You are on page 1of 10

TUGAS TINJAUAN PUSTAKA

MALARIA BERAT
(BLOK HEMATOPOETIK & LIMFORETIKULER)



DISUSUN OLEH:
NAMA: SURYA MEKA NOVITA SARI
NIM: H1A 212 058



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2014

A. PENDAHULUAN
Malaria masih menjadi masalah kesehatan global di 40 % populasi dunia, lebih dari 2400
juta orang berisiko terpapar malaria di 100 negara. Ditambah lagi dengan meningkatnya orang
bepergian dari tempat yang non malaria terinfeksi dan biasanya menjadi parah setelah kembali
ke daerah asalnya.
1
Terdapat 4 jenis spesies parasit yang berbeda, yaitu Plasmodium falsiparum, P.Vivax, P.
Ovale dan P. Malariae. Malaria Tropika yang disebabkan oleh P. falsiparum, merupakan
penyebab sebagian besar kematian akibat malaria.
2
Plasmodium falsiparum sering dapat
menyebabkan malaria berat.
3
Plasmodium ini membunuh > 1 juta orang tiap tahunnya. Malaria
dengan komplikasi digolongkan sebagai malaria berat, yaitu menurut definisi WHO tahun 2010,
merupakan infeksi Plasmodium falsiparum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi
berupa : malaria cerebral, anemia berat, gagal ginjal akut, edema paru, hipoglikemi, syok,
perdarahan, kejang, asidosis dan makroskopis hemoglobinuria.
1
Plasmodium falciparum menyebabkan bentuk yang berat dari infeksi malaria dan
biasanya terjadi di daerah tropis. Infeksi parasit ini dapat mematikan bila kurangnya
pengetahuan tentang pengenalan penyakit dan komplikasinya serta penanganan yang tepat.
Kondisi ini menjadi lebih rumit dengan adanya peningkatan angka kejadian plasmodium
falciparum yang resisten terhadap klorokuin dan anti malaria lainnya. Penanganan yang tepat
sangat diperlukan terutama pada penderita resiko tinggi seperti anak-anak dan wanita hamil.
4
Sekitar 41 % dari populasi penduduk dunia tinggal di daerah malaria (Afrika, Asia,
Timur Tengah, Amerika tengah dan selatan, Hispaniola dan Oceania).
2
Diperkirakan 700 ribu sd
2,7 juta orang meninggal karena malaria setiap tahunnya, 75 % diantaranya adalah anak di
Afrika. Di Afrika sebagai daerah transmisi malaria yang tinggi, sekitar 990.000 orang mati
karena malaria pada tahun 1995, atau sekitra 2700 orang per hari atau 2 orang per menit. Pada
tahun 2002 malaria adalah penyebab kematian keempat pada anak di negara sedang berkembang.
Tidak semua penyakit dan kematian karena malaria datang ke rumah sakit maka angka ini
seharusnya lebih tinggi.
5
Petunjuk pengenalan dan penatalaksanaan untuk malaria berat mendapat perhatian lebih
dari badan dunia termasuk WHO . WHO mengeluarkan petunjuk penatalaksanaan malaria pada
tahun 1991 dan sudah mengalami beberapa kali revisi. Selain itu pedoman untuk
penatalaksanaan malaria juga sudah direvisi beberapakali oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
1
B. ETIOLOGI
Malaria disebabkan oleh sporozoa dari genus Plasmodium yang merupakan parasit
amoeboid intraseluler pada vertebrata yang enghasilkan pigmen, dengan siklus hidup pada hati
dan eritrosit. Penularan kepada manusia adalah melalui vektornya, yaitu nyamuk Anopheles
betina.
4

Sebagian besar kasus malaria berat di sebabkan oleh Plasmodium Falsiparum. Malaria
berat juga dilaporkan pada penderita malaria yang disebabkan Plasmodium lainnya, yaitu:
Plasmodium Vivax Dan Knowlesi.
2

C. EPIDEMIOLOGI

Gambar tersebut merupakan gambaran kejadian malaria yang terjadi di Provinsi Nusa
Tenggara Barat pada masing-masing Kabupaten. Terlihat bahwa, kasus malaria banyak terdapat
pada Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, Sumbawa Barat, dan Lombok Tengah. Hal ini
terkait dengan area jangkauan vector malaria yang dapat dipengaruhi oleh arah angin,
kelembaban, ketinggian dari permukaan air laut, serta kuantitas hujan.

Gambar: Kejadian Malaria Di Indonesia

Gambar: Penyebab Kejadian Malaria di Indonesia
D. PATOGENESIS


E. DIAGNOSIS

a. Anamnesis
Keluhan utama pada malaria adalah demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Pada anamnesis juga perlu
ditanyakan: riwayat berkunjung ke daerah endemik malaria, riwayat tinggal di daerah endemik
malaria, riwayat sakit malaria/riwayat demam, riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir,
dan riwayat mendapat transfusi darah.
1
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan: demam (>37,5 C aksila), konjungtiva atau telapak
tangan pucat, pembesaran limpa (splenomegali), pembesaran hati (hepatomegali). Manifestasi
malaria berat dapat berupa penurunan kesadaran, demam tinggi, konjungtiva pucat, telapak
tangan pucat, dan ikterik, oliguria, urin berwarna coklat kehitaman (Black Water Fever ), kejang
dan sangat lemah (prostration). Sehingga pada penderita malaria berat harus segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki sarana dan prasarana yang lebih lengkap untuk
mendapatkan perawatan yang lebih lanjut.
3
Malaria berat adalah : ditemukannya Plasmodium falciparum stadium aseksual dengan
minimal satu dari manifestasi klinis atau didapatkan temuan hasil laboratorium (WHO, 2010) :
1. Perubahan kesadaran
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
3. Tidak bisa makan dan minum
4. Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
5. Distres pernafasan
6. Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik <70 mm Hg (pada anak: <50 mmHg)
7. Ikterus disertai disfungsi organ vital
8. Hemoglobinuria
9. Perdarahan spontan abnormal
10. Edema paru (radiologi)
1

c. Pemeriksaan Laboratorium
1. Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)
2. Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
3. Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematokrit <15%)
4. Hiperparasitemia (parasit >2 % per 100.000/L di daerah endemis rendah atau >
5% per 100.0000/l di daerah endemis tinggi)
5. Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
6. Hemoglobinuria
7. Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)
3

Dengan kata lain pada malaria berat, selain dilakukan pemeriksaan apusan darah
tebal atau tipis, RDT, dan PCR juga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti:
pengukuran hemoglobin dan hematokrit, penghitungan jumlah leukosit dan trombosit,
kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT dan SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas darah) dan
urinalisis. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan kondisi pasien derta menilai
komplikasi yang terjadi akibat malaria.
7

F. TATALAKSANA
Pasien yang menderita malaria berat harus dirujuk ke Dokter Spesialis Anak Ataupun
Spesialis Penyakit Dalam. Namun pasien harus terlebih dahulu diberi dosis awal Artemisinin
atau Artesunat per Intra Muskular atau Intra Vena dengan dosis awal 3,2mg /kg BB.
Apabila rujukan tidak memungkinkan, pengobatan dilanjutkan dengan pemberian dosis lengkap
artemeter intra muscular. Pengobatan malaria berat untuk ibu hamil di Puskesmas dilakukan
dengan memberikan kina HCl pada trimester 1 secara intra muscular dan artemeter injeksi untuk
trimester 2 dan 3.
1

Pengobatan malaria di RS dianjurkan untuk menggunakan artesunat intravena.
Pengobatan malaria berat untuk ibu hamil pada trimester 2 dan 3 menggunakan artesunate
intravena, sedangkan untuk ibu hamil trimester 1 menggunakan kina parenteral.
7
a. Kemasan dan cara pemberian artesunat
Artesunate parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik
dan pelarut dalam ampul yang berisi 0,6 ml natrium bikarbonat 5%. Untuk membuat larutan
artesunat dengan mencampur 60 mg serbuk kering artesunik dengan larutan 0,6 ml natrium
bikarbonat 5%. Kemudian ditambah larutan Dextrose 5% sebanyak 3-5 cc. Artesunat (AS)
diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgBB per-iv, sebanyak kali jam ke 0, 12, 24. Selanjutnya
diberikan 2,4 mg/kgbb per-iv setiap 24 jam sampai penderita mampu minum obat. Larutan
artesunat ini juga bisa diberikan secara intramuskular (i.m) dengan dosis yang sama.
1
Apabila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan
regimen dihydroartemisinin-piperakuin atau ACT lainnya selama 3 hari + primakuin (dosis pada
gambar).

b. Kemasan dan cara pemberian artemeter
Artemeter intramuskular tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg artemeter dalam larutan
minyak. Artemeter diberikan dengan dosis 3,2 mg/kgBB intramuskular. Selanjutnya artemeter
diberikan 1,6 mg/kgBB intramuskular satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat.
Apabila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan regimen
dihydroartemisinin-piperakuin atau ACT lainnya selama 3 hari + primakuin (dengan ketentuan
seperti dalam gambar dibawah).
2

Obat alternatif malaria berat

c. Kemasan dan cara pemberian kina parenteral
Kina per-infus masih merupakan obat alternatif untuk malaria berat pada daerah yang
tidak tersedia derivat artemisinin parenteral dan pada ibu hamil trimester pertama. Obat ini
dikemas dalam bentuk ampul kina hidroklorida 25%. Satu ampul berisi 500 mg/2 ml. Pemberian
Kina hidroklorida pada malaria berat secara intramuskuler untuk pra rujukan:
(1) Dosis dan cara pemberian kina pada orang dewasa termasuk untuk ibu hamil : Loading
dose: 20 mg garam/kgBB dilarutkan dalam 500 ml dextrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan
selama 4 jam pertama. Selanjutnya selama 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau
NaCl 0,9%. Setelah itu, diberikan kina dengan dosis maintenance 10 mg/kgBB dalam larutan
500 ml dekstrose 5 % atau NaCl selama 4 jam. Empat jam selanjutnya, hanya diberikan lagi
cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%. Setelah itu diberikan lagi dosis maintenance seperti di atas
sampai penderita dapat minum kina per-oral. Apabila sudah sadar/dapat minum, obat pemberian
kina iv diganti dengan kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgBB/kali, pemberian 3 kali
sehari (dengan total dosis 7 hari dihitung sejak pemberian kina perinfus yang pertama).
(2) Dosis anak-anak : Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgBB (jika umur <2 bulan : 6-8
mg/kgBB) diencerkan dengan dekstrosa 5% atau NaCl 0,9% sebanyak 5-10 cc/kgBB diberikan
selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat minum obat.
2

Keterangan
- Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian.
- Pada penderita dengan gagal ginjal, dosis maintenance kina diturunkan 1/3 - 1/2 nya.
- Pada hari pertama pemberian kina oral, berikan primakuin dengan dosis 0,75 mg/kgBB.
- Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.
- Hipoglikemia dapat terjadi pada pemberian kina parenteral oleh karena itu dianjurkan pemberiannya dalam
Dextrose 5%
G. PENUTUP
Malaria berat merupakan infeksi Plasmodium falsiparum stadium aseksual dengan satu
atau lebih komplikasi berupa : malaria cerebral, anemia berat, gagal ginjal akut, edema paru,
hipoglikemi, syok perdarahan, kejang, asidosis dan makroskopis hemoglobinuria. Penyebab
Malaria Berat sering karena infeksi plasmodium falsiparum, tapi plasmodium vivax dan
plasmodium knowlesi juga dapat menyebabkan malaria berat. Patogenesis malaria berat masih
belum jelas, diduga adanya sitoaderen dan sekuestrasi eritrosit yang berisi parasit dalam
mikrovaskular organ vital. Oleh karena malaria Berat merupakan keadaan yang emergensi.
Untuk itu diperlukan diagnosis yang cepat dan terapi yang tepat untuk mengurangi mortalitas
akibat penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

1
Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. 2012
Available at http://www.depkes.go.id/
[Accessed 27 April 2014]
2
Olumese, Dr P. Guidelines For The Treatment Of Malaria 2
nd
Edition. WHO. 2010
Available at http://www.who.int/
[Accessed 25 April 2014]
3
Anonim. A Practical Handbook 3
rd
Edition: Management Of Severe Malaria. WHO. 2012
Available at http://www.who.int/
[Accessed 25 April 2014]
4
Jawetz, Melnick, & Adelbers. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.2005.
5
Dinas Kesehatan Provinsi NTB. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun
2012. Jakarta: Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2012
Available at http://www.depkes.go.id/
[Accessed 1 May 2014]
6
Kementrian Kesehatan RI. Epidemiologi Malaria. Jakarta: Buletin Jendela Data & Informasi
Kesehatan. 2011
Available at http://www.depkes.go.id/
[Accessed 1 May 2014]
7
Anonim. Pocket Book Of Hospital Care For Children: Guidelines For The Management Of
Common Childhood Illnesses 2
nd
Edition. WHO. 2013
Available at http://www.who.int/
[Accessed 1 May 2014]

You might also like