You are on page 1of 6

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

LARUTAN
15 Maret 2014



TUBAGUS FADLI NURRAHMAN
31112051
FARMASI II A (kelompok 8)



PROGRAM STUDI FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2014
I. TUJUAN
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat.
2. Menjelaskan pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat.
3. Menentukan konsentrasi misel kritik dari surfaktan dengan metode
kelarutan.

II. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Buret
Erlenmeyer
Pipet volume
Gelas kimia
Palastik wrap
Spatel
2. Bahan
Aquades
Alkohol
Theophylin
NaOH 0,1 N
Indikator fenolptalein
III. PROSEDUR
2. Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Zat








Buat 50 mL larutan Tween 80 dengan konsentrasi 0, 10,
20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, dan 90 mg/mL.
(+) theophylin hingga
didapat larutan yang
jenuh.
Kocok dengan orbital shaker selama 1 jam. Jika ada endapan
yang larutselama pengocokan, tambahkan lagi theophylin
sampai terbentuk larutan yang jenuh kembali.
Saring, tentukan kadar
theophylin yang terlarut
dalam masing-masing
pelarut.
Buat grafik antara kelarutan
theophylin dengan konsentrasi
Tween 80.
Tentukan konsentrasi misel kritik Tween 80.

IV. DATA HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1. Tabel Hasil Pengamatan Kadar Theophylin Dari Semua Kelompok





2. Perhitungan Kadar Tween 80

Kadar Tween 80 = 70 mg/mL x 50 mL
= 3500 mg

3. Perhitungan Kadar Theophylin

Kadar theophylin = 5,63 x 18,02
= 101,45 mg




KELOMPOK
KONSENTRASI
TWEEN 80
(mg/mL)
VOLUME
TITRAN (mL)
KADAR
THEOPHYLIN
(mg)
1 0 1,46 26,31
2 10 5,00 90,10
3 20 4,37 78,75
4 30 5,07 91,30
5 40 5,16 92,98
6 50 5,50 99,11
7 60 5,37 96,77
8 70 5,63 101,45
9 80 5,83 105,06
10 90 4,33 78,08
4. Kurva Kadar Theophylin Terhadap Tween 80




V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini mengenai kelarutan, yaitu pengaruh penambahan
surfaktan terhadap kelarutan suatu zat. Surfaktan yang digunakan adalah Tween
80 dengan konsentrasi bervariasi, yaitu 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, dan 90
mg/mL.
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat
terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu, dan secara kualitatif
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler homogen. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fiska
dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada factor teempertur,
tekanan, pH larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada hal
terbaginya zat terlarut (Martin,dkk,1990).
Larutan terdiri dari beberapa, antara lain larutan jenuh, larutan tidak jenuh atau
hamper jenuh, dan larutan lewat jenuh. Larutan jenuh adalah suatu larutan di mana
zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat zat terlarut.
Suatu larutan tidak jenuh atau hamper jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung hamper zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang
dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperature tertentu.
Sedangkan larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
K
a
d
a
r

T
h
e
o
p
h
y
l
l
i
n



Volume Titran
Kadar theophylline
Kadar theophylline
dalam konsentrasi lebih banyak dari pada yang seharusnya pada temperature
tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (Martin,dkk, 1990).
Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikan kelarutan
suatu zat. Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu bagian polar dan non
polar apabila didispersikan dalam air pada konsentrasi yang rendah, akan
berkumpul pada permukaan dengan mengorientasikan bagian polar ke arah air dan
bagian non polar ke arah lain. Surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi
membentuk agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel
terbentuk disebut konsentrasi misel kritik (KMK).
Pada praktikum ini, konsentrasi Tween 80 yang kelompok kami adalah 70
mg/mL. Kemudian theophylin dilarutkan dengan larutan tween tersebut dan
dikocok selama 1 jam. Pengocokan bertujuan agar theophylin cepat larut, karena
pengocokan ini dapat mempengaruhi kelarutan. Dengan adanya pengocokan,
partikel-partikel didalam larutan akan bergerak dan saling bertumbukan, sehingga
semakin cepat pengocokan, zat terlarutnya akan semakin cepat larut. Selama
pelarut campur ini masih bening, penambahan theophylin terus dilakukan sedikit
demi sedikit hingga terbentuk larutan jenuh. Larutan jenuh ini merupakan suatu
keadaan dimana pelarut tidak dapat melarutkan lagi zat terlarutnya karena
molekul-molekul didalamnya sudah terpenuhi untuk saling berikatan. Untuk
menghindari banyaknya buih saat pengocokan, pengocokan dilakukan pelan-pelan
dengan kecepatan tetap atau konstan, karena tween 80 menimbulklan buih saat
pengocokan. Semakin kuat pengocokan, maka akan menghasilkan buih yang
banyak. Setelah pengocokan selama 1 jam dan telah terbentuk larutan jenuh,
larutan di saring dan diambil 10 mL untuk dititrasi dengan NaOH. Titrasi
dilakukan sebanyak 3 kali dan dirata-ratakan. Titrasi ini dilakukan untuk
mengetahui kadar theophylin yang terdapat dalam larutan surfaktan (Tween 80).
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah fenolftalein. Indikator ini
memberikan perubahan warna dari bening menjadi merah muda atau pink yang
menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi. Berubahnya warna indikator
fenolftalein menjadi merah muda karena indikator ini merupakan asam diprotik
dan tidak berwarna. Indikator ini terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarnanya
dan kemudian, dengan hilangnya proton kedua, menjadi ion dengan sistem
terkonjugat menghasilkan warna merah muda.
Sebelum melakukan titrasi, NaOH yang akan digunakan harus distandarisasi
terlebih dahulu dengan asam oksalat dengan menggunakan indikator fenolftalein.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui normalitas NaOH sebenarnya yang akan
dilakukan. Rata-rata volume titran yang didapat setelah titrasi adalah 5,63 ml,
sehingga dapat diketahui kadar theophylin yang terlarut dalam surfaktan Tween
adalah sebesar 101,45 mg.
Dalam praktikum kali ini kami mendapatkan hasil berdasarkan hasil
pengamatan bahwa theophylin larut terhadap surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif
permukaan yang diserap pada permukaan untuk menurunkan tegangan permukaan
sampai dengan titik KMK. Titik KMK adalah titik dimana penambahan surfaktan
tidak lagi mempengaruhi tegangan permukaan. Setelah dilalui titik KMK, maka
penambahan surfaktan berpengaruh terhadap solubilisasi miselar dimana pada
keadaan ini akan terjadi pelarutan spontan zat melalui interaksi misel dan
surfaktan sehingga terbentuk suatu larutan yang stabil secara termodinamika.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi tween 80 yang
digunakan, maka akan semakin banyak pula theophylin yang terlarut didalamnya.

VI. KESIMPULAN
Volume titran yang didapat setelah dititrasi oleh NaOH adalah 5,63 ml.
Kadar theophylin yang terlarut dalam surfaktan tween adalah sebesar 101,45
mg.
Surfaktan adalah zat aktif permukaan yang diserap pada permukaan untuk
menurunkan tegangan permukaan sampai dengan titik KMK.
Titik KMK adalah titik dimana penambahan surfaktan tidak lagi
mempengaruhi tegangan permukaan.

VII. DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 1989. Pengenatar Bentuk Sediaan Farmasi. Terjemahan Faridah
Ibrahim. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Martin, A. 1993. Farmasi Fisika: Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Yogyakarta:
UGM-Press.

Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta:
DepKes. RI.

You might also like