You are on page 1of 29

Oleh :

Eliza Aswananda
0810221094
Asma pada anak
Definisi
Menurut Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) 2004,
Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten
(menetap) dengan karakteristik sebagai berikut:
timbul secara episodik,
cenderung pada malam/dini hari (nokturnal),
musiman,
setelah aktivitas fisik,
ada riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan/atau
keluarganya.

Sedangkan menurut GINA ( Global Initiative for
Asthma ) Asma didefinisikan sebagai gangguan
inflamasi kronik saluran respiratorik dengan banyak
sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan
limfosit T.

Epidemiologi
Asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan
kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data
studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
berbagai propinsi di Indonesia. SKRT 1986
menunjukkan asma menduduki urutan ke 5 dari 10
penyebab kesakitan.
Di poliklinik Subbagian Paru Anak FKUI-RSCM
Jakarta, lebih dari 50% kunjungan merupakan
penderita asma. Jumlah kunjungan di poliklinik
Subbagian Paru Anak berkisar antara 12.00013.000
atau rata-rata 12.324 kunjungan pertahun
Pencetus
Alergen
Infeksi
Cuaca
Iritan
Kegiatan Jasmani
ISPA
Refluks gastroesofagitis
Psikis
Faktor Resiko
Jenis Kelamin
Usia
Riwayat Atopi
Lingkungan
Ras
Asap Rokok
Outdoor air pollution,
Infeksi respiratorik.

Patogenesis Asma
Patologi Anatomi
Gambaran makroskopik yang penting dari asma adalah :
(1) Mukus penyumbat dalam bronki,
(2) Inflamasi paru yang berlebihan.
Jalan udara seringkali tersumbat oleh mukus, yang terdiri
dari sel yang mengalami deskuamasi. Musin sering
mengandung komponen seroprotein yang timbul dari
reaksi peradangan hebat dalam submukosa. Dinding
bronki tampak lebih tebal dari biasa. Apabila eksudat
supuratif terdapat dalam lumen, maka superinfeksi dan
bronkitis harus diwaspadai.


Secara mikroskopik :
1. hiperplasia dari kelenjar mucus,
2. bertambah tebalnya otot polos bronkus dan
3. hipertofi serta hiperplasia dari sel gobletmukosa
4. Pertambahan jumlah limfosit peradangan, terutama
eosinofil terdapat pada mukosa yang edema.
Patofisiologi Asma
Asma terjadi akibat :
1. Adanya obstruksi Saluran respiratorik
2. Hiperreaktivitas saluran respiratorik
Pencetus serangan
Reaksi antigen antibodi
(Hiperreaktivitas saluran napas)
Sel-sel inflamasi (sel
mast,makrofag,eosinofil,limfosit
T, basofil)
Melepaskan mediator
(Histamin,prostaglandin,,dll)
Kontraksi otot polos bronkus
Edema mukosa
Sekresi mukus meningkat
Obstruksi saluran napas
Serangan ASMA

klasifikasi
Konsensus Pediatri Internasional III tahun 1998 :
1) Asma episodik jarang ( Asma ringan)
2) Asma episodik sering ( Asma sedang)
3) Asma kronik atau persisten (Asma berat)
Asma episodik jarang (Asma ringan)
1. 7075% dari populasi asma anak.
2. Biasanya terdapat pada anak umur 36 tahun.
3. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus
saluran napas atas.
4. Banyaknya serangan 34 kali dalam satu tahun.
5. Lamanya serangan paling lama hanya beberapa hari
saja
Asma episodik sering (Asma sedang)
1. Golongan ini merupakan 28% dari populasi asma
anak.
2. Pada dua pertiga golongan ini serangan pertama
terjadi pada umur sebelum 3 tahun.
3. Frekuensi serangan paling banyak pada umur 813
tahun.
4. Umumnya gejala paling buruk terjadi pada malam
hari dengan batuk dan mengi yang dapat
mengganggu tidur.

Asma kronik atau persisten (Asma berat)
1. Pada 25% anak serangan pertama terjadi sebelum
umur 6 bulan, 75% sebelum umur 3 tahun.
2. sering memerlukan perawatan di rumah sakit.

Asma menurut GINA
Asma intermitten
Asma persisten ringan
Asma persisten sedang
Asma persisten berat
Sign n Simptom
Trias Asma
1. Mengi
2. Dipsneu
3. Batuk
Hal ini terjadi secara episodik, timbul bersama, dan
diakhiri dengan batuk yang menghasilkan mukus
yang lengket seperti benang liat.
Diagnosis
Anamnesis yang baik cukup untuk menegakan
diagnosis.
Ditambah dengan pemeriksaan fisik dan,
Pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
ASMA
Faktor pencetus
serangan
Gejala
timbul/memburuk
terutama
malam/dini hari
Gejala berupa
batuk berdahak,
sesak napas, rasa
berat di dada
Tidak dapat
diobati dengan
obat batuk biasa
Pemeriksaan Fisik
inspeksi
Pernapasan
cepat dan
sukar
Batuk-batuk
paroksimal
Pigeon chest
Ekspirasi
memanjang
perkusi
Hipersonor
auskultasi
wheezing
Dapat terdengar
rhonki kering
dan rhonki
basah
Diagnosis banding
Laringomalasia
Bronkitis
Asma kardial
Pengobatan
1. Medikamentosa :
Pelega (reliver)
Bronkodilator :
beta 2 agonis selektif
(salbutamol oral dosis 0,1-0,15 mg/kgBB/kali setiap
6jam, terbutalin oral 0,05-0,1 mg/kgBB/kali setiap
6jam).
Aminofilin, dosis 16-20 mg/kgBB/hari.



Antikolinergik
Pengontrol
Antiinflamasi :prednison, prednisolon atau
triaminisolon dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari
diberikan 2-3 kali/hari selama 3-5 hari.

Non medikamentosa :
1. Identifikasi dan pengendalian faktor pencetus
2. Kontrol secara teratur
3. Pola hidup sehat

Komplikasi
Emfisema
Atelektasis
Bronkietasis
Gagal napas
kematian
prognosis
Perjalanan klinis asma menentukan prognosis.
Apabila ditangani semestinya mortalitas kecil

TERIMA KASIH

You might also like