Disusun oleh: KELOMPOK 1 Gadis Wulandari 25010111120041 Muflikhatun U 25010111120067 Riska Auliawati Q 25010111120057 Zulinar Firdaus 25010111130113 Khairun Nisa 25010111130128 M.Abdurrahman S 25010111140261 Ajeng Retno 25010111140264 Kurnia Wahyu U 25010111140279 Nikmah Putri 25010111140280 Risnawati Valentina 25010111140315
BAGIAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa penulis telah menyelesaikan Makalah Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan dengan membahas mengenai Indikator Mutu. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Semarang, Mei 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i Kata Pengantar ................................................................................................. ii Daftar Isi .......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Tujuan .................................................................................................. 2 C. Manfaat ............................................................................................... 2 BAB II ISI A. Pengertian ............................................................................................ 3 B. Macam-macam Indikator Mutu ........................................................... 5 C. Ukuran Indikator Mutu ........................................................................ 10 D. Kriteria Indikator Mutu ....................................................................... 12 E. Indikator Mutu di Rumah Sakit .......................................................... 13 F. Indikator Mutu di Keperawatan .......................................................... 17 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 24 B. Saran .................................................................................................... 24 Daftar Pustaka .................................................................................................. 25
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan manusia yang amat penting untuk segera diwujudkan sebagai upaya peningkatan kualitas hidup dalam masyarakat. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Di tengah krisis multidimensi yang melanda di beberapa daerah, terdapat banyak masalah terjadi yang membuat masyarakat kebingungan untuk memajukan bangsa ini. Satu per satu masalah muncul, mulai dari bencana alam sampai penyebaran wabah penyakit. Isu yang paling mengancam saat ini adalah masalah kesehatan nasional. Masalah kesehatan nasional yang dihadapi bangsa kita sekarang adalah penyebaran wabah penyakit, pelayanan kesehatan yang buruk, serta kurangnya biaya pengadaan fasilitas kesehatan padahal kesehatan nasional merupakan fondasi penting dalam memajukan bangsa ini dari keterpurukan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah sistem pelayanan kesehatan Indonesia sudah memadai dalam menangani masalah kesehatan Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan berkualitas ini harus dapat dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta, sehingga diharapkan masyarakat akan lebih berminat untuk memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan mulai dari tingkat puskesmas, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan masyarakat yang padat modal, padat teknologi dan padat karya yang dalam pekerjaan sehari-harinya melibatkan sumber daya manusia dengan berbagai keahlian. Jangkauan dan kualitas pelayanan 2
kesehatan sangat bergantung pada kapasitas dan kualitas tenaga di institusi pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan rumah sakit dapat diketahui dari penampilan profesional personil rumah sakit, efisiensi dan efektivitas pelayanan serta kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh keseluruhan pelayanan seperti pelayanan admisi, dokter, perawat, makanan, obat-obatan, sarana dan peralatan, fasilitas dan lingkungan fisik rumah sakit. Untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan diperlukan suatu indikator tertentu yang perlu dipenuhi oleh setiap institusi pelayanan kesehatan agar dapat menjalankan pelayanan secara optimal.
B. Tujuan Berdasarkan latar belakang diatas makalah ini bertujuan untuk mengetahui secara umum tentang indikator mutu pelayanan kesehatan sehingga kita dapat melakukan tindakan sesuai protap dan ketentuan yg berlaku.
C. Manfaat Adapun manfaat penulisan dari makalah tentang indikator mutu pelayanan kesehatan adalah: 1. Untuk mengetahui apa saja indikator pelayanan kesehatan yang ada di institusi kesehatan terutama rumah sakit. 2. Dapat mengoptimalkan kinerja pelayan kesehatan. 3. Mengetahui aspek apa saja yang berhubungan dengan mutu pelayanan kesehatan
3
BAB II ISI
A. Pengertian 1. Pengertian Mutu Mutu adalah keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat. Menurut beberapa pakar, definisi terhadap mutu adalah sebagai berikut: a. Mutu adalah Fitness for Use, atau kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya (J.M.Juran). b. Mutu adalah kesesuaian terhadap kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability dan cost effectiveness (Philip B. Crosby). c. Mutu harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan mendatang (Deming, 1982)
Dalam pelaksanaan konsep mutu, mutu dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang fundamental yang dikenal dengan 9M, yakni men, money, materials, machines and menchanization, modern information methods, markets, management, motivation dan Mounting Product Requirement. Berdasarkan penelitian Zeithaml, Berry dan Parasuraman dimensi mutu secara umum yang diterapkan pada perusahaan jasa dikelompokkan menjadi: a. Realibility (keandalan) yakni berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat dan konsisten dengan yang telah dijanjikan. b. Responsiveness (daya tanggap) yaitu kesediaan dan kemampuan karyawan untuk membantu pelanggan, merespon permintaan, dan menyediakan pelayanan yang cepat dan tepat. 4
c. Assurance (jaminan) mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya. d. Empaty (empati); meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan dan masalah pelanggan. e. Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, karyawan dan alat-alat komunikasi.
Dimensi-dimensi mutu pelayanan harus diramu dengan baik, meskipun hal itu tidak semudah yang dibayangkan. Dapat saja terjadi kesenjangan antara organisasi dan pelanggan, karena perbedaan persepsi mereka tentang wujud pelayanan
2. Mutu Pelayanan Kesehatan Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata dan penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi. Menurut Kemenkes RI, mutu pelayanan kesehatan meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak saja yang dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk tetapi juga sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Adapun faktor-faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan adalah kelayakan, kesiapan, kesinambungan, efektivitas, kemanjuran, efisiensi, penghormatan dan perhatian, keamanan dan ketepatan waktu. Pandangan terhadap mutu layanan kesehatan memiliki perspektif yang berbeda bagi setiap komponen, perbedan tersebut dapat terlihat sebagai berikut: 5
a. Perspektif Pasien, adalah layanan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan dan diselenggarakan dengan sopan, tepat waktu dan tanggap. b. Perspektif Pemberi Layanan Kesehatan (provider), adalah ketersediaan peralatan, prosedur kerja, kebebasan profesi dalam setiap melakukan layanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan mutakhir dan bagaimana keluaran (outcome) atau hasil layanan kesehatan itu. c. Perspektif Penyandang Dana, adalah suatu layanan yang efisien dan efektif. d. Perspektif Pemilik Sarana Layanan Kesehatan, adalah layanan yang menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional dan pemeliharaan dengan tarif pelayanan masih terjangkau. e. Perspektif Administrator Layanan Kesehatan, adalah layanan yang bermutu jika mampu menyusun prioritas dan dapat menyediakan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pasien/masyarakat.
3. Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan Indikator adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam pemantauan suatu proses tertentu. Indikator dalam layanan kesehatan adalah suatu ukuran penatalaksanaan pasien atau keluaran dari layanan kesehatan Indikator dibuat untuk memantau bagian kritis dari layanan kesehatan. Indikator mutu adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur terpenuhi atau tidaknya suatu standar yang telah ditetapkan. Indikator mutu dibuat mengikuti dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi, termasuk organisasi pelayanan kesehatan.
B. Macam-macam Indikator Mutu Indikator mutu pelayanan kesehatan terdiri dari beberapa macam. Indikator adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam pemantauan 6
suatu proses tertentu. Indikator mutu pelayanan kesehatan adalah suatu ukuran penatalaksanaan pasien atau keluaran dari layanan kesehatan. Indikator dibuat untuk memantau bagian kritis dari layanan kesehatan. Indikator mutu pelayanan kesehatan secara umum dapat dibedakan atas 2 jenis, yakni: 1. Indikator Persyaratan Minimal Indikator persyaratan minimal, menunjukkan pada ukuran terpenuhi atau tidaknya standar masukan, lingkungan atau proses. Indikator ini dapat dibagi lagi menjadi 3, yaitu: a. Indikator Masukan, ukuran terpenuhi atau tidaknya standar masukan seperti ukuran tenaga pelaksana, sarana serta dana yang tersedia di dalam suatu organisasi kesehatan. Apabila hasil penilaian terhadap ketiga unsur masukan ini tidak sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan, maka pelayanan kesehatan yang bermutu akan sulit diselenggarakan. b. Indikator Lingkungan, ukuran terpenuhi atau tidaknya standar lingkungan seperti ukuran kebijakan, organisasi serta manajemen yang dianut oleh organisasi kesehatan. Apabila hasil penilaian terhadap ketiga unsur masukan ini tidak sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan, maka pelayanan kesehatan yang bermutu akan sulit diselenggarakan. c. Indikator Proses, ukuran terpenuhi atau tidaknya standar proses yang merujuk pada tindakan medis dan tindakan non medis yang dilakukan oleh suatu institusi kesehatan. Apabila hasil penilaian terhadap kedua unsur masukan ini tidak sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan, maka pelayanan kesehatan yang bermutu akan sulit diselenggarakan.
2. Indikator Penampilan Minimal Indikator Penampilan Minimal, menunjuk pada ukuran terpenuhi atau tidaknya standar penampilan minimal pelayanan kesehatan yang 7
diselenggarakan. Indikator penampilan minimal ini disebut dengan indikator keluaran (output/outcome).
Masing-masing indikator memiliki fungsi pengukuran yang berbeda, jika yang ingin diukur adalah faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan (penyebab) maka yang dipergunakan adalah indikator persyaratan minimal. Tetapi jika yang diukur adalah mutu pelayanan kesehatan (akibat) maka yang dipergunakan adalah indikator keluaran (penampilan). Indikator mutu pelayanan kesehatan lazimnya dibedakan atas 2 macam, yaitu: 1. Indikator yang Menunjuk pada Penerapan Aspek Medis Pelayanan Kesehatan Yaitu baik yang berkaitan dengan kode etik profesi ataupun yang telah diatur dalam standar pelayanan profesi. Sebagai contoh yaitu, pelayanan di rumah sakit. Berikut ini jenis-jenis indikator mutu pelayanan rumah sakit: a. Indikator Pelayanan Non Bedah, terdiri dari: 1) Angka Pasien dengan Dekubitus; 2) Angka Kejadian Infeksi dengan jarum infus. 3) Angka Kejadian penyulit/infeksi karena Transfusi Darah. 4) Angka Ketidak Lengkapan Catatan Medis. 5) Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat. b. Indikator Pelayanan, yang terdiri dari 1) Angka Infeksi Luka Operasi. 2) Angka Komplikasi Pasca Bedah. 3) Waktu tunggu sebelum operasi effektif. 4) Angka Appendik normal. c. Indikator Ibu Bersalin dan Bayi, terdiri dari 1) Angka Kematian Ibu karena Eklampsia Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan. 8
2) Angka Kematian Ibu karena Perdarahan Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan. 3) Angka Kematian Ibu karena Sepsis Kasus Rujukan dan bukan Rujukan. 4) Angka Kematian Bayi dengan BB Lahir <= 2000 gram Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan. d. Indikator Mutu Pelayanan Medis 1) Angka infeksi nosokomial 2) Angka kematian kasar (Gross Death Rate) 3) Kematian pasca bedah 4) Kematian ibu melahirkan ( Maternal Death Rate-MDR) 5) Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate-IDR) 6) NDR (Net Death Rate di atas 48 jam) 7) ADR (Anasthesia Death Rate) 8) PODR (Post Operation Death Rate) 9) POIR (Post Operative Infection Rate) e. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS f. Unit cost untuk rawat jalan 1) Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien 2) Jumlah keluhan dari pasien/keluarganya a) Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri dari b) Jumlah dan pesentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak PS dengan asal pasien Jumlah pelayanan dan tindakan medik Jumlah tindakan pembedahan Jumlah kunjungan SMF spesialis Pemfaatan oleh masyarakat Contact rate Hospitalization rate Out patient rate Emergency out patient rate 9
g. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien h. Indikator tambahan i. Angka Kematian di IGD (IGD). j. Angka Perawatan Ulang (Rekam Medis). k. Angka Infeksi RS. l. Reject Analisis (Radiologi). m. Angka Ketidaksesuaian Penulisan Diet (Gizi). n. Angka Keterlambatan waktu pemberian makan (Gizi). o. Angka Kesalahan Pembacaan Hasil (laboratorium). p. Angka Waktu Penyelesain Resep (Farmasi). q. Angka Kesalahan Pemberian Obat (Farmasi). r. Angka Banyaknya Resep yang Tidak Terlayani (Farmasi).
Mutu pelayanan medis dan kesehatan di RS sangat erat kaitannya dengan manajemen RS (quality of services) dan keprofesionalan kinerja SMF dan staf lainnya di RS (quality of care). Keduanya merupakan outcome dari manajemen manjaga mutu di RS (quality assurance) yang dilaksanakan oleh gugus kendali mutu RS. Dalam hal ini, gugus kendali mutu dapat ditugaskan kepada komite medik RS karena mereka adalah staf fungsional (non struktural) yang membantu direktur RS dengan melibatkan semua staf SMF RS.
2. Indikator yang Menunjuk pada Penampilan Aspek Nonmedis Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan disebut sebagai bermutu, apabila aspek nonmedis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan. Contohhnya yaitu sebagai berikut: a. Pengetahuan klien, makin tinggi tingkat pengetahuan klien akan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, makin tinggi mutu pelayanan kesehatan. 10
b. Kemantapan klien, makin tinggi kemantapan klien terhadap pelayanan yang diselenggarakan, makin tinggi mutu pelayanan kesehatan. c. Kepuasaan klien, makin tinggi tingkat kepuasaan klien terhadap pelayanan nonmedis yang diselenggarakan, makin tinggi mutu pelayanan kesehatan.
Karena aspek medis dan aspek nonmedis dalam pelayanan kesehatan sangat beraneka ragam, maka indikator pelayanan kesehatan yang bermutu banyak macamnya. Aalah kewajiban bagi setiap penyelenggara pelayanan untuk menetapkan serta menjabarkan indikator pelayanan kesehatan bermutu yang dipandang paling sesuai. Indikator dalam pelayanan kesehatan sebenarnya hanya menunjuk pada indikator keluaran, namun karena pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari unsur masukan dengan unsur lingkungan dan proses, menyebabkan ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu sering dikaitkan pula dengan ketiga indikator tersebut.
C. Ukuran Indikator Mutu Menurut Donabedian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan tiga variabel: 1. Standar Input (struktur) yaitu segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan. 2. Standar Proses menentukan kegiatan apa yang harus dilakukan agar standar pelayanan kesehatan dapat dicapai. Proses akan menjelaskan apa yang dikerjakan, untuk siapa, siapa yang mengerjakan, kapan dan bagaimana standar layanan kesehatan dapat dicapai. 11
3. Standar keluaran (Outcome) adalah hasil layanan kesehatan yang telah dilaksanakan sesuai standar layanan kesehatan dan ini sangat penting. Kriteria outcome yang umum digunakan antara lain : a. Kepuasan pasien b. Pengetahuan pasien c. Fungsi pasien d. Indikator kesembuhan, kematian, komplikasi
Tabel 1 Ukuran Indikator Mutu
Untuk setiap standar pelayanan kesehatan dapat dibuat beberapa kriteria atau indikator. Kelompok jaminan mutu pelayanan kesehatan harus memilih indikator yang terbaik dan mudah digunakan untuk menunjukkan pencapaian standar pelayanan kesehatan dan mudah digunakan.
D. Kriteria Indikator Mutu Suatu indikator mutu yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan khusus. Salah satu cara untuk menentukan kriteria menggunakan prinsip Struktur SDM Perbekalan Peralatan Bahan Fasilitas Kebijaksana an Standar Proses Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang medis Peresepan obat Merujuk pasien Keluaran Tingkat kepatuhan meningkat Tingkat kesembuhan meningkat Tingkat kematian menurun Tingkat kesakitan menurun Tingkat kecacatan menurun Tingkat kepuasan pasien meningkat 12
AMOUR, yaitu Achievable, Measurable, Observable, Understandabe dan Reasonable. 1. Achievable Suatu kriteria harus dapat dicapai. Kenyataanya kita harus selalu dapat bekerja di antara keinginan dan kemampuan dalam mencapai tujuan. Kelompok jaminan mutu layanan kesehatanpun dalam menyusun standar layanan kesehatan dan kriteria tetap dibatasi oleh keinginan untuk membuat yang terbaik dan realitas dilapangan. 2. Measureable Kriteria harus dapat diukur. Suatu standar layanan kesehatan mungkin dinyatakan tanpa ukuran, tetapi indikator harus menyebutkan suatu ukuran. 3. Observable Suatu kriteria harus dapat diamati. Suatu kejadian yang diamati harus mampu dideteksi oleh panca indera. Jika suatu kriteria yang tidak dapat diamati, kita tidak dapat menentukan apakah kriteria itu tercapai atau tidak. 4. Understandable Suatu kriteria harus dimengerti oleh siapa yang akan menggunakannya. Terminologi yang tidak jelas harus dihindarkan, misalnya jumlah petugas kesehatann yang memadai atau menu yang sesuai. 5. Reasonable Suatu kriteria harus layak atau masuk akal, penting diperhatikan bahwa profesi layanan kesehatan yang tidak terlibat dalam penyusunan standar layanan kesehatan pasti memiliki standar pribadi, tentunya bukan standar layanan kesehatan yang resmi.
13
E. Indikator Mutu di Rumah Sakit Tabel 2 Indikator Mutu di Rumah Sakit No JENIS PELAYANAN INDIKATOR 1 Gawat Darurat Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa Jam buka pelayanan gawat darurat Pemberi pelayanan kegawatdaruratan yang bersertifikat yang masih berlaku ATLS/BTLS/ACLS/PPGD Kesediaan tim penanggulangan bencana Waktu tanggap pelayanan dokter di gawat darurat Kepuasan pelanggan Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka Kematian pasien 24 jam Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka 2 Rawat Jalan Dokter pemberi Pelayanan di Poliklinik Spesialis Ketersediaan pelayanan Jam buka pelayanan Waktu tunggu di rawat jalan Kepuasan pelanggan a. Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB b. Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di Rumah Sakit 3 Rawat Inap Pemberi pelayanan di Rawat Inap Dokter penanggung jawab pasien rawat inap
Ketersediaan Pelayanan Rawat Inap Jam Visite Dokter Spesialis Kejadian infeksi pasca operasi Kejadian infeksi nosokomial Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang 14
berakhir kecacatan / kematian Kematian pasien > 48 jam Kejadian pulang Paksa Kepuasan pelanggan Rawat inap TB : a. Penegakan Dianogsis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB. b.Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di rumah sakit Ketersediaan pelayanan rawat inap di rumah sakit yang memberikan pelayanan jiwa Tidak adanya kejadian kematian pasien gangguan jiwa karena bunuh diri Kejadian re-admission pasien gangguan jiwa dalam waktu 1 bulan Lama hari perawatan pasien gangguan jiwa 4 Bedah Sentral (Bedah saja ) Waktu tunggu operasi elektif Kejadian Kematian di meja operasi Tidak adanya kejadian operasi salah sisi Tidak adanya kejadian operasi salah orang Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing / lain pada tubuh pasien setelah operasi. Komplikasi anastesi karena overdosis, reaksi anastesi, dan salah penempatan endotracheal tube. 5 Persalinan dan Perinatalogi (kecuali rumah sakit khusus diluar rumah sakit ibu dan Anak) Kejadian kematian ibu karena persalinan
Pemberi pelayanan persalinan normal Pemberi pelayanan dengan persalinan penyulit Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi
Kemampuan menangani BBLR 1500 gr - 2500 gr Pertolongan Persalinan melalui seksio cesaria 15
Keluarga Berencana : Persentase KB (Vasektomi & tubektomi) yang dilakukan oleh tenaga kompeten dr. Sp.OG, dr.Sp.B, dr.Sp.U, dokter umum terlatih. Persentase peserta KB mantap yang mendapatkan konseling KB mantap oleh bidan terlatih.
Kepuasan Pelanggan 6 Intensif Rata-rata Pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72 jam Pemberi pelayanan Unit intensif 7 Radiologi Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto.
Pelaksana ekspertisi Kejadian kegagalan pelayanan Rontgen Kepuasan pelanggan. 8 Laboratorium Patologi Klinik Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium. Pelaksana ekspertisi Tidak adanya kesalahan pemberian hasil pemeriksaan laboratorium. Kepuasan pelanggan. 9 Rehabilitasi Medik Kejadian Drop Out pasien terhadap pelayanan rehabilitasi medik yang direncanakan Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan rehabilitasi medik Kepuasan pelanggan. 10 Farmasi Waktu tunggu pelayanan a. Obat jadi b. Obat Racikan Tidak adanya Kejadian kesalahan pemberian obat. Kepuasan pelanggan. Penulisan resep sesuai formularium 11 Gizi Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien. 16
Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian diet 12 Tranfusi Darah Kebutuhan darah bagi setiap pelayanan tranfusi Kejadian reaksi tranfusi 13 Pelayanan GAKIN Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke RS pada setiap unit pelayanan 14 Rekam Medik Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan Kelengkapan Informed Concent setelah mendapatkan informasi yang jelas. Waktu penyediaan dokomen rekam medik pelayanan rawat jalan Waktu penyediaan dokumen rekam medik rawat Inap 15 Pengelolaan Limbah Buku mutu limbah cair
Pengelolaan limbah padat infeksius sesuai dengan aturan. 16 Administrasi dan manajemen Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan direksi Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat Ketepatan waktu pengurusan gaji berkala Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam setahun. Cost recovery Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan Kecepatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat inap Ketepatan waktu pemberian imbalan (insentif ) sesuai kesepakatan waktu 17 Ambulance/ Kereta Jenazah Waktu pelayanan ambulance / kereta jenazah Kecepatan memberikan pelayanan ambulance/kereta jenazah di rumah sakit Response time pelayanan ambulance oleh masyarakat yang membutuhkan 17
18 Pemulasaraan Jenazah Waktu tanggap (response time) pelayanan pemulasaraan jenazah 19 Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat Ketepatan waktu pemeliharaan alat Peralatan laboratorium dan alat ukur yang di gunakan yang digunakan dalam pelayanan terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan kalibrasi 20 Pelayanan Laundry Tidak adanya kejadian linen yang hilang Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap 21 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ( PPI ) Adanya anggota tim PPI yang terlatih Tersedia APD disetiap instalasi / departement Kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi nosokomial / HAI (health care associated infections) di rumah sakit (minimum 1 parameter)
F. Indikator Mutu di Keperawatan 1. Keselamatan pasien Indikator ini meliputi pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera akibat restrain. a. Dekubitus Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan integritas kulit. Hal ini terjadi akibat tekanan, gesekan dan atau kombinasi di daerah kulit dan jaringan di bawahnya. Komplikasi dekubitus dibagi menjadi empat tingkat, yaitu : 1) Derajat I Tekanan yang dapat diamati berkaitan dengan perubahan keutuhan kulit yang merupakan indikator sebagai pembanding daerah berkedakatan atau berseberangan pada tubuh meliputi perubahan satu atau lebih yaitu suhu kulit dingin atau hangat, konsistensi jaringan baik, sensasi nyeri, gatal, kemerahan serta luka tampak sebagai kemerahan menetap pada pigmen kulit terang 18
sedangkan pada kulit yang gelap dekubitus terlihat berwarna menetap merah, biru atau keunguan. 2) Derajat II Sebagian ketebalan kulit hilang yang meliputi epidermis, dermis atau keduanya. Luka permukaan dan secara klinis sebagai suatu abrasi, blister atau lobang dangkal. 3) Derajat III Hilangnya secara penuh ketebalan kulit meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringan subkutan yang dapat meluas ke bagian bawah tetapi tidak melewati fasia. Adanya luka secara klinis sebagai lubang dalam dengan atau tanpa mengikis jaringan yang ada di sebelahnya. 4) Derajat IV Hilangnya secara penuh ketebalan kulit dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan atau kerusakan otot, tulang atau struktur pendukung (seperti tendon atau kapsul sendi). Rongga dan saluran sinus juga dapat dikaitkan dengan luka tekan derajat IV. Perhitungan angka dekubitus adalah sebagai berikut :
b. Kesalahan dalam pemberian obat Kesalahan dalam pemberian obat oleh perawat terjadi jika perawat melakukan kesalahan dalam prinsip 6 benar dalam pemberian obat, yaitu benar pasien, benar obat, benar waktu pemberian, benar dosis obat, benar cara pemberian dan benar dokumentasi. Kejadian kesalahan pengobatan pasien yang dirawat inap dapat mengakibatkan keadaan fatal atau kematian. Kejadian nyaris cedera pada pasien. Kejadian ini sebagai tanda bahwa adanya kekurangan dalam sistem pengobatan pasien dan mengakibatkan kegagalan dalam keamanan 19
pasien. Perhitungan angka kesalahan pemberian obat adalah sebagai berikut :
c. Pasien jatuh Pasien jatuh adalah peristiwa jatuhnya pasien dari tempat tidur ke lantai atau tempat lainnya yang lebih rendah pada saat istirahat maupun saat pasien terjaga yang tidak disebabkan oleh penyakit stroke, epilepsy, seizure, bahaya karena terlalu banyak aktivitas. Angka kejadian pasien jatuh adalah presentasi jumlah insidensi pasien jatuh dari tempat tidur yang terjadi di sarana kesehatan pada periode waktu tertentu setiap bulan. Perhitungan pasien jatuh adalah sebagai berikut :
d. Restrain Restrain adalah alat bantu yang digunakan untuk mobilisasi, terutama untuk pasien bingung atau disorientasi. Restrain hanya digunakan bila metode lain sudah tidak efektif. Perhitungan restrain adalah sebagai berikut :
2. Perawatan diri Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan kebersihan dan perawatan diri, misalnya kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih dan lain-lain. Kebutuhan kebersihan diri tidak selalu dapat dilakukan secara mandiri, penyebabnya antara lain keadaan sakit. Sakit adalah keadaan abnormal dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, perkembangan, sosial atau spiritual menurun 20
atau berubah dibandingkan dengan keadaan individu sebelumnya. System keperawatan adalah system yang membantu pasien memenuhi kebutuhan kebersihan diri. Cara yang dilakukan perawat untuk membantu memenuhi kebersihan diri pasien meliputi melakukan tindakan kebersihan diri untuk pasien, membimbing pasien melakukan sebagian perawatan, memberikan informasi dan sumber-sumber di komunitas, memberikan dukungan dan anjuran, memberikan lingkungan yang kondusif dan mengajarkan pasien yaitu berupa pengetahuan dan keterampilan. Perhitungan untuk perawatan diri adalah sebagai berikut :
3. Kepuasan pasien Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien atau keluarga terhadap pelayanan yang diharapkan. Pelayanan keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan sehingga kepuasan merupakan tujuan utama dalam memberikan pelayanan yang berkualitas. Kepuasan merupakan bagian yang penting dan hal tersebut akan terwujud bila ada komitmen, presistensi dan determinasi mulai dari top manajer perawatan dan staf. Tingkat kepuasan pasien berdasarkan skala dikaitkan dengan efisiensi, efektivitas, biaya dan perilaku terdiri dari : a. Kelengkapan dan ketepatan informasi Informasi dinyatakan lengkap bila pasien diberikan informasi tentang : 1) Orientasi berupa petugas, ruangan dan fasilitas 2) Hak dan kewajiban pasien 3) Validasi, klarifikasi, fasilitas penyakit dan pengobatan 4) Rencana tindakan keperawatan
21
b. Penurunan kecemasan Menurunya tingkat kecemasan setelah dilakukan intervensi keperawatan : 1) Dapat tidur 2) Tenang 3) Mampu beraktivitas sesuai kondisi 4) Mampu berkomunikasi c. Perawat trampil professional Perawat dalam melakukan praktik keperawatan : 1) perawat terampil 2) Cepat membuat keputusan 3) Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan 4) Perawat mau memberikan penjelasan 5) Cepat tanggap d. Pasien merasa nyaman Suatu kondisi dimana pasien terpenuhi kebersihan diri dan bebas dari rasa nyeri e. Terhindar dari bahaya Suatu kondisi dimana pasien terhindar daru bahaya seperti dekubitus, kesalahan dari pemberian obat dan jatuh. f. Privacy terjaga Suatu keadaan dimana perawat dapat melakukan tindakan seperti melindungi pasien dan menjaga kerahasiaan pasien. g. Perawat ramah dan empati Suatu keadaan dimana perawat peduli terhadap masalah pasien serta memberikan pelayanan dengan penampilan menarik, selalu siap menolong dan melayani pasien, mau mendengarkan keluhan pasien, berkomunikasi dengan baik, sopan dan menghargai. Perhitungan untuk kepuasan pasien adalah sebagai berikut :
22
4. Kecemasan Cemas adalah perasaan was-was atau tidak nyaman seakan-akan terjadi suatu yang dirasakan sebagai ancaman. Kejadian cemas dapat mempengaruhi status kesehatan pasien karena dapat menyebabkan ketidaknyamanan, bertambahnya hari rawat dana pasien dapat mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Angka kejadian pasien cemas adalah presentasi jumah prevalensi pasien cemas yang dirawat di sarana kesehatan selama periode waktu tertentu setiap bulan. Perhitungan angka kecemasan adalah sebagai berikut:
5. Kenyamanan Rasa nyaman adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol. Nyeri dapat disebabkan oleh satu atau lebih penyebab atau bahkan tidak diketahui penyebabnya. Pentingnya memahami bahwa nyeri akan ada ketika seseorang mengatakan nyeri itu dialaminya. Nyeri bisa mempengaruhi system tubuh manusia, psikososial, ekonomi dan spiritual, menyebabkan suatu kondisi bertambah parah. Perhitungan kenyamanan adalah sebagai berikut :
6. Pengetahuan Pengetahuan ini berkaitan dengan pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan discharge planning. Indikator ini menunjukkan kemungkinan masalah dalam pemberian informasi pengetahuan kepada pasien di ruang perawatan. Informasi yang diterima oleh pasien berkaitan dengan kondisi dan perawatan yang diterimanya. Perhitungan pengetahuan pasien adalah sebagai berikut :
23
24
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan sebelumya, maka dapat disimpulkan: 1. Indikator mutu adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur terpenuhi atau tidaknya suatu standar yang telah ditetapkan. Indikator mutu dibuat mengikuti dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi, termasuk organisasi pelayanan kesehatan. 2. Macam-macam indikator mutu terbagi menjadi 2, yaitu indikator persyaratan minimal yang terdiri dari indikator masukan, indikator lingkungan dan indikator proses; dan indikator penampilan minimal yang disebut juga dengan indikator keluaran. 3. Ukuran indikator mutu dapat dilihat dari 3 aspek yaitu, struktur, proses dan keluarannya. 4. Kriteria indikator mutu terdiri dari Achievable, Measurable, Observable, Understandabe dan Reasonable. 5. Indikator mutu di pelayanan kesehatan seperti rumah sakit ataupun keperawatan memiliki kompleksitas yang mengikuti bentuk pelayanan yang diberikannya.
B. Saran 1. Dibutuhkan analisis standar terlebih dahulu ketika menentukan indikator apa yang akan digunakan. 2. Indikator mutu dapat dicapai jika terdapat sinergisitas tenaga kerjanya, sehingga perlu ada analisis lebih lanjut.
25
DAFTAR PUSTAKA
Avedis Donabedian, M.D,MPH. Explorations in Quality Assesment and Monitoring. The definition of Quality and Approaches to its Assesment. Health Administration Press. Ann Arbor, Michigan,1980, halaman 79-90. Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar harapan. Jalal, Abdul. 2007. Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/5/jtptunimus-gdl-s1-2008-abduljalal- 223-1-abstrak.pdf (diakses pada tanggal 6 Mei 2014 pukul 15.30). Pohan, Imbalo S. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan : Dasar dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta : ECG.