You are on page 1of 24

LAPORAN PENDAHULUAN

HISTEREKTOMI DENGAN INDIKASI MIOMA UTERI



A. KONSEP DASAR PENYAKIT
I. Histerektomi
1. Pengertian
Histerektomi adalah pengangkutan uterus melalui pembedahan, paling
umum dilakukan untuk keganasan dan kondisi bukan keganasan tertentu
(contoh, endometriosis atau tumor), untuk mengontrol perdarahan yang
mengancam jiwa, dan kejadian infeksi pelvis yang tidak sembuh-sembuh atau
ruptur uterus yang tidak dapat diperbaiki. (doengoes,2001)
Histerektomi adalah operasi ginekologi utama yang paling lazim dan
prosedur pembedahan utama kedua yang terbanyak digunakan, dapat dilakukan
lewat perut atau vagina.(Hacker/Moore, 2001)

2. Indikasi
A. Keadaan akut
a. Bencana kehamilan (misalnya, perdarahan yang hebat)
b. Infeksi yang hebat (misalnya ruptural abses ovarium-tubo)
c. Komplikasi operatif (misalnya perforasi rahim)
B. Penyakit benigna
a. Leiomiomata, simtomatik (misalnya perdarahan, tekanan), asimptomatik
(> ukuran 12 minggu, mengacaukan evaluasi adneksa)
b. Endometriosis (endometriosis yag berbeda, tak memberi respon terhadap
penekanan hormonal atau pembedahan konservatif)
c. Adenomiosis
d. Infeksi kronik (misalnya, penyakit radang pelvis yang berulang)
e. Massa adneksa (misalnya, neoplasma ovarium)
f. lainnya (definisi operator, kriteria khusus)
C. Kanker/penyakit pra-ganas yang bermakna
a. Penyakit infasif pada organ reproduksi
b. Penyakit pra infasif yang bermakna pada rahim (CIN-3+ atau hiperplasia
adenomatosa pada endometrium dengan atipia sel)
c. Kanker pada organ yang bersebelahan atau jauh (gastrointestinal,
genitourinarius atau kanker payudara)
4) Rasa tak enak (tak ada perkiraan patologi jaringan)
a. Nyeri pelvis yang kronis (laparoskopi negatif dan dicoba terapi bukan
bedah)
b. Relaksasi pelvis (simtomatik)
c. Perdarahan rahim yang berulang (tidak memberi respon terhadap
pengaturan hormon dan kuretasi-rahim ukuran normal)
d. Lainnya (definisi operator, kriteria khusus)
5) Keadaan yang meringankan (tidak diindikasikan secara khusus tetapi
barangkali dibenarkanmembutuhkan peninjauan setara sebelum
pembedahan)
a. Sterilisasi (keadaan yang meringankan)
b. Profilaksis kanker (misalnya berulangnya CIN-2 setelah biopsi kerucut
atau hiperplasia adenomatosa yang terus berlanjut pada endometrium tanpa
atipial)
c. Lainnya, pendaftaran keadaan yang mmeringankan.

3. Klasifikasi
1) Histerektomi total adalah pengangkatan unterus, serviks, dan ovarium.
(brunner & Suddarth, 2001)
2) Histerektomi sub total adalah mempertahankan serviks. (Hacker/Moore,
2001)
3) Histerektomo ekstrafasial adalah membuang rahim besrta lapisan fasial
sebelah luarnya secara utuh. (Hacker/Moore, 2001)
4) Histerektomi intrafasial adalah bahwa bagian tengah serviks dibuang dan
lapisan fasial sebelah luar (endopelvis) di biarkan melekat pada kandung
kemih. (Hacker/Moore, 2001)
5) Histerektomi radikal (wertheim) adalah pengangkatan uterus, adneksa,
vagina proksimal, dan nodus limfe bilateral melalui insisi abdomen.
(Brunner & Suddarth, 2001)
6) Histerektomi vaginal radikal (schauta) adalah pengangkatan vagina uterus,
adneksa, dan vagina proksimal. (Brunner & Suddarth, 2001)

II. Mioma Uteri
1. Pengertian
Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat dan otot
uterus yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah
fibromioma, leiomioma ataupun fibroid. (Wiknjosastro, 1999)
Myoma uteri adalah tumor jinak rahim disertai jaringan ikatnya, sehingga
dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominant dan lunak serta otot
rahimnya dominant. (Manuaba, 1998)
Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang
disebut juga leiomioma uteri atau uterin fibroid. Dikenal dua tempat asal myoma
uteri yaitu servik uteri dan korpus uteri. Yang ada pada servik uteri hanya
ditemukan dalam 3%, sedangkan pada korpus uteri 97% myoma uteri banyak di
terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun keatas dan
belum pernah dilaporkan bahwa myoma uteri terjadi sebelum menarche.
(Prawirohardjo, Sarwono, 1994)
Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel polos. Tumor ini
mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terjadi dari sel-
sel otot polos yang telah mengalami degenerasi di dalam uteri.
Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi atas :
1) Mioma sub mukosum
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam kavum uteri. Mioma
uteri dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui
serviks (mioma geburt)
2) Mioma intramural
Berada diantara serabut miometrium.
3) Mioma subserosum
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol ke permukaan
uterus dan diliputi serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua
lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter, atau dapat pula
menempel pada ligamentum/omentum dan kemudian bebas disebut parasitik
fibroid.



2. Anatomi dan Fisiologi
Anatomi sistem reproduksi wanita terdiri dari :
a. Genetalia Eksterna (vulva)
1) Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan
lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian
yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis.
2) Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua
bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora
bagian luar tertutp rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput
yang mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada
wanita dewasa panjang 7- 8 cm, lebar 2 3 cm, tebal 1 1,5 cm. Pada
anak-anak dan nullipara kedua labia mayora sangat berdekatan.
3) Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia
mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis
yang lembab dan berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu
membentuk preputium dan frenulum clitoridis, sementara bagian. Di Bibir
kecil ini mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan bersatu membentuk
fourchette.
4) Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil.
Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari
glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
5) Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora).
Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna,
introitus vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar
paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan
mukoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga
menghalangi masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri
patogen.
6) Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang
menutupi sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya
kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-
masing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit,
konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari,
ada yang dapat dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat
terjadi robekan, biasanya pada bagian posterior.
7) Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm.
Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-
otot berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincter ani
b. Genetalia Interna
1) Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim
dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya
sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm. Bagian serviks yang
menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri membagi puncak
(ujung) vagina menjadi forniks anterior, forniks dekstra, forniks posterior,
forniks sisistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. keasaman vagina memberikan
proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina :
o Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
o Alat hubungan seks.
o Jalan lahir pada waktu persalinan.
2) Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas
tertutup peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung
kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang
utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna). Bentuk uterus
seperti bola lampu dan gepeng.
Korpus uteri : berbentuk segitiga
Serviks uteri : berbentuk silinder
Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari
usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm,
multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan
beban hingga 5 liter.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
a) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus.
Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe
dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.
b) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan
tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal
anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh
darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka
delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat,
dengan demikian pendarahan dapat terhenti.
Makin kearah serviks, otot rahim makin berkurang, dan jaringan
ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis
servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan
selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut isthmus.
Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat
persalinan.
c) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari
kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir
endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus
menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan
menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi implantasi
(nidasi).Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan bersifat
mengeluarakan cairan secara terus-menerus, sehingga dapat membasahi
vagina. Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot
rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot
panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah:
a. Ligamentum latum
o Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii.
b. Ligamentum rotundum (teres uteri)
o Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat.
o Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi.
c. Ligamentum infundibulopelvikum
o Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
d. Ligamentum kardinale Machenrod
o Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri.
o Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
e. Ligamentum sacro-uterinum
o Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod menuju
os.sacrum.
f. Ligamentum vesiko-uterinum
o Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan.
c. Tuba Fallopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan
diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk
menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari
spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat
pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk
blastula yang siap melakukan implantasi.
d. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan
uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum
latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum
dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi.
Ovulasi adalah pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika
dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam
ovariumnya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a. Memproduksi ovum
b. Memproduksi hormone estrogen
c. Memproduksi progesterone

Gambar 1 : Anatomi Sistem Reproduksi Wanita



Fisiologi sistem reproduksi wanita dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Hormon Reproduksi pada wanita
1) Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel
sekitar sel ovum.
2) Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormone LH.
3) Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses
pematangan sel ovum).
4) Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH
b. Siklus Menstruasi
Siklus mnstruasi terbagi menjad 4. wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap
bulan akan mengeluarkan darah dari alat kandungannya.
1) Stadium menstruasi (Desquamasi), dimana endometrium terlepas dari rahim
dan adanya pendarahanselama 4 hari.
2) Staduim prosmenstruum (regenerasi), dimana terjadi proses terbentuknya
endometrium secara bertahap selama 4 hari
3) Stadium intermenstruum (proliferasi), penebalan endometrium dan kelenjar
tumbuhnya lebih cepat.
4) Stadium praemenstruum (sekresi), perubahan kelenjar dan adanya penimbunan
glikogen guna mempersiapkan endometrium.

3. Etiologi
Etiologi dari myoma uteri belum jelas, tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot
yang belum matang. Disangka bahwa estrogen mempunyai peranan penting, tetapi
dengan teori ini sukar diterapkan apa sebabnya pada seorang wanita estrogen dan
menyebabkan myoma, sedangkan pada wanita lain tidak. Padahal kita ketahui
bahwa estrogen dihasilkan oleh semua wanita.
Juga pada beberapa wanita dengan myoma dapat terjadi ovulasi yang
menghasilkan progesterone yang sifatnya antiestrogenic. Percobaan pada binatang
dengan penyuntikan estrogen dapat menimbulkan tumor myoma uterus tetapi
sifatnya agak berbeda dengan myoma biasa. (www.blogspot.com)
Walaupun myoma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschultz yang mengutarakan bahwa terjadi myoma uteri
tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada Cell Nest yang selanjutnya
dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo, Sarwono, 1994)
Pada myoma uteri terjadi perubahan sekunder. Perubahan sekunder pada
myoma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini dikarenakan
berkurangnya pemberian darah pada sarang myoma. Perubahan sekunder yaitu :
1) Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan myoma uteri menjadi kecil.
2) Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut, tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar
atau hanya sebagian kecil.
3) Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari myoma
menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan
limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak tumor
ini sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
4) Degenerasi membatu (calcireous degeneration)
Ini terjadi pada wanita berusia lanjut, karena adanya gangguan dalam
sirkulasi.Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang myoma maka
myoma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
5) Degenerasi merah (carneous degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Diperkirakan
karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Degenerasi
merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda diserai emesis, haus,
sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada
perabaan.
6) Degenerasi lemak
Jarang terjadi merupakan kelanjutan degenerasi hialin. (Sarwono, 2005)

4. Tanda dan Gejala
1) Perdarahan tidak normal
Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi
Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
Gangguan kontraksi otot rahim
Perdarahan berkepanjangan
Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan
darah, pusing, cepat lelah dan mudah terjadi infeksi.
2) Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi :
Terasa berat di abdomen bagian bawah
Sukar miksi atau defekasi
Terasa nyeri karena tertekannya urat syaraf
3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi :
Kehamilan dapat mengalami keguguran
Persalinan prematurus
Gangguan saat proses persalinan
Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas
Kala ke tiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan


5. Pathway


Etiologi belum diketahui
Faktor keturunan Wanita nulipara dan kurang subur
- Nyeri - Infertilitas
- Perdarahan abnormal
(menometroragia)
- Abortus spontan, gejala dan tanda
penekanan seperti retensio urine,
hidronefrosis.
Resiko tinggi
kekurangan cairan
Mioma submukosum
- tumbuh bertangkai menjadi polip
- dilahirkan melalui serviks
(myomgeburt)
Mioma intramural
- terdapat di dinding uterus
diantara miometriuum
Mioma subserosum
- tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum luteum menjadi
mioma intra ligamenter.
Tumor fibromatosa
Sel imatur uterus (otot polos & jaringan
ikat)
Reseptor astrogen lebih banyak
Cemas
Resiko tinggi infeksi



Pathways mioma uteri dengan histerektomi

Histerektomi


General anastesi Luka insisi hilangnya Uterus ovarium

Depresi Peristaltik Kerusakan Perdarahan Port de entri Estrogen
Otot terganggu saraf berkurang

Menelan batuk pasase Nyeri syok Resti Infertil Perubahan
Menurun hipovolomik infeksi menstruasi fisik


Aspirasi s secret Perut gg. aktiftas gg. Rasa gg. gambaran Produksi hormon
menumpuk kembung nyaman gg. keseimbangan diri kewanitaan
cairan & elektrolit

Apnoe Obstruksi malaise Libido
Jalan napas seksual

Oksigen tergg. nafsu makan ` gg. pola seksual

Bersihan jalan Resti nutrisi
Napas tak efektif kurang




6. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang
1) Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit : turun /
meningkat, Eritrosit : turun
2) USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3) Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.
4) Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
5) Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi.
6) Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi.

7. Komplikasi
1) Pertumbuhan lemiosarkoma
Myoma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar,
namun tiba-tiba menjadi besar apabila hal itu terjadi setelah menopause.
2) Torsi (putaran tangkai)
Ada saatnya tangkai pada myoma uteri subserosum mengalami putaran. Jika
proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut
dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomen akut.
3) Nekrosis dan infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang
dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina. Dalam hal ini
kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.

8. Penatalaksanaan
Beberapa hal yang mempengaruhi terapi mioma uteri adalah usia, keinginan
mempunyai anak, keluhan dan gejala serta gangguan yang ditimbulkan. Adapun
terapi pada pasien mioma uteri meliputi terapi konservatif, pengobatan penunjang,
pembedahan dan radiologi.
1. Terapi konservatif
Umumnya pasien mioma uteri tidak membutuhkan pengobatan. Hal ini
terutama untuk pasien yang tidak ada keluhan atau mendekati menopause.
Mioma uteri dengan ukuran tidak lebih dari usia kehamilan tiga bulan akan
mengecil sendii pada menopause, namun perlu pengawasan yang ketat akan
terjadinya degenerasi benigna atau maligna. Tindakan konservatif terutama
dilakukan untuk wanita yang masih mempunyai anak dan ukuran mioma masih
kecil. Tindakan konservatif tidak dilakukan bila terdapat gejala-gejala yang
merupakan indikasi pembedahan atau radiasi seperti nyeri abdomen atau pelvic
distorsio abdomen karena tumor-tumor besar dan pertumbuhan tumor yang
cepat.
2. pengobatan penunjang
Khusus sebagai penunjang pengobatan bagi pasien dengan anemi karena
hiperminore dapat diberikan ferum, tranfusi darah, diet kaya protein, kalsium.
3. Pembedahan
Pada pasien mioma uteri dapat dilakukan tindakan pembedahan antara lain
miomektomi dan histerektomi.
a. Miomektomi.
Yaitu operasi pengambilan sarang mioma saja tanpa pengnngkatan
uterus. Tindakan ini dapat dilakukan pada mioma submukosa yang bertangkai
atau jka fungsi uterus masih ingin dipertahankan karena keinginan
mempunyai anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan 30-50 % setelah
dilakukan miomektomi untuk menyelamatkan fetus. Miomektomi bisa
kambuh lagi 15-30 % untuk dilakukan miomektomi yang kedua
( dr. Fetus,1988 ).
b. Histerektomi.
Sekitar 25-35 % pasien mioma uteri masih memerlukan histerektomi.
Histerektomi adalah operasi pengangkatan utyerus yang umumnya
merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilakukan lewat abdomen
maupun vagina. Pada histerektomi lewat vagiona ini jarang dilakukan Karena
uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan
sekitar uterus. Macam-macam histerektomi abdomen antara lain : ( Jay M
Black,1997 )
o Histerektomi subtotalis
Operasi yang mengangkat rahim atau uterus saja.
o Histerektomi totalis
Operasi yang mengangkat
o Histerektomi totalis dengan salpingo oforektomi bilateral (HTSOB)
Operasi yang mengangkat rahim, leher rahim, saluran telur, indung telur,
bagian hulu vagina, ligament, kelenjar getah bening dan jaringan lemah
dari dalam rongga pinggul. Histerektomi totalis biasanya dilakukan
dengan alas an mencegah timbulnya karsinoma servik uteri.
4. Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga pasien
mengalami menopause. Raditerapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat
kontra indikasi untuk tindakan operasi. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan
apabila tidak ada keganasan pada uterus. Sinar yang digunakan untuk radioterapi
: sinar megavolt dan pengion.

9. Pencegahan
1) Pencegahan Primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau
sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu
dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah.
2) Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang
menderita mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan
mengenai faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko
yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan pemberian
hormon estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB kombinasi
(mengandung estrogen dan progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen
lebih rendah dibanding pil sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri
berhubungan dengan kadar estrogen.
3) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma
uteri, tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi.
Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan
pengobatan yang tepat.




B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Kebutuhan Oksigenasi
Dampak general anastesi mengakibatkan depresi otot yang mengakibatkan
reflek batuk menurun, terjadi akumulasi scret pada jalan napas mengakibatkan
bersihan jalan napas dan pola napas tidak efektif.
2. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Perdarahan intra/pasca operatif dapat menyebabkan volume intravaskuler
menurun, terjadi syok hipovolemik, terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
3. Kebutuhan Sirkulasi
Perdarahan intra/pasca operatif dapat menyebabkan volume intravaskuler
menurun, tidak adequatnya volume cairan intravaskuler menyebabkan penurunan
tekanan darah, aliran darah (blood flow dan penurunan perfusi jaringan).
4. Kebutuhan Nutrisi
Dampak general anastesi, peristaltik usus menurun, kemampuan digesti,
ingesti dan absorpsi menurun, mengakibatkan intake nutrisi berkurang.
5. Kebutuhan Aktifitas
Perdarahan dan rasa nyeri mengakibatkan kelemahan fisik dan keterbatasan
aktifitas.
6. Konsep Diri
Hilangnya organ reproduksi uterus, tuba dan ovarium pasca operasi
menyebabkan ketidakstabilan hormonal, libido seksual menurun mengakibatkan
gangguan pada pola hubungan seksual.
7. Kebutuhan Rasa Aman
Keterbatasan kognitif tentang penanganan penyakitnya mengakibatkan
timbulnya kecemasan.

C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Adalah hal yang berkaitan dengan identitas klien untuk penderita myoma
uteri submukosum yang perlu diperhatikan dalam mengkaji adalah umur klien,
karena kasus myoma uteri banyak terjadi pada wanita dengan usia 35-45 tahun.

b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keadaan yang dirasakan oleh klien yang paling utama. Untuk myoma
uteri submukosum yang paling banyak adalah nyeri perut bagian bawah dan
perdarahan abnormal dan nyeri pasca operasi.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa saja yang
telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini.
3. Riwayat kesehatan dahulu
a) Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa
hari, lama haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat sakit waktu haid
atau tidak. Pada riwayat haid ini perlu dikaji karena pada kasus myoma
uteri, perdarahan yang terjadi kebanyakan perdarahan diluar siklus haid.
Maka dengan kita mengetahui siklus haid klien, maka kita dapat
membedakan dengan jenis perdarahan yang lain sebagai akibat perjalanan
myoma uteri.
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas yang lalu
Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat
atau tidak, penolong siapa, nifas normal atau tidak. Pada riwayat ini perlu
dikaji karena myoma uteri submukosum lebih sering terjadi pada wanita
nulipara.
c) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Untuk mengetahui jenis KB yang dipakai oleh klien apakah
menggunakan KB hormonal. Jika memakai KB jenis hormonal khususnya
estrogen mempengaruhi perkembangan myoma tersebut menjadi lebih
berbahaya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga untuk kasus myoma uteri
submukosum yang perlu dikaji adalah keluarga yang pernah atau sedang
menderita penyakit yang sama (myoma), karena kasus myoma uteri
submukosum dapat terjadi karena faktor keturunan.

c. Pemeriksaan fisik
1. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus
dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat
kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus di observasi dan
penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
2. Sistem pernafasan
Respirasi bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat
terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang
atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat
secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan
segera pada klien yang memakai anaestesi general.
3. Sistem perkemihan
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi,
klien yang hidrasinya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh
saat operasi, muntah akibat anestesi.
4. Sistem pencernaan
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah
pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan
intestinal. Ambulatori perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.

2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1) Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan syok hipovolemik. ( Lynda Jual Carpenito, 1997 )
2) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
pada jalan napas. ( MI Jakim, 1987 )
3) Gangguan rasa Nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi.
( Black, 1997 )
4) Resiko tinggi aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
sekunder terhadap anastesi. ( Lynda Jual Carpenito, 1997 )
5) Gangguan aktifitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri pada luka operasi.
( MI Jakim, 1997 )

6) Gangguan gambaran diri berhubungan dengan kehilangan organ atau fungsi.
( MI Jakim, 1997 )
7) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan operasi. ( Black, 1997 )
8) Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu
makan menurun. ( MI Jakim, 1987 )
9) Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
atau fungsi (Doengoes, 1999 )

3. Intervensi keperawatan
1) Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan syok hipovolemik.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan cairan dapat dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
a. Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD : 110/70 -120/80
mmHg)
b. Intake dan output cairan seimbang
c. Turgor kulit elastic
d. Mukosa lembab
e. Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5 mmol/L,
Cl: 94-111 mmol/L).

Intervensi Rasional
1) Monitor vital sign
2) Monitor Intake dan output secara
ketat

3) Monmitor tanda-tanda dehidrasi



4) Monitor tanda-tanda Syok

5) Monitor tanda-tanda perdarahan

6) Monitor balance cairan

1) Deteksi dini perubahan abnormal fungsi tubuh
2) Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi
glomerulus membuat keluaran tak adekuat
untuk membersihkan sisa metabolisme.
3) Penurunan sirkulasi volume cairan
mengakibatkan kekeringan mukosa dan
pemekatan urin, deteksi dini memungkinkan
untuk terafi pengganti sesegera mungkin.
4) Deteksi dini terhadap perubahan abnormal
fungsi organ-organ vital.
5) Deteksi dini terhadap faktor penyebab
kehilangan volume cairan tubuh.
6) Deteksi dini terhadap keseimbangan intake dan
output.



2) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
pada jalan napas.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam bersihan
jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
a) Mendemonstrasikan batuk efektif.
b) Mencari posisi yang nyaman untuk memudahkan peningkatan pertukaran
udara.
c) Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
Intervensi Rasional
1) Bebaskan jalan napas bila perlu
lakukan section
2) Monitor pernapasan
3) Atur posisi setengah duduk atau
semi fowler
4) Ajarkan cara batuk efektif setiap 2
jam
5) Lakukan fisioterapi dada

1) Upaya untuk mempertahankan patensi jalan
napas
2) Deteksi din gangguan fungsi respirasi
3) Menggeser organ abdomen menjauhi paru
sehingga ekspansi paru lebih besar
4) Batuk tidak terkontrol melelahkan dan inefektif.

5) Untuk membantu mengeluarkan secret yang
tertahan.

3) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi.
Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan secara verbal rasa nyeri
berkurang, klien dapat rileks, klien mampu
mendemonstrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas
sesuai dengan kemampuannya, TTV dalam batas normal;
TD : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 x / menit, pernapasan : 20
x / menit.
Intervensi Rasional
1) Observasi TTV

2) Kaji skala, lokasi, dan karakteristik
nyeri.

3) Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan.
4) Dorong menggunakan teknik
manajemen relaksasi.
5) Kolaborasikan obat analgetik sesuai
indikasi.
1) Sebagai data awal untuk melihat keadaan umum
klien
2) Sebagai data dasar mengetahui seberapa hebat
nyeri yang dirasakan klien sehingga
mempermudah intervensi selanjutnya
3) Reaksi non verba menandakan nyeri yang
dirasakan klien hebat
4) Untuk mengurangi ras nyeri yang dirasakan klien
dengan non farmakologis
5) Mempercepat penyembuhan terhadap nyeri

4) Resiko tinggi aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
sekunder terhadap anastesi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam aspirasi
tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Kesadaran composmentis
Respirasi < 24 x/menit, pola napas reguler.

Intervensi Rasional
1) Pertahankan posisi berbaring miring,
jika tidak ada kontra indikasi karena
cidera.
2) Kaji posisi lidah, pastikan lidah tidak
kebelakang, menyumbat jalan napas.
3) Bersihkan secret dari mulut dengan
tisu atau dengan penghisap tapi
perlahan.

1) Mempermudah evakuasi secret atau muntahan
jika terjadi.

2) Memastikan posisi lidah tidak jatuh kebelakang
menutup jalan napas.
3) Menghindari terjadinya penumpukan secret
kejalan napas.

5) Gangguan aktifitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri pada luka operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam ADL
terpenuhi.
Kriteria hasil :
Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi
perawatan diri sendiri, mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat
diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.

Intervensi Rasional
1) Bantu pasien untuk bergerak secara
aktif dan pasif
2) Bantu memenuhi kebutuhan yang
tidak dapat dilakukan oleh pasien
3) Ubah posisi tiap 2-4 jam

4) Ajarkan pasien atau keluarga untuk
melakuakn mobilisasi secara
bertahap.

1) Memberikan suport pada klien

2) Membantu memenuhi kebutuhan klien

3) Menghindari terjadinya iritasi kulit pada bagian
tertentu karena penekakan.
4) Pasien dan keluarga dapat melakukan mobilisasi
secara mandiri.




6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam infeksi
tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi : Luka kering, secret (-),
kemerahan (-)
Intervensi Rasional
1) Observasi tanda-tanda infeksi
2) Lakukan perawatan luka dengan teknik
aseptik dan antiseptik
3) Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian antibiotik

1) Deteksi dini terhadap adanya infeksi
2) Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan
penyebaran bakteri
3) Menghilangkan infeksi penyebab kerusakan
jaringan.



7) Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kebutuhan
nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
Klien mengatakan tidak mual
Napsu makan meningkat
Makan habis 1 porsi
GDS meningkat

Intervensi Rasional
1. Beri kesempatan pasien untuk
mendiskusikan alasan tidak makan.
2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh
dari bau yang tak sedap atau sampah,
sajikan makanan dalam keadaan
hangat
3. Berikan jam istirahat (tidur) serta
kurangi kegiatan yang berlebihan
4. Observasi dan catat asupan makanan
cair maupun padat.
5. Berikan penkes tentang pentingnya
nutrisi
6) Kolaborasi untuk pemberian obat-
obatan atau vitamin
1. Membantu pasien mengidentifikasi penyebab
gangguan makan.
2. situasi yang nyaman, rileks akan merangsang
nafsu makan.


3. Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4. Mengkaji zat gizi dan suplemen yang
diperlukan.
5. Menjaga asupan nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhan

6. Mengandung zat yang diperlukan oleh tubuh.





8) Gangguan gambaran diri berhubungan dengan kehilangan organ atau fungsi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam gangguan
body image teratasi.
Kriteria hasil :
Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
Mempertahankan interaksi sosial
Intervensi Rasional
1) Motivasi pasien untuk mengungkapkan
perasaannya
2) Libatkan keluarga untuk memberi
support pada pasien
3) Berikan informasi yang dapat diterima
oleh pasien
4) Menggali hal-hal yang positif pada diri
pasien
5) Diskusikan cara meningkatkan
penampilan

1) Mengetahui kondisi psikis pasien

2) Meningkatkan suport sistem

3) Meningkatkan kognitif pasien

4) Mengetahui mekanisme koping yang
digunakan
5) Meningkatkan motivasi klien



9) Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
dan fungsi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam gangguan
disfungsi seksual tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
Mendiskripsikan secara faktual penerimaan perubahan fungsi tubuh
Mempertahankan interaksi sosial
Intervensi Rasional
1) Kaji pengetahuan pasien

2) Bantu pasien untuk menyadari atau
menerima tahap berduka
3) Dorong pasien untuk berbagi pikiran
1) Menentukan intervensi yang efektif dan
efisien
2) Meningkatkan suport sistem

3) Mekanisme koping efektif





DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1981), Obstetri Patologi, Elstar Offset,
Bandung.

Bagian Ostetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran (1999) FK
UNPAD, Bandung.

JNPKKR-POGI (2000), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Lynda Juall Carpenito (2000), Buku Saku DiagnosaKeperawatan, EGC, Jakarta.

Wong,Dona L& Perry, Shanon W (1998) Maternal Child Nursing Care, Mosby Year Book
Co., Philadelphia.

You might also like