You are on page 1of 16

Hariyadi Singgih, Uji Kandungan Formalin, Hal 55-70

55
UJI KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN
ASIN MENGGUNAKAN SENSOR WARNA
DENGAN BANTUAN FMR
(Formalin Main Reagent)

Hariyadi Singgih
5

Abstrak
Formalin merupakan salah satu bahan kimia bersifat racun yang sering
digunakan sebagai bahan pengawet untuk contoh-contoh biologi. Akan
tetapi pada prakteknya formalin banyak disalah gunakan sebagai
pengawet bahan makanan seperti ikan asin, ikan basah, tahu, bakso dsb.
Apabila makanan tersebut terkonsumsi dapat mengakibatkan gangguan
pada organ dan sistem metabolisme tubuh manusia.
Tujuan penelitian menguji kandungan formalin pada bahan makanan
khususnya ikan asin menggunakan sensor warna secara otomatis.
Penelitian diawali dari proses pembuatan sampel larutan formalin sesuai
nilai perhitungan sebagai data acuan. Pada sampel ditambahkan pereaksi
FMR (Formalin Main Reagent) 2-3 ml untuk membuat warna sampel,
Pembacaan warna sampel digunakan sensor TCS3200. Sensor TCS3200
berfungsi mengubah warna ke dalam bentuk arus dan dikonversikan
menjadi sinyal frekuensi. Nilai frekuensi yang diperoleh dari pembacaan
sensor warna diproses pada mikrokontroller ATMega8 menggunakan
bahasa C. Data ditampilkan pada LCD (Liquid Crystal Display) berupa
komposisi nilai RGB dan nilai kandungan formalin.
Hasil penelitian berupa alat ukur uji kandungan formalin dengan
kemampuan ukur 10-60 ppm. Pengukuran kandungan formalin dengan
sensor warna didapatkan hasil sesuai dengan perbandingan nilai
perhitungan dan menunjukkan nilai kesalahan relatif sebesar 5,38 %.
Kata-kata kunci : formalin, FMR, sensor warna TCS3200,
mikrokontroler.
Abstract
Formaline is a chemical subtain that commonly used to preserve
Biological specimen. However, in reality formaline is used to preserve
food such as salted fish, fresh fish, tofu, meat ball, etc. If those foods are

5
Hariyadi Singgih. Dosen Program Studi Teknik Elektronika, Jurusan
Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang
Jurnal ELTEK, Vol 11 No 01, April 2013 ISSN 1693-4024
56
consumed by human, it can disturb the metabolism and human organs
especially kidney and digestive system.
The aim of this research is to detect and measure the amount of
formaline in food especially salted fish using automatic colour sensor.
This research is begun from manufacturing process of for
as the value for calibration. The sample is added FMR (formaline main
reagent) of 2-3 ml to make the colour sample. To detect sample colour
in this point TCS3200 sensor is used. TCS3200 sensor functions to
change the colour into current and then convert it into the frequency
signal. The value of frequency that was obtained from colour sensor
detection is processed at microcontroller ATMega8 that uses C
language. The data is displayed at LCD (liquid crystal display) in the
form of RGB value and percentage amount of formaline.
The result of this research is a means to assist formaline measurement
with range of measurement approximately of 10-60 ppm. The
measurement amount of formaline with colour sensor is being obtained
equal with manual calculation and it has relative error approximately of
5,38 %.
Keywords: formaline, FMR, TCS3200 sensor, microcontroller

1. PENDAHULUAN
Maraknya penggunaan formalin pada bahan makanan
merupakan berita yang sangat mengejutkan pada penghujung
tahun 2005 hingga sekarang. Bahan formalin tidak hanya
ditemukan pada bahan makanan atau produk makanan yang
beredar di pasar tradisional tetapi juga diperdagangkan di
beberapa supermarket di seluruh Indonesia. Umumnya formalin
digunakan sebagai salah satu zat untuk mengawetkan makanan,
sehingga makanan akan lebih bertahan lama. (Mahdi, C dan
Mubarrak, Shofi A. 2008)
Hasil penelitian BPOM dari 700 sampel produk makanan yang
diambil dari J awa, Sulawesi Selatan dan Lampung, 56 persen
diantaranya mengandung bahan formalin. Bahkan 70 persen mie
basah diawetkan dengan formalin. Penelitian yang dilakukan oleh
Balai Besar POM DKI J akarta juga menyebutkan, delapan merek
Mie dan Tahu yang dipasarkan di J akarta mengandung formalin.
BPOM Makasar juga menemukan ikan asin kering di pasar
swalayan dan tradisional ternyata juga mengandung formalin.
(Service Buletin. 2006)
Hariyadi Singgih, Uji Kandungan Formalin, Hal 55-70
57
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chanif Mahdi dan
Shofy Mubarrak, Malang, 2008 dari 10 sampel produk ikan asin
kering dari tempat yang berbeda lebih dari 60% positif
mengandung formalin (Mahdi, C. 2008). Melihat persoalan
tersebut, maka dalam penelitian ini dibuat sebuah Alat Uji untuk
mengetahui kandungan formalin dalam bahan makanan.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Formalin
Menurut Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Dr. Leonardus
Broto Kardono, formalin pada mulanya berbentuk padat dengan
sebutan formaldehida atau istilah asingnya ditulis formaldehyde.
Zat yang sebetulnya banyak memiliki nama lain berdasarkan
senyawa campurannya ini memiliki senyawa CH2OH yang
reaktif dan mudah mengikat air. Bila zat ini sudah bercampur
dengan air dia disebut formalin yang memiliki rumus kimia
CH2O. Gambar 1 menunjukan struktur formalin. Bahan formalin
yang banyak ditemukan di pasar umumnya mempunyai
konsentrasi 37%-40%. Formalin mempunyai fungsi sebagai
antibacterial agent dapat memperlambat aktivitas bakteri dalam
makanan yang mengandung banyak protein, maka formalin
bereaksi dengan protein dalam makanan dan membuat makanan
menjadi awet. Tapi ketika masuk kedalam tubuh manusia, maka
ia bersifat mutagenik dan karsiogenik yang dapat memicu
tumbuhnya sel kanker dan cacatnya gen pada tubuh (Mahdi, C.
2008).

Gambar 1. Struktur Formalin (Fluka, 2001)
Menurut IPCS (International Programme on Chemical
Safety), lembaga khusus dari tiga organisasi di PBB, yaitu ILO,
UNEP, serta WHO, yang mengkhususkan pada keselamatan
penggunaan bahan kimiawi, secara umum disebutkan bahwa
batas toleransi formaldehida yang dapat diterima tubuh dalam
Jurnal ELTEK, Vol 11 No 01, April 2013 ISSN 1693-4024
58
bentuk air minum adalah 0,1 mg/liter (1 ppm setara 1 mg/liter)
atau dalam satu hari asupan yang dibolehkan adalah 0.2 mg.
Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk
makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per
hari. National Institute for Occupational Safety and Health
(NIOSH) menyatakan formaldehida berbahaya bagi kesehatan
pada kadar 20 ppm. Sedangkan dalam Material Safety Data Sheet
(MSDS), formaldehida dicurigai bersifat kanker (Fluka, 2002).
2.2 Metode Spot Test
Beberapa metode analisa kimia yang sudah ada, untuk
penetapan kandungan formalin, borak, dan zat pewarna berbahaya
salah satunya dapat dilakukan dengan metode spot test. Yaitu
metode analisa kimia dengan menggunakan reagent kit (kit
tester). Metode ini mempunyai keistimewaan antara lain cepat,
murah, pasti dan tidak memerlukan peralatan yang rumit dan
dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun.
Prinsip kerjanya adalah dengan menambahkan cairan
(reagent) pada bahan makanan yang diduga menggunakan bahan
yang diselidiki, dengan hasil akhir terjadinya perubahan warna
khas. FMR (formalin main reagent) merupakan salah satu jenis
kit tester kandungan formalin. Kit tester tersebut merupakan salah
satu penemuan dari dosen FMIPA UB Malang. Produk kit FMR
tersebut ditunjukan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Reagen kit FMR (Shofi A, 2008).
2.3 Sensor Warna TCS 3200
Sensor warna TCS 3200 adalah sensor warna buatan TAOS
Parralax. TCS 3200 merupakan produk penyempurnaan dari
produk sebelumnya yaitu TCS 230. Perbedaan antara TCS 3200
dan TCS 230 adalah konsumsi arusnya. Bentuk fisik dari sensor
warna ditunjukan dalam gambar 3.
Hariyadi Singgih, Uji Kandungan Formalin, Hal 55-70
59

Gambar 3. Modul Sensor Warna TCS 3200 (Noor, 2010)
2.4 Mikrokontroler AVR ATmega8
AVR merupakan salah satu jenis mikrokontroler yang di
dalamnya terdapat berbagai macam fungsi khusus seperti ADC,
EEPROM kapasitas 128 byte sampai dengan 512 byte.
Mikrokontroller dengan konsumsi daya rendah ini mampu
mengeksekusi instruksi dengan kecepatan maksimum 16MIPS
pada frekuensi 16MHz. J ika dibandingkan dengan ATmega8L
perbedaannya hanya terletak pada besarnya tegangan yang
diperlukan untuk bekerja. ATmega8 tipe L, dapat bekerja dengan
tegangan antara 2,7 - 5,5 V sedangkan untuk ATmega8 hanya
dapat bekerja pada tegangan antara 4,5 5,5 V. Adapun
konfigurasi pin dari ATmega8 ditunjukan dalam gambar 4.

Gambar 4. Konfigurasi pin ATmega8 (Wasito S, 2004)
3. METODE
Metode penelitian diawali dengan rekam jejak lapangan dan
studi perpustakaan baik menggunakan fasilitas internet maupun
Jurnal ELTEK, Vol 11 No 01, April 2013 ISSN 1693-4024
60
media elektronik. Lokasi penelitian dilakukan di Prodi
Elektronika Politeknik Negeri Malang. Sampel bahan uji diambil
dari 4-lokasi pasar di kota Malang. Data rekam jejak dibuat
sebuah judul relevan aktual dengan tujuan memberikan solusi dari
permasalahan yang ada, yakni membuat alat uji kandungan
formalin seperti dijelaskan dalam blok diagram gambar 5.
MCU
ATmega8
Objek uji
Sensor Warna Display
input
controller
output

Gambar 5. Blok Diagram Alat Uji Formalin
1) Objek uji : berupa ikan asin yang sudah dicacah dengan berat
1 gram dan ditempatkan pada sebuah tabung reaksi. Untuk
mendapatkan komposisi objek uji yang baik, objek uji terdiri
dari 25% ikan asin dan 75% pereaksi FMR, dengan tujuan
agar objek uji tidak terlalu keruh, sehingga tidak
mempengaruhi hasil pengambilan data.
2) Sensor warna yang digunakan adalah TCS3200. Yang
berfungsi mengubah warna menjadi arus listrik, kemudian arus
listrik dikonversi ke dalam bentuk frekuensi bentuk sinyal
kotak. Data output sensor langsung bisa dibaca oleh rangkaian
ATmega8 melalui pin INT0, yang merupakan pin dengan
fungsi khusus sebagai interupsi hardware atau software.
3) Bagian controller :
4) Mikrokontroler yang digunakan adalah ATmega8. Yang
berfungsi sebagai unit pemroses data kemudian di tampilkan
ke output.
5) Untuk menampilkan output berupa huruf atau angka
digunakan display LCD 16 x 4, dimana LCD tersebut tersusun
dalam 16 kolom dan 4 baris. Komunikasi LCD dengan
mikrokontroler menggunakan metode komunikasi 4 bit data.

Hariyadi Singgih, Uji Kandungan Formalin, Hal 55-70
61
3.1 Perancangan Perangkat Keras
3.1.1 Desain Modul Sensor
Untuk menghubungkan modul sensor warna TCS3200
dengan modul minimum sistem ATmega, dibutuhkan sebuah
konektor amphenol berukuran 2x6 pin pitch 2mm height 4mm.
Bentuk fisik konektor dapat dilihat dalam Gambar 6.


Gambar 6. Konektor Amphenol (Wasito S, 2004)

Modul sensor warna TCS3200 dimodifikasi dan ditambahkan
rangkaian konektor yang ditunjukan dalam Gambar 7.

Gambar 7. Rangkaian Konektor (Wasito S, 2004)
3.1.2 Rangkaian Minimum Sistem ATmega8
Modul minimum sistem ATmega8 berfungsi sebagai unit
pemroses data dari input di tampilkan ke output.
Modul minimum sistem ATmega8, port yang digunakan adalah:
Port D : digunakan sebagai port output ke saluran LCD,
Port B : digunakan sebagai port input downloader program ke
ATmega8
Port C : digunakan sebagai port input dan output dari sensor
TCS3200
Modul minimum sistem ATmega8 ditunjukan dalam Gambar : 8
Jurnal ELTEK, Vol 11 No 01, April 2013 ISSN 1693-4024
62

Gambar 8. Rangkaian Minimum Sistem ATmega8 (Wasito,
2004)
3.2 Desain Perangkat Lunak
Desain software alat uji kandungan formalin meliputi:
program untuk membaca frekuensi dari sensor warna dan
program kalibrasi sensor warna untuk menampilkan data RGB
(red-green-blue)
1) Inisialisasi input/output
Port D : digunakan sebagai port output ke LCD.
Port B : digunakan sebagai port input download program ke
ATmega8.
Port C : digunakan sebagai port input dan output dari sensor
TCS3200.
2) Membaca frekuensi dari sensor warna
Untuk membaca frekuensi didalam program dibuat sebuah
timer berperiode 1 detik, dan selama periode itu dihitung
berapa kali terjadi gelombang kotaki,
3) Menampilkan data RGB
Program untuk menampilkan nilai RGB dari output sensor
warna TCS3200. dilakukan dengan cara mengatur mode filter
pada sensor melalui pin S2 dan S3 pada sensor. Penggantian
mode filter dilakukan secara otomatis melalui program, yang
pertama filter diset mode merah kemudian frekuensi
maksimumnya disimpan dalam program dalam suatu nama
variabel (misal r_ref), perlakuan ini berlaku juga untuk filter
hijau dan filter biru. Nilai frekuensi maksimum pada filter
RGB diasumsikan 255 (warna putih).

Hariyadi Singgih, Uji Kandungan Formalin, Hal 55-70
63
4) Konversi nilai display kedalam konsentrasi
Untuk mengubah bentuk nilai display RGB ke konsentrasi,
dipakai display R, maka digunakan rumus persamaan :
........................................ (1)
Dimana :
x =konsentrasi (ppm)
y =nilai display (R)
a dan b =konstanta

Pembuatan program diawali dengan membuat flowchart/alur
program. Program menggunakan bahasa C yang mengacu pada
alur program dalam gambar 9.

ya
Start
Frekuensi
RGB
Tombol kalibrasi
ditekan?
Tampil
Kalibrasi
Baca frekuensi
larutan sampel
Tampil Nilai
RGB
ya
tidak
Stop
tidak
Konversi display
warna ke konsentrasi
X =Y-b
a
Tampil
kandungan
formalin
ya
Inisialisasi I/O
Port B3-5=input
Port C0-6 , Port D0-7=output
Frekuensi Ref=Frekuensi
maks. / 255
Ukur lagi ?
F larutan=255?
tidak


Gambar 9. Flowchart Alur Program
Jurnal ELTEK, Vol 11 No 01, April 2013 ISSN 1693-4024
64
Menampilkan Nilai RGB
Untuk mendapatkan nilai RGB dari suatu objek, sensor harus
dikalibrasi dengan warna putih sebagai referensinya. Untuk
mendapatkan nilai resolusi 8 bit tiap warna, digunakan persamaan
sebagai berikut :
(2)
(3)
Dimana :
Ref =Nilai referensi (Hz / bit)
F. maks pada filter R =19,233 KHz
F. maks pada filter G =21,817 KHz
F. maks pada filter B =23,591 KHz
f =frekuensi sekarang (Hz)
Nilai =Nilai RGB (8 bit)
(4)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian
Pengujian Sensor TSC3200
Untuk menampilkan nilai RGB, dilakukan dengan cara
mengatur mode filter pada sensor melalui pin S2 dan S3.
Penggantian mode filter dilakukan secara otomatis melalui
program, hasil pengujian ditampilkan dalam gambar 10.

Gambar 10. Hasil Tampilan Nilai RGB
Pengujian Sistem Menggunakan Sampel Ikan Asin
Pengujian dilakukan dengan 4-sampel yang ada di kota Malang,
sampel II diambil dari pasar Mertojoyo, sampel III diambil dari
pasar Blimbing, sampel IV diambil dari kidul pasar Besar yang
Hariyadi Singgih, Uji Kandungan Formalin, Hal 55-70
65
ditunjukan dalam gambar 11. Dan gambar 12 menunjukkan
gambar visual sistem (Alat)




Gambar 11. Sampel Uji Ikan Asin


Gambar 12. Visual Sistem Hasil Pengujian

Data hasil pengujian ditunjukan dalam Tabel 1. Pengujian kedua
dilakukan menggunakan alat Spektrofotometer. Data hasil
pengujian diberikan dalam Tabel 2.
Tabel 1. Data Pengukuran dari Sistem
Sampel
(ikan asin)
Hasil pengukuran sistem (ppm) Nilai
rata-
rata
I II III IV V
I 34,3 32,8 33,3 34,3 32,8 33,5
II 24,8 26,8 25,3 24,8 22,8 24,9
III 24,3 20,8 24,3 26,3 22,8 23,7
IV 17,3 16,3 14,8 14,8 16,3 15,9
Jurnal ELTEK, Vol 11 No 01, April 2013 ISSN 1693-4024
66
Tabel 2. Data Pengukuran Spektrofotometer
Sampel
(ikan
asin)
Hasil pengukuran instrumentasi standar
(ppm)
Nilai
rata-rata
I II III IV V
I 35,05 35,10 35,06 35,1 35,05 35,07
II 26,01 26,01 26,01 26,02 26,02 26,01
III 25,3 25,27 25,3 25,28 25,27 25,29
IV 17,03 17,02 17,01 17,01 17,01 17,01

Tabel 3. Data Perbandingan dengan Hasil Uji Referensi
Sampel
(ikan asin)
Nilai rata-rata
(spektrofotometer)
Nilai rata-
rata alat
yang dibuat
Kasalahan
relatif (%)
I 35,073 33,5 4,48
II 26,012 24,9 4,27
III 25,286 23,7 6,27
IV 17,010 15,9 6,52
Kesalahan rata-rata (%) 5,38
4.2 Pembahasan
1) Kurva Sensor Merah (Red)
Pembuatan kurva data hasil pengujian bertujuan untuk
mengetahui nilai linieritas hasil pengujian sistem. Data hasil
pengujian dibuat kurva data konsentrasi larutan: 10 ppm 60
ppm, yang ditunjukan dalam tabel 4.
Tabel 4. Data Nilai Merah
Konsentrasi larutan (ppm) Nilai R
10 95
20 80
30 70
40 60
50 45
60 10

Hariyadi Singgih, Uji Kandungan Formalin, Hal 55-70
67
Hasil pembacaan sensor filter merah (Tabel 4) pada konsentrasi
larutan 10 ppm, pembacaan sensor pada nilai R (red)
menunjukkan nilai 95, pada konsentrasi larutan 60 ppm,
pembacaan sensor pada nilai R menunjukkan nilai 10.

Gambar 13. Kurva Standar Regresi Konsentrasi Dengan
Nilai Red
2) Kurva Sensor Hijau (Green)
Dalam Tabel 5 hasil pembacaan sensor filter hijau untuk
konsentrasi larutan =10 ppm, pembacaan sensor pada nilai G
(green) menunjukkan nilai 15, pada konsentrasi larutan =60 ppm,
pembacaan sensor pada nilai G menunjukkan nilai 5. Pembacaan
sensor menggunakan mode filter hijau pada hasil pengukuran
kandungan formalin menunjukkan respon yang kurang baik.
Tabel 5. Data nilai hijau
Konsentrasi
larutan (ppm)
Nilai G
10 15
20 15
30 10
40 10
50 5
60 5


Jurnal ELTEK, Vol 11 No 01, April 2013 ISSN 1693-4024
68

Gambar 14. Kurva Standar Regresi Konsentrasi Dengan Nilai
Green

3) Kurva Sensor Biru (Blue)
Dalam Tabel 6, hasil pembacaan sensor filter biru untuk
konsentrasi larutan 10 ppm, pembacaan sensor pada nilai B (blue)
menunjukkan nilai 45, pada konsentrasi larutan 60 ppm,
pembacaan sensor pada nilai B menunjukkan nilai 5. Pembacaan
sensor menggunakan mode filter biru pada hasil pengukuran
kandungan formalin menunjukkan respon yang kurang baik, dan
mode filter biru mampu membaca perubahan komposisi RGB
pada larutan formalin dengan konsentrasi 10-60 ppm, akan tetapi
hasil pembacaan filter hijau menunjukkan angka perubahan pada
komposisi larutan RGB.
Tabel 6. Data Nilai Biru
Konsentrasi
larutan (ppm)
Nilai B
10 45
20 35
30 20
40 10
50 10
60 5

Hariyadi Singgih, Uji Kandungan Formalin, Hal 55-70
69

Gambar 15. Kurva Standar Regresi dengan Nilai Blue

5. PENUTUP
Dari hasil dan pembahasan data pengujian alat ukur
kandungan formalin dapat disimpulkan:
1) Dari 4 sampel ikan asin yang diambil dibeberapa pasar di Kota
Malang, 3 diantaranya tidak layak dikonsumsi dikarenakan
kandungan formalinnya melebihi ambang batas kelayakan
konsumsi (ambang batas =20 ppm). Artinya pemakaian zat
formalin sudah membudaya dimasyarakat.
2) Hasil pengujian filter merah pada sensor TCS 3200
mempunyai respon paling baik dibanding filter hijau dan biru.
3) Alat ukur kandungan formalin hasil penelitian ini mampu
mengukur kandungan formalin pada konsenstrasi 10 ppm-60
ppm, dan untuk pembacaan diatas nilai 60 ppm alat tetap bisa
membaca tetapi hasilnya tidak akurat.
4) Prosentase kesalahan ukur terbesar setelah dilakukan uji
banding dengan alat referensi sebesar 6,52% dan dalam
pengujian sistem secara keseluruhan didapat kesalahan rata-
rata sebesar 5,38%.
5) Untuk mendapatkan nilai RGB optimal dari suatu objek
berwarna, jarak pambacaan sensor dari objek sekurang-
kurangnya 2 cm, karena pembacaan sensor yang optimal
terletak pada jarak 2-3 cm dari objek.
6. DAFTAR PUSTAKA
Fluka, 2001. - .
Masruroh, L. 2010.
Glukosa Pada Apel (Malus Sylvestris Mill) Dengan
,
Jurnal ELTEK, Vol 11 No 01, April 2013 ISSN 1693-4024
70
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,
Skripsi.
Mahdi, C dan Mubarrak, Shofi A. 2008.
Formalin, Borak dan Pewarna Rhodamin pada Produk
, Berkala Ilmiah
Perikanan Vol.3, Universitas Brawijaya.
Mengenal Berbagai Produk Reagen Kit Tester
Untuk Uji Formalin, Borak, Zat Pewarna Berbahaya Dan
Lampiran
2, Universitas Brawijaya. chanifmahdi@gmail.com
Noor, Etty D. 2010.
Karoten Mengguna ,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,
Skripsi.
Service Buletin. 2006. , Edisi
J anuari No.73/ tahun VII. (diakses, 8 April 2012)
Wasito S. 2004. Data Sheet Book 1. J akarta: PT Elex Media
Komputindo.
www.myavr.wordpress.com Menampilkan Nilai RGB Suatu
Object Dengan Sensor Warna TCS230 Berbasis AVR
. (diakses, 8 April 2012 )

You might also like