You are on page 1of 17

ASUHAN KEPERAWATAN ENCEPHALITIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Infeksi intrakranial dapat melibatkan jaringan otak (ensefalitis), sumber penyebab dapat
berupa dari bakteri, virus atau bahkan jamur (fungi) dan hasilnya atau penyembuhannya dapat
komplit atau (sembuh total) dan sampai pada menimbulkan penurunan neurologis dan juga
sampai terjadi kematian. Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran
cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa
cara: Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ
tertentu.

1.2 Tujuan
Tujuan makalah ini disusun adalah untuk memenuhi tugas dari salah satu mata
kuliah yaitu Keperawatan Medikal Bedah III Kemudian daripada itu, makalah ini disusun untuk
dapat menjelaskan dan memberi gambaran klinis tentang penyakit Ensefalitis.


























BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro
organisme lain yang non purulent. (Rahman M, 1998).
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme. (Purnawan
junadi, 1982).
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme.Pada
ensefalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan
medula spinalis.(hasan, 1997).

2.2 Klasifikasi
Klasifikasi menurut Soedarmo dkk, (2008) adalah:
1) Ensefalitis fatal yang biasanya didahului oleh viremia dan perkembang biakan virus
ekstraneural yang hebat
2) Ensefalitis subklinis yang biasanya didahului viremia ringan, infeksi otak lambat dan kerusakan
otak ringan
3) Infeksi asimptomatik yang ditandai oleh hmpir tidak adanya viremia, sangat terbatasnya
replikasi ekstraneural
4) Infeksi persisten.
Meskipun Indonesia secara klinis dikenal banyak kasus encephalitis tetapi baru Japanese B
encepalitis yang ditemukan (Soedarmo dkk,2008).

2.3 Anatomi dan Fisiologi Sistem Persyarafan

a) Pengertian
Menurut Setiadi, (2007) sistem syaraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk
menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh.
Dengan pertolongan syaraf kita dapat mengisap suatu rangsangan dari luar pengndalian pekerja
otot.

b) Sel sel pada sistem syaraf
1) Neuron
Unit fungsional sistem syaraf yang terdiri dari : Badan Sel, yaitu bagian yang mengendalikan
metabolisme keseluruhan neuron. Sedangakan Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih
tipis dan lebih panjang dari dendrit. Bagian ini mengahantarkan impuls menjauhi badan sel ke
neuron lain, ke sel lain atau ke ke badan sel neuron yang menjadi asal akson ( arah menuju ke
luar sel ). Maka, Semua akson dalam sistem syaraf perifer di bungkus oleh lapisan schwann (
neurolema ) yang di hasilkan oleh sel sel schwann. Kemudian mielin berfungsi sebagai
insulator listrik dan mempercepat hantaran impuls syaraf. Sedangkan Dendrit adalah Perpanjang
sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek yang berfungsi sebagai penghantar impuls ke sel
tubuh.
2) Neuroglial
Sel penunjang tambahan pada susunan syaraf pusat yang berfungsi sebagai jaringan ikat
yang mensuport sel dan nervous sistem.

3) Sistam komunikasi sel
Rangsangan ini di sebut stimulus, sedangkan yang di hasilkan dinamakan respon. Alat
penghantar stimulus yang berfungsi menerima rangsangan disebut reseptor,sedangkan yang
menjawab stimulus di sebut efektor seperti otot,sel , kelenjar atau sebagainya.

c) Sistem Syaraf Pusat

1) Perkembangan Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang mulanya
memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal,yaitu:
a) Otak depan menjadi hamisfer serebri, korpus striatum, talamus, serta hipotalamus. Fungsinya
menerima dan mengintegrasikan informasi mengenai kesadaran dan emosi.
b) Otak tengah,mengkoordinir otot yang berhubungan dengan penglihatan dan pendengaran. Otak
ini menjadi tegmentum, krus serebrium, korpus kuadriigeminus.
c) Otak belakang ( pons ), bagian otak yang menonjol kebnyakan tersusun dari lapisan fiber (
berserat ) dan termasuk sel yang terlibat dalam pengontrolan pernafasan. Otak belakang ini
menjadi :
Pons vorali, membantu meneruskan informasi. Medula oblongata, mengendalikan fungsi
otomatis organ dalam( internal ). Serebelum, mengkoordinasikan pergerakan dasar.

2) Pelindung Otak
(a) Kulit kepala dan rambut
(b) Tulang tengkorak dan columna vetebral
(c) Meningen ( selaput otak )
3) Bagian bagian Otak
a) Hemifer cerebral ( otak besar )di bagi menjadi 4 lobus, yaitu :
(1) Lobus frontalis, menstimuli pergerakan otot, yang bertanggung jawab untuk proses berfikir
(2) Lobus parietalis, merupakan area sensoris dari otak yang merupakan sensasi perabaan, tekanan,
dan sedkit menerima perubahan temperatur.
(3) Lobus occipitallis, mengandung area visual yang menerima sensasi dari mata.
(4) Lobus temporalis, mengandung area auditory yang menerima sensasi dari telinga.
Area khusus otak besar (cerebrum ) adalah :
Somatic sensory area yang menerima impuls dari reseptor sensory tubuh. Primary motor area
yang mengirim impuls ke otot skeletal brocas area yang terliabat dalam kemampuan bicara.
b) Cerebelum ( otak kecil )
Fungsi cerebelum mengmbalikan tonus otot di luar kesadaran yang merupakan suatu mekanisme
syaraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian terhadap :
(1)Perubahan ketegangan dalam otot untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh,
(2)Terjadinya kontraksi dengan lancar dan teratur pada pergerakan di bawah pengendalian kemauan
dan mempunyai aspek keterampilan.
Ada tiga jens kelompok syaraf yang di bentuk oleh syaraf cerebrospinalis yaitu:
(a)Syaraf sensorik, ( syaraf afferen ), yaitu membawa impuls dari otak dan medulla spinalis ke
perifer.
(b) Syaraf motorik ( syaraf efferen ), menghantarkan impuls dari otak dan medulla spinalis ke
perifer.
(c)Syaraf campuran, yang mengandung serabut motorik dan sensorik, sehingga dapat mengantar
impuls dalam dua jurusan.
4) Medulla Spinallis
Disebut juga sumsum tulang belakang. Yang terlindung di dalam tulang belakang dan berfungsi
untuk mengadakan komunikasi anatara otak dan semua bagian tubuh serta berperan dalam :
gerak reflek, berisi pusat pengontrolan yang penting, heart rate contol atau denyut jantung,
pengaturan tekanan darah, pernafasan, menelan, muntah.

d) Susunan Syaraf Perifer

Sistem syaraf perifer menyampaikan informasi antara jaringan dan saraf pusat ( CNS ) dengan
cara membawa signals dari syaraf pusat ke CNS. Susunan syaraf terbagi menjadi 2, yaitu :
1) Susunan syaraf somatic
Susunan syaraf yang memiliki peranan yang spesifik untuk mengatur aktivitas otot sadar atau
serat lintang, jadi syraf ini melakuakan sistem pergerakan otot yang di sengaja atau tanpa sengaja
2) Susunan syaraf otonom
Susunan syaraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi pekerjaan otot sadar atau serat
lntang, dengan membawa informasi ke otot halus atau otot jantung yang dilakuakan
otomatis.Menurut fungsinya susunan syaraf otonom terdiri dari dua bagian yaitu:
(a) Susunan syaraf simpatis
(b) Susunan syaraf para simpatis( Setiadi,2007).




2.4 Etiologi

Berbagai macam mikroorganisme dapat menyebabkan ensefalitis, misalnya bakteri
protozoa, cacing, jamur, spiroxhaeta dan virus. Penyebab terpenting dan paling sering adalah
virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung ke otak atau reaksi radang akut karena infeksi
sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Macam-macam ensefalitis virus menurut Robin :
Infeksi virus yang bersifat epidemik
Infeksi virus yang bersifat sporadik
Ensefalitis pasca infeksio, pasca morbili, dan pasca varisela.
2.3 Patogenesis
Virus masuk ke tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna. Setelah
masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara :
Setempat virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.
Penyebaran hematogen primer, yaitu virus masuk ke dalam darah menyebar ke organ dan
berkembang biak di organ tersebut.
Penyebaran melalui saraf-saraf, yaitu virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan
menyebar melalui sistem saraf.
Masa prodromal berlangsung selama 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala,
pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas dan pucat, gejala lainnya berupa
gelisah, perubahanperilaku, gangguan kesadaran dan kejang.

2.4 Tanda dan gejala ensefalitis
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan
khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala berupa trias
ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai
kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi gangguan pendengaran dan
penglihatan. (Mansjoer,2000).
Adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :
1. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-kejang di muka)
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama,
misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (hassan,1997).
Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan
gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks
tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
Pemeriksaan Pemeriksaan penunjang :
Secara klinik dapat di diagnosis dengan menemukan gejala klinik tersebut diatas:
1. Biakan : dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif. Dari likuor atau jaringan otak. Akan dapat gambaran jenis
kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi henaglutinasi dan uji teutralisasi.
Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal
gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan leukosit.
4. Fungsi lumbal likuor serebospinalis sering dalam batas normal. Kadang- kadang ditemukan
sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
5. EEG / Electroencephalography EEG sering menunjukan aktivitas listrik yang merendah sesuai
dengan kesadaran yang menurun, adanya kejang,koma,tumor,infeksi sistem saraf, bekuan darah,
abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama
dan kecepatan. (Smeltzer,2002).
6. CT Scan, pemeriksaan CT Scan otak sering kali di dapat hasil normal, tetapi bisa juga didapat
hasil edema diffuse.

2.5 Penatalaksanaan
Obat-obat antikonvulsif untuk memberantas kejang segera diberikan secara intramusuler
atau intravena tergantung pada kebutuhan, misalnya luminal atau valium. Intravenous fluid
drip langsung dipasang. Cairan bergantung pada anak.
a. Isolasi : isolasi bertujuan untuk mengurangi stimuli atau rangsangan dari luar dan sebagai
tindakan pencegahan.
b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur obat yang mungkin di anjurkan oleh dokter:
Ampicilin :200mg/kg BB/24 Jam, dibagi 4 dosis.
Kemicetin : 100 mg/kg bb/24 jam dibagi 4 dosis.
Bila ensefalitis disebabkan oleh virus (HSV). Acyclovir diberikan secara intravena dengan
dosis 30 mg/kg bb per hari, dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan.
c. Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial.
d. Mengontrol kejang, obat anti konfulsif diberikan segera untuk memberantas kejang.obat yang
diberikan adalah valium dan atau luminal. Dan valium dapat diberikan dengan dosis 0,3 0,5
mg/kg bb/ kali.
e. Mempertahankan ventilasi, berdasarkan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan
(2-3menit).
f. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.

2.6 Komplikasi
Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara 35-50 %, dari pada
penderita yangb hidup 20-40 % mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa paralitis.
Gangguan penglihatan atau gejala neurologik yang lain. Penderita yang sembuh tanpa kelainan
neurologik yang nyata,dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi
mental, gangguan tingkah laku dan epilepsi.

2.7 Penkes
Penatalaksanaan kejang dan demam :
Memberikan kompres hangat jika klien demam.
Menganjurkan atau memberikan banyak minum saat badan klien panas































BAB III
KONSEP ASKEP


3.1 Pengkajian
I. IDENTITAS DIRI KLEN
Nama klien, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, bangsa, bahasa, pendidikan, pekerjaan,
status pernikahan,alamat / no telp, tgl masukrmh sakit, no register,dx medis, sumber informasi,
tanggal pengkajian.

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
a. Alasan masuk : hal yang mendorong klien mencari pertolongan tenaga kesehatan
b. Keluhan utama : Panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, kejang, kesadaran menurun, Gelisah ,muntah-
muntah , sakit kepala.Dan perkembangan penyakit saat ini dan sekarang (here and now) yang
masih dirasakan harus menggambarkan kriteria PQRST.
c. Upaya dan terapi yang telah di lakukan untuk mengatasinya :

III. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit
Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Genogram tiga generasi, Identifikasi penyakit yang pernah di derita / sedang di derita
keluarga, riwayat penyakit keturunan, penyakit ensefalitis yang diderita keluarga.
V. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pola peran berhubungan dengan keluarga baik dan tidak ada masalah.
VI. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

A. Nutrisi & Cairan
Pemenuhan Nutrisi Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makana dan cairan dalam jumlah
kurang dari kebutuhan tubuh. Pada pasien dengan Ensefalitis biasanya ditandai Dengan adanya
mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan. Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh.
Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A, berat badan kurang
dari normal.



B. Eliminasi:
Kebiasaan Defekasi sehari-hari Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat
melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi. Kebiasaan Miksi sehari-hari
Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.
Jika kebutuhan cairan terpenuhi. Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi irine
akan menurun, konsentrasi urine pekat.

C. Istirahat/Tidur
Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapat dievaluasi karena
pasien sering mengalami apatis sampai koma.

D. Personal Higiene
Dapat di temukan berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri dan dapat
menimbulkan ketergantungan.

E. Pola Aktifitas
a. Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan, karena Ensefalitis dengan gizi buruk
mengalami kelemahan.
b. Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan
positif.
c. Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada gizi buruk maka dilakukan latihan pasif
sesuai ROM (range of motion)
d. Kekuatan otot berkurang karena Ensefalitis dengan gizi buruk .
e. Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi
berat,aktifitas turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan.
F. Seksualitas
Dapat menyebabkan masalah pada klien dalam berhubungan dengan pasangannya. Dapat terjadi
perubahan pola pola seksualitas yang membutuhkan konsultasi/konseling lebih lanjut.

G. Spiritualitas
Dapat terjadi gangguan dalam melaksanakan ibadah rutin yang biasa klien lakukan berhubungan
dengan keterbatasan gerak dan nyeri yang dapat mempengaruhi kegiatan ibadah rutin yang biasa
di lakukan klien sehari-hari.

H. Sosial
Faktor menderita ensefalitis, dapat menyebabkan kerusakan interaksi social klien dengan
keluarga atau orang lain : perubahan peran ; isolasi diri.
3.2 Pemeriksaan fisik
Tingkat kesadaran : Adanya penurunan tingkat kesadaran.
GCS : Eye respon: Motorik respon: Verbal respon:
Keadaan umum : Sakit
Kulit : Saat diraba kulit terasa agak panas
Ttv : Terjadi peningkatan sistol tekanan darah, penurunan
nadi bradikardia, peningkatan frekuensi pernafasan.
Kepala : Wajah tampak lesu, pucat, sakit kepala, varestesia,
Terasa kaku pada semua persyarafan yang terkena, kehilangan sensasi(kerusakan pada asaraf
kranial).
Mata : Gangguan pada penglihatan, seperti diplopia, menguji
penglihatan, ukuran pupil, reaksi terhadap sinar dan ketidaknormalan pergerakan mata.
Telinga : Ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap
kebisingan.
Hidung : Adanya gangguan penciuman
Mulut dan gigi : Membran mukosa kering, lidah terlihat bintik putih
dan Kotor.
Leher : Terjadi kaku kuduk dan terasa lemas.
Dada : Adanya riwayat kardiopatologi seperti endokarditis,
beberapa penyakit jantung kongenital.
Abdomen : Biasanya klien mual dan muntah.
Genetalia, rectum dan abdomen : Tidak ada kelainan.
Eksremitas atas dan bawah : Tidak ada kekuatan otot dan teraba dingin.
BB Dan TB : Penurunan berat badan akibat penurunan nafsu
makan dan tinggi badan di kaji sesuai usia.
3.3 Pemeriksaan laboratorium
Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu.
Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang-
kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.


Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila
terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan
biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy dapat
dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.

3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.
2. Resiko tinggi perubahan perpusi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.
3. Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang fokal.
4. Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.
5. Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM terbatas.
6. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan
saraf pusat.
7. Ansietas b/d ancaman kematian/ perubahan dalam status kesehatan.
8. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan kognitif.

3.5 Implementasi dan Evaluasi

Implementasi adalah : tahap ketika perawat menfgaplikasikan rencana asuhan keperawatan
kedalambentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan .kemampuan perawat yang harus dimiliki pada tahap implementasi adalah :
kemampuan komunikasi yang efektif.kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya
yang saling membantu .kemamapuan untuk teknik psikomotor kemampuan melakukan
observasi,sistematis kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,kemampuan advokasi dan
kemampuan evaluasi.
Implementasi tindakan keperawatan dibedakan dibedakan menjadi 3 kategori yaitu
:independen,interdependen,dan dependen.
1. Independen yaitu : suatu kegioatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dari dokter
,tindakan keperawatan independen antara lain :
Mengkaji klien dan keluarga melwalui pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan .
Merumuskan diagnosis sesuai respon klien.
Mengidentifikasi tindakan keperawatan.
Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan dan medis.
2. Interdependen yaitu : kegiatan uang memerlukan kerjasama dari tenaga kesehatan lain
(mis.ahli gizi,fisioterapi dan dokter).
3. Dependen berhubungan dengan perencanaan tindakan medis / interaksi dari tenaga medis
Hal lain yang tidak kalah penting pada tahap implementasi ini adlah mengevaluasi respon atau
hasil daritindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien serta mendokumentasikan semua
tindakan yang telah dilakukan berikut respon atau hasilnya.


Evaluasi adalah : tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yuang teramati dan tujuan atau criteria hasil akhir
yang dibuat pada tahap perencanaan.
Secara umum evaluasi ditunjuk untuk :
1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
3. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.

Evaluasi terbagi atas dua jenis yaitu : evaluasi formatif dan evaluasi sumatif
1. Evaluasi formatif adalah berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan
rencana keperawatan .
2. Evaluasi sumatif adalah : evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas proses keperawatan
selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan
keperawatan yang telah diberikan.

Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adlah melakukan wawancara pada
akhir layanan.menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan keperawatan mengadakan
pertemuan pada akhir layanan.
Ada 3 kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan mencapai tujuan keperawatan :
1. Tujuan tercapai jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan .
2. Tujuan tercapai sebagian / klian masih dalam proses pencapaian tujuan
3. Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan .
Evaluasi akhir yang dapat di capai pada penanganan klien dengan Ensefalitis adalah :
Klien tidak mengalami infeksi lebih lanjut.
Klien mengalami pengurangan tingkat keletihan.
Klien dapat meningkatkan atau mempertahankan tingkat mobilitas.
Klien mampu mempertahankan aktivitas perawatan mandiri.
Klien mengalami perbaikan citra tubuh.
Tidak terjadi ansietas.
Klien menunjukan pemahaman tentang informasi yang di berikan.
Tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Fakultas Kedokteran
UNAIR Surabaya, 1998
Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997.
Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium, Kelompok Minat
Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta, 1986.
Sacharian, Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta ,1993.
Kapita selekta kedokteran edisi 2, jakarta, 1982
http://bustomi-ahmad.blogspot.com/2011/06/askep-ensefalitis.html
kan keperawatan peningkatan tekanan intra cranial tidak terjadi yang ditandai dengan = Tidak ada tanda-tanda
peningkatan tekanan intra cranial seperti peningkatan tekanan darah, denyut nadi lambat,
pernafasan dalam dan lambat, hiperthermia, pupil melebar, anisokor, refleks terhadap cahaya
negatif, tingkat kesadaran menurun.
Intervensi Rasional
1. Kaji ulang status neurologis yang
berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK, terutama GCS.

2. Monitor TTV : tekanan darah, denyut
nadi, respirasi, suhu minimal satu jam
sampai keadaan klien stabil.
3. naikkan kepala dengan sudut 15-45
derajat (tidak hiperekstensi dan fleksi)
dan posisi netral (dari kepala hingga
daerah lumbal dalam garis lurus).








4. Monitor intake dan output cairan tiap
8 jam sekali.

5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat anti edema seperti
1. Peningkatan TIK dapat diketahui
secara dini untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
2. Peningkatan TIK dapat diketahui
secara dini untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
3. Dengan posisi tersebut maka akan
meningkatan dan melancarkan
aliran balik vena darah sehingga
mengurangi kongesti serebrum,
edema dan mencegah terjadi
penigkatan TIK. Posisi netral
tanpa hiper ekstensi dan fleksi
dapat mencegah penekanan pada
saraf spinalis yang menambah
peningkatan TIK.
4. Tindakan ini mencegah kelebihan
cairan yang dapat menambah
edema serebri
5. Obat-oabatan tersebut dapat
menarik cairan untuk mengurangi
edema otak.

6. Mengurangi hipoksemia dapat
manitol, gliserol, dan lasix.
6. Berikan oksigen sesuai program
dengan saluran pernafasan yang
lancar.
meningkatan vasodilatasi serebri,
volume darah dan TIK.

You might also like