You are on page 1of 5

JURNAL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 1 (E2) Vol. 1, No.

1, (2013) 1-5

1
AbstrakTelah dilakukan percobaan yang berjudul
Rangkaian Seri dan Paralel dengan kode percobaan E2.
Percobaan ini dilakukan karena dalam kehidupan sehari-hari
sering dijumpai penggunaan listrik, baik secara seri maupun
paralel. Sehingga perlu adanya pemahaman lebih detail
mengenai rangkaian seri dan paralel. Adapun peralatan yang
digunakan pada percobaan ini meliputi power supplyDC, 4 buah
resistor tetap dengan nilai hambatan berturut-turut yaitu (56 ),
(6,8 ), (8,2 ), dan (10 ), 2 buah VOM analog dan digital, 2
penjepit buaya (merah dan hitam), serta sebuah project board.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik arus
dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel. Prinsip
percobaan ini yaitu dengan menggunakan hukum Ohm dan
hukum Kirchoff. Pada percobaan ini dibagi menjadi 2 langkah
kerja, yaitu yang pertama percobaan dengan menggunakan
rangkaian seri yang menitik beratkan pada pencarian nilai
tegangannya (V), sedangkan yang kedua yaitu percobaan dengan
menggunakan rangkaian paralel yang menitik beratkan pada
pencarian nilai arusnya (I). Dan dilakukan variasi pada sumber
tegangannya yaitu sebesar 5 V, 6 V, 9 V, dan 12 V (untuk
rangkaian seri dan paralel sama besarnya). Percobaan ini
dilakukan tanpa pengulangan. Berdasarkan perhitungan yang
dilakukan, maka didapatkan besarnya nilai rata-rata dari V
R1
hitung
, V
R2 hitung
, V
R3 hitung
, dan V
R4 hitung
berturut-turut yaitu
sebesar 5,53 V, 0,67 V, 0,81 V, dan 0,99 V. Sedangkan besarnya
nilai rata-rata dari I
R1 hitung
, I
R2 hitung
, I
R3 hitung
, dan I
R4 hitung
berturut-turut yaitu sebesar 0,14 A, 1,18 A, 0,8 A, dan 0,98 A.
Dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa rangkaian seri
berfungsi untuk mencari nilai tegangan (V) pada suatu
hambatan, sedangkan rangkaian paralel berfungsi untuk
mencari nilai arus (I) pada suatu hambatan.

Kata KunciArus, hambatan, rangkaian paralel, rangkaian
seri, tegangan.
I. PENDAHULUAN
ADA kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai penggunaan
listrik yang selalu dimanfaatkan oleh berbagai sektor, baik
itu perusahaan, rumah tangga, industri kecil, dan lain
sebagainya. Ternyata, rangkaian yang digunakan dalam
pemanfaatan listrik tersebut berbeda-beda. Rangkaian listrik
dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu rangkaian seri dan
rangkaian paralel
[1]
. Rangkaian seri memiliki sifat bahwa
besarnya arus yang masuk pada setiap rangkaian yaitu sama,
sedangkan rangkaian paralel besarnya tegangan yang masuk
pada setiap rangkaian yaitu sama. Sehingga, pemanfaatan
rangkaian seri dan paralel pun berbeda-beda dalam
kenyataannya
[2]
.
Arus listrik adalah mengalirnya elektron secara terus-
menerus dan berkesinambungan pada konduktor akibat
perbedaan jumlah elektron pada beberapa lokasi yang jumlah
elektronnya tidak sama. Arus listrik bergerak dari terminal
positif (+) ke terminal negatif (-), sedangkan aliran listrik
dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang bergerak
dari terminal negatif (-) ke terminal positif (+), arah arus listrik
dianggap berlawanan dengan arah gerak elektron. 1 Ampere
sama dengan 1 Coulomb per detik melewati suatu penampang
konduktor
[3]
. Di mana dapat dituliskan

(1)
Dimana I yaitu besarnya arus listrik yang mengalir (A), Q
yaitu besarnya muatan listrik (Coulomb), dan t yaitu waktu
(detik)
[4]
.
Dalam kelajuan muatan pada kawat, dikenal adanya
resistor. Resistor merupakan komponen elektronik dua kutub
yang di desain untuk menahan arus listrik dengan
memproduksi tegangan listrik di antara kedua kutubnya, nilai
tegangan terhadap resistansi berbanding lurus dengan arus
yang mengalir, berdasarkan hukum Ohm
[5]
:
(2)
Pada pemasangan resistor, dapat dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu pemasangan secara seri dan paralel. Pada rangkaian seri,
resistor disusun secara sejajar atau berbentuk seri. Dengan
rangkaian seri ini, maka bias didapatkan nilai resistor
pengganti yang diinginkan. Rumus dari rangkaian seri resistor
yaitu :

(3)
Sedangkan untuk rangkaian paralel, yaitu resistor disusun
secara berderet atau berbentuk paralel. Sama seperti dengan
rangkaian seri, rangkaian paralel juga dapat digunakan untuk
mendapatkan nilai hambatan pengganti. Rumus dari rangkaian
paralel resistor yaitu
[6]
:

(4)
Hukum arus Kirchhoff disebut juga sebagai Hukum I
Kirchhoff, Hukum titik Kirchhoff, Hukum percabangan
Kirchhoff, atau KCL (Kirchhoff's Current Law). Hukum ini
menyatakan bahwa pada setiap titik percabangan dalam sirkuit
listrik, jumlah dari arus yang masuk kedalam titik itu sama
dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut. Atau
jumlah total arus pada sebuah titik adalah nol.

(5)
n adalah jumlah cabang dengan arus yang masuk atau keluar
terhadap titik tersebut.
Untuk hukum tegangan Kirchhoff disebut juga sebagai
Hukum kedua kirchhoff, Hukum loop (putaran) Kirchhoff, dan
KVL (Kirchhoff's Voltage Law). Hukum ini menyatakan
bahwa Jumlah terarah (melihat orientasi tanda positif dan
negatif) dari tegangan listrik di sekitar sirkuit tertutup sama
dengan nol. Atau lebih sederhananya, jumlah dari emf dalam
lingkaran tertutup ekivalen dengan jumlah turunnya potensial
pada lingkaran itu. Atau jumlah hasil kali resistansi konduktor
dan arus pada konduktor dalam lingkaran tertutup sama
Rangkaian Seri dan Paralel (E2)
Nur Lailiyah Isnaini, Gusti Rana Fahlevi SS
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: nurlailiyahisnaini@ymail.com
P
JURNAL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 1 (E2) Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5

2
dengan total emf yang ada dalam lingkaran (loop) itu. Mirip
dengan hukum pertama Kirchhoff, dapat ditulis sebagai :


(6)
Disini, n adalah jumlah tegangan listrik yang diukur.
II. METODOLOGI
Pada praktikum Rangkaian Seri dan Paralel (E2) ini,
peralatan yang digunakan meliputi power supply DC, 4 buah
resistor tetap dengan nilai hambatan berturut-turut yaitu (56
), (6,8 ), (8,2 ), dan (10 ), 2 buah VOM analog dan
digital, 2 penjepit buaya (merah dan hitam), serta sebuah
project board. Pada praktikum ini, terdapat dua percobaan
yang dilakukan tanpa adanya pengulangan. Yang pertama
yaitu percobaan dengan menggunakan rangkaian seri.
Langkah pertama, rangkaian disusun seperti pada gambar (1).












Kemudian, hambatan dipasang secara seri. Tujuannya yaitu
untuk mengukur besarnya tegangan pada setiap hambatan
pada rangkaian seri. Sehingga dapat diketahui berapa besarnya
tegangan yang masuk pada hambatan tersebut. Pada percobaan
ini, digunakan variasi tegangan yang berbeda nilainya, yaitu
berturut-turut sebesar 5V, 6V, 9V, dan 12 V. Serta digunakan
variasi nilai hambatan yang berbeda yaitu sebesar 56 , 6,8 ,
8,2 , serta 10 . Setelah keempat hambatan tersebut
dipasang secara seri dan dihubungkan dengan tegangan DC
sebesar 5V, barulah dihubungkan dengan VOM analog yang
dirangkai secara seri yang mana antara VOM analog dan
hambatan pada rangkaian tersebut dihubungkan oleh penjepit
buaya. Setelah itu, range VOM diatur pada batas Volt agar
nilai tegangan pada hambatan tersebut dapat terbaca oleh
VOM analog dan ditulis sebagai nilai V
ukur
. Dan begitu pula
untuk variasi tegangan 6V, 9V, dan 12V. Lalu dihitung V
hitung

masing-masing dengan dihitung terlebih dahulu besarnya
hambatan pengganti seri dengan menggunakan persamaan (3).
Setelah itu, untuk mengetahui besarnya V
hitung
pada setiap
hambatan, maka dapat dihitung dengan persamaan (7).

(7)
Kemudian dibandingkan hasil antara V
ukur
dan V
hitung
. Selain
itu, nilai V
max
dan V
min
juga dapat dihitung berdasarkan
persamaan di bawah ini, tetapi terlebih dahulu dihitung nilai
R
max
dan R
min
agar dapat dihitung pula nilai dari V
max
dan V
min

nya dengan persamaan (8) dan (9).

(8)

(9)
Setelah diketahui besar R
max
dan R
min
, maka dapat dihitung
besar tegangan maksimum dan minimum dengan persamaan
(10) dan (11).


(10)



(11)

Kemudian, percobaan yang kedua yaitu percobaan dengan
menggunakan rangkaian paralel. Langkah pertama, rangkaian
disusun seperti pada gambar (2).












Setelah itu, hambatan dipasang secara paralel. Tujuannya yaitu
untuk mengukur besarnya arus pada setiap hambatan pada
rangkaian paralel. Sehingga dapat diketahui berapa besarnya
arus yang masuk pada setiap hambatan tersebut. Pada
percobaan ini, digunakan variasi tegangan yang berbeda
nilainya, yaitu berturut-turut sebesar 5V, 6V, 9V, dan 12 V
(sama seperti percobaan dengan rangkaian seri). Serta
digunakan variasi nilai hambatan yang berbeda yaitu sebesar
56 , 6,8 , 10 , serta 8,2 . Setelah keempat hambatan
tersebut dipasang secara paralel dan dihubungkan dengan
tegangan DC sebesar 5V, barulah dihubungkan dengan VOM
analog yang dirangkai secara paralel yang mana antara VOM
analog dan hambatan pada rangkaian tersebut dihubungkan
oleh penjepit buaya. Setelah itu, range VOM diatur pada batas
Ampere agar nilai arus pada hambatan tersebut dapat terbaca
oleh VOM analog dan ditulis sebagai nilai I
ukur
. Tetapi, pada
saat digunakan VOM analog, nilai I
ukur
tidak terbaca meskipun
telah digunakan batas Ampere maksimum. Sehingga VOM
analog diganti dengan VOM digital untuk percobaan kali ini.
Setelah diganti dengan VOM digital, nilai I
ukur
dapat terbaca
dengan menggunakan range batas 25 mA pada VOM digital.
Dan begitu pula untuk variasi tegangan 6V, 9V, dan 12V. Lalu
dihitung besarnya nilai I
hitung
masing-masing dengan
menggunakan persamaan (12).

(12)
Kemudian dibandingkan hasil antara I
ukur
dan I
hitung
. Selain itu,
nilai I
max
dan I
min
juga dapat dihitung berdasarkan persamaan
(13) dan (14) di bawah ini.



(13)


(14)
Dalam perhitungan dengan menggunakan persamaan-
persamaan diatas, maka diperlukan juga perhitungan error
seperti pada persamaan (15) dan (16) berikut ini.

|

(15)

|

(16)
Gambar 1. Gambar rangkaian percobaan secara seri
Gambar 2. Gambar rangkaian percobaan secara paralel
JURNAL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 1 (E2) Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5

3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Rangkaian Seri
Pada percobaan dengan menggunakan rangkaian seri,
maka didapatkan data pada table 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Data percobaan V
ukur
dan V
hitung
pada rangkaian seri

Nilai V
ukur
merupakan V hasil pengukuran, sedangkan nilai
V
hitung
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (7).
Berikut merupakan contoh perhitungan dari V
hitung
:



Dari tabel 1, apabila diamati secara keseluruhan, maka dapat
diketahui bahwa besarnya V
ukur
dan V
hitung
pada tabel 1 di atas,
nilainya hampir sama. Hal ini dikarenakan faktor-faktor
pendukung percobaan benar. Serta pembacaan V
ukur
dan
perhitungan V
hitung
dengan menggunakan persamaan (7) oleh
praktikan hampir mendekati kevalidan dan sedikit
mengandung faktor kesalahan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa data dan perhitungan pada tabel 1 ini mendekati
keakuratan.

Tabel 2. Data percobaan R
max
dan R
min
pada rangkaian seri

R
max
dan R
min
dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan (8) dan (9). Berikut ini contoh cara menghitung
R
max
dan R
min
:




Dari tabel 2, dapat diketahui bahwa besarnya R
max
dan R
min

pada percobaan rangkaian seri ini juga dapat disimpulkan
mendekati kebenaran. Hal ini dikarenakan selisih besarnya
R
sesungguhnya
serta besarnya R
max
dan R
min
yang dihitung dengan
menggunakan persamaan (8) dan (9) mengalami selisih yang
sedikit. Artinya, nilai R
max
dan R
min
mendekati keakuratan dan
sedikit mengandung faktor kesalahan. Selain itu, kecermatan
dalam membaca dan menghitung besarnya nilai R
max
dan R
min

juga dibutuhkan dalam percobaan rangkaian seri ini. Hal ini
dikarenakan agar tidak terjadi kesalahan yang fatal dalam
melakukan percobaan rangakaian seri ini yang berfungsi
menghitung besarnya tegangan yang masuk. Apabila
hambatan yang diberikan tidak sesuai, maka resistor menjadi
tidak berfungsi, bahkan rangkaian yang ada dalam VOM
analog akan terbakar. Sehingga VOM analog tidak berfungsi
lagi sebagaimana mestinya.

Tabel 3. Data percobaan V
max
dan V
min
pada rangkaian seri

Nilai V
min
dan V
max
yang tertulis pada tabel 3 diperoleh dari
R
min
dan R
max
dengan menggunakan persamaan (10) dan (11).
Berikut ini merupakan contoh perhitungan dari V
min
dan V
max
:




Dari tabel 3, dapat diketahui bahwa V
max
dan V
min
akan
mengalami peningkatan apabila tegangan yang diberikan
semakin besar pula. Dan apabila tegangan yang diberikan
kecil, maka V
max
dan V
min
akan semakin kecil pula. Hal ini
dapat dibuktikan dengan menghitung besarnya V
max
dan V
min

dengan menggunakan persamaan (10) dan (11).

Tabel 4. Data perhitungan V
eror
pada rangakain seri

Dari hasil perhitungan dan pengukuran, nilai V
error
dapat
diperoleh dengan menggunakan persamaan (15). Berikut ini
merupakan contoh perhitungan V
error
:
V
(Volt)
V
R1
ukur

(V)
V
R2
ukur

(V)
V
R3
ukur

(V)
V
R4
ukur

(V)
V
R1
hitung

(V)
V
R2
hitung

(V)
V
R3
hitung

(V)
V
R4
hitung

(V)
5 3.4 0.4 0.6 0.6 3.46 0.42 0.5 0.62
6 4 0.6 0.6 0.8 4.15 0.5 0.6 0.74
9 6 0.8 0.9 1.2 6.23 0.76 0.92 1.12
12 8 1 1.1 1.4 8.3 1 1.22 1.48

5.53 0.67 0.81 0.99

V
in
(V)
R1
()
R2
()
R3
()
R4
()
R
m
a
x

(

)

5
58.8 7.14 8.61 10.5
6
9
12
R
m
i
n

(

)

5
53.2 6.46 7.79 9.5
6
9
12
V
in
(V) 5 V 6 V 9 V 12 V
V
m
a
x

(
V
)

R1 3.561478 4.273773 6.41066 8.547547
R2 0.459874 0.551849 0.827773 1.103697
R3 0.553555 0.664266 0.9964 1.328533
R4 0.673509 0.80821 1.212316 1.616421
V
m
i
n

(
V
)

R1 3.348018 4.017621 6.026432 8.035242
R2 0.382838 0.459405 0.689108 0.91881
R3 0.462424 0.554909 0.832364 1.109818
R4 0.56514 0.678168 1.017252 1.356336
V
in
(V) V
R1
(%) V
R2
(%) V
R3
(%) V
R4
(%)
5 1.642857 4.705882 18.53659 2.8
6 3.571429 19.11765 1.219512 8
9 3.571429 5.882353 1.219512 8
12 3.571429 0.735294 9.45122 5.5
JURNAL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 1 (E2) Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5

4
|

|

Dari tabel 4, dapat diketahui bahwa besarnya V
eror
pada
percobaan rangkaian seri dengan menggunakan hambatan R
1

mengalami kesalahan rata-rata sebesar 3.57%, sedangkan pada
saat menggunakan R
2
kesalahan terkecilnya mencapai 0.73%
dan kesalahan terbesarnya mencapai 19.11%. Hal ini
dikarenakan pembacaan serta perhitungan yang dilakukan
kurang tepat. Sehingga persentase kesalahan yang dihasilkan
cukup besar. Pada saat menggunakan hambatan R
3
, kesalahan
terkecilnya mencapai 1.22% dan kesalahan terbesarnya
mencapai 18.54%, hal ini dikarenakan alat-alat percobaan
yang digunakan belum terkalibrasi dengan baik serta terjadi
kesalahan saat proses perhitungan berlangsung. Untuk
percobaan dengan menggunakan hambatan R
4
, didapatkan
kesalahan yang sedikit membaik dari sebelumnya dengan
kesalahan terbesarnya menjadi 8% dan yang terkecil mencapai
2.8%. Hal ini juga dikarenakan faktor kesalahan yang sama
seperti pembahasan di atas.














Dari grafik 1 tersebut, dapat diketahui bahwa grafik V
R1

sangat berbeda dengan grafik V
R2
, V
R3
, dan V
R4
. Hal ini
dikarenakan berbagai macam faktor, mulai dari kesalahan
dalam faktor perhitungan, kesalahan dalam mengkalibrasi alat
percobaan, serta kurangnya kecermatan dan ketelitian dalam
mengamati besarnya V
ukur
dan menghitung besarnya V
hitung

dalam percobaan rangkaian seri. Tetapi, grafik di atas sudah
sangat linear. Jadi, dapat dikatakan bahwa grafik 1 sudah
mendekati kebenaran.

B. Rangkaian Paralel
Pada percobaan dengan menggunakan rangkaian paralel,
maka didapatkan data pada table 5 sebagai berikut.

Tabel 5. Data percobaan I
ukur
dan I
hitung
pada rangkaian paralel

Nilai I
ukur
merupakan I hasil pengukuran, sedangkan nilai I
hitung

merupakan I hasil perhitungan dengan menggunakan
persamaan (12). Berikut merupakan contoh perhitungan dari
I
hitung
:



Dari tabel 5, apabila diamati secara keseluruhan, maka dapat
diketahui bahwa besarnya I
ukur
dan I
hitung
pada tabel 5 di atas,
selisihnya sangat jauh. Hal ini dikarenakan oleh berbagai
faktor. Faktor tersebut antara lain kurang cermatnya praktikan
dalam membaca I
ukur
pada VOM digital serta kesalahan dalam
menentukan range Ampere. Sehingga kesalahan yang
ditimbulkan sangat fatal. Untuk menghitung besarnya I
hitung
,
maka digunakan persamaan (12). Dari persamaan tersebut,
maka dapat diketahui besarnya I
hitung
pada setiap hambatan.
Besarnya nilai R
max
dan R
min
pada rangkaian paralel yaitu
sama besarnya dengan rangkaian seri. Dan dapat dilihat pula
pada tabel 2 beserta penjelasannya. Hanya saja hambatan R
3

pada rangkaian seri menjadi hambatan R
4
pada rangkaian
paralel, dan hambatan R
4
pada rangkaian seri, menjadi
hambatan R
3
pada rangkaian paralel.

Tabel 6. Data percobaan I
max
dan I
min
pada rangkaian paralel

Nilai I
min
dan I
max
yang tertulis pada tabel 6 diperoleh melalui
rumus (13) dan (14). Berikut merupakan contoh perhitungan
dari I
max
dan I
min
:



Dari tabel 6, dapat diketahui bahwa I
max
dan I
min
akan
mengalami peningkatan apabila arus yang diberikan semakin
besar pula. Dan apabila arus yang diberikan kecil, maka I
max

dan I
min
akan semakin kecil pula. Hal ini dapat dibuktikan
dengan menghitung besarnya I
max
dan I
min
dengan
menggunakan persamaan (13) dan (14).






V
IR1
ukur
(A)
IR2
ukur
(A)
IR3
ukur
(A)
IR4
ukur
(A)
IR1
hitung
(A)
IR2
hitung
(A)
IR3
hitung
(A)
IR4
hitung
(A)
5 0.0059 0.006 0.0053 0.0035 0.09 0.74 0.5 0.61
6 0.0056 0.0049 0.0054 0.0038 0.1 0.89 0.6 0.73
9 0.006 0.0059 0.0074 0.0054 0.16 1.32 0.9 1.1
12 0.006 0.0061 0.0052 0.0058 0.21 1.76 1.2 1.46

0.14 1.18 0.8 0.98
V 5 V 6 V 9 V 12 V
I

m
a
x

(
A
)
R1 0.093985 0.112782 0.169173 0.225564
R2 0.773994 0.928793 1.393189 1.857585
R3 0.526316 0.631579 0.947368 1.263158
R4 0.641849 0.770218 1.155327 1.540436
I

m
i
n

(
A
)

R1 0.085034 0.102041 0.153061 0.204082
R2 0.70028 0.840336 1.260504 1.680672
R3 0.47619 0.571429 0.857143 1.142857
R4 0.58072 0.696864 1.045296 1.393728
0
5
10
0 5 10
V

h
i
t
u
n
g

V ukur
GRAFIK V
UKUR
TERHADAP V
HITUNG
V R1
V R2
V R3
V R4
Grafik 1. Garfik V
ukur
terhadap V
hitung

JURNAL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 1 (E2) Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5

5
Tabel 7. Data perhitungan I
eror
pada rangakain paralel
I
in

(A)
I
R1
(%) I
R2
(%) I
R3
(%) I
R4
(%)
5 93.392 99.184 98.94 99.426
6 94.77333 99.44467 99.1 99.48067
9 96.26667 99.55422 99.17778 99.508
12 97.2 99.65433 99.56667 99.60367

Dari hasil perhitungan dan pengukuran, nilai I
error
dapat
diperoleh dengan menggunakan persamaan (16). Berikut ini
merupakan contoh perhitungan I
error
:

|

|

Dari tabel 7, dapat diketahui bahwa besarnya kesalahan I
eror

pada percobaan rangkaian paralel ini dikarenakan berbagai
macam faktor, terutama kesalahan dalam membaca I
ukur
dan
dalam menghitung besarnya I
hitung
dengan menggunakan
persamaan (12). Serta kesalahan dalam mengkalibrasi alat
percobaan sebelum digunakan untuk melakukan percobaan.
Sehingga persentase kesalahan yang didapatkan cukup besar,
dan menandakan bahwa pada percobaan ini dikatakan kurang
sempurna atau mengalami kesalahan total. Sehingga perlu
adanya pengkajian ulang terhadap percobaan ini.















Dari grafik 2 tersebut, dapat diketahui bahwa dari grafik
R
1
, R
2
, R
3
, dan R
4
dikatakan kurang linear. Hal ini
dikarenakan banyaknya faktor kesalahan yang menyebabkan
percobaan ini perlu dikaji ulang. Dan dapat diartikan bahwa
percobaan ini mengalami banyak kesalahan.
Dari percobaan ini, maka dapat disimpulkan bahwa
tegangan yang diukur sebanding dengan besarnya resistor
yang digunakan serta besarnya tegangan yaitu sama saat
paralel. Sehingga daya yang dibutuhkan ketika rangkaian di
paralel juga lebih kecil daripada yang di rangkaian seri.
Sehingga rangkaian yang lebih efektif yaitu rangakaian paralel
karena membutukan daya yang lebih kecil dibandingkan
dengan rangkaian seri.

IV. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa rangkaian seri berfungsi untuk mencari
nilai tegangan (V) pada suatu hambatan, sedangkan rangkaian
paralel berfungsi untuk mencari nilai arus (I) pada suatu
hambatan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada asisten, rekan-
rekan praktikum dan semua pihak terkait praktikum
Rangkaian Seri dan Paralel (E2) dalam melakukan percobaan
dan penyelesaian laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Freedman,Young. 2012. Fisika Universitas. Erlangga, Jakarta.
[2] Giancoli, Douglas C. 2008. Physics for Scientists and Engineers Fourth
Edition. Pearson Education International, United States of America.
[3] Sears, Francis Weston dan Zemansky, Mark W. 1954. Fisika untuk
Universitas 2 Listrik Magnet. Binatjipta, Jakarta.
[4] Sutrisno. 1983. Elektronik 1 Teori dan Penerapannya. ITB, Bandung.
[5] S, Wasito. 1985. Teknik Ukur dan Peranti-Ukur Elektronik. PT Multi
Media, Jakarta.
[6] Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik. Erlangga,
Jakarta.

0
1
2
0 0.002 0.004 0.006 0.008
I

h
i
t
u
n
g

I ukur
GRAFIK I
UKUR
TERHADAP I
HITUNG
I R1
I R2
I R3
I R4
Grafik 2. Garfik I
ukur
terhadap I
hitung

You might also like