You are on page 1of 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi manusia. Tubuh memerlukan suplai
oksigen yang cukup untuk proses metabolisme. Jika terjadi gangguan pada saluran
pernapasan misalnya saluran pernapasan terisi oleh zat lain seperti cairan, maka
pertukaran gas akan terganggu. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk membantu
mengembalikan fungsi normal saluran pernapasan, salah satunya adalah dengan
pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada trauma (luka tusuk di
dada), biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat
menembus rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun
satu gerakan mendadak yang hebat. Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari rongga
paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru
pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan
mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M.
1991).
Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang asuhan keperawatan
pemasangan WSD (Water Seal Drainage) dan diharapkan bisa membantu mahasiswa,
tenaga kesehatan dan masyarakat umum untuk lebih memahami tentang masalah WSD
(Water Seal Drainage).

B. DEFINISI
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan
pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan
normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura /
lubrican.
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
1. Diagnostik : Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga
dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam
shoks.
1. Terapi : Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.
Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga mechanis of breathing dapat
kembali seperti yang seharusnya.
1. Preventive : Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga
mechanis of breathing tetap baik.


Perubahan Tekanan Rongga Pleura
Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi
Atmosfer 760 760 760
Intrapulmoner 760 757 763
Intrapleural 756 750 756

C. TUJUAN
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut
D. INDIKASI PEMASANGAN WSD
a. Pneumothoraks :
Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
Luka tusuk tembus
Klem dada yang terlalu lama
Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Hemothoraks :
Robekan pleura
Kelebihan antikoagulan
Pasca bedah thoraks
c. Hemopneumothorak
d. Thorakotomy :
Lobektomy
Pneumoktomy
e. Efusi pleura : Post operasi jantung
f. Emfiema :
g. Penyakit paru serius
h. Kondisi indflamsi
i. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
j. Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

E. KONTRAINDIKASI PEMASANGAN WSD
a. Infeksi pada tempat pemasangan
b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol

F. KOMPLIKASI
a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia
b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
c. Komplikasi lainnya : laserasi ( yang mencederai organ: hepar, lien), perdarahan,
empisema subkutis, tube terlepas, tube tersumbat

G. MACAM-MACAM
1. WSD dengan sistem satu botol
a. Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple
pneumothoraks
b. Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1
untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Jenis ini mempunyai 2 fungsi,
sebagai penampung dan botol penampung
c. Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk
mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru
Note:
- Apabila < 2 cm H
2
O, berarti no water seal. Hal ini sangat berbahaya karena
menyebabkan paru kolaps.
- Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari
paru untuk mengeluarkan cairan atau udara.
- Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat disebabkan karena
adanya kinking, clotting atau perubahan posisi chest tube.
Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara
dari rongga pleura keluar
Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
Inspirasi akan meningkat
Ekpirasi menurun
2. WSD dengan sistem 2 botol
a. Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol
water seal
b. Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa
udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang
berisi water seal. Dapat dihubungkan dengan suction control
c. Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura
masuk ke water seal botol 2
d. Prinsip kerjasama dengan ystem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari
rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk
ke WSD
e. Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi
peural
f. Keuntungannya adalah water seal tetappada satu level
3. WSD dengan sistem 3 botol
a. Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan
yang digunakan. Selain itu terpasang manometer untuk mengontrol tekanan. Paling
aman untuk mengatur jumlah hisapan
b. Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah
hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol
WSD
c. Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan
d. Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
e. Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
f. Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
g. Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke
atmosfer

H. PROSEDUR PEMASANGAN WSD
1. TEMPAT PEMASANGAN WSD
a. Bagian apex paru (apical)
Anterolateral interkosta ke 1-2
Fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
b. Bagian basal
Postero lateral interkosta ke 8-9
Fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura

2. CARA PEMASANGAN WSD
a. Persiapan
1) Pengkajian
a) Memeriksa kembali instruksi dokter
b) Mengecek inform consent
c) Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan
2) Persiapan pasien
a) Siapkan pasien
b) Memberi penjelasan kepada pasien mencakup
c) Tujuan tindakan
d) Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD. Posisi klien
dapat duduk atau berbaring
e) Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas
dalam, distraksi
f) Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena
3) Persiapan alat
4) Sistem drainage tertutup
5) Motor suction
6) Slang penghubung steril
7) Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter, gas, pisau
jaringan/silet, trokart, cairan antiseptic, benang catgut dan jarumnya, duk
bolong, sarung tangan , spuit 10cc dan 50cc, kassa, NACl 0,9%,
konektor, set balutan, obat anestesi (lidokain, xylokain), masker.

b. Pelaksanaan
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat
dilaksanakan dengan baik , dan perawat memberi dukungan moril pada
pasien.
1) Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di
linea aksilaris anterior dan media
2) Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan
3) Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai
muskulus interkostalis
4) Pada saat inspirasi:
a) Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di
dalam WSD
b) Paru- paru mengembang
Note:
Apabila menggunakan WSD tipe satu botol, saat inspirasi cairan biasanya akan
tertarik ke atas, namun tidak sampai masuk kembali ke rongga pleura karena adanya
gaya gravitasi dan perbedaan sifat cairan yang lebih berat daripada udara.
1. Pada saat ekspirasi:
Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
1. Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan. Masukkan jari
melalui lubang tersebut. untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh
paru
2. Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan
Kelly forceps
3. Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding dada
4. Chest tube disambung ke WSD yang telah disiapkan
5. Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan
I. Tindakan setelah prosedur
1. Perhatikan undulasi pada selang WSD
Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :
a. Motor suction tidak berjalan
b. Slang tersumbat dan terlipat
c. Paru-paru telah mengembang
d. Yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi system drainage,
amati tanda-tanda kesulitan bernafas
e. Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar
f. Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah
ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air
g. Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah
cairan yg keluar
h. Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama
i. Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan
j. Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai
slang terlipat
k. Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi
l. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
m. Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang
dibuang
n. Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran
o. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema
subkutan
p. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk efektif
q. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh
r. Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD
s. Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak
pada persendian bahu daerah pemasangan WSD

J. PERAWATAN WSD
1. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali, dan
perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak
boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
2. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan
diberi analgetik oleh dokter.
3. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
a. Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu
dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat
dikurangi.
b. Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang,
atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi
tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang
cedera.
c. Mendorong berkembangnya paru-paru.
1) Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
2) Latihan napas dalam.
3) Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu
slang diklem.
4) Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
5) Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1
jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan
bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
1. Suction harus berjalan efektif :
1. Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam
selama 24 jam setelah operasi.
2. Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan
pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
3. Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang
baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke
posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat
oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh
karena perlekatanan di dinding paru-paru.
4. Perawatan slang dan botol WSD/ Bullow drainage.
1. Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar
kalau ada dicatat.
2. Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya
gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
3. Penggantian botol harus tertutup untuk mencegah udara masuk yaitu
mengklem slang pada dua tempat dengan kocher.
4. Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang
harus tetap steril.
5. Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan
memakai sarung tangan.
Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas,
botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water Seal Drainage)
K. INDIKASI PELEPASAN WSD
1. Produksi cairan <50 cc/hari
2. Bubling sudah tidak ditemukan
3. Pernafasan pasien normal
4. 1-3 hari post cardiac surgery
5. 2-6 hari post thoracic surgery
6. Pada thorax foto menunjukkan pengembangan paru yang adekuat atau tidak adanya
cairan atau udara pada rongga intra pleura

BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Anamnesa
1. Identitas Pasien
Terdiri dari nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
1. Keluhan Utama
1. Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan pasien
2. Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas,
rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan
terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif,
sedangkan pada pneumothorak
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat yang menceritakan perjalanan penyakit pasien hingga pasien dibawa ke rumah sakit.
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang dulu pernah diderita klien yang berhubungan dengan penyakit
yang diderita pasien sekarang.
2. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga pasien yang disinyalir
sebagai penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: Ca paru, TBC, dll.
3. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana respon pasien terhadap tindakan pengobatan yang dilakukan terhadap dirinya.

b. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital meliputi: tekanan darah, suhu, nadi, dan RR.
2. Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, apakah composmentis, apatis, somnolen, sopor
atau koma. Bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama
dilakukan anamnesa, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan
ketegangan pasien.
3. ROS (Review of System)
B1 (Breath)
1. Kaji ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan sesak
2. Batuk (produktif atau tidak produktif, secret, warna, konsistensi, bau)
3. Irama nafas pasien (teratur/tidak teratur), takipnea
4. Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal
5. Fremitus fokal
6. Perkusi dada : hipersonor
7. Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
8. Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan
9. Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi
paru.
B2 (Blood)
1. Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )
2. Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder
3. Hipertensi / hipotensi
4. CRT untuk mengetahui tingkat perfusi perifer, normalnya < 3 detik
5. Akral : hangat, panas, dingin, kering atau basah
B3 (Brain)
1. Tentukan GCS pasien
2. Tentukan adanya keluhan pusing,
3. Lamanya istirahat/tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah sekitar 6-7 jam.
4. ada tidaknya gangguan pada nerves pendengaran, penglihatan, penciuman.
5. Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya nyeri dada
sebelah kanan, frekuensi nyeri (serangan datang secara tiba-tiba), nyeri bertambah
saat bernapas, nyeri menyebar ke dada, badan dan perut dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pasien
B4 (Bladder)
Kaji beberapa hal yang berhubungan dengan system perkemihan, meliputi:
1. Keluhan kencing : nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria, retensi, inkontinensia
2. Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal adalah sekitar
500cc/hari dan berwarna kuning bening
3. Keadaan kandung kemih : membesar atau tidak, adanya nyeri tekan
4. Intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral. Intake cairan yang
normal setiap hari adalah sekitar 1 liter air.
5. Kaji ada tidaknya penggunaan alat bantu kateter
B5 (Bowel)
1. Kaji keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau
2. Keadaan mukosa: lembab, kerig, stomatitis
3. Tenggorokan : adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri tekan
4. Keadaan abdomen: tegang, kembung atau ascites
5. Adanya nyeri tekan, ada tidaknya luka bekas operasi
6. Peristaltic usus tiap menitnya
7. Frekuensi BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atau berdarah)
8. Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari
B6 (Bone)
1. Tentukan pergerakan sendi pasien (bebas, terbatas)
2. Kaji adanya kelainan ekstermitas, kelainan tualang belakang dan fraktur
3. Keadaan kulit: ikteri, siaonis, kemerahan atau hiperglikemi
4. Keadaan turgor kulit
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Darah lengkap dan kimia darah
3. Bakteriologis
4. Analisis cairan pleura
5. Pemeriksaan radiologis
6. Biopsi
d. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan
nyeri.
2. Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik
(pemasangan selang dada)
3. Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan informasi.
e. Intervensi
Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan
nyeri.
Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan,
penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis.
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan pola napas normal/efektif
b. Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia




Intervensi :
Intervensi Rasional
Pertahankan posisi nyaman, biasanya
peninggian kepala tempat tidur (head up)
Meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi
pada sisi yang tak sakit.
Bila selang dada dipasang :
1. Periksa pengontrol penghisap, batas
cairan

1. Observasi gelembung udara botol
penampung


c. Klem selang pada bagian bawah unit
drainase bila terjadi kebocoran
d. Awasi pasang surutnya air penampung
dan water seal

e. Catat karakter/jumlah drainase selang
dada.

Mempertahankan tekanan negative
intrapleural sesuai yang diberikan, yang
meningkatkan ekspansi paru optimum dan/
atau drainase cairan
Gelembung udara selama ekspirasi
menunjukkan lubang angin dari
pneumothorak. Naik turunnya
gelembung udara menunjukkan ekspansi
paru
Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat
system
Fluktuasi (pasang surut) menunjukkan
perbedaan tekanan inspirasi dan eksprirasi
Berguna dalam menevaluasi perbaikan
kondisi/terjadinya komplikasi atau
perdarahan yang memerlukan upaya
intervensi
Berikan oksigen melalui kanul/masker,
latih napas dalam dan batuk efektif
Alat dalam menurunkan kerja napas;
meningkatkan penghilangan distress
respirasi dan sianosis b.d hipoksemia.
Perawatan :
Observasi pola napas dan komplikasi

Agar pasien tercukupi oksigennya dan pola
napasnya efektif, serta untuk mencegah
terjadinya komplikasi yang bias
memperparah kondisi klien

1. Nyeri dada b.d faktor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik
(pemasangan selang dada)
Kemungkinan dibuktikan dengan : RR dan nadi meningkat, raut wajah pasien seperti
menahan rasa sakit, pasien merasa tidak nyaman
Tujuan : kenyamanan pasien terpenuhi

Kriteria hasil:
a. nyeri berkurang bahkan hilang
b. RR dan nadi kembali normal yaitu 16-20x/menit dan 60-100x/menit
Intervensi :
Intervensi Rasional
- Berikan tehnik relaksasi distraksi Mengalihkan perhatian apsien terhadap rasa
nyerinya sehingga nyeri pasien berkurang
- Jika nyeri tidak berkurang,kolaborasikan
dengan dokter untuk pemberian obat
analgesik
Mengurangi tingakt nyeri yang dirasakan
pasien
Observasi skala nyeri setelah intervensi
yang telah dilakukan
Sebagai evaluasi terhadap interensi yang
telah dilakukan dan untuk merencanakan
intervensi selanjutnya

1. Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh
Kemungkina dibuktikan oleh: adanya inflamasi didaerah yang terpasang WSD, suhu tubuh
meningkat, nyeri pada daerah yang terpasang WSD
Tujuan : tidak terjadi infekasi pada pasien
Kriteria hasil :
a. tidak terjadi infalamsi pada daerah yang terpasang WSD
b. Tidak timbul rasa nyeri
c. Suhu tubuh normal (36,5-37,5)
Intervensi :
Intervensi Rasional
Rawat daerah yang terpasang WSD secara
teratur
Untuk menjaga kebersihan daerah yang
terpasang WSD sehingga dapat
meminimalisir peluang terjadinya infeksi.
Ajarkan kepada keluarga untuk merawat
daerah WSD dan instruksikan untuk
merawatnya secara teratur
Untuk melindungi tubuh dari resiko infeksi
Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang
benar
Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci
tangan sewaktu masuk dan meninggalkan
ruang pasien
Mencegah kontaminasi lingkungan terhadap
pasien yang dapat emmicu terjadinya
infeksi


Ajarkan kepada pasien dan keluarga
tanda/gejala infeksi dan kapan harus
melaporkan ke pusat kesehatan
Mendeteksi adanya infeksi sedini mungkin
sehingga dapa segera dilakukan tindakan
agar infeksi tidak semakin parah
Kolaborasikan untuk member antibiotik
jika diperlukan
Mengendalikan factor pemicu infeksi
Batasi jumlah pengunjung jika diperlukan Meminimalkan pemicu infeksi

1. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan informasi.
Kemungkinan dibuktikan dengan : pasien sering bertanya, ketidakakuratan mengikuti
instruksi, pasien tampak gelisah.
Tujuan : pengetahuan pasien dapat terpenuhi
Kriteria hasil:
a. pasien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/ proses penyakit dan rencana
pengobatan
b. Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi :
Intervensi Rasional
Berikan peran aktif pasien/ orang terdekat
dalam proses belajar, misalnya: diskusi,
partisipasi kelompok
Belajar ditingkatkan bila individu secara
aktif berperan
Berikan informasi tertulis dan verbal sesuai
indikasi. Masukkan daftar artikel dan buku
yang berhubungan dengan kebutuhan
pasien/ keluarga dan dorong membaca dan
memdiskusikan apa yang mereka pelajari
Membantu pasien dan orang terdekat
membuat pilihan berdasarkan informasi
tentang masa depan.
Informasikan kepada pasien tentang efek-
efek pemasangan WSD
Mengurangi ras cemas pasien akibat
terpasangnya alat di tubuhnya
Tinjau ulang pengetahuan pasien akan
penyakit dan proses pengobatannya
Mengetahui keefektifan intervensi yang
telah dilakukan





KESIMPULAN
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal
rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
Tujuan pemasangan WSD antara lain :
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Askep Pemasangan WSD.www.scribd.com, Diakses 20 Desember 2010
Jam 08.00 WIB
Anonymous. 2008. www.asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com , Diakses 20 Desember
2010 Jam 21.27 WIB
Anonymous. 2008. www.contoh-askep.blogspot.com , Diakses pada 20 Desember 2010 Jam
21.16 WIB
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hudak & Gallo, 1996, Keperwatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi VI, Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran ECG.
Smeltzer, S.C. & Bare. B.G., 2002. Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical
Nursing 8
th
Edition Volume I, Jakarta: ECG.
Diposkan oleh M. Wahyu NC di 06.54
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

You might also like