You are on page 1of 4

Soal kasus 2

Kakek Daud menderita hipertensi. Dokternya mengatakan kepadanya bahwa


bagian dari masalah ituberasal dari arteriosclerosis giinjal. Mengapa hal ini
menyebabkan hipertensi ?
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic dengan konsisten
diatas 140/90 mmHg. Diagnose hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan darah
yang hanya sekali. Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring.
Ada dua macam hipertensi, yaitu hipertensi esensial (primer) dan sekunder. Sembilan
puluh persen dari semua kasus hipertensi adalah primer. Tidak ada penyebab yang jelas tentang
hipertensi primer, sekalipun ada beberapa teori yangn menunjukan adanya faktor-faktor genetic,
perubahan hormon, dan perubahan simpatis. Hipertensi sekunder adalah akibat dari penyakit atau
gangguan tertentu.




Faktor resiko hipertensi esensial ,meliputi :
- Umur (lebih lanjut)
- Jenis kelamin (pria)
- Riwayat keluarga mengalami hipertensi
- Obesitas yang dikaitkan dengan peningkatan volume intravascular
- Aterosklerosis (penyempitan arteri-arteri dapat membuat tekanan darah meningkat)
- Konsumsi alkohol dapat meningkatkan plasma katekolamin
- Stres emosi yang rangsang sistem saraf simpatis
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding pembuluh darah.
Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks menyangkut pengendalian ginjal
terhadap natrium dan rentensi air, serta pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh
darah. Ada dua faktor utama yang mengatur tekanan darah, yaitu darah yang mengalir dan
tahanan pembuluh darah perifer.
Darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri
setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Tahan vascular perifer berkaitan dengan besarnya
lumen pembuluh darah perifer. Makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tahanan terhadap
alirah darah. Jadi makin menyempit pembuluh darah, makin meningkat tekanan darah.
Dilatasi dan kontriksi pembuluh-pembuluh darah dikendalikan oleh sistem saraf simpatis
dan sistem renin-angiotensin.


Apabila sistem saraf simpatis dirangsang, katekolamin, seperti epinefrin dan norepinefrin akan
dikeluarkan. Keduan zat kimia ini menyebabkan kontriksi pembuluh darah, menigkatnya curah jantung,
dan kekuatan kontraksinventrikel. Sama halnya pada sistem renin-angiotensin, yang apabila distimulasi
juga menyebabkan vasokontriksi pada pembuluh-pembuluh darah.
Hipertensi sering disebut the silent killer karena gangguan ini pada tahap awal adalah asimtomatis,
tetapi dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen pada organ-organ tubuh vital. Vasokontriksi
pembuluh-pembuluh darah yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada
ginjal dengan timbulnya kegagalan ginjal. Selain ginjal, otak dan jantung dapat pula mengalami
kerusakan yang permanen.
Pada hipertensi tahap lanjut, pasien dapat mengalami sakit kepala terutama ketika pada bangun tidur
pagi, penglihatan kabur, epistaksis, dan depresi.
Tindakan kolaboratip
Uji diagnostic. Diagnosis awal hipertensi ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan darah yang
tinggi. Pemeriksaan dilakukan paliing sedikit dua kali pada waktu yag tidak bersamaan dengan posisi
pasien duduk dan berbaring. Setelah diagnosis ditentukan, pemeriksaan diagnostic yang spesifik
dilakukan untuk menentukan penyebab hipertensi, luasnya kerusakan pada organ vital (ginjal, jantung,
otak), dan pembuluh-pembuluh retina. Hasil dari pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai data dasar
untuk membandingkan hasil-hasil pemeriksaan selanjutnya. Pemeriksa yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemeriksaan darah lengkap (hitung diferensial dan kimia serum)
2. Fungsi ginjal (nitrogen urea darah, kreatinin, urinalisis rutin)
3. Panel lipid untuk mengetahui adanya hyperlipidemia
4. Elektrokaardiogram (EKG), sinar-X toraks, ekokardiogram, untuk melihat adanya pembesaran
jantung, dan hipertrofi ventrikel kiri
Obat-obatan. Terapi dengan menggunakan obat adalah pengobatan utama untuk hipertensi esensial.
Pada umumnya, pemakain obat dimulai dengan satu macam obat dalam dosis yang rendah dan berikan
satu kali tiap hari untuk mempermudah pada kepatuhan pasien. Seringnya pemberian atau banyak dosis
obat yang diatur sesuai dengan respons pasien terhadap obat yang diterimanya. Kategori obat dapat
pula diganti apabila tidak adada respons terhadap obat yang petama.
Baradero, Mary,. 2008. Klien Gangguan kardiovaskular : seri asuhan keperawatan. Jakarta: penerbit
buku kedokteran EGC

You might also like