seharusnya paruhnya sudah tampak seperti bintik gelap pada dasar
mata. Dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat bahagian tubuh lainnya sudah mulai
terbentuk, yaitu otak dan leher. Kemudian hari ke-9, lipatan dan pembuluh darahnya sudah
bertambah seta jari kakinya mulai terbentuk.
Pada hari ke-11, sudah tampak seperti ayam. embrio ini menjadi semakin besar
sehingga yolk akan menyusut dan paruhnya sudah mulai terlihat jelas. Hari ke-13, sisik dan
cakar sudah mulai tampak jelas. Hari ke-15, biasanya kepala embrio sudah mengarah
kebagian tumpul bagian telur. Hari ke-17, paruh embrio sudah mengarah kekantung udara.
Kemudian pada hari ke-19, biasanya paruh ayam sudah siap mematuk dan menusuk
selaput kerabang dalam. Hari ke-20, kantong kuning telur sudah masuk seluruhnya kedalam
rongga perut . embrio ini hampir menempati seluruh rongga di dalam telur, kecuali kantung
udara. Pada hari kedua puluh ini terjadi serangkaian proses penetasan yang dimulai dengan
kerabang mulai terbuka. Untuk membuka kerabang ini, ayam menggunakan paruhnya dengan
cara mematuk. Semakin lama, kerabang akan semakin besar membuka, sehingga ayam dapat
bernafas. Pada saat ini kelembaban sangat penting agar pengeringan selaput kerabang dan
penempelan perut pada kerabang dapat dicegah. Selanjutnya ayam memutar tubuhnya dengan
bantuan dorongan kakinya. Dengan bantuan sayapnya, keadaan pecahnya kerabang semakin
besar.
Dan hari ke-21, ayam sudah membuka kerabangnya walaupun belum seluruhnya.
Dari keadaan ini biasanya tubuh ayam memerlukan waktu 12 18 jam untuk keluar dari
kerabang. Setelah keluar dari kerabang, tubuh masih basah. Agar kering, diperlukan waktu
sekitar 6 12 jam, bila sudah kering, ayam tersebut dapat dikeluarkan dari dalam ruang
mesin penetas.
Faktor yang menyebabkan telur yang diamati tidak sesuai dengan literatur yang
menyebutkan demikian, mungkin dikarenakan adanya kesalahan pada saat penyimpanan telur
diinkubator, mungkin terlalu panas atau mungkin juga dikarenakan telur yang dipakai
semauanya infertil, dimana embrio tidak berkembang dan menyebabkan telur-telur ini
menjadi tidak berkembang dan malahan menjadi busuk dan berbau tajam.

BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil pengamatan dan pembahasan dari praktikum ini dapat
disimpulkan bahwa pada praktikum ini tidak terdapat telur yang berhasil berkembang sesuai
dengan yang diharapkan, dimana pada dari hari ke hari embrio telur mengalami perubahan-
perubahan dan perkembangan menjadi individu baru yang sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, 2010. Perkembangan Hewan. Jurusan Biologi FMIPA UNM Makassar: Makassar.
Sugiyanto. 1996. Perkembangan Hewan. Fakulatas Biologi UGM: Yokyakarta.
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito: Bandung.

You might also like