You are on page 1of 10

PEMBAHASAN

BATUAN PIROKLASTIK
Pyroclast (Pyro artinya api" dan klastos artinya pecahan"; jadi pyroclasts
memilikikonotasi pecahan api.) Batuan piroklastik merupakan batuan yang dihasilkan oleh
erupsi (efusif / eksplosif) gunung api dengan ciri-ciri yang khas. Ada yang menyebutbatuan
ini sebagai batuan beku, namun karena pembentukan dan teksturnya yangkhas, batuan ini
dipisahkan menjadi klasifikasi tersendiri. Berdasarkan pengertiantersebut maka istilah
vulkaniklastik mencakup bermacam-macam batuan vulkanik,yaitu:
a. Material Piroklastik
Akumulasi material piroklastik atau sering pula disebut sebagai tephramerupakan
hasil banyak proses yang berhubungan dengan erupsi vulkanik tanpamemandang penyebab
erupsi dan asal dari materialnya. Fisher, 1984menyatakan bahwa fragmen piroklastik
merupakan fragmen "seketika" yangterbentuk secara langsung dari proses erupsi vulkanik.
Material piroklastik saatdierupsikan gunung api memiliki sifat fragmental, dapat berujud cair
maupunpadat. Dan setelah menjadi massa padat material tersebut disebut sebagaibatuan
piroklastik.
b. Material Hidroklastik
Material ini dihasilkan oleb suatu erupsi hidrovulkanik yakni erupsi yang
terjadikarena kontak air dengan magma. Berdasarkan cara transportasi sebelumdiendapkan,
akumulasi material hidroklastik dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
Endapan Hidroklastik JatuhanEndapan hidroklastik jatuhan adalah endapan yang
terjadi dari akumulasimaterial hidroklastik yang dilemparkan dari pusat erupsi ke
udara dan kemudian jatuh di tempat pengendapannya. Cara transportasi
material hidroklastik jatuhandapat dibedakan menjadi 2 yaitu transportasi gerak
peluru (trajectory) danturbulensi awan erupsi.
Endapan Hidroklastik Aliran.Endapan ini terjadi dari akumulasi material hidroklastik
yang terlempar dari pusaterupsi, kemudian bergerak sepanjang permukaan bumi
menuju tempatpengendapannya.
c. Material Autoklastik
Material ini di alam dijumpai sebagai breksi vulkanik autoklastik yaitu
bentukfragmentasi padat karena letusan gas-gas yang ada di dalamnya karena
olehpenghancuran lava (Wright, 1963 vide Willard, 1968). Jadi material inimerupakan
gesekan oleh penghancuran lava sebagai hasil dari perkembanganlanjut dari pembekuan.
d. Material Alloklastik
Material ini sering disebut sebagai breksi vulkanik alloklastik yaitu breksi
yangdibenbuk oleh fragmentasi dari beberapa batuan "preexisting" oleh prosesvulkanik
bawah permukaan (Wright; 1963 vide Willard; 1968). Jadi prosesbreksiasi dari batuan ini
terjadi di dalam gunung api baru kemudian ekstrusionsebagai aliran breksi. Breksiasi inl
mungkin dihasilkan oleh pengembangan gasatau oleh runtuhnya gunung api yang kemudian
terbentuk rongga-rongga dan akhirnya diikuti erupsi. Aliran breksi pada tipe ini terjadi pada
derajat kemiringandan bergerak dari gunung api dengan media air menjadi lahar. Proses
yangseperti ini mengakibatkan batuan ini sukar dibedakan dengan breksi laharik. Ciridari
breksi ini adalah ketebalannya yang besar dan tidak berlapis, material penyusunnya sangat
kasar dan tidak tersortasi. Fragmen mempunyai ukuranberaneka ragam, heterolitologi.
Fragmen pumis, skoria dan batuan afanitik jarangdijumpai.
e. Material Epiklastik.
Material ini merupakan hasil dari pelapukan dan erosi dari batuan vulkanlk
danumumnya bukan merupakan hasil vulkanisme yang seumur. Karena endapanepiklastik ini
merupakan hasil proses rework dan telah mengalami transportasimaka pada umumnya
fragmen-fragmennya lebih rounded dan material piroklastikmaupun hidroklastik. Fragmen-
fragmen tersebut; dapat terbentuk oleh proses-proses non vulkanik atau proses epigenik
sehingga membentuk modifikasibutiran yang agak membulat. Material epiklastik di alam
sering dijumpai sebagaibreksi laharik.
TIPE ENDAPAN PIROKLASTIK
Endapan piroklastik menurut Mc Phie et al (1993) adalah endapan volkaniklastik
primer yang tersusun oleh partikel (piroklas) terbentuk oleh empsi yang eksplosifdan
terendapkan oleh proses volkanik primer (jatuhan, aliran, surge). Proseserupsi ekplosif yang
terlibat dalam pembentukan endapan piroklastik meliputi tigatipe utama yaitu : erupsi letusan
magmatik, erupsi freatik dan erupsifreatomagmatik. Ketiga tipe erupsi ini mampu
menghasilkan piroklas yangmelimpah yang berkisar dari abu halus

1. Piroklastik aliran.
2. Piroklastik jatuhan.
3. Piroklastik surge.

1. Piroklastik Aliran
Piroklastik aliran adalah aliran panas dengan konsentrasi tinggi, dekatpermukaan,
mudah bergerak, berupa gas dan partikel terdispersi yang dihasilkanoleh erupsi volkanik
(Wright et al 1981, vide Mc Phie et al 1993). Fisher &Schmincke (1984) menyebutkan bahwa
piroklastik aliran adalah aliran densitaspartikel-partikel dan gas dalam keadaan panas yang
dihasilkan oleh aktifitasvolkanik. Aliran piroklastik melibatkan semua aliran pekat yang
dihasilkan olehletusan atau guguran lava baik besar maupun kecil.
2. Piroklastik Jatuhan
Piroklastik yang dilontarkan secara ledakan ke udara sementara akantersuspensi, yang
selanjutnya jatuh ke bawah dan terakumulasi membentukendapan piroklastik jatuhan.
Endapan merupakan produk dari jatuhan baiistikdan konveksi turbulen pada erupsi kolom
(Lajoie, 1984).3. Piroklastik SurgePiroklastik surge adalah ground hugging, dilute (rasio
partikel gas rendah), aliranpurticulate yang diangkut secara lateral di dalam gas turbulen
(Fisher 1979 videMc Phie e/ al 1993). Piroklastik surge dibentuk secara langsung oleh
erupsifreatomagmatik maupun freatik (base surge) dan asosiasinya dengan piroklastikaliran
{ash cloud surge dan ground surge). Tempat yang dilalui oleh pengendapan lapisan sangat
tipis atau laminasi biasanya disebut sebagai bedset.
Abu vulkanik yang sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah
bahan material vulkanik yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan gunung berapi,
terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran kecil (halus). Batuan yang berukuran
besar (bongkahan batu sampai kerikil) biasanya jatuh disekitar kawah hingga radius 5 7 km
dari kawah. Sedangkan abu vulkanik yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai
ratusan kilometer bahkan ribuan kilometer dari kawah karena dapat terpengaruh oleh adanya
hembusan angin.Radius pengendapan abu vulkanik yang tergolong jauh ini disebabkan oleh
ukurannya yang kecil yakni 2mm- 1/256mm sehingga abu vulkanik tersebut melayang di
udara bercampur dengan udara bebas yang kemudian terhirup bersamaan dengan oksigen
yang hendak dihirup oleh manusia.Ukuran partikelnya yang kecil itu juga membuat gaya
gravitasi bumi tidak mampu untuk menarik partikel abu vulkanik itu untuk langsung
mengendap di daratan yang dekat ditambah gerakan udara yang sentrifugal sehingga
membuat radius pengendapan abu vulkanik tersebut jauh dari pusat letusan suatu gunung
berapi. Sebagai contoh letusan G. Krakatau tahun 1883 dapat mengitari bumi berhari-hari.
Demikian juga letusan G. Galunggung pada tahun 1982 dapat mencapai Australia.
Partikel abu vulkanik sangat kecil sehingga mudah tertiup angin hingga ribuan
kilometer. Yang paling berpotensi merusak tubuh adalah partikel abu terkecil yang mencapai
kurang dari 1/100 milimeter. Ini berbahaya karena mudah menembus masker kain dan masuk
ke paru-paru.
Seseorang penderita bronkhitis, emfisema dan asma disarankan mengurangi aktivitas di luar
ruang karena paparan abu vulkanik bisa memperparah gangguan kesehatan. Jika mengalami
iritasi atau sakit di tenggorokan dan paru-paru, pilek, atau mata gatal, sebaiknya segera
kembali rumah dan membatasi kegiataan di luar rumah.Selain partikel berbahaya, abu
vulkanik juga berpotensi mengandung gas belerang dioksida dalam kadar rendah. Itulah
mengapa ketika mulai mencium aroma belerang, sangat disarankan segera menjauh dari
kawasan tersebut.
Abu Vulkanik merupakan jenis material endapan piroklastik yang tidak terkonsolidasi
yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi yang eksplosif namun ada juga
abu vulkanik yang terjadi oleh akibat pergesekan pada waktu erupsi gunung berapi
Berdasarkan mekanisme pembentukannya abu vulkanik termasuk kedalam jatuhan
piroklastik karena abu vulkanik dibawa dan diendapkan oleh medium udara dan terbentuk
setelah material hasil letusan dikeluarkan dari kawah.Abu Vulkanik termasuk ke dalam
material tipe II karena setelah terlempar dari pusat vulkanik lalu diendapkan di daratan yang
kering dengan media gas yang dihasilkan dari magma sendiri yang merupakan aliran abu
yang merupakan onggokan aliran litifikasi dan membentuk batuan fragmental.
Pada umumnya batuan sedimen diklasifikasikan berdasar ukuran fragmen, bentuk
fragmen dan komposisi partikel atau fragmen pembentukannya. Dengan dasar tersebut,
batuan sedimen di kelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu:
1. Batuan sedimen silisiklastik, yaitu batuan yang terbentuk dari fragmen-fragmen batuan
yang lain atau batuan asli. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf atau sedimen.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis (disintegrasi) maupun
secara kimiawi (dekomposisi), kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan
pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung, sedimen mulai mengalami diagenesa, yakni
proses perubahan-perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah didalam suatu
sedimen, selama dan sesudah litifikasi terjadi (W.T. Huang, 1962)
a. Batuan Sedimen Silisiklastik Volkaniklastik
Piroklastik
Akumulasi masterial piroklastik atau sering pula disebut sebagai tephra merupakan
hasil banyak proses yang berhubungan dengan erupsi vulkanik tanpa memandang penyebab
erupsi dan asal dari materialnya. Fragmen piroklastik merupakan fragmen seketika yang
terbentuk secara langsung dari proses erupsi vulkanik. Material piroklastik saat dierupsikan
gunung api memiliki sifat fragmental, dapat berujud cair maupun padat, dan setelah menjadi
massa padat material tersebut disebut sebagai batuan piroklastik.
o piroklastik aliran
adalah aliran panas dengan konsentrasi tinggi, dekat permukaan, mudah bergerak,
berupa gas dan partikel terdispersi yang dihasilkan oleh erupsi volkanik. Dilihat dari lapisan
yang dibentuk menunjukkan sortasi yang buruk dengan ketebalan lapisan yang tidak teratur
dan menipis pada tinggian dan menebal pada cekungan. Biasanya dijumpai lapisan yang
sudah masif dengan gradasi normal pada endapan yang berasal dari suspensi turbulen dan
menutupi bagian laminasi.
o piroklastik jatuhan
Piroklastik yang dilontarkan secara ledakan ke udara sementara akan tersuspensi yang
selanjutnya jatuh ke bawah dan terakumulasi membentuk endapan piroklastik jatuhan. Dilihat
dari lapisan pada endapan piroklastik ini menunjukkan sortasi yang baik (well sorted) dengan
ketebalan lapisan yang teratur dan mengikuti permukaan yang ditutupi (mantle bedding).
Biasanya jarang dijumpai lapisan yang masif, bahkan juga jarang ditemukan gradasi normal.
o piroklastik surge
dibentuk secara langsung oleh erupsi freatomagmatik maupun freatik dan asosiasinya dengan
piroklastik aliran.
Breksi volkanik : tersusun dari fragmen yang diameternya >32mm bentuknya runcing
Agglomerat : Fragmennya berupa bomb dengan ukuran .> 32mm
Lapilli : Fragmen tersusun atas lapilli dengan ukuran 4-32mm
Tuf kasar : Fragmen tersusun atas babu kasar dengan ukuran 0,25-4mm
Tuf halus : Fragmen tersusun oleh abu halus dengan ukuran , 0,25mm
Hidroklastik
Material ini dihasilkan oleh suatu erupsi hidrovulkanik yaitu erupsi yang terjadi
karena kontak air dengan magma. Berdasarkan cara transportasi sebelum diendapkan,
akumulasi material hidroklastik dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

o Endapan Hidroklastik Jatuhan
Adalah endapan yang terjadi dari akumulasi material hidroklastik yang dilemparkan
dari pusat erupsi ke udara dan kemudian jatuh di tempat pengendapannya. Cara transportasi
material hidroklastik jatuhan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu transportasi gerak peluru
(trajectory) dan turbulensi awan erupsi.
o Endapan Hidroklastik Aliran
Endapan ini terjadi dari akumulasi material hidroklastik yang terlempar dari pusat
erupsi, kemudian bergerak sepanjang permukaan bumi menuju tempat pengendapannya
Autoklastik
Biasanya dijumpai sebagai breksi vulkanik autoklastik yaitu bentuk fragmentasi padat
karena letusan gas-gas yang ada di dalamnya karena oleh penghancuran lava. Jadi material
ini merupakan gesekan penghancuran lava sebagai hasil dari perkembangan lanjut dari
pembekuan.
Alloklastik
Biasanya disebut dengan breksi vulkanik alloklastik yaitu breksi yang dibentuk oleh
fragmentasi dari beberapa batuan preexisting oleh proses vulkanik bawah permukaan. Jadi
proses breksiasi dari batuan ini terjadi di dalam gunung api, baru kemudian ekstrusi sebagai
aliran breksi. Breksiasi ini mungkin dihasilkan oleh pengembangan gas atau oleh runtuhnya
gunung api yang kemudian terbentuk rongga-rongga dan akhirnya diikuti erupsi. Aliran
breksi pada type ini terjadi pada derajat kemiringan dan bergerak dari gunung api dengan
media iar menjadi lahar. Ciri breksi ini adalah ketebalannya yang besar dan tidak berlapis,
material penyusunnya sangat kasar dan tidak tersortasi. Fragmen mempunyai ukuran
beraneka ragam, namun fragmen yang berupa pumis, skoria dan batuan afanitik jarang
dijumpai.
Epiklastik
Merupakan hasil dari pelapukan dan erosi dari batuan vulkanik dan umumnya bukan
merupakan hasil vulkanisme yang seumur. Karena endapan epiklastik ini merupakan hasil
proses rework dan telah mengalami transportasi, maka pada umumnya fragmennya
lebih rounded. Fragmen-fragmen tersebut dapat terbentuk oleh proses-proses non vulkanik
atau proses epigenik sehingga membentuk modifikasi butiran yang agak membulat. Material
epiklastik di alam sering dijumpai sebagai breksi laharik.
b. Batuan Sedimen Silisiklastik nonvulkanik
Batuan sedimen jenis ini didominasi oleh detrital grain (mineral silika dan fragmen
batuan khusunya). Batuan yang termasuk jenis ini antara lain:
Konglomerat
Adalah batuan yang terbentuk dari endapan gravel yang sudah terkonsolidasi dengan
campuran pasir atau lumpur pada ruang antar butirnya. Umumnya batuan ini
berukuran cobble atau pebbleyang well rounded (membulat baik). Kebanyakan konglomerat
menunjukkan perlapisan yang kurang baik dan kadang-kadang juga terdapat lensa batupasir.
Konglomerat yang terbentuk saat ini terakumulasi di atas rangkaian pegunungan, di pantai
dan pada kanal sungai. Secara petrologis menunjukkan tekstur kemas terbuka dengan sortasi
buruk, dengan fragmen berukuran kerikil sampai boulder (2 - >256 mm) sedangkan untuk
matriknya berukuran lempung sampai pasir (< 1/256 2 mm)
Breksi
Adalah batuan yang terbentuk dari material vulkanik yang kemudian mengalami
konsolidasi dengan fragmen-fragmen batuan beku lainnya yang juga hasil dari vulkanik.
Secara petrologis batuan ini menunjukkan kemas terbuka dengan sortasi buruk, dengan
fragmen berukuran kerikil sampai boulder (2 - >256 mm) dan biasanya fragmen berupa
batuan beku dengan bentuk yang meruncing (angular), sedangkan untuk masa dasarnya
berupa batuan beku yang berukuran afanit. Jika dilihat dengan bantuan mikroskop, masa
dasar dapat berupa glass vulkanik
Batupasir
Adalah batuan sedimen klastik yang paling banyak dijumpai. Sejak tersingkap di
permukaan bumi, batuan ini sangat mudah dikenali karena biasanya batuan ini tahan terhadap
pelapukan. Pada dasarnya batupasir bisa disusun oleh material apa saja, tetapi kenyataanya
butiran kuarsa selalu paling melimpah. Hal ini disebabkan karena kuarsa merupakan mineral
utama dalam batuan beku, sedimen maupun metamorfik, selain itu mineral ini tahan terhadap
abrasi dan pelapukan kimiawi. Partikel pasir pada kebanyakan batupasir disemen oleh kalsit
atau oksida besi.
Komposisi batupasir merupakan kunci penting tentang sejarah pengendapannya.
Selama tertransportasi yang jauh, fragmen batuan (kecil) dan mineral-mineral tertentu yang
siap mengalami dekomposisi (pelapukan kimiawi), seperti hanlnya olivin, piroksen, feldspar
dan mika akan hancur menjadi partikel yang lebih halus dan kemudian tertampi (winnowed)
keluar, terpisah dengan mineral kuarsa yang ultra stabil. Batupasir yang bersih, terpilah
dengan baik dengan komposisi kuarsa yang membundar baik, berarti batupasir tersebut telah
tertransport jauh atau telah berulang kali mengalami siklus erosi dan deposisi. Secara
petrologis batuan ini mempunyai tekstur kemas tertutup dan sortasi yang baik, sedangkan
komposisinya berupa material-material sedimen berukuran pasir ( 1/16 2 mm) dengan
bentuk butir rounded.
Arkose
Secara petrologis arkose menunjukkan kemas terbuka dengan sortasi yang buruk.
Matriks biasanya berukuran pasir ( 1/16 2 mm) yang berupa material-material sedimen
berukuran pasir, sedangkan untuk fragmen berukuran pasir kerikil ( 1/16 4 mm ) dengan
fragmen berupa mineral-mineral seperti Chert, Muscovite, Biotite, Kuarsa, Ortoklas.
Pembundaran angular-subangular.
Batulanau
Adalah batuan sedimen klastik berbutir halus ( antara 1/16 mm 1/256 mm).
Batulanau umumnya berstruktur laminasi (perlapisan < 1 mm) dan sering mengandung
struktur burrow. Siltstone ini merupakan hasil konsolidasi material berbutir halus yang
terbawa secara susupensi oleh air (sungai, laut) dan diendapkan pada dataran banjir atau
delta.
Serpih
Merupakan lumpur dan lempung yang telah terkonsolidasi. Batuan ini sangat
melimpah di alam, kebanyakan berstruktur laminasi. Serpih hitam mengandung material
karbon dan terakumulasi pada air tenang seperti halnya lagoon, laut dangkal, daerah pasang
surut (tidal flat). Sedang serpih merah menandakan banyak mengandung oksida besi yang
berarti teroksidasi pada lingkungan terbentuknya (streem channels, flood plain, tidal plan)
2. Batuan sedimen non klastik
a. Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan komposisi yang dominan (lebih dari
50%), terdiri dari mineral-mineral atau garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya secara
umum meliputi batugamping dan dolomit. Merupakan batuan sedimen non klastik yang
paling melimpah di alam. Batuan ini berkomposisi utama berupa kalsium karbonat (CaCO3)
yang berasal dari proses kimiawi bersama-sama dengan biologis. Banyak tumbuhan dan
binatang invertebrata mengeluarkan CaCO3 dari air dalam proses kehidupannya dan
mengggunakan garam yang sama untuk membangun sarang dan bagian kerangkanya. Bila
organisme tersebut mati, kerangkanya akan terakumulasi di dasar lautan. Dalam waktu yang
sangat lama, akumulasi kerang tersebut akan membentuk lapisan karbonat dengan tekstur
terdiri dari kerang atau pecahan kerang. Type batugamping ini terutama disusun oleh skeletal
atau rombakan skeletal dan bisa mencapai ketebalan lebih dari 100 meter, dan bisa
mempunyai penyebaran horizontal / lateral sangat luas (riubuan km2). Proses
pembentukannya dapat terjadi secara insitu berasal dari larutan yang mengalami larutan yang
mengalami proses kimia maupun biokimia, dimana organisme turut berperan. Selain itu juga
dapat terjadi rombakan yang mengalami transportasi secara mekanik dan diendapkan di
tempat lain sehingga terjadi proses diagenesa batuan karbonat lain. Seluruh proses tersebut
belangsung pada lingungan air laut dari detritus asal darat.
batugamping klastik
adalah batugamping yang terbentuk dari pengendapan kembali detrital batugamping
asal
o Kalsilutit
merupakan batuan karbonat klastik yang didominasi oleh detritus karbonat dengan
ukuran butir berukuran lempung < 1/16 mm
o Kalkarenit
merupakan batuan karbonat klastik yang didominasi oleh detritus karbonat dengan
ukuran butir berukuran pasir1/16 2 mm
o Kalsirudit
merupakan batuan karbonat klastik yang didominasi oleh detritus karbonat dengan
ukuran butir berukuran > 2 mm
batugamping non klastik
adalah batugamping yang terbentuk dri proses-proses kimiawi maupun organisme,
umumnya bersifat mono mineral
Biostrome : merupakan batugamping nonklastik yang pembentukanya dari hasil
proses biokimia dan juga merupakan hasil timbunan tubuh atau kerangka plankton dan
nekton yang sudah mati, biasanya berlapis dan berseling dengan kalsilutit
Bioherm : merupakan batugamping nonklastik yang pembentukannya dari hasil proses
biokimia. Selain itu biasanya terdiri dari bentuk-bentuk bentonik masif dan berbentuk lensa
yang dikelilingi oleh sedimen klastik
Travertin : merupakan batugamping nonklastik yang pembentukanya dari hasil
proses larutan Kimia dengan komposisi penyusun utama berupa Kalsit (CaCO3)
Chalk : Batugamping skeletal, dimana skeletal fragmennya dapat dilihat dengan bantuan
mikroskop, komposisi penyusun utama berupa CaCO3 dengan tekstur berupa cangkang
organisme mikroskopik
b. Batuan sedimen kimiawi
Merupakan batuan sedimen yang terbentuk karena proses penguapan, konsentrasi dan
pengendapan dari laruitan yang telah jenuh dan biasanya tersusun dari kristal-kristal gypsum,
garam dapur (halite), anhidrit dll. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung
atau reaksi organik
Chert
Chert atau sering disebut batu rijang mempunyai bentukbedded dan nodular. Chert
dengan bentuk bedded biasanya ditemukan pada daerah laut dalam dan berasosiasi dengan
radiolaria dan lava bantal. Sedangkan chert dengan bentuk nodular biasa ditemukan pada
batugamping yang terbentuk oleh proses diagenesa berupa penggantian (replacement)
Gypsum
Gypsum terbentuk oleh proses evaporasi yang dapat sebagai indikator penting paleo-
iklim dan paleo-geografi. Gypsum mempunyai bentuk nodular dengan tekstur chicken-wire.
Terbentuknya gypsum terjadi karena material sedimen yang diendapkan di laut, biasanya
berukuran lempung, kemudian lempung itu akan melepaskan ion-ion O2- dan kemudian
ditangkap oleh unsur Ca2+ dan senyawa SO42-. Unsur-unsur tersebut berikatan membentuk
senyawa CaSO4.2H2O yang disebut dengan gypsum
Ironstone
Ironstone biasanya merupakan Oolitik dan Ooids yang dapat terdiri dari hematit,
Geothite, magnetit dan chamosit. Ironstone ini biasanya diendapkan pada lingkungan
deposisional dan kadang terdapat fosil yang mengindikasikan daerah dengan kondisi
hiposalin
Dolomit
Terbentuk karena adanya pergantian batugamping. Proses yang terjadi dapat
berlangsung secara cepat setelah proses deposisi pada daerah intertidal tinggi, dataran
supratidal.
Dedolomites
Adalah batuan yang komposisi mineralnya berupa dolomit (calcium Magnesium
Carbonate = CaMg(CO3)2. Batuan ini mirip dengan batugamping dalam hal tekstur, struktur
dan cara terdapatnya. Batuan ini bisa berasal dari presipitasi langsung air laut, tetapi
kebanyakan berasal dari substitusi calcium oleh magnesium pada batugamping
Halite
Halite terbentuk oleh prespitasi langsung dari danau yang kadar garamnya tinggi atau
pada teluk disepanjang pantai lautan
3. Batuan Sedimen Sapropelite
a. Antrasit
Batuan mempunyai warna hitam, Struktur masif dengan tekstur nonklastik, ukuran
butir mikrokristalin ( < 0,01 mm ), keseragaman kristal seragam, hubungan antar kristal
anhedra euhedra. Batuan tersusun oleh Carbon ( material organik ), berwarna hitam,
kelimpahan dominan, ukuran butir mikrokristalin ( < 0,01 mm )
b. Batubara muda (Lignit)
Batuan mempunyai warna hitam, struktur brittle, dengan tekstur bioklastik, ukuran
butir pasir ( 1/16 2 mm ), bentuk butir angular, sortasi baik, kemas tertutup. Batuan tersusun
oleh material-material organik, Berwarna hitam, ukuran butir pasir ( 1/16 2 mm ),
kelimpahan melimpah







DAFTAR PUSTAKA
Boggs, S., 1987, Principle of Sedimentology and Stratigraphy, Merril Publishing Co.
A Bell & Howell Co., Colombus, Ohio
http://csmres.jmu.edu/geollab/Fichter/Fichter/websites.html
http://www.eos.ubc.ca/courses/eosc221/ed/silli/compact.html
Huang, W.T., 1962. Petrology, McGraw Hill-Book Inc., New York
Pettijohn, F.J., 1975, Sedimentary Rocks, 3rd Edition, Harper&Row, New York
Soekardi, Sasongko,W., Hendratno, A., 2004, Diktat Kuliah Petrografi Batuan Beku,
Batuan Piroklastik dan Batuan Sedimen Klastik, Laboratorium Geologi Optik Jurusan
Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

You might also like