Professional Documents
Culture Documents
Apabila seekor tikus (mati) jatuh ke minyak samin, jika minyak samin itu beku maka buang
bangkai tikus & bagian minyak samin nan beku nan terkena (najisnya), & jika minyak samin itu
cair maka jangan engkau dekati [HR Abu Daud & Nasa'i, derajat hadits ini Hasan]
Dari hadits di atas dipahami bahwa haram mendekati minyak cair nan bercampur najis, &
menjual minyak nan najis berarti mendekatinya maka hukumnya jelas haram.
Begitu juga haram hukumnya menjual makan olahan & obat-obatan nan telah bercampur najis
(babi), karena tak dapat dipisahkan lagi antara najis (babi) & bahan baku lainnya nan halal.
VAKSIN nan MENGANDUNG GELATIN BABI
Sebagaimana telah diketahui bahwa gelatin babi hukumnya adalah najis, lalu bagaimanakah
hukum melakukan vaksinasi utk kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu, seperti vaksin
meningitis nan merupakan persyaratan utk mendapatkan visa & umrah?
Laporan dari berbagai sumber memang dinyatakan bahwa vaksin meningitis mengandung gelatin
babi. Gelatin babi hukumnya najis serta haram hukumnya dimasukkan ke dlm tubuh. Maka
hukum melakukan vaksin ini adalah haram.
Namun hukum haram ini bisa berubah dlm kondisi tertentu, yaitu: bila tak terdapat alternatif lain
pengganti vaksin nan mengandung gelatin babi & kuat dugaan orang nan tak mendapat vaksin ini
akan terserang penyakit berbahaya nan berakibat kepada cacat permanen atau bahkan kematian.
Maka dlm kasus ini dapat digolongkan dlm kondisi darurat.
Allah berfirman.
Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa nan diharamkan-Nya atasmu,
kecuali apa nan terpaksa kamu memakannya [Al-An'am: 119]
Ini berarti, Allah menghalalkan bagi hamba-Nya sesuatu nan dia haramkan dlm kondisi darurat. l
Akan tetapi jika terdapat alternatif lain pengganti gelatin babi seperti gelatin sapi maka
seyogyanyalah pihak nan berwenang di sebuah Negara berpenduduk mayoritas Islam utk
memberikan pelayanan nan paripurna terhadap rakyatnya.
[Ustadz Erwandi Tirmidzi MA, saat ini sedang menempuh Doktoral di Jami'ah Al-Imam
Muhammad bin Su'ud, Riyadh, universitas terkemuka di KSA. Disalin dari Majalah Pengusaha
Muslim Edisi 19 Volume 2/Agustus 2011]
Referensi
(*1). Badriyah Al-Haritsy, An-Nawazil fil Athimah1, thesis di Univ. Al-Imam Muhammad bin
Saud, Riyadh, halaman 504
(*2). Al-Mausuah Al-Kuwaytiyyah 10/278
(*3). Al-Durr Al-Mukhtar 1/217
(*4). Nihayatul Muhtaj 1/247
(*5). Al-Mughni 1/60
(*6). Nawazil fil Athimah 1/499, Basim Al-Qarafi, Nawazil Fithaharah, thesis di Univ. Al-Imam
Muhammad bin Saud, Riyadh 1/378
(*7). Ibid
(*8). Nawazil fil Athimah 1/500
(*9). Journal Fiqh Council, edisi III, vol 1409H, halaman 47
(*10). Qararat Al-Majma Al-Fiqhiy Al-Islami, hal. 316
(*11). Journal Al-Buhuts Al-Islamiyah, edisi XX, vol. 1407H, hal 178
sumber: www.almanhaj.or.id penulis Ustadz Erwandi Tarmidzi MA tags: Mazhab Hanafi, Susu
Formula, Pembuatan Garam, Pembuatan Permen, Obat Obatan