You are on page 1of 44

MAKALAH BLOK IKGK 2.

2
SKENARIO 5
PREMATURE LOSS



Disusun Oleh Kelompok 4

Khalisah Hannah Wajong (1206207653)
Cymilia Gityawati (1206207741)
Devina Rahma Dwiputri (1206207855)
Hana Tania Rahmaputri (1206207861)
Farahdillah (1206237183)
Fanny Anduari Dianty (1206239005)
Fatma Karima (1206241956)
Hudzaifah Muhammad (1206256390)
Hafshah Samrotul Mahabbah (1206256610)


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS INDONESIA
2014
2


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
makalah ini dapat terselesaikan.
Dengan disusunnya makalah ini, tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen fasilitator yang telah memberikan banyak masukan kepada kami, seluruh staf pengajar
mata kuliah IKGK 2.2, seluruh anggota kelompok 4 yang telah berkontribusi secara
maksimal dalam penyusunan laporan ini, dan pihak-pihak lain yang telah turut membantu
dalam penyusunan laporan ini
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik melalui
laporan ini. Namun, sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, tentu masih banyak
kesalahan yang terdapat dalam laporan ini. Laporan ini tentu masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari staf pengajar, teman-teman, dan
siapapun yang membaca laporan ini agar makalah berikutnya dapat dibuat lebih baik
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan ilmu
pengetahuan khususnya.







Depok, 18 Mei 2014



Penulis



3

DAFTAR ISI

Judul...................................................................................................................................1
Kata pengantar .................................................................................................................2
Daftar isi.............................................................................................................................3
BAB I
1.1 Kasus...........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.4
1.3 Hipotesis..............................................................................................................4
1.4 Sasaran Belajar........................................................................................................4
BAB II
2.1 Etiologi maloklusi............................................................................6
2.2 Premature loss.....................................................11
2.3 Patofisiologi maloklusi akibat premature loss....................................................14
2.4 Tingkatan perawatan orthodontic
2.4.1. Preventif..............................................................................................16
2.4.2. Interseptif16
2.4.3. Kuratif.17
2.5 space maintainer
2.5.1 Lepasan27
2.5.2 Cekat31
2.5.3 Space regainer.........................................................................33
2.6 Pertimbangan radiografis premature loss......................................................... 35
BAB III
Kesimpulan..........................................................................................................43
Daftar pustaka........................................................................................................44







4

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 KASUS
Seorang ibu datang ke klinik gigi membawa 2 orang anaknya.
1. Tanti, 8 tahun, mengalami kehilangan gigi sulung bawah geraham kedua kanan
karena diekstraksi.
2. Nina, 6 tahun, geraham sulung sebelah kiri bawah sering bengkak dan berlubang
besar. Nampaknya Nina malas gosok gigi padahal gemar makanan manis dan
lengket. Profil wajah agak cembung, gigi geligi di rahang atas berjejal ringan.
Hasil pemeriksaan gigi geraham sulung tersebut tidak dapat dipertahankan lagi,
sedangkan gigi 36 mulai erupsi.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1. apa saja etiologi maloklusi? (local, sistemik)
2. Bagaimana pengaruh premature loss terhadap erupsi gigi tetap?
3. Bagaimana perawatan yang dilakukan untuk mencegah migrasi gigi akibat premature
loss?
4. Factor apa saja yang dapat menyebabkan premature loss?
5. Bagaimana gambaran radiograf pada premature loss?
6. Bagaimana pertimbangan rencana perawatan gigi sulung terhadap pertumbuhan gigi
permanen berdasarkan gambaran radiograf?

1.3 HIPOTESIS
1. Tanti (8 tahun) mengalami premature loss karena ekstraksi gigi 85 sehingga
diperlukan perawatan preventif ortho berupa space maintainer
2. Nina (6 tahun) mengalami maloklusi karena gigi berjejal dan indikasi ekstraksi pada
gigi geraham sulung bawah kiri sehingga diperlukan perawatan interseptif ortho
namun sebelum dilakukan perawatan ortho diperlukan pertimbangan radiografis

1.4 SASARAN BELAJAR
1. Menjelaskan etiologi maloklusi (local & sistemik)
2. Menjelaskan akibat yang dapat disebabkan oleh premature loss
5

3. Menjelaskan patofisiologi maloklusi akibat premature loss
4. Menjelaskan perawatan orthodontic
a. Preventif
b. Interseptif
c. Kuratif
d. Rehabilitative
5. menjelaskan space maintainer
a. macam-macam
b. indikasi & kontraindikasi
c. pertimbangan desain alat
6. menjelaskan pertimbangan radiograf pada premature loss gigi sulung
a. benih gigi permanen : akar, mahkota
b. waktu erupsi
c. resorpsi akar
d. pertimbangan ruang



















6


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Etiologi maloklusi
Maloklusi terjadi karena faktor hereditas dan faktor lokal.
Faktor hereditas dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari yang normal hingga yang
memang merupakan kelainan, dan memberikan dampak terhadap skeletal, jaringan lunak,
gigi, dan bahkan kombinasi, yang berlanjut pada maloklusi.
Penyakit-penyakit sistemik yang berpengaruh terhadap rongga mulut sehingga mengubah
lengkung gigi atau susunannya, merupakan penyakit yang berinvestasi terhadap jaringan
periodontalnya.
Penyakit sistemik yang kongenital, berdampak terhadap bentuk skleletal dan gigi, yang
kemudian muncul sebagai anomali-anomali gigi, baik itu terhadap jumlah, bentuk, maupun
struktur.
Faktor Lokal
1. Anomali Jumlah Gigi
a. Developmental missing teeth
i. Anodontia
ii. Oligodontia
iii. Hypodontia
Anodontia dan oligodontia prevalensinya kecil, namun biasanya terkait
dengan penyakit ectodermal dysplasia.
b. Supernumerary teeth
i. Konus
Muncul gigi tambahan dengan bentuk konus, tidak sesuai dengan gigi
apapun
ii. Tuberkel
Muncul cusp tambahan yang tidak pada tempatnya yang normal (dapat
muncul pada buccal dan palatal) yang dapat mengganggu oklusi
iii. Supplemental
Gigi tambahan yang bentuknya sama dengan salah satu gigi yang ada.
iv. Odontomes
7

Gigi supernumerary yang muncul menyerupai benih gigi dan tidak
erupsi sehingga menghalangi gigi yang sebenarnya untuk erupsi



c. Early loss dari deciduous atau permanen
Kehilangan gigi sebelum waktunya dapat disebabkan oleh:
i. Lesi karies yang meluas
ii. Trauma yang menyebabkan vitalitas gigi hilang dan terjadi
pembentukan abses sehingga menjadikan gigi tersebut akhirnya
memiliki indikasi ekstraksi
iii. Anak mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga terjadi
pembentukan abses multiple dan hal itu dapat menyebabkan premature
loss
iv. Resorpsi akar gigi yang lebih cepat dari seharusnya
v. Ekstraksi prematur pada rangkaian terapi
vi. Penyakit seperti Rickets

Premature loss
Istilah premature digunakan apabila gigi hilang lebih cepat 6 bulan lebih
dari yang seharusnya atau secara fisiologis.
Berikut merupakan dampak yang dapat terjadi terhadap lengkung gigi atau
susunan gigi apabila gigi-gigi tertentu yang mengalami premature loss:
- Incisor --> dampak minimal, jarak-jarak yang tercipta dari
premature loss incisor bisa tertutupi lagi setelah tumbuh gigi
permanen
8

- Canines --> akan terjadi pergeseran centerline apabila
hilangnya unilateral
- Molar pertama --> terjadi pergeseran centerline namun sedikit
dan molar yang erupsi akan bergeser ke arah mesial dan
menjadi crowding
- Molar kedua --> tidak terjadi pergeseran centerline dan molar
yang erupsi akan bergerak ke mesial dan ruang untuk premolar
hilang

d. Gigi deciduous yang persisten
i. Karena gigi permanennya secara kongenital hilang
ii. Apabila gigi permanennya ada, maka akan menyebabkan gigi
permanen impaksi atau bergeser dari jalur normalnya







9

2. Anomali Ukuran dan Bentuk Gigi
a. Makrodontia/mikrodontia
Mikrodontia merupakan gigi yang lebih kecil dari ukuran normal. Mikrodontia
dapat menjadi faktor predisposisi dari spacing.
Makrodontia merupakan gigi yang lebih besar dari ukuran normal.
Makrodontia dapat menjadi faktor predisposisi dari crowding.
b. Peg lateral incisors
c. Dilaceration
i. Dapat menjadi sulit untuk erupsi karena akarnya tertahan
ii. Gigi menjadi sulit bergerak
iii. Menghalangi atau menyulitkan pembentukan akar dari gigi di
sebelahnya
d. Twin teeth (geminasi / fusi)
Dapat menjadi faktor predisposisi dari crowding.
e. Dens evagenatus
3. Anomali Posisi
a. Ektopik --> karena tooth bud berada pada posisi yang salah
b. Infraoklusi --> konsekuensi dari kegagalan sebuah gigi untuk erupsi karena
ankylosis.
Gigi yang mengalami ankylosis menjadi tidak erupsi dengan baik dan
menyebabkan gigi di sebelahnya menjadi tipping dan atau deviasi dental
centerline pada bagian dengan gigi yang mengalaminya, sebagai dampak dari
serat periodontal transseptal yang menghubungkan antar gigi yang tertarik
pada gigi yang infraoklusi karena ankyosis










10

c. Impaksi
d. Transposisi

4. Kebiasaan
a. Thumb sucking
b. Tongue thrusting
c. Mouth breathing
5. Lain-lain
a. Trauma
i. Dapat menyebabkan kerusakan pada benih gigi permanen -->
disturbance in enamel formation dan anomali pada gigi
ii. Menyebabkan pergeseran dari gigi permanen disertai atau tidak disertai
premature loss dari gigi deciduous --> dilaserasi
iii. Kerusakan secara langsung terhadap gigi permanen
b. Abnormalitas bawaan lahir --> abnormal frenulum
Frenulum yang normal, seratnya tidak masuk ke sutura premaksilaris, namun
frenulum yang abnormal, seratnya masuk ke sutura intermaksilaris yang
berbentuk V dan menempel pada kedalaman yang berbeda pada jaringan
penghubung dan periosteum.






11

2.2 Premature loss
Definisi
Premature loss pada gigi sulung adalah tanggalnya gigi geligi sulung sebelum waktunya.
Biasanya disebabkan oleh premature ekstraksi.

Etiologi
1. Trauma atau kecelakaan
Trauma sering terjadi pada anak-anak karena anak-anak cenderung lebih aktif dan
kurang dapat mengontrol diri daripada orang dewasa. Trauma gigi lebih sering pada gigi
anterior. Trauma m
2. Karies besar pada gigi yang tidak dapat dirawat lagi
Karies gigi merupakan penyebab utama terjadinya premature loss pada gigi posterior.
3. Resorpsi akar yang terlalu dini
4. Adanya penyakit atau kondisi yang menyebabkan prematur ekstraksi
5. Toksisitas:
- Acrodynia
- Radiasi
6. Penyakit mulut:
- Acatalasia
- Chediak-Higashi
- Hypophosphatasia
- Malignancies
7. Penyebab lain:
- Dentin dysplasia
- Aplastic anemia
- Cherubism
- Odontodysplasia

Dampak
1. Dampak terhadap fungsi dan kesehatan rongga mulut
Tanggalnya gigi sebelum waktunya dapat mempengaruhi fungsi mastikasi, karena
dengan hilangnya gigi geligi pada lengkung rahang maka tekanan kunyah akan
berkurang dan menyebabkan proses pencernaan makanan di rongga mulut kurang
maksimal sehingga menyebabkan timbulnya masalah pencernaan. Tanggalnya gigi
12

anterior dapat mempengaruhi cara bicara, walaupun efek ini hanya bersifat sementara.
Namun sebenarnya hilangnya gigi susu juga berpengaruh baik, yaitu menghilangkan
daerah penimbunan makanan dan sepsis oral sehingga mengurangi resiko karies gigi.
Namun terdapat metode-metode lain untuk menangani sepsis oral dan mencegah karies
tanpa perlu dilakukan ekstraksi gigi sulung mengingat pentingnya fungsi gigi sulung.
Sehingga perlu dipertimbangkan.

2. Dampak psikologis terhadap anak dan orang tua
Tanggalnya gigi sulung anterior akan mengubah penampilan anak, sehingga dapat
menimbulkan dampak psikologis yang tidak diinginkan. Biasanya orang tua dan anak
dapat menerima tanggalnya gigi pada usia di atas 6 tahun, namun bila gigi tanggal lebih
cepat orang tua akan mencemaskan penampilan gigi geligi yang tersisa.
Selain itu, terdapat perasaan kalah terhadap penyakit. Apabila premature loss terjadi
karena faktor karies dan sudah dilakukan perawatan semaksimal mungkin namun
perawatan tidak berhasil dan dilakukan ekstraksi, akan tercermin kesan bahwa terjadi
kegagalan perawatan. Jika gigi-gigi susu harus dicabut, lebih baik gigi tersebut dicabut
sebagai bagian dari rencana perawatan demi kebaikan si anak, dari pada sebagai akibat
dari gagalnya perawatan gigi.

3. Dampak terhadap gigi antagonis
Tanggalnya gigi dari lengkung rahang selalu diikuti dengan terjadinya ekstrusi gigi
antagonisnya. Keadaan ini juga terjadi sesudah tangganya gigi sulung, tetapi secara
kesuluruhan damoak ini hanya bersifat sementara sampai erupsi gigi permanen yang
menggantikan.

4. Dampak terhadap gigi-gigi tetap
Dampak paling penting dari tanggalnya gigi sulung terhadap oklusi dan posisi gigi yaitu
penutupan ruang tempat tumbuh gigi permanen berikutnya. Sebenarnya hilangnya gigi
pada rahang dengan gigi berjejal itu baik, karena dapat menyebabkan gigi menjadi tidak
terlalu berjejal.
Dilihat dari faktor-faktor yang terlibat pada penutupan ruang, bisa ditentukan kategori-
kategori kondisi berikut ini, dimana tanggalnya gigi susu yang terlampau cepat bisa
memberikan efek merugikan atau tidak member efek merugikan terhadap posisi gigi-gigi
tetap.
13

a) Jika ada cukup banyak ruang dilengkung gigi
Untuk mengakomodasi semua gigi tetap penggantinya, hanya sedikit atau bahkan
tidak ada ruang yang hilang akibat pergerakan spontan sesudah tanggalnya gigi-gigi
susu, dan tidak akan terjadi susunan gigi tetap yang berjejal.
b) Jika hanya ada cukup ruangan bagi erupsi gigi-gigi pengganti tanpa perlu berjejal
Hilangnya hanya sedikit ruangan sekalipun akibat pergerakan gigi-gigi ke ruang
bekas pencabutan akan bisa menimbulkan susunan gigi tetap yang berjejal-jejal. Oleh
karena itu, oklusi juga perlu dipertimbangkan di samping pertimbangan lain dalam
merencanakan penanganan untuk gigi geligi susu.
c) Jika ada sedikit kemungkinan susunan berjejal pada lengkung gigi untuk gigi tetap
pengganti
Keadaan ini hanya bisa diperbaiki dengan mencabut gigi tetap. Pada keadaan ini
biasanya perlu mencabut gigi secara simetris dari kedua sisi rahang. Oleh karena itu,
susunan gigi geligi tetap yang sedikit berjejal pada salah satu rahang biasanya
diperbaiki dengan cara mencabut dua gigi tetap dari rahang tersebut. Ini akan bisa
mengakibatkan terbentuknya ruang yang lebih besar dari pada yang diperlukan utnuk
memperbaiki susunan yang berjejal. Tanggalnya gigi-gigi susu yang terlalu cepat
pada kondisi dimana ada sedikit potensi berjejal akan menghasilkan penutupan ruang
sebagian, dan naiknya potensi susunan berjejal. Meskipun demikian, pencabutan dua
gigi tetap dari rahang sudah cukup untuk menghilangkan susunan gigi yang berjejal,
dan kelihatannya tidak ada efek yang merugikan terhadap posisi gigi-gigi tetap akibat
tanggalnya gigi-gigi susu pada situasi ini. Sekalipun demikian, seringkali ada efek
yang menguntungkan, karena kondisi berjejal seringkali terlokalisir pada region
premolar sesudah tanggalnya molar susu, dan pergerakan dari gigi-gigi di dekatnya,
serta pada posisi ini, susunan gigi yang berjejal biasanya dapat dengan mudah
diperbaiki.
d) Jika ada potensi berjejal yang hebat pada lengkung gigi bagi gigi-gigi tetap
penggantinya,
maka pencabutan sebuah gigi tetap dari masing-masing sisi lengkung gigi akan bisa
memberikan ruang yang memadai untuk gigi-gigi yang tersisa. Pada situasi seperti
ini, tanggalnya gigi susu yang terlalu cepat bisa diharapkan akan bisa mendorong
terjadinya pergerakan gigi-gigi ke ruang bekas gigi yang tanggal, dengan akibat
makin besarnya potensi susunan yang berjejal. Oleh karena itu, tanggalnya gigi-gigi
susu pada kondisi ini akan memberikan efek yang merugikan terhadap perkembangan
14

oklusi gigi.

5. Asimetris lengkung rahang
Pada lengkung rahang yang berjejal, jika tanggalnya gigi susu hanya terjadi pada satu sisi
rahang, pergerakan ke distal dari gigi-gigi yang terletak di depan ruang bekas gigi yang
tanggal tersebut akan bisa mengakibatkan asimetris dari lengung gigi, dengan disertai
penyimpanagn garis tengah, yang sulit dirawat. Oleh karena itu, pada rahang yang
berjejal sebaiknya rencanakan untuk melakukan pencabutan gigi susu yang simetris jika
ada gigi susu yang memang perlu dicabut (Avramaki & Stephens, 1988).

2.3 Patofisiologi maloklusi akibat premature loss
Maloklusi adalah penyimpangan letak gigi dan atau malrelasi lengkung geligi
(rahang) diluar rentang kewajaran yang dapat diterima. Maloklusi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor intrinsik seperti presistensi gigi sulung, gangguan erupsi gigi tetap, restorasi
yang tidak baik, frenulum labial yang abnormal, serta premature loss.
Saat gigi sulung mengalami premature loss, tulang alveolar yang awalnya sudah
terdapat soket akan membentuk kembali di atas gigi permanen, sehingga terjadi
keterlambatan erupsi pada gigi permanen. Saat erupsi gigi permanen terlambat, terdapat
waktu lebih untuk gigi sebelahnya terjadi drifting ke space yang seharusnya sudah ditempati
oleh gigi permanen yang terlambat erupsi. Sehingga terjadi maloklusi pada gigi sulung.
Besarnya derajat kehilangan ruangan bergantung pada proporsi ukuran gigi terhadap rahang,
usia saat gigi tanggal, dan jenis gigi yang tanggal. Selain itu, karies proximal juga berperan
penting dalam pemendekan panjang rahang. Pengurangan lebar mesiodistal menyebabkan
drifting gigi sebelahnya.
Bila gigi yang tanggal tidak memiliki kontak proksimal atau spacing, maka
pergeseran gigi sebelahnya ke arah ruangan kosong tersebut sedikit atau tidak ada. Bila gigi
saling berkontak atau bahkan crowding, maka pengisian ruang akan berjalan seiring
berjalannya waktu. Semakin dini gigi sulung tanggal, maka semakin besar kemungkinan
hilangnya ruang bagi gigi permanen.

a. Premature loss gigi I sulung
Premature loss pada gigi insisiv jarang menyebabkan maloklusi, kecuali pada rahang
yang crowding. Karena tanggalnya gigi insisiv sulung sebelum gigi permanen diperlukan
untuk menghindari erupsi insisiv permanen yang drifting.
15

b. Premature loss gigi C sulung
Tanggalnya gigi C sulung sebelum waktunya mungkin akan berdampak menjadi
masalah besar. Gigi C permanen merupakan gigi anterior yang terakhir erupsi, sehingga
apabila gigi C sulung sudah tanggal sebelum waktunya, maka akan ada space kosong
yang berlangsung lama dan menyebabkan drifting gigi I lateral dan gigi M1 ke arah
space kosong teresebut. Sehingga terjadi oklusi yang salah dengan gigi antagonisnya atau
maloklusi.
Premature loss gigi C seringkali unilateral sehingga gigi insisivus yang crowded
tergeser ke sisi tersebut dengan disertai pergeseran garis tengah. Keadaan ini merupakan
akibat paling serius dari tanggalnya gigi kaninus sulung karena dapat menyebabkan
oklusi yang tidak simetris. Bila gigi C sulung tanggal sebelum erupsi gigi I permanen,
maka akan terdapat diastem permanen antara gigi insisiv permanen dengan gigi caninus
permanen.
Apabila gigi C mandibula mengalami premature loss, dapat menyebabkan gigi I
drifting ke lingual karena adanya pergerakan dari otot mentalis.

c. Premature loss gigi M sulung
Pada premature loss gigi M1 sulung, gigi M2 akan bergerak ke mesial bersamaan
dengan erupsi gigi M1 tetap. Hal ini akan berdampak pada erupsi gigi premolar permanen
yang terhambat dan mesialisasi gigi M1 permanen yang mengakibatkan maloklusi. Namun
mesialisasi gigi M1 permanen tidak terjadi secara signifikan.
Pada premature loss gigi M2 sulung, gigi M1 tetap akan erupsi lebih ke mesial secara
signifikan dibandingkan apabila yang hilang adalah M1 sulung. Hal ini sangat berpengaruh
pada hilangnya ruangan bagi gigi premolar untuk tumbuh dan mesialisasi gigi M1 permanen
yang menyebabkan maloklusi.

2.4 Tingkatan perawatan orthodontic

Salah satu bentuk perawatan maloklusi adalah perawatan ortodonti yang merupakam salah
satu jenis perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran gigi yang bertujuan mendapatkan
penampilan dentofasial yang menyenangkan secara estetika yaitu dengan menghilangkan
susunan gigi yang berjejal, mengoreksi penyimpangan rotasional dan apikal dari gigi-geligi,
mengoreksi hubungan antar insisal serta menciptakan hubungan oklusi yang baik.
16

Tingkatan perawatan orthodontic sebagai berikut:
2.4.1 Preventive Orthodontic
Pengertian Preventive Orthodontic
Preventive orthodontic merupakan bagian dari praktik orthodontik yang fokus
terhadap edukasi pasien dan orangtua, pengawasan pertumbuhan dan
perkembangan gigi geligi dan struktur kraniofasial, prosedur diagnostik
dilakukan untuk memprediksi penampakan maloklusi dan prosedur perawatan
untuk mencegah terjadinya maloklusi
Preventif orthodontik itu dilakukan sebagai antisipasi dari kemungkinan akan
terjadinya atau berkembangnya maloklusi

Definisi
Graber (1966): preventive orthodontic sebagai tindakan yang dilakukan untuk
menjaga integritas keadaan gigi yang ada dan dianggap oklusi normal pada suatu
waktu tertentu.
Profitt dan Ackermann (1980): preventive orthodontic sebagai pencegahan suatu
intervensi yang potensial mengganggu perkembangan oklusal.
Tujuan Preventive Orthodontic
1. Gigi geligi permanen dengan semua gigi berada pada susunan yang baik dan
kontak baik yang kompatibel secara anatomis dengan jaringan periodonsium yang
sehat
2. Hubungan lengkung gigi yang baik dalam tiga plane of space (Frankfurt
Horizontal plane, orbital plane, mid-sagital plane) dengan interkuspal optimal
dimana oklusi sentris dan relasi sentris identik
3. Pertumbuhan gigi harmonis secara estetis dalam penampakan frontal maupun
profil
4. Stabilitas antara komponen skeletal, dental, dan muscular

2.4.2 Interceptive Orthodontic
Menurut Council on Orthodontic Education of the American Association of
Orthodontics, orthodontic interseptif adalah bagian dari ilmu dan seni orthodontik
17

yang berfungsi untuk mengenali dan mengeliminasi kemungkinan iregularitas dan
malposisi dalam perkembangan kompleks dentofasial.
Interceptive ortho akan menghilangkan oral habit dan efek buruknya tidak
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan normal pasien. Juga memastikan
tidak ada kehilangan panjang lengkung rahang karena kehilangan dini gigi sulung
atau karena gigi rotasi atau crowding dan menuntun pertumbuhan mandibula dengan
menggunakan alat myofungsional untuk memberikan keuntungan pada pasien.

Macam-macam Orthodontik Interseptif :
a. Koreksi Crossbite Anterior dan Posterior
b. Masalah yang Berkaitan dengan Erupsi Gigi
c. Space Regainer
d. Eliminasi Oral Habit
e. Muscle Excercises
f. Resolution of Crowding
g. Serial Extraction

Perbedaan preventivedan interceptiveorthodontic
Preventive Orthdontic adalah tindakan saat gigi dan oklusi masih normal, sedangkan
interceptive orthodontic adalah tindakan saat tanda dan gejala maloklusi telah ada.
Interceptive orthodontic juga dijelaskan sebagai fase dimana art dan science
mengenali dan mengeliminasi kelainan potensial dan maloklusi perkembangan OKF.
Tidak selamanya interceptive orthodontic harus dimulai dengan preventive
orthodontic, karena sulit dibedakan dalam kasus maloklusi yang mana yang harus
didahulukan preventive atau interceptive. Preventive orthodontic adalah upaya
pencegahan supaya tidak terjadi kelainan seperti maloklusi dan premature loss.
Interceptive orthodontic adalah usaha yang dilakukan supaya kelainan yang sudah ada
tidak bertambah buruk. Preventive orthodontic adalah pencegahan terhadap gangguan
berpotensi dalam perkembangan oklusal. Interceptive orthodontic adalah eliminasi
gangguan yang telah ada dengan faktor kunci yang terlibat dalam perkembangan
dentition.

2.4.3 Curative Orthodontic
18

Perawatan ini merupakan tingkat perawatan ortodontik untuk
menghilangkan kelainan gigi geligi yang telah berkembang yang telah menyebabkan
keluhan secara estetik maupun fungsi yang melibatkan maloklusi klas I, klas II, dan
klas III.

Macam Tindakan Pencegahan
a. Kontrol Karies

Karies yang terdapat pada permukaan proksimal menjadi penyebab
utama terjadinya maloklusi. Karies di permukaan proksimal membuat
hilangnya sebagian panjang lengkung rahang karena pergerakan gigi di
sebelahnya. Kehilangan panjang lengkung rahang juga dapat disebabkan
karena pergerakan mesial akibat selisih panjang rahang dengan gigi ketika gigi
permanen yang lebih besar erupsi pada oral cavity. Karies harus segera
direstorasi secara akurat dan sesegera mungkin. Untuk kasus pulpektomi atau
pulpotomi, restorasi di akhiri dengan pemasangan Stainless Steel Crown.
Inisiasi karies dapat dicegah dengan anjuran makanan, aplikasi fluoride
topikal, pit and fissure sealant, dan educating parents. (prenatal dan postnatal).

b. Konseling Orang tua
Ini merupakan cara yang paling banyak diabaikan padahal merupakan
yang paling efektif untuk preventive orthodontic. Konseling pada orang tua ini
dibagi menjadi :
a. Prenatal counseling
Adalah waktu yang paling efektif, karena orang tua akan terbuka terhadap
saran dan ide yang baik untuk bayi atau anaknya. Konseling masa prenatal ini
meliputi :
Pentingnya menjaga OH ibu
19

Makan yang tidak teratur dan maag pada ibu dapat mengakibatkan gigi
membusuk, melibatkan pulpa, khusunta masa trisemester kehamilan
Adanya penelitian yang mengindikansikan hubungan yang mungkin
antara OH ibu yang buruk dengan kelahiran premature
Ibu dengan DM, cendenrung punya OH yang lebih buruk
Meningkatnya resiko ibu yang OH buruk , dan bakterinya akan
menular ke anaknya
Mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium, posfor, cth : susu
dan olahannya, telur,dll dapat memberikan pengaruh untuk
pembentukan mahkota gigi sulung anak yang baik .
Ibu yang sedang mengandung sebaiknya memenuhi kebutuhan
nutrisinya untuk memberikal lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan
fetus.

b. Postnatal counseling
Setelah melahirkan, ibu harus diedukasi mengenai perawatan dan
pemberian ASI bagi anak. Jika anak terpaksa harus diberikan susu botol, lebih
baik menggunakan physiologic nipple dan bukan conventional nipple. Karena
conventional nipples bersifat non-fisiologis dan anak tidak dapat menyusui
melalui pergerakan lidah dan rahang bawah. Bahkan hal ini menyebabkan
anak menyusui namun menyebabkan masalah orthodonti pada gigi. Sedangkan
physiologic nipples didesain agar anak dapat menyusui kurang lebih sama
seperti aktivitas fungsi normal seperti ASI.

Orang tua juga perlu menghindari anak penggunakan pacifiers terlalu
lama, karena dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi. Selain itu,
perlu dihindari juga nursing bottle syndrome.
20

Dianjurkan dengan pemeriksaan klinis pada anak. Cara ini dibagi menjadi
beberapa tahapan :
1. Usia 6 bulan sampai 1 tahun
Merupakan periode konseling yang paling penting. Orang tua dibuat sadar
akan :
Penumbuhan dari gigi, gangguan yang terkait, slight loose motion are
possible in mildly elevated febrile condition
Kebanyakan orang tua panik atau heboh melihat gigi anak yang
tumbuhnya rotasi. Makanya harus diberi pengetahuan tentang posisi
tumbuhnya dan posisi nya yang akan baik lagi setelah erupsi sempurna
Tidak memberi gula tambahan pada susu, namun ASI merupakan yang
terbaik untuk perkembangan TMJ dan tidak menyebabkan tongue
trusting habits
Menyikat dengan bantuan sikat jari selama mandi perlu diperkenalkan.
Membersihkan gigi susu dengan saline hangat dan kapas juga
direkomendasikan, untuk mencegah nursing / rampant caries.
Anak harus dibiasakan untuk minum melalui gelas pada usai 2 tahun

2. Usia 2 tahun
Bottle-feeding , harusnya tidak diberikan menjelang tidur. Bottle-
feeding juga harus diberhentikan setelah usia 18-24 bulan. Ini akan
menurunkan resiko gigi busuk ataupun karies rampan.
Menyikat gigi setelah sarapan dan setelah makan malam
Pemeriksaan klinis untuk memeriksa karies tahap awal ataupun status
erupsi dari gigi

3. Usia 3 tahun
Pemeriksaan klinis umumnya gigi susu sudah lengkap, menilai
oklusi, molar dan kaninus, jika ada gangguan dari normalnya.
Anak harus makan 3 kali sehari.
Oral habit seperti thumb sucking, lip sucking, oral breathing, etc dan
efeknya pada masa perkembangan oklusi harus diperhatikan. Orang tua
harus diinformasikan mengenai hal ini.
21

Menilai secara klinis erupsi yang tidak sempurna dari gigi dm2 , dapat
menyebabkan gigi menjadi busuk.
Anak dimotivasi untuk meulai menyikat gigi paling tidak 1x sehari ,
baiknya setelah sarapan.

4. Usia 5 sampai 6 tahun
Orang tua harus diinformasikan tentang tanggalnya gigi sulung dan
akan berlangsung sampai usia 12-13 tahun
Pemeriksaan klinis
Kebutuhan reviem dan recall yang teratur
Kasus ekstraksi gigi sulung yang karena pembusukan misalnya,
mempertimbangkan kebutuhan, keuntungan dan pentingnya diberikan
space maintainers.

c. Menjaga gigi Primer
Gigi primer merupakan space maintainer alami dari sampai erupsinya
gigi permanen pada rongga mulut. Prosedur pencegahan yang dilakukan yaitu
dengan pencegahan karies dan restorasi yang tepat pada gigi primer. Selain itu
dapat dilakukan pula pemberian topical fluoride dan pit fissure sealant untuk
mencegah karies.


d. Ekstraksi supernumerary teeth
Supernumerary teeth dan supmplemental teeth dapat menggangu
erupsi padagigi normal. Sehingga dapat menyebabkan gigi yang berdekatan
menjadi erupsi pada posisi yang abnormal. Contohnya pada gigi mesiodens
yang tidak tumbuh, membuat celah antara gigi I1. Perawatan yang dilakukan
adalah melakukan ekstraksi untuk mencegah displacement gigi.
22


e. Penghilangan Oklusal Interferance
Fungsi premature dihilangkan karena dapat menyababkan deviasi jalur
penutupan mandibula dan merupakan faktor predisposisi bruksisme.
Dilakukan deteksi kontak premature dan pengasahan selektif. Anatomi
abnormal seperti enamel pearl juga dapat menyebabkan peremature kontak
maka dihilangkan dengan pengasahan.

f. Manajemen Gigi Ankylosed
Gigi ankylosed dapat mencegah erupsi gigi permanen atau
menghambat gigi permanen erupsi pada lokasi normal, harus didiagnosis dan
diekstraksi secara bedah pada waktu yang tepat untuk mebiarkan gigi
permanen erupsi.


g. Cek kebiasaan dan Edukasi pasien serta orang tua
Kebiasaan yang menyebabkan maloklusi seperti finger dan thumb
sucking, nail biting, dan lip biting harus diidentifikasi dan dihentikan.
h. Space Maintenence
Space maintainer dengan bentu yang berbeda-beda dibutuhkan untuk
mendapatkan space pada gigi yang premature loss.
i. Eksfoliasi gigi sulung
Biasanya gigi sulung akan tanggal 3 bulan setelah gigi di rahang
kontralateral tanggal. Penundaan biasanya disebabkan oleh:
- Over retained deciduous/root stumps
23

- Fragmen gigi sulung yang tidak resorpsi
- Kista dan tumor
- Gingiva fibrosa
- Gigi yang ankilosis dilihat secara radiograf.
- Restorasi yang overhanging pada gigi sulung
- Supernumerary teeth
- Gigi primer ankylosis
Gigi ankylosis merupakan kondisi gigi dengan tidak adaknya
membrane periodontal pada area kecil atau seluruh permukaan gigi.
Gigi sulung ankylosis tidak teresorpsi sehingga mencegah gigi
permanen untuk erupsi.

j. Perlekatan frenum abnormal
Pada maxillary labial frenum yang tebal dan fleshly dapat
menyebabkan diastema, dan menghambat erupsi gigi permanen pengganti,
perlu koreksi bedah. Lidah juga dapat dinilai adanya ankyloglossia/tongue-tie
atau tidak yang menyebabkan terhambatnya perkembangan fungsional normal
karena posisi lidah yang lebih rendan dan abnormalitas pada saat berbicara
dan menelan. Kebanyakan penyebab utamanya adalah faktor herediter.


k. Abnormal oral musculature
Kebiasaan seperti menghisap jari, menggigit kuku, tongue thrusting dan lip
biting haris dihentikan sedini mungkin. Pencegahandapat dilakukan dengan
menyusui dengan tepat dan penggunaan physiologically desgined nursing
nipple dan pacifier untuk meningkatkan fungsi normal dan aktivitas
deglutational.
24

Dapat dicegah dengan:
a. Mencegah kebiasaan tongue thrusting berhubungan dengan proses
menyususi yang lama atau fedding-botol yang lama. Harusnya keduanya
diberhentikan pada usia 18-24 bulan.
b. Tindakan hipermentalis yang menyebabkan inklinasi lingual insisiv
mandibua yang berakibat pada penurunan lengkung rahang dan
meningkatnya crowding oada gigi anterior.
Tindakan pada oral habit:
- Kebiasaan thumb/digit/lip sucking harus didistraksi
- Mouth breathing, anak dapat diberikan perhatian medis,
mempertimbangkan infeksi saluran nafas bagian atas, bantuan alat oral
seperti pre-ortodoctics trainer, dapat membiasakan anak untuk bernafas
melaui hidung, sehingga berdampak baik bagi perkembangan hidung,
adenoid, dan palatum.

l. Locked Permanent First Molar
Gigi molar 1 permanen dapat terkunci atau menyangkut pada distal
gigi dm2 . Slicing pada permukaan distal dm2 dapat membantu guiding erupsi
gigi M1.

2.5 Space maintainer
space maintainer adalah perawatan yang tepat karena erupsi gigi permanen penggantinya
masih lama. Bila sudah terjadi space loss, diperlukan evaluasi untuk menentukan apakah
diperlukan perawatan dengan space maintainer, space regainer atau tidak dilakukan
perawatan (space control) (Wibowo & Nuraini, 2008).





25

Space maintainer merupakan alat yang digunakan untuk menjaga ruang akibat kehilangan
dini gigi sulung, alat ini yang dipasang diantara dua gigi. Ruang yang terjadi akibat gigi
tanggal prematur perlu dipertahankan sebelum gigi tetangga bergeser ke diastema. Untuk
mencegah agar ruangan tersebut tidak ditempati gigi-gigi yang berdekatan perlu dipasang
piranti yang disebutspace maintainer
Fungsi:
1. Mencegah pergeseran dari gigi ke ruang yang terjadi akibat pencabutan dini.
2. Mencegah ekstrusi gigi antagonis dari gigi yang dicabut dini.
3. Memperbaiki fungsi pengunyahan akibat pencabutan dini.
4. Memperbaiki fungsi estetik dan bicara setelah pencabutan dini.
Klasifikasi space maintainer menurut Snawder 1980 adalah (a) space
maintainer cekat dengan band, (b) space maintainer cekat tanpa band atau dengan etsa
asam, (c) space maintainer lepasan dengan band atau semi-cekat, (d) space
maintainer lepasan tanpa band, (e) space maintainer fungsional atau dapat dikunyah, dan
(f) space maintainer non fungsional (Hprimaywati, 2008; AAPD, 2009).

Menurut Finn (1962), tipe space maintainer dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) jenis
space maintainer yaitu;
1. Space maintainer lepasan (removable), cekat (fixed) dan semi cekat (semi-fixed)
2. Space maintainer dengan band dan tanpa band
3. Space maintainer fungsional dan non fungsional
4. Space maintainer aktif dan pasif
5. Space maintainer kombinasi dari tipe di atas

INDIKASI
1. Adanya tanggal premature gigi sulung
2. Benih gigi pengganti lengkap
3. Ruang untuk gigi pengganti cukup (analisis model)
26

4. Relasi molar kelas I atau end to end yang akan mejadi kelas I
5. Relasi insisif baik
6. Gigi pengganti masih lama erupsinya
7. Belum terjadi maloklusi

8. Pada gambar ini terlihat kehilangan gigi molar kedua sulung rahang bawah kanan yang
merupakan indikasi penggunaan space maintainer









9. Gambaran ini memperlihatkan penggunaan distal shoe space maintainer yang meluas ke
begian mesial dari gigi M1 yg sedang erupsi, untuk mencegah gigi M1 mengalami tipping
dan berada di atas gigi P2 pada saat erupsi





10. Pada gambar ini, gigi m2 missing pada anak berumur 9 tahun dan gigi M1 telah erupsi
seluruhnya sehingga dibutuhkan penggunaan space maintainer





11. Dalam gambar ini gigi i1 dan i2 kanan dan kiri missing pada anak 4 tahun sehingga
dibutuhkan penggunaan space maintainer
27






12. Penggunaan space maintainer unilateral dalam gambar pada anak berumur 6 tahun ini
diperlukan karena jika tidak gigi m2 akan mengalami mesial drifting, dan akan bertambah
parah jika alat tidak digunakan selama fase aktif dari erupsi gigi M1.







SYARAT-SYARAT SPACE MAI NTAI NER
1. dapat menjaga ruang dimensi proksimal
2. tidak menggangu erupsi gigi antagonisnya
3. tidak menggangu erupsi gigi permanen
4. tidak mempengaruhi fungsi bicara, pengunyahan, dan fungsi pergerakan mandibula
5. dapat mencegah ekstrusi gigi lawan
6. tidak memberikan tekanan abnormal pada gigi penyangga
7. tidak mengganggu jaringan lunak
8. disain yang sederhana, ekonomis dan mudah dibersihkan.

KONTRA INDIKASI
1. Tidak terdapat tulang alveolar yang menutup mahkota gigi tetap yang akan erupsi.
2. Kekurangan ruang untuk erupsi gigi permanen
3. Ruangan yang berlebihan untuk gigi tetapnya erupsi
4. Kekurangan ruang yang sangat banyak sehingga memerlukan tindakan pencabutan dan
perawatan orthodonti
5. Gigi permanen penggantinya tidak ada

2.5.1 Space Maintainer Lepasan
28

Digunakan jika gigi hilang dalam satu kuadran lebih dari gigi, dan biasanya digunakan
karena tidak adanya gigi penyangga yang sesuai untuk alat cekat.

KLASIFIKASI SPACE MAI NTAI NER LEPASAN
1. Kelas 1 : Unilateral maxilarry posterior
2. Kelas 2 : Unilateral mandibular posterior
3. Kelas 3 : Bilateral maxilarry posterior
4. Kelas 4 : Bilateral mandibular posterior
5. Kelas 5 : Bilateral maxilarry anterior posterior
6. Kelas 6 : Bilateral mandibular anterior posterior
7. Kelas 7 : Telah kehilangan satu atau lebih geligi anterior sulung
8. Kelas 8 : Semua gigi sulung hilang

Macam-macam Space Maintainer Lepasan
1. Mandibular Removable Bilateral Space Maintainer


Space maintainer tipe ini digunakan pada anak usia 6 tahun. Ini digunakan untuk
premature loss pada dm1 dan dm2 kanan dan kiri mandibula.

Tampak dari luar mulut pasien ketika
dilepas. Kawat didesain untuk
meningkatkan retensi alat.


2. Removable Unilateral Space Maintainer



29



Space maintainer ini dianggap cukup bahaya dan sudah tidak digunakan lagi karena
bendanya yang terlalu kecil dan menyebabkan pembengkkan buat anak
3. Maxillary Removable Bilateral Space Maintenance




Space maintainer tipe ini dikenal juga sebagai nance Holding Arch or a nance
Appliance. Alat ini sebetulnya dapat menyebabkan jaringan menjadi iritasi, tetapi
penting untuk diinstuksikan kepada pasien anak dan orang tuanya untuk penggunaan
yang benar. Alat ini digunakan pada situasi dimana kehilangan bilateral dari primary
teet pada maksila.
4. Prosthetics For Maxillary Anterior Teeth






Alat ini digunakan untuk menggantikan kehilangan primary teeth pada anterior
maksila.
Desain Alat Space Maintainer Lepasan
Perencanaan
1. Untuk rahang atas, landasan akrilik harus menutupi seluruh bagian palatum sampai
daerah getar.
2. Bila ada perluasan kearah labial, maka perluasan tersebut relatif harus pendek dan
warnanya sesuai dengan jaringan sekitar.
3. Jika memakai retensi pada gigi kaninus, maka penempatan retensi harus disesuaikan
dengan umur anak.
4. Untuk rahang bawah, pada pemakaian untuk jangka waktu lama sebaiknya dibuat
lingual bar dari logam. Letak lingual bar ini pada landasan rahang bawah harus 2
30

mm lebih ke lingual dari jaringan lunak. Hal ini perlu unutk memberi tempat bagi
erupsi gigi penggantinya.
5. Retensi, Jenis retensi yang umum dipakai yaitu : cengkram adam, circumferential
clasp dan balls clasp.
Pemasangan
1. Pada pemasangan space maintainer lepasan, anak dan orangtuanya harus diberitahu
cara memasang, melepaskan dan memeliharanya.
2. Pemasangan dilakukan di depan kaca, sehingga pasien dapat melihatnya, kemudian
pasien diminta untuk mencoba memasang sendiri di depan operator dan orangtuanya.
3. Alat ini harus dilepas pada waktu tidur dan direndam dalam air, setiap hari alat ini
harus dibersihkan.

Kerugian alat space maintainer removable.
1. Alat removable dapat dilepas oleh pemakai, maka ada kemungkinan alat tersebut
dilepas dan diletakkan disembarang tempat, sehingga ada kemungkinan hilang karena
lupa meletakkannya. Sering juga saat makan di rumah makan alat tersebut dilepas
dan lupa membawanya. Yang namanya anak, seringkali alat tersebut menjadi bahan
mainan atau untuk melucu dihadapan teman sekolah atau teman bermain sehingga
ada kemungkinan terjatuh entah dimana.
2. Banyak anak yang kurang menyadari kegunaan alat space maintainer, yang
dirasakannya adalah tersiksa bila menggunakan alat mi maka seringkali anak tidak
mau memakainya.
3. Alat yang mudah dipasang dan dilepas sendiri , bahkan untuk dipermainkan akan
menyebabkan rusak.
4. Alat removable terutama yang bilateral, apabila dipergunakan dalam waktu yang lama
tanpa kontrol yang ketat dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan rahang
kearah lateral.
5. Dalam pembuatan alat removable hendaknya dipenuhi kriteria yang ada, seperti
sederhana dan agar tidak mengiritasi jaringan maka hendaknya dibuat pas dan halus.
Permukaan yang kasar akan mempermudah penempelan plak yang akan menimbulkan
masalah lain.
6. Alat removable yang sering hilang atau rusak atau tidak pernah dipakai menunjukkan
bahwa pasien tersebut kurang kooperatif, maka sebaiknya alat fixed yang dipasang.
31

Alat spacemaintainer yang fixed memiliki keuntungan lebih banyak namun
pembuatannya yang sukar.

2.5.2 Space maintainer cekat
Band and loop maintainer
Sebagai space maintainer jika terjadi kehilangan dm1 atau dm2
secara dini untuk mencegah pergeseran gigi M1 ke mesial dan
impaksi gigi P2 serta digunakan untuk kehilangan gigi caninus
primer dini untuk mencegah pergeseran gigi insisivus lateral
permanen.
Kelebihan :
Pembuatannya mudah dan murah
Pengaplikasiannya mudah
Waktu kerja singkat

Crown and loop maintainer
Digunakan jika jika terjadi kehilangan dm1 atau dm2 secara dini untuk mencegah
pergeseran gigi M1 ke mesial dan impaksi gigi P2. Digunakan jika gigi penyangga
memiliki karies besar dan memerlukan restorasi crown atau jika gigi penyangga dalam
masa terapi pulpa vital yang mana memerlukan perlindungan mahkota secara menyeluruh
Sebelum sementasi, cetakan gigi dibuat, crown dilepas dari gigi dan dipasang di cetakan,
lalu baja 0,036 inchi dipersiapkan untuk membuat loopnya. Namun, karena sulit untuk
melepas crown dan menyesuaikan dengan loop, beberapa dokter gigi lebih memilih untuk
mengadaptasikan band di atas restorasi crown dan megkonstruksikan aplikasi band and
loop konvensional
Kelebihan :
konstruksinya tampak lebih ringan
ekonomis
memperbaiki fungsi kunyah
tidak menghalangi over erupsi gigi antagonis



32




distal shoe maintainer
digunakan pada kasus jika terjadi kehilangan dm2 secara dini sebelum erupsi M1 untuk
mencegah pergeseran gigi M1 ke mesial (very premature loss) dan gigi penyangganya
memiliki karies besar dan memerlukan restorasi crown atau jika gigi penyangga dalam
masa terapi pulpa vital yang mana memerlukan perlindungan mahkota secara menyeluruh
Ditemukan oleh Roche berupa modifikasi crown and loop dengan ekstensi distal
intragingiva.
Namun, ketika M1 telah erupsi, distal shoe harus segera dilepas dan digantikan dengan
band and loop maintainer.
Pengaplikasian distal shoe mirip seperti pengaplikasian crown and loop maintainer.
Namun sebelum penempatan akhir dari maintainerdalam mulut, harus dilakukan foto alat
untuk menentukan apakah panjang alat telah sesuai dengan M1 yang belum erupsi.
Penyesuaian akhir panjang dan kontur harus dibuat saat itu juga.
Kontraindikasi:
jika beberapa gigi telah hilang, maka kurang adanya penyangga yang dapat
menyokong alloy
oral hygiene yang buruk
kooperasi pasien dan orang tua yang kurang baik
kondisi medsi tertentu, ex : blood dyscrasias, imunosupresi, kongenital, kerusakan
jantung, rematik, diabetes
Pada keadaan saat distal shoe merupakan kontra indikasi, perawatan yang dapat dilakukan
yaitu dengan menggunakan alat yang removable atau cekat yang tidak memasuki jaringan
tetapi memberi tekanan pada ridge mesial molar permanen yang belum erupsi atau
menunggu M1 erupsi dan memperbaiki space setelahnya.


33


Lingual arch
Digunakan jika terjadi kehilangan gigi secara bilateral atau jika terjadi kehilangan banyak
gigi pada lengkung RA/RB. Dapat dimodifikasi dengan crown, band atau distal shoe.
Lingual arch yang diaplikasikan pada gigi-gigi maksila disebut alat nance, alat ini mirip
dengan lingual arch namun bedanya pada bagian anterior kawat tidak menyentuh
permukaan lingual pada gigi anterior. Namun kawat direkatkan pada palatum dengan
menggunakan akrilik kecil.
Kelebihan:
Mudah dipelihara
stabil
Tidak mudah lepas, rusak atau hilang
Dapat mengatasi masalah ketidakkooperatifan pasien
Kekurangan:
Insisivus permanen dapat erupsi di belakang lingual arch jika lingual arch diaplikasikan
sebelum erupsi gigi insisivus permanen. Cara mengatasi hal ini adalah dengan
menggunakan bilateral band and loop sebelum gigi insisivus permanen erupsi lalu diganti
dengan lingual arch jika gigi insisivus permanen telah erupsi.


2.5.3 Space regainer
didesign untuk menggerakan gigi permanent yang mengalami displacement agar kembali
ke posisi normal didalam lengkung rahang, sehingga ruang erupsi yang awalnya tertutup
akibat pergeseran gigi tersebut dapat terbuka dan menyediakan ruang bagi benih gigi
permanent yang akan erupsi.
Indikasi
34

space regainer diindikasikan untuk kasus dimana ruang tempat gigi permanent
yang akan erupsi sudah tidak ada lagi karena telah terjadi displacement dari gigi
tetangganya.
Fungsi
space regainer berfungsi mempersiapkan ruang untuk erupsi gigi permanent.
Waktu penggunaan
Space regainer digunakan setelah terjadi penutupan ruang yaitu setelah 6 bulan
kehilangan gigi.
Intro
maloklusi bila dideteksi sedini mungkin dapat terhindar dari konsisi yang lebih buruk
dengan menginisiasi prosedur interceptive orthodontics.
Konsil kedokteran gigi amerika mendefinisikan interceptive orthodontics as that phase of
the science and art of orthodontics employed torecogniza and eliminated potential
irregularities and malpositions in the developing dentofacial complex
Interceptive procedure:
1. space regaining
2. correction of anterior and posterior cross bites
3. elimination of oral habits
4. muscle exercise
5. removal of soft or hard tissue impediments in the pathway of eruption
6. resolution of crowding
7. interception of developing skeletal malocclusions
space regaining
bila space maintenance tidak diaplikasikan pada premature loss gigi sulung M2, gigi
permanen M1 dapat bergerak secara tipping atau drifting kearah mesial yg berakibat pada
berkurangnya ruang pada lengkung rahang. Berkurangnya lengkung rahang dapat
menghambat gigi permanen P1 untuk erupsi.
Penyebab:
1. lesi karies
2. erupsi ectopic
3. extraksi premature tanpa space maintenance
waktu diztalization
bila anak dirawat sebelum umur 9 tahun, akar dari M1 permanen belum terbentuk
sehingga normalisasi lebih mudah. Jika watu perawatan terlambat dan M2 permanen
35

mulai erupsi menyebabkan M1 bergerak mesial menyebabkan dokter mengalami
kesulitan untuk menggerakkan 2 molar kearah distal yang membutuhkan tenaga lebih
besar, karenanya dibutuhkan corrective orthodontics.
Metode space regaining:
1. fixed appliances
a. open coil (herbst space regainer)
pada tipe ini band berdiameter 0,7mm yang ditekuk menjadi U shape
b. jackscrew space regainer
hasil dapat cepat terealisasi, buatan pabrik
c. gerber space regainer
tipe ini dapat dibuat langsung didalam mulut dalam satu kali pertemuan dan tanpa
pekerjaan laboraturium.
2. removable appliances
a. upper/lower hawleys appliances dengan helical spring
b. hawleys appliance dengan split acrylic dumb-bell spring
c. hawleys appliance dengan slingshot elastic
d. hawleys appliance dengan palatal spring
e. hawleys appliance dengan expansion screw

2.6 Pertimbangan radiografis pada premature loss
1. Pertimbangan Ruang
Apabila terjadi kehilangan gigi sulung dini maka kita harus memperhatikan beberapa hal
dalam melakukan interpretasi radiograf. Salah satunya adalah menentukan jumlah ruang yang
tersedia pada rahang untuk erupsi gigi permanen. Perbandingan lebar ruang (kecukupan
ruangan) tulang alveolar untuk erupsi dibandingkan ukuran mesiodistal benih gigi tetap di
bawahnya. Terdapat analisis Nance (1947) yang mengembangkan metode radiograf untuk
memprediksi lebar mesiodistal gigi permanen yang belum erupsi. Nance mengukur gigi C,
P1, dan P2 permanen, hal ini digunakan ketika gigi geligi I rahang bawah permanen terlihat
tumbuh berdesakan, untuk itu dilakukan pengukuran untuk memprediksi apakah gigi geligi
C, P1 dan P2 permanen yang belum erupsi akan mendapat tempat yang cukup pada lengkung
rahang. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan yaitu ukuran seluruh gigi anterior
permanen sampai gigi molar pertama permanen, perimeter rahang, dan perkiraan perubahan
36

perimeter rahang akibat pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat membantu kita untuk
memprediksi apakah akan terdapat gigi berjejal atau diastema pada saat gigi permanen erupsi.
Metode untuk menentukan lebar mesiodistal gigi permanen yang belum erupsi (kecukupan
ruang)
Metode radiografi
Metode non radiografi dengan rumus

Metode Radiografis
Teknik radiograf periapikal merupakan teknik radiograf yang paling sering digunakan untuk
melihat lebar mesiodistal gigi yang belum erupsi. Pada metode ini sangat penting untuk
melakukan teknik pengambilan gambar yaitu jarak target film dengan tepat, ada tidaknya
distorsi pada film, kejelasan batas mahkota, dan overlapping. Sehingga dapat menghasilkan
kualitas gambar yang baik dan tidak kabur. Namun penggunaan metode ini akan sulit
dilakukan pengukuran lebar mesiodistal gigi secara depat apabila terdapat gigi yang rotasi.
Nances mixed dentition analysis
Perlengkapan yang diperlukan : dental cast, penggaris milimeter, boley gauge,
periapikal radiograph. Cara menggunakan metode ini :
Jarak yang diperlukan
Ukur lebar mesio distal dari gigi permanen yang telah erupsi
Ukur lebar gigi yang belum erupsi, caninus dan premolar dari IOPA (intra-oral
peri apikal)
Total lebar mesiodistal dari semua gigi dalam setiap kuadran akan
mengingikasikan ruang yang diperlukan untuk mengakomodir gigi permanen
Jarak yang tersedia
Menggunakan brass wire, ukurlah lengkung rahang dari permukaan mesial
pada gigi molar satu permanen sampai ke permukaan mesial dari gigi molar
satu permanen pada sisi sebelahnya
37

Bandingkan ruang yang diperlukan dan ruang yang tersedia hingga ditemukan
perbedaan panjang rahang.

Huckabas mixed denition analysis
Pada analisis ini menggunakan foto radiograph dan study cast untuk menentukan
lebar gigi yang belum erupsi
Rumusnya adalah:


Keterangan
Y1 = lebar gigi yang belum erupsi
Y2 = lebar gigi yang belum erupsi, pada radiograf
X1 = lebar gigi yang telah erupsi, diukur dari model
X2 = lebar gigi yang telah erupsi, diukur dari radiograf
Metode Non-Radiografis
Analisis Moyers
Cara menggunakan analisis moyers adalah sebagai berikut :
Lebar mesiodistal keempat gigi insisivus permanen mandibula diukur dan
dijumlahkan.
Jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus mandibula dibandingkan
dengan nilai pada tabel proporsional dengan tingkat kepercayaan 75% untuk
memprediksi lebar gigi kaninus dan premolar maksila dan mandibula yang
akan erupsi pada satu kuadran.
Bandingkan jumlah ruang yang tersedia dengan ruang yang diprediksi (dari
tabel) pada kedua rahang. Jika diperoleh nilai negatif, maka dapat disimpulkan
adanya kekurangan ruang.

Analisis Tanaka-Johnston
38


2. Folikel Benih Gigi Tetap
Pada saat gigi belum erupsi benih gigi tetap akan dikelilingi oleh garis radiopak yang utuh
dan tidak terputus. Namun saat gigi sudah saatnya erupsi dimana benih gigi sudah mencapai
puncak tulang alveolar garis radiopak tipis tersebut akan mulai menghilang.






3. Lokasi/jarak benih gigi tetap sampai ke puncak tulang alveolar

Lokasi/jarak benih gigi tetap dilihat melalui gambaran radiograf panoramic sehingga dapat
ditentukan apakah kasus termasuk indikasi perawatan ortho (space maintainer) atau tidak
dengan melihat jarak antara benih gigi dengan puncak tulang alveolar.







Gambar 1. Gambaran radiograf menunjukkan benih gigi yang belum erupsi


39


Gambar 2. Penggunaan space maintainer


Gambar 3. Gigi M1 mandibula tipping ke arah mesial.

4. Posisi benih gigi tetap

Setelah gigi desidui mulai erupsi, letak benih gigi permanen:
o Sebelah lingual akar gigi desidui
o Sebelah bawah akar gigi desidui

40


Gambar A. Pada periode mix dentition terlihat benih gigi permanen di bawah gigi sulung dan
terjadi resorpsi akar.


Gambar B. Panah menunjukkan gigi sulung yang tidak memiliki benih gigi pengganti (gigi
permanen).


41


Gambar C. Indikasi ekstraksi dan space maintenance karena resistensi gigi sulung (DM2)
dan posisi benih gigi permanen P2 (partial impaction). Dengan pemasangan space maintainer,
P2 akan erupsi pada posisi normal.

5. Pembentukan ujung apikal akar gigi tetap

Keterangan:
Tahap A: Kalsifikasi titik oklusal, tanpa disertai fusi dari kalsifikasi bagian lain

Tahap B: Fusi dari titik mineralisasi; kontur permukaan oklusal sudah terlihat

Tahap C: Kalsifikasi mahkota gigi telah selesai dan dimulai proses disposisi dentin 41

42

Tahap D: Pembentukan mahkota sudah selesai

Tahap E: Panjang akar gigi lebih pendek daripada tinggi mahkotanya

Tahap F: Panjang akar gigi melebihi tinggi mahkota

Tahap G: Pembentukan akar sudah selesai, tetapi foramen apikalnya masih terbuka

Tahap H: Foramen apikal sudah tertutup


Pembentukan akar pada premolar 1 (maksila dan mandibula) yang dapat dilihat pada
gambaran radiograf di bawah ini.








43


BAB III
KESIMPULAN
- Tanti (8 tahun) mengalami premature loss pada gigi 85 sehingga diperlukan
perawatan preventive orthodontic berupa penggunaan band and loop space
maintainer
- Nina (6 tahun) mengalami maloklusi karena gigi berjejal & indikasi ekstraksi pada
gigi geraham sulung bawah kiri sehingga diperlukan perawatan preventive
orthodontic berupa:
o Edukasi orang tua
o Observasi perkembangan rahang
o Identifikasi kebiasaan buruk
o Latihan menggigit, dsb












44


Daftar pustaka

1. R E, Moyers. Handbook of Orthodontics 4th ed Year Book Medical, 1988
2. McDonald, Ralph E. Dentistry for the Child and Adolescent 8
th
ed.2004. USA:
Mosby
3. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/space_maintainer.pdf
4. elisa.ugm.ac.id/user/archive/.../1388b367b83c20b40c6ba8c7b155e8fe
5. http://www.columbia.edu/itc/hs/dental/d7710/client_edit/space-mgmt.pdf
6. http://depts.washington.edu/peddent/AtlasDemo/space012.html

You might also like