You are on page 1of 12

ANALISIS MASALAH SKENARIO B BLOK 25

Disusun oleh:
RISHA MEILINDA M. 04111001069
KELOMPOK L9
Tutor: dr. Merrina , Sp. An











PENDIDIKAN DOKTER UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SIRWIJAYA
2014
2. Ny. Romlah berdesakan saat di loket untuk menyerahkan kartu BPJS dan
Puskesmas kotor.
Jelaskan tentang BPJS (Pengertian, cara kerja, tujuan, siapa yg berhak dll)!
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang dibentuk
untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri atas BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakn program jaminan kesehatan (berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan yang diberikan kepada setiao orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayar oleh pemerintah). BPJS mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 2014.
Semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh
BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan
telah membayar iuran. Peserta BPJS Kesehatan terbagi jadi dua kelompok, yaitu: Penerima
Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan (bagi fakir miskin, cacat total tetap (fisik dan
mental), dan orang tidak mampu yang ditetapkan pemerintah dan diatur melalui peraturan
pemerintah sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari pemerintah sebagai
peserta program Jaminan Kesehatan) dan bukan PBI jaminan kesehatan (bagi pekerja
penerima upah dan anggota keluarganya, pekerja bukan penerima upah dan anggota
keluarganya, dan bukan pekerja dan anggota keluarganya). Pekerja penerima upah, gaji, dan
imbalan dalam bentuk lain terdiri atas: PNS, anggota TNI, anggota POLRI, pejabat negara,
pegawai pemerintah non pegawai negeri, pegawai swasta, dan pekerja lain yang memenuhi
kriteria pekerja penerima upah). Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang yang
berkerja atau berusaha atas risiko sendiri, terdiri atas pekerja di luar hubungan kerja atau
pekerja mandiri, dan pekerja lain yang memenuhi pekerja bukan penerima upah. Bukan
pekerja adalah setiap orang yang tidak berkerja tapi mapu membayar iuran Jaminan
Kesehatan, terfiri atas investor, pemberi kerja, penerima pensiun, veteran, perintis
kemerdekaan, bukan pekerja lain yang memenuhi kriteria bukan pekerja penerima upah.
Pegawai pemerintah non pegawai negeri sipil adalah pegawai tidak tetap, pegawai honorer,
staf khusus, dan pegawai lain yang dibayarlkan oleh APBN atau APBD. Pemberi kerja adalah
orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya yang mempekerjakan
tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan
membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
Anggota keluarga terdiri atas satu orang istri atau suami yang sah dari peserta, dan anak
kandung, anak tiri, dan/atau anak angkat yang sah dari peserta, dengan kriteria: tidak atau
belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri dan belum berusia 21 tahun
atau belum berusia 25 tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal. Jumlah peserta dan
anggota keluarga yang ditanggung oleh jaminan kesehatan paling banyak lima orang. Peserta
yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari lima orang termasuk peserta, dapat
mengikutsertakan anggota keluarga yang lain dengan membayar iuran tambahan.
Jika masyarakat tidak menjadi peserta BPJS Kesehatan, ketika sakit dan harus berobat atau
dirawat maka semua biaya yang timbul harus dibayar sendiri dan kemungkinan bisa sangat
mahal diluar kemampuan.
Iuran jaminan kesehatan yang harus dibayar oleh anggota tambahan dari peserta pekerja
bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja yang memiliki jumlah anggota keluarga
lebih dari lima orang termasuk peserta sebanyak: Rp 22.000,- per orang per bulan, bagi
peserta yang menghendaki pelayanan di ruang perawatan Kelas III, Rp 40.000,- per orang per
bulan bagi peserta yang menghendaki pelayanan di ruang perawatan Kelas II, dan Rp
50.000,- per orang per bulan bagi peserta yang menghendaki pelayanan di ruang perawatan
Kelas I. Iuran ini harus dibayar setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10 setiap
bulan kepada BPJS Kesehatan. Jika terlambat membayar, akan dikenakan denda administratif
sebesar 2% per bulan dari total iuran yang tertunggak dan ditanggung oleh pemberi kerja.
Jika terlambat karena kesalahan pemberi kerja, maka pemberi kerja wajib membayar
pelayanan kesehatan pekerjanya seebelum dilakukan pelunasan pembayaran iuran oleh
pemberi kerja. Jika ada kelebihan atau kekurangan ouran jaminan kesehatan sesuai dengan
gaji atau upah peserta, maka BPJS Kesehatan akan menghitung dan memberitahukan secara
tertulis selambat-lambatnya empat belas hari sejak diterimanya iuran atau diperhitungkan
dengan bulan berikutnya.
Tahap kepesertaan BPJS ada 2, yaitu:
1. Tahap I mulai tanggal 1 Januari 2014, meliputi PBI Jaminan Kesehatan, anggota
TNI/PNS/POLRI, peserta Persero ASKES dan JAMSOSTEK.
2. Tahap II paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019 meliputi penduduk yang belum
masuk sebagai peserta BPJS Kesehatan.
PBI Jaminan Kesehatan didaftarkan pemerintah, bukan pekerja dan anggota keluarganya
mendaftar sendiri, pemberi kerja mendaftarkan dirinya dan pekerjanya. Peserta akan
mendapat identitas peserta yang terdiri atas nama dan nomor identitas tunggal.
Setiap peserta dan anggoa keluarganya berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang
bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
kebutuhan medis yang diperlukan. Manfaat medis tidak terikat dengan besaran iuran yang
dibayarkan. Manfaat non medis meliputi manfaat akomodasi dan ambulans. Manfaat
akomodasi dibedakan berdasarkan skala besaran iuran yang dibayarkan. Ambulans hanya
diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan penyuluhan kesehatan
perseorangan (penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup
bersih dan sehat), imunisasi dasar (Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus
dan Hepatitis B (DPT-HB). Polio, dan Campak), keluarga berencana (konseling, kontrasepsi
dasar, vasektomi, dan tubektomi) dan skrining kesehatan (untuk mendeteksi risiko penyakit
dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu). Pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang dijamin meliputi administrasi pelayanan, pelayanan promotif dan preventif,
pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis, tindakan medis non spesialistik, baik
operatif maupun non operatif, pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, transfusi darah
sesuai dengan kebutuhan medis, pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat
pertama, rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi. Pelayanan kesehatan rujukan
tingkat lanjutan meliputi administrasi pelayanan, pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi
spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis, tindakan medis spesialistik sesuai dengan
indikasi medis, pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, pelayanan alat kesehatan
implant, pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis, rehabilitasi
medis, dan pelayanan darah, pelayanan kedokteran forensik, dan pelayanan jenazah di
fasilitas kesehatan. Rawat inap meliputi perawatan inap non intensif, perawatan inap di ruang
intensif, dan pelaynan kesehatan lain ditetapkan oleh Menteri. Kelas III (peserta PBI, pekerja
bukan penerima upah, dan peserta bukan pekerja), kelas II (PNS, penerima pensium PNS
golongan ruang I dan II, anggota TNI dan penerima pensium anggota TNI, anggota POLRI
dan pensiun Polri, pegawai pemerintah non pegawai negeri golongan ruang I dan II, peserta
pekerja penerima upah bulanan sampai dengan dua kali penghasilan tidak kena pajak dengan
status kawin dengan satu anak, peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan
pekerja), kelas I (pejabat negara, PNS dan penerima pensiun golongan III fan IV, anggota
TNI dan penerima pensiun TNI dan POLRI dan penerima pensiun anggota POLRI golongan
III dan IV, veteran dan perintis kemerdekaan, peserta pekerja penerima upah bulanan lebih
dari dua kali PTKP dengan atatus kawin dengan dua anak, pekerja bukan penerima upah dan
peserta bukan pekerja).
Pelayanan BPJS tidak menjamin pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur
sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku, pelayanan kesehatan yang dilakukan di
fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus
gawat darurat, pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan
kerja terhadap penyakit atau cedera, pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri,
pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/atau estetik, pelayanan untuk mengatasi
infertilitas (memperoleh keturunan), pelayanan meratakan gigi (ortodonsi), gangguan
kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol, gangguan kesehatan akibat
sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri,
pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupunktur, shin she,
chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan,
pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan, alat kontrasepsi,
kosmetik, makanan bayi, dan susu, perbekalan kesehatan rumah tangga, pelayanan kesehatan
yang sudah dijamin dalam program kecelakaan lalu lintas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, pelayanan kesehatan akibat bencana, kejadian luar biasa/wabah, biaya
pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan kesehatan yang
diberikan.
Tidak boleh dikenai biaya tambahan, kecuali peserta tidak mengikuti standar peraturan yang
telah diterapkan.
Pelayanan kesehatan kepada peserta Jaminan Kesehatan harus memperhatikan mutu
pelayanan, berorientasi pada aspek keamanan pasien, efektivitas tindakan, kesesuaian dengan
kebutuhan pasien, serta efisiensi biaya. Penerapan sistem kendali mutu pelayanan jaminan
kesehatan dilakukan secara menyeluruh meliputi pemenuhan standar mutu fasilitas kesehatan,
memastikan proses pelayanan kesehatan berjalan sesuai standar yang ditetapkan, serta
pemantauan terhadap luaran kesehatan peserta. Ketentuan mengenai penerapan sistem
kendali mutu pelayanan jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud diatur dalam peraturan
BPJS.
Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya, Menteri bertanggung jawab untuk:
penilaian teknologi kesehatan, pertimbangan klinis, perhitungan standar tarif, monitoring dan
evaluasi penyelenggaraan pelayanan jaminan kesehatan. Monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan pelayanan jaminan kesehatan dilakukan oleh Menteri berkordinasi dengan
Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN). Dalam hal peserta tidak puas terhadap pelayanan
jaminan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, peserta dapat menyampaikan pengaduan kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan dan/atau BPJS Kesehatan. Bila peserta tidak mendapatkan pelayanan yang baik
dari BPJS Kesehatan, dapat menyampaikan pengaduan kepada Menteri. Penyampaian
pengaduan akan memperoleh penanganan dan penyelesaian secara memadai dan dalam waktu
yang singkat serta diberikan umpan balik ke pihak yang menyampaikan.
Sumber: Buku Saku FAQ (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan. 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Bagaimana alur SOP pada penerimaan pasien puskesmas?




Syarat-syarat untuk mendapat pelayanan rawat jalan di puskesmas:
1. Menunjukkan kartu identitas,
2. Untuk pasien lama menunjukkan kartu identitas berobat, BPJS Kesehatan, dan jaminan
kesehatan yang lain.
Sumber: Standar Pelayanan Publik Pada Pelayanan Kesehatan di Puskesmas. (Online),
(http://dinkes.brebeskab.go.id/attachments/article/96/SOP%20Pelayanan%20Puskesmas.pdf,
diakses 20 Mei 2014).
5. Ny. Romlah tidak pernah ke Posyandu lagi setelah anaknya mendapat imunisasi
dasar lengkap.
Jelaskan tentang Posyandu (peran di masyarakat, criteria, layanan yang tersedia,
kelas2, program kerja), dan bagaimana sistem pelayanan Posyandu yang ideal?
Posyandu merupakan perpanjangan tangan Puskesmas yang memberikan pelayanan dan
pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu. Kegiatan posyandu dilakukan oleh
dan untuk masyarakat. Posyandu sebagai wadah peran serta masyarakat, yang
menyelenggarakan system pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan kualitas
manusia, secara empirik telah dapat memeratakan pelayanan bidang kesehatan. Kegiatan
tersebut meliputi pelayanan imunisasi, pendidikan gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan
ibu dan anak (Departemen Kesehatan, 1999).
Menurut Effendy (1998), Posyandu merupakan forum komunikasi, alih teknologi dan
pelayanan kesehatan masyarakat, dari oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai
strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu adalah pusat
pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan
oleh masyarakat dengan dukungan tehnis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian
norma keluarga kecil bahagia sejahtera

Tujuan Posyandu
Tujuan pokok dari Posyandu menurut Effendy (1998), antara lain untuk :

Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak,
Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak,
Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia sejahtera,
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan
kegiatankegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat, pendekatan
dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan geografi,
Meningkatkan dan pembinaaan peran serta masyarakat dalam rangka alih tehnologi untuk
swakelola usahausaha kesehatan masyarakat

Kegiatan Posyandu
Terdapat berbagai jenis kegiatan yang dilakukan pada Posyandu antara lain meliputi 5
kegiatan posyandu dan 7 kegiatan posyandu (sapta krida posyandu):
Lima kegiatan posyandu antara lain:
1. Kesehatan ibu anak,
2. Keluarga berencana,
3. Imunisasi,
4. Peningkatan gizi,
5. Penanggulangan diare;
Tujuh kegiatan Posyandu (sapta krida posyandu) meliputi:
1. Kesehatan ibu anak,
2. Keluarga berencana,
3. Imunisasi,
4. Peningkatan gizi,
5. Penanggulangan diare,
6. Sanitasi dasar,
7. Penyediaan obat esensial.
Sedangkan jenis pelayanan yang diberikan antara lain :
1. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita,
2. Penimbangan bulanan,
3. Pemberian makanan tambahan,
4. imunisasai bagi bayi 0-11 bulan,
5. Pemberian oralit untuk penanggulangan diare,
6. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama;
Beberapa kegiatan pada pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia
subur antara lain :
1. Pemeriksaan kesehatan umum
2. Pemeriksaan kehamilan dan nifas
3. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah
4. Imunisasi tetanus toxoid untuk ibu hamil
5. Penyuluhan kesehatan dan keluarga berencana
6. Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare
7. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
8. Pertolongan pertama pada kecelakaan
Prinsip dasar pelayanan Posyandu antara lain ;
1. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan
antara pelayanan profesional
2. Adanya kerjasama lintas program yang baik kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, gizi, imunisasai, penanggulangan diare maupun lintas sektoral seperti:
departemen kesehatan, bantuan desa dan badan koordinasi keluarga berencana
nasional
3. Kelembagaan masyarakat pos desa, kelompok timbang/pos timbang, pos imunisasai,
pos kesehatan
4. Mempunyai sasaran penduduk yang sama bayi umur 0-1 tahun, anak balita umur 1-4
tahun, ibu hamil, pasangan usia subur
5. Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan pembangunan kesehatan
masyarakat desa dan primary health care .
Sistem Kerja Posyandu
Menurut Muninjaya (1999), sistem kerja Posyandu merupakan rangkaian kegiatan yang
meliputi input, proses dan output.
Input adalah ketersedianya sumber daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan
posyandu, yang meliputi antara lain:
1. Sarana fisik atau kelengkapan seperti bangunan, meja kursi, perlengkapan
penimbangan, perlengkapan pecatatan dan pelaporan, perlengkapan penyuluhan dan
perlengkapan pelayanan,
2. Sumber daya manusia yang ada seperti kader, petugas kesehatan dan aparat desa atau
kecamatan yang ikut berperan dalam kelangsungan program,
3. Ketersedianya dana, sebagai penunjang kegiatan yang berasal dari pemerintah
maupun swadaya masyarakat,
4. Penyelenggaraan kegiatan posyandu dan bagaimana cara persiapan serta mekanisme
pelayanannya.
Proses, dalam sistem pelayanan Posyandu antara lain meliputi:
1. Pengorganisasian posyandu mencakup adanya struktur organisasi, yaitu adanya
perencanaan kegiatan mulai persiapan, monitoring oleh petugas sampai evaluasi
proses dan hasil kegiatan. Adanya kejelasan tugas dan alur kerja yang jelas serta
dipahami oleh kader posyandu,
2. Pelaksanaan kegiatan posyandu yang mencakup pendaftaran, penimbangan,
pencatatan penyuluhan, pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Program pokok
yang minimal harus dilaksanakan meliputi lima pelayanan yaitu kesehatan ibu dan
anak, gizi, keluarga berencana, penanggulangan diare dan imunisasi
3. Pembinaan dan pemantauan petugas yang mencakup adanya rencana kegiatan
pembinaan dan pemantauan yang jelas dan tertulis, ada jadwal yang terencana dengan
baik, siapa yang menjadi sasaran, cara pembinaan, pemantauan dan pemecahan
masalah,
4. Pelaksanaan kunjungan rumah oleh kader untuk membina kesehatan dan gizi
masyarakat terutama pada keluarga sasaran. Proses pelaksanaan kunjungan harus
direncanakan siapa sasaran, kapan dilaksanakan, siapa yang melaksanakan dan hasil
dicatat dalam kegiatan kader
5. Pelaksanaan evaluasi program dilaksanakan setiap bulan. Di tingkat posyandu
dilaksanakan setelah selesai kegiatan pelayanan yang melibatkan kader, aparat desa,
pembinaan kesejahteraan keluarga dan petugas pembina. Sedangkan di tingkat
kecamatan dilaksanakan melalui pertemuan lintas sektor di kecamatan lain yang
berkaitan dengan kesehatan dan perbaikan gizi serta keluarga berencana
6. Umpan balik tentang hasil kegiatan posyandu, hasil pembinaan dan evaluasi
disampaikan melalui pertemuan rutin yang telah direncanakan. Umpan balik berasal
dari aparat desa, tokoh masyarakat dan kelompok kerja personal baik tingkat desa,
kecamatan maupun kabupaten
7. Imbalan (reward) bagi kader, sangat bermanfaat untuk menjaga kelestarian kader
dalam melaksanakan tugasnya, dan harus dipikirkan, karena dengan imbalan tersebut
diharapkan dapat memelihara dan meningkatkan motivasi kerja kader.
Output - Keluaran kegiatan posyandu berupa cakupan hasil kegiatan penimbangan,
pelayanan pemberian makanan tambahan, distribusi paket perbaikan gizi, pelayanan
imunisasi, pelayanan keluarga berencana dan penyuluhan. Sedangkan output kegiatan yang
diharapkan berupa peningkatan status gizi, dan ibu hamil, penurunan angka kematian ibu,
angka kematian bayi, berat badan lahir rendah dan angka kesakitan.
Sumber:
Depdagri. 1999. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Tentang Revitalisasi Posyandu.
Muninjaya, A.A.G. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.
Effendy, N. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC.
Depkes RI. 1999. Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.
Apa akibat jika anak tidak rutin dibawa ke posyandu?
Dampak ketidakhadiran balita ke posyandu tidak terpantaunya pertumbuhan dan
perkembangan anak balita sehingga tidak tahu menderita gizi kurang/gizi buruk, terjadinya
drop out cakupan imunisasi dan apabila terdapat kelainan pada anak balita, tidak dapat
dilakukan rujukan segera ke Puskesmas. Akibatnya kualitas sumber faya manusia (SDM)
akan menurun.
Jika tidak rutin ke posyandu, akan lebih meningkatnya kesakitan/morbiditas penyakit,
penurunan status gizi, dan meningkatnya mortalitas pada balita bila tidak ditangani secara
cepat dan tepat (Depkes RI, 2006).

You might also like