You are on page 1of 9

7

BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan, dimana seorang pasien laki-laki
65 tahun datang dengan keluhan pengelihatan kabur yang sudah dialami sejak 5 tahun
yang lalu dan perlahan-lahan terus memburuk selama setahun terakhir dengan riwayat
penggunaan kaca mata karena miopia tinggi sejak usia 17 tahun. Dari pemeriksaan
visus didapatkan VOD 1/60 dan VOS 1/300 yang tidak dapat dikoreksi. Pada
pemeriksaan juga didapatkan bahwa kedua lensa mata mengalami kekeruhan disertai
dengan tekanan intraokuler yang tinggi pada mata kiri yaitu 25,81 mmHg. Dari situ
maka dapat ditegakkan diagnosis miopia tinggi okuli dekstra dan sinistra, katarak
matur okuli dekstra dan sinistra, serta hipertensi okular sinistra.
Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata
jatuh di depan retina pada mata yang istirahat (tanpa akomodasi). Gambaran kelainan
pemfokusan cahaya di retina pada miopia, dimana cahaya sejajar difokuskan didepan
retina. Menurut jenis kelainannya, miopia terdiri dari :
2,3
1. Miopia aksial, panjang aksial bola mata lebih panjang dari normal,
walaupun kornea dan kurvatura lensa normal dan lensa dalam posisi
anatominya normal. Miopia dalam bentuk ini dijumpai pada proptosis
sebagai hasil dari tidak normalnya besar segmen anterior, peripapillary
myopic crescent dan exaggerated cincin scleral, dan staphyloma posterior.
8

2. Miopia refraktif, mata memiliki panjang aksial bola mata normal, tetapi
kekuatan refraksi mata lebih besar dari normal, hal ini dapat terjadi pada :
Miopia kurvatura
Mata memiliki panjang aksial bola mata normal, tetapi kelengkungan
dari kornea lebih curam dari rata-rata, misal : pembawaan sejak lahir
atau keratokonus, atau kelengkungan lensa bertambah seperti pada
hyperglikemia sedang ataupun berat, yang menyebabkan lensa
membesar.
Miopia karena peningkatan indeks refraksi
Peningkatan indeks refraksi daripada lensa berhubungan dengan
permulaan dini atau moderate dari katarak nuklear sklerotik. Merupakan
penyebab umum terjadinya miopia pada usia tua. Perubahan kekerasan
lensa meningkatkan index refraksi, dengan demikian membuat mata
menjadi miopik
Miopia karena pergerakan anterior dari lensa
Pergerakan lensa ke anterior sering terlihat setelah operasi glaukoma
dan akan meningkatkan miopik pada mata.
Berdasarkan saat usia mulai terjadinya miopia dibagi dua yaitu :
2,4

1. Miopia yang timbul pada saat usia anak-anak
Miopia ini timbul pada usia antara 7 hingga 16 tahun, hal ini terutama
disebabkan oleh pertumbuhan dari panjang aksial bola mata. Semakin
9

dini usia timbulnya miopia maka semakin besar proses pertambahan
miopianya.
2. Miopia yang timbul pada usia dewasa
Miopia ini timbul berkisar usia 20 tahunan. Terlalu banyak mambaca
dekat merupakan faktor resiko untuk berkembangnya miopia.
Derajat miopia diukur oleh kekuatan korektif lensa sehingga bayangan dapat
jatuh di retina, yang dapat diklasifikasikan menjadi :
2

1. Miopia ringan : -0.25 D s/d -3.00 D
2. Miopia sedang : -3.25 D s/d -6.00 D
3. Miopia tinggi : > -6.00 D
Pada kasus ini dicurigai pasien mengalami miopia aksial walaupun tidak
dilakukan pemeriksaan biometri untuk mengukur panjang aksial bola mata namun
berdasarkan anamnesis dimana pasien sudah menggunakan kacamata sejak usia
muda, dimana pasien dengan miopia pada usia muda cenderung akibat aksis bola
mata yang memanjang. Selainn itu pasien juga mengalami miopia tinggi dimana
selama ini kekuatan korektif lensa yang digunakan lebih dari -6.00 dioptri.
4
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa miopia tinggi dapat menjadi faktor
resiko terjadinya komplikasi okuler patologi yang dapat menyebabkan gangguan
pengelihatan seperti, katarak, glaucoma, ablasi retina dan degenerasi makula. Younan
et. al. dalam penelitiannya menyebutkan terdapat hubungan signifikan antara kejadian
miopia tinggi dengan insiden katarak, namun mekanismenya belum bisa dijelaskan
secara langsung. Pada kasus ini juga didiagnosis menderita katarak. Katarak yang
10

dialami pada pasien berupa katarak senelis dimana kekeruhan lensa terjadi pada usia
diatas 50 tahun, dan stadium klinis pasien termasuk dalam jenis matur.
5,6
Penyebab
katarak senilis sampai saat ini belum diketahui secara pasti, diduga multifaktorial,
diantaranya antara lain:
5
Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik;
Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuatmempunyai efek
buruk terhadap serabut-serabut lensa;
Faktor imunologik
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi,
gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari, miopia
tinggi;
Gangguan metabolisme umum, yaitu Diabetes Mellitus, Galaktosemia,
Hipokalsemia, Distrofi miotonik;
Trauma;
Pengobatan topikal jangka panjang, yaitu steroid dan klorpromazin
Gejala-gejala yang dapat timbul pada penderita katarak:
5,6
1. Gejala Subjektif :
a. Bila kekeruhan tipis, kemunduran visus sedikit atau sebaliknya.
b. Penderita mengeluh adanya bercak-bercak putih yang tak bergerak.
11

c. Diplopia monocular yaitu penderita melihat 2 bayangan yang
disebabkan oleh karena refraksi dari lensa sehingga benda-benda yang
dilihat penderita akan menyebabkan silau.
d. Pada stadium permulaan penderita mengeluh miopi, hal ini terjadi karena
proses pembentukan katarak sehingga lensa menjadi cembung dan
kekuatan refraksi mata meningkat, akibatnya bayangan jatuh di depan
retina.
2. Gejala Objektif :
5,6

a. Pada lensa tidak ada tanda-tanda inflamasi.
b. Jika mata diberi sinar dari samping: lensa tampak keruh keabu-abuan
atau keputihan dengan latar hitam.
c. Pada fundus reflex dengan opthalmoskop : kekeruhan tersebut tampak
hitam dengan latar oranye. Dan pada stadium matur hanya didapatkan
warna putih atau tampak kehitaman tanpa latar oranye, hal ini
menunjukkan bahwa lensa sudah keruh seluruhnya.
d. Kamera anterior menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut
kamera anterior menyempit sehingga tekanan intraokuler meningkat,
akibatnya terjadi glaukoma sekunder.
Pada kasus ini pasien juga memiliki tekanan intraokuler pada mata kiri yang
tinggi, yaitu 25,81 mmHg dimana nilai normalnya 12 21 mmHg. Pada pasien ini
tidak ditemukan adanya kerusakan serat optik berupa kelainan atau atrofi papil nervus
optikus, ekskavasi glaucomatous serta sehingga pasien belum didiagnosis sebagai
12

glaucoma. Namun apabila hipertensi okuli terus berlanjut tanpa penanganan maka
dapat menjadi faktor resiko terjadi glaucoma pada pasien ini. Mathapathi et al. dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa miopia menjadi salah satu faktor resiko yang
dapat menyebabkan terjadinya hipertensi okuli. Nervus optikus pada pasien miopia
secara struktural lebih peka terhadap glaukomatous akibat peningkatan tekanan
intraokular dibanding mata normal. Tekanan yang tinggi dari sklera yang melewati
lamina cribrosa penting dalam patogenesis kerusakan glaucomatous, pada mata
miopia aksial tekanan sklera saat melewati lamina cribrosa lebih tinggi dibandingkan
mata normal.
7,8,9
Hipertensi okuli didefinisikan sebagai peningkatan tekanan di dalam bola mata
dikarenakan peningkatan produksi humor aquous di atas normal atau adanya
hambatan aliran humor aquous itu sendiri tanpa adanya kerusakan saraf optik atau
kehilangan lapang pandang. Hipertensi okuli bukan merupakan suatu penyakit
melainkan faktor resiko glaukoma atau salah satu tanda kelainan yang terdapat pada
penyakit glaukoma. Kurang dari 10% penderita hipertensi okuler akan berubah
menjadi glaucoma.
9,10
Tiga faktor yang menentukan tekanan intraokular :
9
1. Jumlah produksi humor aqueus oleh corpus siliaris
2. Resistensi aliran keluar aqueus melewati sistem kanal Schlemm-
trabekula Meshwork
3. Tingkat tekanan vena episklera
13

Pada kebanyakan kasus peningkatan tekanan intraokular disebabkan oleh
peningkatan resistensi aliran keluar humor aqueus.
9

Berdasarkan pemeriksaan dan analisa, pada kasus ini pasien menderita miopia
tinggi sejak lama sehingga dapat menjadi faktor resiko terjadinya katarak dan
hipertensi okuli yang juga dialami pasien. Pada kasus ini, penatalaksanaan awal yang
dilakukan adalah menurunkan tekan intraokuler dengan obat yang dapat menurunkan
tekanan intraokuler. Terdapat 2 jenis obat yang menurunkan tekanan intraokuler yaitu
obat topikal dan obat yang bekerja sistemik. Obat topikal dapat digunakan golongan
beta bloker yang berfungsi menurunkan produksi aquos humor, kolinergik yang
berfungsi meningkatkan penyerapan pada trabekula meshwork, prostaglandin yang
berfungsi meningkatkan outflow uveosklera, agonis adrenergik yang berfungsi
menurunkan produksi aquos humor. Sedangkan obat sistemik yang digunakan yaitu,
asetazolamid yang berfungsi menurunkan produksi aquos humor, mannitol berfungsi
menarik cairan dari kamera okuli anterior, gliserol berfungsi menarik cairan dari
kamera okuli anterior.
Setelah tekanan intra okuler dalam keadaan stabil, barulah operasi katarak dapat
dilakukan. Operasi katarak dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
5
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE)
Merupakan metode yang umum dipilih dengan cara meninggalkan bagian
posterior kapsul lensa. Penanaman lensa intraokular merupakan bagian dari
14

prosedur ini. Insisi dibuat pada limbus atau kornea perifer, bagian superior atau
temporal sebesar 9-10 mm. Dibuat sebuah saluran pada kapsul anterior dan
nukleus serta korteks lensanya diangkat. Kemudian lensa intraokular ditempatkan
pada kantung kapsular yang sudah kosong, disanggah oleh kapsul posterior yang
utuh. Insisi harus dijahit.
b. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE)
Merupakan suatu tindakan mengangkat seluruh lensa beserta kapsul.
Insiden terjadinya ablasio retina pasca operasi lebih tinggi dibandingkan dengan
pasca bedah ekstrakapular.

c. Small incision cataract surgery (SICS)
SICS merupakan salah satu teknik ekstraksi katarak yang terbukti
memberikan hasil yang sebanding dengan phaco dalam hal rehabilitasi visual
yang cepat. SICS mendapatkan popularitas di banyak negara berdasarkan
kemampuannya untuk mengelola katarak dengan aman.
d. Fakoemulsifikasi
Merupakan teknik ekstraksi katarak ekstrakapsular. Teknik ini
menggunakan vibrator ultrasonik genggam untuk menghancurkan nukleus yang
keras hingga substansi nukleus dan korteks dapat diaspirasi melalui insisi
berukuran sekitar 3 mm. Ukuran tersebut cukup untuk memasukkan lensa
intraokular yang dapat dilipat. Jika digunakan lensa intraokular yang kaku, insisi
berukuran sekitar 5 mm.

15

Prognosis untuk pasien ini adalah dubia dimana tergantung dari respon
penurunan tekanan intraokuler.

You might also like