Professional Documents
Culture Documents
Dimana : P = jumlah kutub (pole)
F = Frekuensi jala-jala (Hz)
n = kecepatan putar motor (rpm)
120 = nilai tetap
Dengan memasukkan data dari motor utama diatas, maka
didapatkan jumlah kutub dari motor ini adalah
Nilai 4,08 dibulatkan menjadi 4. Maka jumlah kutub motor
utama (M1) adalah 4.
4.2.2 Motor Suction (M2)
Motor suction (M2) terletak di bagian kiri pada diagram
letak peralatan autocoro, terletak jauh dari motor utama dan
motor lainnya. Motor suction berguna untuk menghisap debu
dan kotoran yang ada pada saat proses pembuatan benang di
combing. Motor suction dihubungkan melalui belt dengan 2
kipas besar diatasnya untuk menyedot debu. Pada desain
awalnya, M2 dikopel dengan generator untuk menggerakkan
winding head serta mengoperasikan Automatic Piecer
Carriage (APC) dan memberikan tegangan masukan untuk
informator. Akan tetapi pada prakteknya karena banyaknya
gangguan yang terjadi pada saat penggunaan generator
tersebut, generator dilepas dari motor suction dan sumber
daya listrik untuk peralatan yang sebelumnya disuplai
generator dialihkan dari jaringan 380 V yang diparalel
dengan sumber daya motor suction tersebut.
Data dari motor suction (M2) adalah sebagai berikut :
V : 220V/380V (delta/star)
I : 75 A
P : 22 KW
Cos phi : 0,88
F : 50 Hz
rpm : 2940 rpm
Jumlah pole / kutub dari motor suction (M2) dapat dihitung
berdasarkan data diatas dengan menggunakan rumus yang
sama dengan rumus menghitung jumlah kutub dari motor
utama sebelumnya :
Nilai 2,04 dibulatkan menjadi 2, maka jumlah kutub dari
motor suction (M2) adalah 2.
8
4.2.3 Motor Opening Roller Drive (M3)
Motor Opening Roller drive terletak di belakang motor
utama (M1) pada autocoro. Motor ini berguna untuk
menggerakkan motor untuk proses combing pada pembuatan
benang dari sliver, oleh karena itulah motor ini juga sering
disebut sebagai motor combing. M3 dihubungkan pada belt
dengan rotor diatasnya, dan rotor tersebut dihubungkan
dengan shaft yang terhubung dengan semua rol pengurai
untuk proses combing. Jadi semua rol pengurai akan
bergerak bersamaan ketika motor combing ini bekerja.
Gambar 15. Motor Opening Roller Driver (M3) pada autocoro
Data dari motor opening roller driver (M3) adalah sebagai
berikut :
V : 220V/380V (delta/star)
I : 50 A
P : 15 KW
Cos phi : 0,88
F : 50 Hz
rpm : 1460 rpm
Jumlah pole / kutub dari motor suction (M2) dapat dihitung
berdasarkan data diatas dengan menggunakan rumus yang
sama dengan rumus menghitung jumlah kutub dari motor
utama sebelumnya :
Nilai 4,1 dibulatkan menjadi 4, maka jumlah kutub dari
motor combing (M3) adalah 4.
4.2.4 Motor Auxiliary Shaft Drive (M4)
Motor auxiliary shaft drive (M4) terletak pada bagian kanan
autocoro, tepatnya diatas dari motor opening roller drive
(M3). Motor ini berfungsi untuk menggerakkan rol penyuap
(feeding) yang berguna untuk menarik / memasukkan sliver
yang ada pada can menuju proses combing. Motor M4
menggerakkan shaft yang terhubung dengan semua rol
penyuap tadi. Jadi ketika motor M4 bekerja, semua rol
penyuap akan bekerja secara bersamaan untuk menarik sliver
dari drum. Motor M4 terdiri dari dua jenis yaitu Mesin tanpa
kontrol start-up elektris dan Mesin dengan kontrol start-up
elektris.
Gambar 16. Motor Auxiliary Shaft Drive (M4) pada autocoro
4.2.5 Motor Package Conveyor (M5)
Motor package conveyor terletak di atas motor suction, di
bagian kiri dari mesin autocoro. Motor ini digunakan untuk
menggerakkan roda berjalan yang dipakai untuk menarik /
mengambil benang yang sudah selesai proses
penggulungannya pada cheese. Motor dihubungkan dengan
belt yang berfungsi untuk menarik roda berjalan ketika sudah
banyak terkumpul cheese yang ada di atasnya.
4.2.6 Motor Fan (Kipas) (M7, M8, M9)
Motor untuk menggerakkan kipas ini terletak di berbagai
tempat di mesin autocoro. M7 terletak di sebelah motor
Motor Opening Roller Drive (M3), M8 terletak di sebelah
motor utama (M1) dan M9 terletak di atas motor suction
(M2). Semua motor untuk kipas ini berguna untuk
menggerakkan kipas yang akan mengalirkan udara yang ada
di dalam ruangan tempat motor-motor pada autocoro berada.
Dengan adanya perpindahan aliran udara, maka udara panas
yang ada di dalam ruangan akan ditarik keluar oleh kipas ini
dan digantikan dengan udara yang lebih dingin. Perpindahan
aliran udara ini penting untuk menjaga suhu di ruangan
tempat motor berada agar tidak naik sehingga motor dapat
bekerja secara optimal tanpa terjadi adanya overheating.
Motor ini memerlukan masukan tegangan 3x42 V a.c yang
didapatkan dari hasil perubahan dari 380 V menjadi 3x42 V
oleh trafo T2.
Gambar 17. Kipas yang digerakkan oleh motor M7
9
5. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh selama melakukan kerja praktek
di Unit II produksi PT. Bitratex Industries Semarang adalah
sebagai berikut :
1. Pada unit II produksi PT. Bitratex Industries terdapat 2
macam proses penggulungan benang yaitu proses Open-
End Yarn dengan mesin Autocoro sebagai mesin
finishingnya dan proses Ring-Spurn Yarn dengan mesin
Ring Frame Winding sebagai mesin finishingnya.
2. Mesin Autocoro berfungsi untuk mengubah sliver hasil
proses drawing menjadi benang melalui proses
peregangan secara mekanik dan pnuematik, pemberian
puntiran (twist) dan penggulungan benang.
3. Distribusi daya listrik pada mesin autocoro berasal dari
trafo yang mengubah tegangan 3 fasa 22 KV dari PLN
menjadi tegangan 3 fasa 380 V. Tegangan ini kemudian
didistribusikan pada autocoro untuk mengoperasikan
peralatan yang membutuhkan tegangan masukan sebesar
380 V.
4. Di dalam mesin autocoro terdapat 5 buah trafo yang
berguna untuk menurunkan tegangan 380 V agar
peralatan yang membutuhkan tegangan masukan di
bawah 380 V bisa beroperasi. Jenis trafo ini adalah trafo
step-down atau penurun tegangan.
5. Pada mesin autocoro terdapat 8 buah motor listrik 3 fasa
yang mempunyai kegunaan masing-masing. Diantaranya
adalah motor utama (M1), motor suction (M2), motor
opening roller drive (M3), motor auxiliary shaft drive
(M4), motor package conveyor (M5), dan motor untuk
menggerakkan kipas (M7, M8,M9).
6. Penggunaan generator untuk sumber daya 220 V pada
autocoro ini sudah tidak digunakan lagi karena
banyaknya gangguan mekanis yang terjadi. Sumber
daya untuk peralatan yang sebelumnya berasal dari
generator dialihkan dari line 380 V yang diturunkan
tegangannya menjadi 220 V oleh trafo T4.
7. Penggunaan lilitan bintang-delta pada motor listrik saat
proses startingnya bertujuan untuk membatasi arus start
dari motor tersebut agar tidak terlalu besar. Nilai
arusnya menjadi 1/3 dari arus start yang langsung
menggunakan lilitan delta.
Referensi
[1] Lister, Eugene C. Mesin dan Rangkaian Listrik,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 2008
[2] Parwitro, S. Teknologi Pemintalan Bagian Pertama,
Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1973.
[3] Parwitro, S. Teknologi Pemintalan Bagian Kedua,
Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1975.
[4] Sulam, Abdul Latief, Teknologi Pembuatan Benang
dan Pembuatan Kain, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Jakarta, 2008.
[5] Wildi, Theodore. Electrical Machines, Drivers and
Power Systems, Prentice-Hall
International INC, New York, 2002.
[6] ., Manual Electrical Operation for
Autocoro, Schlafhorst Co.Ltd, Germany.
[7] ., Manual Electrical Operation for
Carding, Trutzschler Co.Ltd, Germany.
[8] ., Manual Electrical Operation for Draw
Frame, Rieter Co.Ltd, Germany.
[9] http://egismy.wordpress.com/2008/02/16/bagian-i-
tekstil-dan-produk-tekstil/
[10] http://khanifarifin.blogspot.com/2011/11/proses-
pemintalan-benang-spinning.htm
[11] http://imroee.blogspot.com/2010/11/rangkaian-star-
delta-y-motor-induksi.html
Biodata Penulis
Wahyu Ridhani lahir di Banjarmasin
pada 10 November 1989. Saat ini sedang
menempuh pendidikan tinggi di Jurusan
Teknik Elektro Universitas Diponegoro
Konsentrasi Energi Listrik
Semarang, Desember 2012
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Djoko Windarto, MT.
NIP. 196405261989031002