You are on page 1of 20

i

THERMOKAPEL (P3)

SANTI NUR AINI
1413100048
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
Abstrak
Telah dilakukan percobaan termokopel dengak kode P3 yang bertujuan untuk
menjelaskan konsep temperatur pada logam dan untuk menera termokopel dari konsep
temperatur. Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua set termokopel untuk
membandingkan keakuratan antara dua jenis termokopel tersebut, selain itu untuk
mengetahui pengaruh panas jenis massa terhadap termokopel. Percobaan dilakukan
dengan menaikkan suhu dan menurunkan suhu dari 10
o
sampai 80
o
, hal ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap beda potensial yang dihasilkan. Hasil yang
diperoleh saat percobaan menunjukkan bahwa termokopel pada percobaan kedua
menghasilkan beda potensial lebih besar dibandingkan percobaan menggunakan
termokopel 1. Nilai koefisien Seebeck yang didapat pada percobaan termokopel 1 adalah
38,9V/C dan nilai koefisien Seebeck pada percobaan termokopel 2 adalah 56,7V/C.
Ini menunjukkan jika termokopel pertama adalah termokopel jenis K dan pada
termokopel kedua adalah jenis J.
Kata Kunci : Termokopel, Koefisien Seebeck


ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Permasalahan................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB 2 DASAR TEORI .......................................................................................... 2
2.1 Temperatur .................................................................................................... 2
2.2 Termokopel ................................................................................................... 2
2.3 Mekanisme Perpindahan Panas ..................................................................... 5
2.4 Hukum ke Nol Termodinamika .................................................................... 6
2.5 Arus Listrik ................................................................................................... 6
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN ................................................................. 8
3.1 Peralatan dan Bahan ...................................................................................... 8
3.2 Skema Alat .................................................................................................... 8
3.3 Cara Kerja ..................................................................................................... 8
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ............................................ 10
4.1 Analisa Data ................................................................................................ 10
4.2 Grafik .......................................................................................................... 12
4.3 Pembahasan ................................................................................................. 15
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 1822, Seebeck melakukan percobaan dengan menghubungkan
plat bismuth diantara kawat-kawat tembaga. Hubungan (sambungan) tersebut
diberi suhu yang berbeda. Ternyata pada rangkaian tersebut akan muncul arus
listrik. Munculnya arus listrik mengindikasikan adanya beda potensial antara
ujung-ujung kedua sambungan. Dari percobaan Seebeck tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa adanya perbedaan suhu antara kedua sambungan logam
tersebut akan menyebabkan munculnya gaya gerak listrik antara ujung-ujung
sambungan. Gaya gerak listrik yang muncul ini disebut dengan gaya gerak listrik
termo dan sumbernya disebut dengan elemen termo (termokapel) (Kinzie, 1973).
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat banyak objek atau benda
yang memiliki temperatur yang berbeda, contohnya adalah ketika es krim tumpah
dalam secangkir kopi panas, maka es krim tersebut akan meleleh dan temperatur
kopi akan berkurang. Begitu juga yang terjadi pada suatu logam yang memiliki
suhu yang berbeda. Untuk mengukur suhu tersebut diperlukan suatu alat pengukur
suhu atau sering disebut termometer. Untuk itulah dilakukan praktikum
termokopel, yang bertujuan untuk menjelaskan Konsep Temperatur pada logam,
dan untuk menera Termokopel dari konsep Temperatur karena termokopel
adalah salah suatu alat yang digunakan untuk mengukur temperatur dengan
jangkauan suhu yang cukup luas.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang muncul dalam percobaan ini adalah bagaimana
menjelaskan konsep temperatur dan menera termokopel dari konsep temperatur.
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menjelaskan Konsep Temperatur
pada logam, dan untuk menera Termokopel dari konsep Temperatur.
2

BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Temperatur
Temperatur secara kualitatif dapat dikatakan sebagai tingkat panas dan
dinginnya suatu objek yang dapat dirasakan oleh indera sentuhan kita.Benda yang
terasa panas umumnya memiliki suhu yang ke lebih tinggi dari pada benda yang
terasa lebih dingin.Suhu juga berhubungan dengan energy kinetic molekul dari
bahan.
Jika dua sistem terpisah oleh bahan isolator, misalnya kayu, maka keduanya
akan terhambat menuju kesetimbangan termalnya, isolator ideal adalah bahan
yang tidak memungkinkan terjadinya interaksi sama sekali antara kedua sistem.
Fungsinya adalah untuk mencegah terjadinya kesetimbangan termal.
(Giancoli, 1998)
Kesetimbangan termal adalah kondisi dimana ketika dua benda memiliki suhu
yang berbeda kemudian pada akhirnya akan mencapai suhu yang sama karena
kesetimbangan termal tersebut. Jika dua benda yang memiliki suhu awal yang
berbeda disambungkan, untuk mencapai kesetimbangan termalnya, maka suhu
akan mengalir dari yang tinggi ke yang rendah. Konsep inilah yang nantinya akan
mendasari hubungan konsep suhu dengan timbulnya gaya gerak listrik pada
termokopel. ( Halliday, 1996).
2.2 Termokopel
Termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk mengubah
perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase).
Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor standar
yang sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup
antara -200

C sampai 1800

C dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1


C. Hampir semua hasil dari perhitungan termokopel biasanya berupa persamaan
kubik, antara lain:

.............................................(2.1)
3

Dimana adalah emf termal, dan konstanta adalah berbeda
pada setiap termokopel. Pada variasi suhu yang terbatas, persamaan kuadrat
seringkali sudah mencukupi. Variasi suhu pada termokopel tergangung pada jenis
bahan termokopel yang digunakan (Zemansky, 1997).
Beberapa logam seperti perak, emas dan platinum sering disebut dengan
kelompok logam-logam mulia. Pengelompokan ini tidak secara teliti namun dari
beberapa literatur kimia dan ilmu metalurgi. Unsur-unsur ini merupakan logam
yang bersifat inert, dikenal lunak dan konduktor listrik yang kuat.
Jika sebuah batang logam dipanaskan pada salah satu ujungnya maka pada
ujung tersebut elektron-elektron dalam logam akan bergerak semakin aktif dan
akan menempati ruang yang semakin luas, elektron-elektron saling desak dan
bergerak ke arah ujung batang yang tidak dipanaskan. Dengan demikian pada
ujung batang yang dipanaskan akan terjadi muatan positif.
Kerapatan elektron untuk setiap bahan logam berbeda tergantung dari jenis
logam. Jika dua batang logam disatukan salah satu ujungnya, dan kemudian
dipanaskan, maka elektron dari batang logam yang memiliki kepadatan tinggi
akan bergerak ke batang yang kepadatan elektronnya rendah, dengan demikian
terjadilah perbedaan tegangan diantara ujung kedua batang logam yang tidak
disatukan atau dipanaskan. Besarnya termolistrik atau gem ( gaya electromagnet )
mengalir dari titik hot-juction ke cold-junction atau sebaliknya. Setelah terdeteksi
perbedaan tegangan (volt). Beda tegangan ini linear dengan perubahan arus,
sehingga nilai arus ini bisa dikonversi kedalam bentuk tampilan display. Sebelum
dikonversi, nilai arus di komparasi dengan nilai acuan dan nilai offset di bagian
komparator, fungsinya untuk menerjemahkan setiap satuan amper ke dalam satuan
volt kemudian dijadikan besaran temperatur yang ditampilkan melalui
layar/monitor berupa seven segmen yang menunjukkan temperatur yang dideteksi
oleh termokopel. Termokopel merupakan salah satu jenis termometer yang sering
digunakan dalam laboratorium teknik. Termokopel adalah alat yang terbuat daru
sambungan dua jenis logam atau campuran logam yang salah satu sambungan
4

logamnya mempunyai suhu yang berbeda dengan sambungan yang lain.
Sambungan logam pada termokopel terdiri dari duan sambungan, antara lain:
1. Reference Junction (Cold Junction): adalah sambungan acuan yang
suhunya dijaga konstan dan biasanya diberi suhu yang dingin ( ).
2. Measuring Junction (Hot Junction): adalah sambungan yang dipakai untuk
mengukur suhu atau bisa disebut dengan sambungan panas.
Dua buah kawat yang berbeda jenis, yang ujung-ujungnya disambungkan
satu sama lain membentuk suatu rangkaian tertutup, apabila kedua sambungan
diberi suhu yang berbeda dan dipasangkan pada voltmeter (galvanometer) maka
pada rangkaian tersebut akan timbul arus listrik yang ditunjukkan oleh
penyimpangan voltmeter (galvanometer). Arus tersebut akan terus mengalir
selama terdapat perbedaan suhu pada sambungan antar dua logam tersebut. Gejala
perubahan energi termal menjadi energi listrik disebut dengan efek Seebeck atau
gejala Seebeck. Dan gaya listrik yang membangkitkan arus listrik disebut dengan
gaya gerak listrik termo atau Seebeck termal (emf). Termokopel merupakan
tegangan DC sehingga memiliki polaritas. Yang mempengaruhi keefektivitasan
termokopel adalah jenis bahan logam dan suhu pada sambungan. Gejala Peltier
adalah gejala penyerapan dan pengeluaran panas pada sambungan termokopel
apabila terdapat arus yang mengalir pada rangkaian, dan gejala ini dapat
mempengaruhi hasil pengukuran. Gejala Peltier ini dapat diatasi menggunakan
potensiometer pada saat mengukur GGL. Karena dengan potensiometer
memungkinkan arus menjadi nol, sehingga gejala Peltier dapat diabaikan
(Halliday, 1996).
Kelebihan dari termokopel adalah dapat mempercepat proses kesetimbangan
termal dengan sistem yang suhunya akan diukur, karena massanya kecil.
Sedangkan kelemahannya adalah apabila digunakan untuk mengukur suhu,
termokopel mempunya ketidaktelitian sebesar 0,2 K, yaitu sekitar lima sampai
sepuluh kali lebih besar dari termometer resistensi platinum pada suhu tinggi
(Zemansky, 1997). Kelebihan yang lain dari termokopel antara lain; tahan
5

terhadap efek getaran, waktu respon pendek, ukuran kecil dan harganya murah,
dan tidak memiliki efek self-heating
Prinsip kerja Termokopel secara sederhana berupa dua buah kabel dari
jenis logam yang berbeda ujungnya, hanya ujungnya saja, disatukan (dilas). Titik
penyatuan ini disebut hot junction. Prinsip kerjanya memanfaatkan karakteristik
hubungan antara tegangan (volt) dengan temperatur. Setiap jenis logam, pada
temperatur tertentu memiliki tegangan tertentu pula. Pada temperatur yang sama,
logam A memiliki tegangan yang berbeda dengan logam B, terjadilah perbedaan
tegangan (kecil sekali, miliVolt) yang dapat dideteksi (Kinzie, 1973).
2.3 Mekanisme Perpindahan Panas
Panas dapat berpindah dari suatu tempat menuju tempat lain melalui
sebuah perantara yang sering disebut dengan konduktor yaitu penghantar panas
yang baik. Proses perpindahan kalor ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
a) Konveksi
Konveksi ini adalah perpindahan panas pada saat memanaskan air.
Transfer energy terjadi ketika fluida, seperti udara atau air, kontak dengan
objek yang memiliki temperature yang lebih tinggi dari fluida itu sendiri.
Suhu bagian dari fluida yang mengalami kontak dengan objek yang
memiliki suhu lebih tinggi akan meningkat juga.
b) Radiasi
Sedangkan konsep perpindahan panas pada radiasi ini terjadi pada ruang
hampa misalnya perindahan panas matahari hingga sampai ke bumi.
Perpindahan panas ini terjadi secara gelombang elektromagnetik.
c) Konduksi
Proses perpindahan panas secara konduksi contohnya terjadi pada kita
memegang besi yang dipanaskan di atas api. Lama-kelamaan kita akan
merasakan panas pada ujung besi yang kita pegang. Energi panas
ditransfer dari api ke pegangan secara konduksi. Atom-atom dan elektron
6

pada besi bergerak dan bertabrakan seiring bertambahnya suhu batang besi
sehingga ujung yang dipegang akan terasa panas. (Giancoli, 1998).
2.4 Hukum ke Nol Termodinamika
Kita semua mengetahui fakta bahwa jika dua benda pada temperatur yang
sama diletakkan dalam kontak termal, kedua benda tersebut pada akhirnya akan
mencapai temperatur yang sama. Mereka kemudian dikatakan berada dalam
kesetimbangan termal. Dua benda dikatakan berada dalam kesetimbangan termal
jika ketika diletakkan dalam kontak termal, tidak ada energi yang mengalir dari
satu ke yang lainnya, dan temperatur tidak berubah. Hukum ke nol termodinamika
menyatakan bahwa jika dua sistem berada dalam kesetimbangan termal dengan
sistem ketiga, maka mereka berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain.
Temperatur merupakan sifat sistem yang menentukan apakah sistem
berada dalam keadaan kesetimbangan dengan sistem yang lain. Ketika dua sistem
berada dalam keadaan kesetimbangan termal, temperatur mereka, per definisi
adalah sama. Hal ini konsisten dengan pengertian kita mengenai temperatur dalam
kehidupan sehari-hari, karena ketika sebuah benda yang panas dan sebuah lagi
yang dingin diletakkan sehingga terjadi kontak, keduanya akhirnya akan mencapai
temperatur yang sama. Dengan demikian hal penting dalam hukum ke- 0
termodinamika adalah bahwa hukum tersebut memungkinkan definisi yang
berguna mengenai temperatur (Giancoli, 1998).
2.5 Arus Listrik
Arus Listrik secara kualitatif merupakan muatan yang bergerak sedangkan
secara kuantitatif arus listrik adalah muatan yang melalui suatu penampang A tiap
detik yaitu :
..................................................................(2.2)
Arus listrik merupakan besaran skalar. Arus listrik yang timbul pada
logam, elektrolit dan gas encer diangkut oleh butir-butir muatan yaitu elektron,
ion positif dan ion negatif. Pada gerak butir-butir muatan ini dibedakan menjadi
7

tiga gerakan yaitu gerak termal menurut teori kinetik zat, gerak hanyut oleh beda
potensial dan gerak transport massa oleh tekanan hidrodinamika oleh gradien
konsentrasi. Gerak termal adalah gerak random ke segala arah maka tidak
menyumbang pada arus i. Misalnya gerak transport massa yang mengangkut
muatan ruang tidak ada maka yang perlu diperhitungkan adalah gerak hanyut.
Lintasan elektron bebas dalam batang logam oleh medan E adalah gas elektron
bebas yang pada suhu sangat tinggi (70.000

C) bersifat gas sempurna.


Bila dalam kawat kita mengalirkan sebuah bidang hipotetik, maka akan
banyak elektron elektron yang mengalir dari kanak ke kiri. Dari ujung kawat
tersebut dihubungkan ke suatu baterai, maka akan timbul sebuah medan listrik.
Medan listrik disini untuk mengalirkan elektron elektron yang memberikan
suaru gerak resultan pada elektron elektron tersebut di dalam arah medan listrik.
Satuan internasional pada arus adalah Ampere, muatan adalah coloumb, dan
waktu dalam sekon. Arus yang mengalir pada suatu penampang A adalah sama
untuk semua penampang penghantar , walaupun luas permukaan penampang
berbeda-beda pada titik yang berbeda ( Halliday, 1996).

8

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain ; 1
buah Amplifier (Amp), satu buah Voltmeter (V),Termokopel dua set, Termometer
satu buah, statip dengan kelengkapannya satu set, kompor listrik satu buah dan
potongan es batu secukupnya.
3.2 Skema Alat

Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan Termokopel
3.3 Cara Kerja
Percobaan ini pertama-tama dilakukan dengan dirangkai peralatan seperti
gambar diatas. Tanyakan terlebih dahulu kepada assisten sebelum tegangan PLN
dihubungkan. Sebelum dihubungkan dengan tegangan PLN 240 V switch yang
ada pada amplifier harus pada kedudukan ; Switch 1 pada posisi off nol, Switch
2 pada posisi penunjukkan ke 30 mV, Switch 3 pada posisi penunjukkan ke 0, dan
9

Switch 5 pada posisi Short circuit. Output 4 harus sudah dihubungkan dengan
Voltmeter.
Setelah Amplifier dihubungkan dengan tegangan PLN, switch 1 diubah
pada posisi on dan 5 menit kemudian switch 2 diputar ke kiri berturut-turut ke
penunjukkan 10, 3,1 dan seterusnya sampai jarum penunjukkan voltmeter
bergerak. Lalu dijaga harga penunjukkan voltmeter tetap nol untuk setiap
memutar switch 2 dengan jalan mengatur knop 7. Kemudian diputar switch 5 ke
posisi dan dicatat penunjukkan voltmeter dan suhu ruangan. Harga beda
potensial sebanding dengan suhu ruang. Setelah itu dicatat penunjukan voltmeter
dan temperature referensi 0
o
C (bila memungkinkan), 10
o
C, 40
o
C, 50
o
C, 60
o
C,
70
o
C, 80
o
C, dan 90
o
C, dengan tanpa posisi switch 2 dirubah. Langkah percobaan
diatas diulangi untuk termokopel yang lain.

10

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan Termokapel 1
dan Termokapel 2 diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Data percobaan menggunakan Termokapel 1
Kenaikan Suhu
No. Suhu (
o
C) Beda Potensial (V)
1 10 -0,8
2 20 -0,2
3 30 0,0
4 40 0,3
5 50 0,7
6 60 1,0
7 70 1,4
8 80 2,3
Penurunan suhu
No. Suhu (
o
C) Beda Potensial (V)
1 80 2,3
2 70 2,0
3 60 1,5
4 50 0,7
5 40 0,5
6 30 0,1
7 20 -0,2
8 10 -0,7




11

Tabel 2. Data percobaan menggunakan Termokapel 2














Kenaikan Suhu
No. Suhu (
o
C) Beda Potensial (V)
1 10 -0,8
2 20 -0,2
3 30 0,3
4 40 0,9
5 50 1,4
6 60 2,0
7 70 2,6
8 80 3,4
Penurunan suhu
No. Suhu (
o
C) Tegangan (V)
1 80 3,4
2 70 2,0
3 60 1,7
4 50 1,4
5 40 0,7
6 30 0,1
7 20 -0,3
8 10 -0,9
12

4.2 Grafik


Grafik 1. Grafik kenaikan suhu pada termokopel 1


Grafik 2. Grafik penurunan suhu pada termokopel 1
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
10 20 30 40 50 60 70 80
V
o
l
t
a
s
e

(
m
V
)

Suhu (
O
C)
Voltase (mV) Termokopel 1 Pada
Saat Kenaikan Suhu
Voltase Termokopel
(mV)
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
10 20 30 40 50 60 70 80
V
o
l
t
a
s
e

(
m
V
)

Suhu (
O
C)
Voltase (mV) Termokopel 1 Saat
Penurunan Suhu
Voltase Termokopel
(mV)
Voltase Termokopel
(mV)
13


Grafik 3. Grafik rata-rata Termokopel 1 terhadap suhu


Grafik 4. Grafik kenaikan suhu pada termokopel 2

y = 0.3899x - 1.0982
R = 0.9902
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
10 20 30 40 50 60 70 80
V
o
l
t
a
s
e

(
m
V
)

Suhu (
O
C)
Voltase (mV) Rata-rata
Termokopel 1 Pada Berbagai Suhu
Voltase Termokopel
(mV)
Linear (Voltase
Termokopel (mV))
-2
-1
0
1
2
3
4
10 20 30 40 50 60 70 80
V
o
l
t
a
s
e

(
m
V
)

Suhu (
O
C)
Voltase (mV) Termokopel 2 Pada
Saat Kenaikan Suhu
Voltase Termokopel
(mV)
14


Grafik 5. Grafik penurunan suhu pada termokopel 2


Grafik 6. Grafik rata-rata termokopel 2 terhadap suhu

-2
-1
0
1
2
3
4
10 20 30 40 50 60 70 80
V
o
l
t
a
s
e

(
m
V
)

Suhu (
O
C)
Voltase (mV) Termokopel 2 Pada
Saat Penurunan Suhu
Voltase Termokopel
(mV)
y = 0.5679x - 1.4554
R = 0.99
-2
-1
0
1
2
3
4
10 20 30 40 50 60 70 80
V
o
l
t
a
s
e

(
m
V
)

Suhu (
O
C)
Voltase (mV) Rata-rata
Termokopel 2 Pada Berbagai Suhu
Voltase Termokopel
(mV)
Linear (Voltase
Termokopel (mV))
15

4.3 Pembahasan
Percobaan kali ini adalah percobaan termokopel dengan kode P3.
Percobaan dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan konsep temperatur pada
logam dan untuk menera termokopel dari konsep temperatur. Percobaan dilakukan
dengan menggunakan dua set termokopel untuk membandingkan keakuratan
antara dua jenis termokopel tersebut, selain itu untuk mengetahui pengaruh panas
jenis massa terhadap termokopel. Percobaan dilakukan dengan menaikkan suhu
dan menurunkan suhu dari 10
o
sampai 80
o
. Percobaan pertama-tama dilakukan
dengan merangkai set up alat. Dalam percobaan, amplifier diganti dengan
multimeter hal ini disebabkan pengukuran yang dilakukan hanya dengan tegangan
yang rendah sehingga tidak memerlukan amplifier, amplifier merupakan suatu alat
yang digunakan sebagai penguat daya. Pada multimeter satuan yang dipakai
dalam pengukuran adalah milivolt. Sebelumnya suhu ruang diukur terlebih dahulu
dan didapatkan suhu 27
o
C, percobaan ini dimulai dari 10
o
C maka untuk
menurunkan suhu digunakan es batu dan secara berturut-turut suhu dinaikkan
sampai 80C dengan menggunakan kompor listrik. Setiap kenaikan suhu 10
o
C
beda potensial yang dihasilkan pada termokapel diukur menggunakan alat
Voltmeter.
Dari percobaan termokapel yang telah dilakukan diperoleh hasil data
berupa beda potensial masing-masing termokapel 1 dan termokapel 2 untuk
masing-masing setiap kenaikan dan penurunan suhu 10
o
C. Pada percobaan
termokapel 1 dan termokapel 2 dapat dilihat bahwa bila semakin meningkatnya
suhu yang diberikan, beda potensial yang dihasilkan juga semakin besar dan bila
suhu diturunkan beda potensial yang dihasilkan juga semakin kecil. Dapat
disimpukan hubungan antara beda potensial berbanding lurus dengan besarnya
suhu. Ketika dibandingkan nilai beda potensial antara termokapel 1 dan nilai beda
potensial termokapel 3, ternyata nilai beda potensial termokapel 2 lebihbesar
dibanding beda potensial termokapel 1. Hal ini dapat disebabkan karena
perbedaan konduktivitas logam termokapel 1 berbeda dengan konduktivitas
termokapel 2.
16


Dari grafik yang didapat, diperoleh nilai koefisien Seeback pada
termokapel 1 adalah 38,9V/C dan nilai koefisien Seeback pada termokapel 2
adalah 56,7V/C. Dari nilai koefisien Seebeck tersebut dapat diketahui bahwa
pada percobaan yang pertama jenis termokopel yang digunakan adalah
termokopel jenis K dan pada perobaan kedua termokopel yang digunakan adalah
termokopel jenis J. Grafik hubungan antara suhu dan beda potensial adalah
berbentuk grafik linier, antara suhu dan beda potensial yang dihasilkan
berbanding lurus.



17

BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan antara lain sebagai
berikut :
1. Konsep temperatur adalah hukum ke nol termodinamika yang menyatakan
apabila dua benda dengan suhu yang berbeda diletakkan dalm kontak
termal maka lama kelamaan akan mencapai kesetimbangan termal.
2. Termokopel J dengan koefisien Seebeck 56,7V/C memiliki beda
potensial lebih besar dibandingkan Termokopel Jenis K dengan koefisien
Seebeck 38,9V/C

18

DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas. 1998. Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Halliday, David. 1996. Fisika Universitas Edisi 5 Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Halliday, David. 2010. Fundametals of Physics . John Wiley and Sons Inc :
United State of America
Kinzie, P. A. 1973. Thermocouple Temperature Measurement. New York : John
Wiley and Sons Inc.
Zemansky, Sears. 1997. Heat and thermodynamics. the University of California :
McGraw-Hill.

You might also like