You are on page 1of 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

S DENGAN KETUBAN PECAH


DINI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada sistem reproduksi terdapat masalah-masalah kesehatan yang dapat menjadi
penyulit dalam persalinan, antara lain adalah kelainan letak kehamilan, kehamilan ganda,
hiperemesis gravidarum dan termasuk ketuban pecah dini. Salah satu dari masalah reproduksi
yang dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan adalah ketuban pecah dini (KPD).
Yang sampai saat ini masih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang mana kejadian
tersebut mendekati 10% dari semua persalinan.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, memperkirakan angka
kematian Ibu lebih dari 300-400/100.000 kelahiran hidup, yang disebabkan oleh perdarahan
28%, ketuban pecah dini 20%, eklampsia 12%, abortus 13%, partus lama 18%, dan penyebab
lainnya 2%. Angka kematian Ibu di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN, yaitu
230/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Negara-negara lain seperti Vietnam 130/100.000
kelahiran hidup, Filipina 200/100.000 kelahiran hidup, Malaysia 41/100.000 kelahiran hidup,
Singapura 15/100.000 kelahiran hidup.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan
dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Ketuban pecah dini merupakan
penyebab terbesar persalinan premature dengan berbagai akibatnya.
Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan
aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2%
dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir
sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah.
70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas
dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan
dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%.
Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak diketahui. Banyak
penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan
dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya
disebabkan oleh chlamydia trachomatis dan nescheria gonorrhea. Selain itu infeksi yang
terjadi secara langsung pada selaput ketuban, fisiologi selaput amnion/ketuban yang
abnormal, servik yang inkompetensia, serta trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai
faktor predisposisi atau penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang didapat
misalnya hubungan seksual dan pemeriksaan dalam
Penelitian mengenai kematian ibu dan kematian bayi cukup tinggi terutama kematian
perinatal, yang disebabkan karena kematian akibat kurang bulan (prematur), dan kejadian
infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan pada kasus
Ketuban Pecah Dini terutama pada penanganan konservatif.
Penatalaksanaan KPD memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan
kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam Rahim. Terjadinya kematian pada ibu dan
anak dengan adanya masalah tersebut maka peran perawat yaitu memberikan asuhan
keperawatan pada ibu hamil dan persalinan secara komprehensif sehingga ibu dan janin
mendapatkan perawatan yang optimal.
Angka kematian ibu di propinsi Jambi tahun 2010 yaitu 116/100.000 kelahiran hidup
dengan penyebab perdarahan 72 orang (62,07%), ketuban pecah dini 30 orang (10,23%),
eklampsia 19 orang (16,38%), infeksi 5 orang (4,31%) orang dan lain-lain 20 orang (17,24%).
Berdasarkan catatan medis medical record rumah sakit umum daerah jambi Raden Mattaher ,
pada 6 bulan terakhir, jumlah pasien yang dirawat di bangsal kebidanan sebanyak 356 orang
dan yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 21 orang dengan perincian dari bulan
November 2011 sampai januari 2012, sebanyak 12 kasus dan bulan februari sampai juli 2012
sebanyak 9 kasus.
Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasa dijumpai pada kehamilan multipel,
trauma, hidroamnion, dan gemelli. Komplikasi yang paling sering terjadi pada ketuban pecah
dini sindrom distress pernapasan, kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat, korioamnionitis
(radang pada korion dan amnion). Oleh sebab itu persalinan dengan ketuban pecah dini
memerlukan pengawasan dan perhatian serta secara teratur dan diharapkan kerjasama antara
keluarga ibu dan penolong persalinan (bidan atau dokter). Dengan demikian akan
menurunkan atau memperkecil resiko kematian ibu dan bayinya. Dari uraian di atas penulisan
merasa tertarik untuk mengambil kasus ini dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. S DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUANG VK RSUD. RADEN
MATTAHER JAMBI

B. Rumusan masalah
Dari paparan di atas, maka permasalahannya adalah Bagaimana Asuhan keperawatan
pada klien Ny. S pada ketuban pecah dini di ruang VK RSUD. Raden Mattaher JAMBI.



C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mendapatkan gambaran secara umum proses keperawatan pada klien
dengan ketuban pecah dini di ruang VK RSUD.Raden Mattaher JAMBI.

2. Tujuan khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan ketuban pecah dini di Ruang VK
RSUD.Raden Mattaher Jambi.
b. Dapat mengetahui dan merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan
ketuban pecah dini ruang VK RSUD.Raden Mattaher Jambi.
c. Dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan ketuban pecah dini di ruang
VK RSUD.Raden Mattaher Jambi.
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan ketuban pecah dini di ruang
VK RSUD.Raden Mattaher Jambi.
e. Dapat mengevaluasi hasil asuhankeperawatan yang diberikan pada klien dengan ketuban
pecah dini di ruang VK RSUD.Raden Mattaher Jambi.









BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi fisiologi
1. Fisiologi air ketuban (Liquar Amnio)/Tiris
Di dalam amnio yang diliputi oleh sebagian selaput janin yang terdiri dari lapisan selaput
ketuban (amnio) dan selaput pembungkus (chorion) terdapat air ketuban (loquor amnii).
Volume air ketuban pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml: warna agak keruh, serta
amempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini dengan berat jenis 1,007-1,008
terdiri atas 97-98% air. Sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organic dan bila di
teliti benar, terdapat rambut lanugo (rambut halus berasal dari bayi). Protein ini ditemukan
rata-rata 2,6% perliter,sebagian besar sebagai albumin.
Warna air ketuban ini menjadi kehijau-hijauan karena tercampur meconium (kotoran
pertama yang dikeluarkan bayi dan mengeluarkan empedu). Berat jenis liquor ini berasal
belum diketahui dengan pasti,masih dibutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Telah banyakteori
ditemukakan mengenai hal ini,antara lain bahwa kebutuhan ini berasal dari lapisan amnio,
terutama dari bagian pada plasenta. Teori lain mengemukakan kemungkinan berasal dari
plasenta.
Air ketuban (liquor amni) makin banyak menarik perhatian untuk pembuatan diagnosis
mengenai kelaina atau keadaan janin, misalnya jenis kelamin janin, golongan darah A, B, AB,
dan O, janin dalam rhesus isoimunisasi , apakah janin cukup bulan, adanya macam-macam
kelainan genetic dan lain-lain. Untuk membuat diagnosis umumnya dipakai sel-sel yang
terdapat di dalam air ketuban dengan melakuakan fungsi kedalam ruang ketuban Rahim
melalui dinding depan perut unutk memperoleh sampel cairan ketuban (amniocentesis).
Dewasa ini lebih sering dilaksanakan melalui perut (transabdominal). Umumnya pada
kehamilan minggu ke-14 hingga 16 dengan ultra sonografi ditentukan sebelum letak plasenta,
untuk menghindari plasenta ditembus. Fungsi melaluui plasenta dapat menimbulkan
perdarahan dan pencemaran liquir amnii oleh darah, mengadakan analisis kimiawi dan
sitotrauma pada janin. Plasenta pencampuran darah antara lain antara janin dan ibu dengan
kemungkinan sensitive (sensitization), dan abortus,meskipun ini jarang diterjadi, maka dari
hal itu, amnioncentesis hendaknya hanyaa dikerjakan bila ada indikasi yang tepat.
Air ketuban mempunyai fungsi yaitu :
a. Melindungi janin terhadap trauma luar
b. Memungkinkan janin bergerak dengan bebas
c. Melindungi suhu tubuh janin
d. Meratakan tekanan didalam uterus pada saaat partus, sehingga serviks membuka.
e. Membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan steril, dan akan mempengaruhi
keadaan di dalam vagina, sehingga bayi tidak mengalami infeksi.
f. Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditlan/diminum yang kemudian
dikeluarkan melalui kencing.

2. Fisiologi selaput ketuban
Amnion manusia dapat berkembang dari delaminasi sitotrofobulus sekitar hari ke-7 atau
ke-8 perkembangan ovum normal atau pada dasarnya berkembang menjadi sebuah kantong
kecil yang menutupi permukaan dorsal embrio. Ketika amnion membesar, perlahan-lahan
kantong ini meliputi embrio yang sedang berkembang, yang akan prolaps kedalam rongganya.
Distensi kantong amnion akhirnya mengakibatkan kontong tersebut menempel dengan bagian
didalam ketuban (interior korion) , dan amnion dekat akhir trimester pertama mengakibatkan
kantong tersebut menempel dengan bagian di dalam ketuban (entrior korion), dan dekat akhir
trimestet pertama mengakibatkan menghilangnya alat tubuh atau rongga karena penyakit
(obliterasi), amnion dan korion, walaupun sedikit menempel tidak pernah berhubungan erat
dan biasanya dapat dipisahkan dengan mudah, bahkan pada waktu attern. Amnion normal
mempunyai tebal 0,02 sampai 0,5 mm.
Tidak ditemukannya pembuluh-pembuluh darah atau saraf dalam amnion pada berbagai
stadium perkembangan, dan meskipun diduga terdapat ruang-ruang di dalam lapisan
fibrolastik dan spongiosium, tidak dapat ditemukan saluran-saluran limfatik yang jelas.

B. Konsep dasar
1. Definisi
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early premature of the membrane (PROM) adalah
pecahnya ketuban sebelum inpartu atau sebelum terdapat tanda persalinan yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.Ketuban pecah
dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum pembukaan 5 cm.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu 1 jam belum dimulai tanda persalinan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini adalah
pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum pembukaan pada primi kurang dari 3 cm
dan multi para kurang dari 5 cm atau sebelum tanda-tanda persalinan.
2. Etiologi
Penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti. Penyebab ketuban pecah
dini mempunyai dimensi multi factorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Serviks inkompeten
b. Ketegangan Rahim berlebihan : kehamilan ganda , hidroamnion
c. Kelainan letak janin dalam Rahim : letak sungsang, letak lintang
d. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP
e. Selaput bawaan dari selaput ketuban
f. Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban sehingga
memudahkan ketuban pecah
g. Sebab primer : adanya pertumbuhan amnion yang kurang baik
h. Sebab skunder : misalnya pada ketuban pecah dini (PROM : premature of the membrane)

3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis KPD adalah :
a. Perut ibu kelihatan kurang membesar.
b. Ibu merasa nyeri diperut pada setiap pergerakan anak.
c. Persalinan lebih lama dari biasanya.
d. Sewaktu HIS akan terasa sakit sekali.

4. Patogenesis
Pada kehamilan trimester III selaput ketuban amnion terdiri dari sel selapis, sedangkan
selaput korion lebih tebal dari 4-6 sel,lapisan basal diantaranya selaput amnion dengan korion.
Makin tua usia kehamilan semakin besar tekanan pada selaput ketuban, tekanan pada
permukaan janin besar daripada tekanan pada permukaan uterus. Selaput ketuban tidak kuat
sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi, bila pembukaan serviks,maka
selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah. Ketuban pecah dini belum diketahui
penyebabnya yang jelas sampai saat ini, ada hubungannya dengan ha-hal berikutnya :
a. Adanya hiper mortilitas Rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
b. Ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
c. Infeksi (amnionitis/khorioamnionitis)
d. Faktor-faktor predisposisi seperti : multipara,dll

5. Pengaruh Ketuban Pecah Dini Terhadap Kehamilan dan Persalinan
a. Pengaruh Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tapi janin mungkin sudah terkena infeksi,
karena infeksi intra uteri lebih dulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu
dirasakan.



b. Pengaruh Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai infeksi intrapartum apabila terlalu sering
dilakukan periksa dalam, infeksi puerperalis dan peritonitis dan siptikemi.

6. Prognosa
Prognosa yang timbul pada kasus ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:
Di tentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul
serta umur dari kehamilan. Pada kasus-kasus tertentu dimana induksi partus dengan
syntocinon drips gagal, maka dilakukan tindakan operasi.
Jadi pada ketuban pecah dini penyelesaian persalinan bisa partus spontan, ekstraksi
vakum, ekstrasi forsep. Embriotomi bila anak sudah meninggal, seksio sesarea bila ada
indkasi.

7. Komplikasi yang timbul
Komplikasi yang paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi
baru lahir. Resiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini. Semua ibu hamil
dengan ketuban pecah dini prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya
tali pusat dapat terjadi pada ketuban pecah dini.



8. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim
terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh karena itu, tatalaksana
ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian
persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang
perlu diperhatikan. Disamping itu makin kecil umur hamil, makin besar peluang terjadi
infeksi dalam rahim yang dapat memicu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin
kurang dari 1 kg.
Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga
mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, meningitis
janin, dan persalinan prematuritas.
c. Dengan perkiraan janin yang sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat
terjamin.
d. Pada umum kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin
cukup, perlu di pertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan dengan kemungkinan
janin tidak dapat di selamatkan.
e. Pemeriksaan yang penting dilakukan USG untuk mengukur distansia biparietal dan perlu
melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan, pemeriksaan kematangan paru melalui
perbandingan L/S.

9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada ibu hamil adalah :
a. Pemeriksaan leukosit darah, bila > 15.10 /mm, kemungkinan ada infeksi
b. USG: membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta,
serta jumlah air ketuban.
c. Nilai bunyi jantung, dengan stetoskope laenec atau dengan foetalphone.

A. Asuhan Keperawatan KPD
Pada umumnya proses keperawatan pada kasus kebidanan sama seperti pada kasus umum
terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :
1. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi: nama ibu, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat rumah,
nama suami, agama, pekerjaan, suku/bangsa, alamat rumah
b. Sirkulasi
Hipertensi, edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK) penyakit jantung
sebelumnya)
c. Integritas Ego
Adanya ansietas sedang
d. Makanan atau cairan
Ketidakadekuatan atau pembuahan berat badan berlebihan.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi itermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling
sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
f. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misal : infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina)
g. Interaksi Sosial
Mungkin tergolong kelas sosial ekonomi rendah.
h. Penyuluhan atau pembelajaran
Ketidakadekuatan atau tidak adanya perawatan prenatal mungkin dibawah usia 18 atau
lebih dari 40 tahun penggunaan alcohol atau obat lain, penunjang pada dietilstibesterol (DES)
i. Pemeriksaan Leopold
Leopold I :
1) Pemeriksaan menghadap kearah muka ibu hamil
2) Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam uterus
3) Konsistensi uterus
Leopold II
1) Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
2) Menentukan letak punggung janin
3) Pada letak lintang bawah tentukan dimana kepala janin
Leopold III
1) Menentukan bagian terbawah janin
2) Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau goyang
Leopold IV
1) Pemeriksaan menghadap ke arah kaki ibu hamil
2) Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas
panggul
j. Pemeriksaan Diagnostik
a. Ultrasonografi : pengkajian gestasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2499 g)
b. Tes Lakmus (tes Nitrazin) : jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 7,5, darah dan infeksi vagina dapat
mengahsilakan tes yang positif palsu
c. Jumlah sel darah putih : peningkatan menandakan adanya infeksi
d. Urinalisis dan kultur : mengesampingkan ISK
e. Kultur Vaginal, reagen plasma cepat (RPC) : mengidentifikasikan infeksi
f. Amniosenteusis : rasio lesitin terhadap sfingomeilin (L/S) mendeteksi fosfatidigliserol (PG)
untuk maturitasparu janin atau amniotic
g. Pemantauan elektronik : menvalidasi aktivitas uterus atau status janin

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan ketuban pecah dini
adalah :
a. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
b. Risiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi persalinan
c. Cemas berhubungan dengan kehilangan kehamilan
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontruksi uterus
e. Risiko tinggi untuk trauma fetal berhubungan dengan hypoxia

3. Perencanaan
a. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
Tujuan : memperlihatkan kemajuan tanpa terjadi komplikasi infeksi
Kriteria Hasil :
1) Cairan amnion ibu tidak menyengat
2) Hindari pemeriksaan pervagina
3) Observasi drainaseamnitik teradap warna jumlah dan baunya tiap 2 sampai 4 jam.
Intervensi:
1) Kaji Kondisi Ketuban
2) Pantau tanda-tanda infeksi
3) Dengarkan DJJ
4) Kolaborasi pemberian Antibiotik
Rasionalisasi :
1) Untuk mencegah terjadinya infeksi
2) Untuk mengetahui keadaan janin
3) Perihal pemberian antibiotik

b. Risiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan kerusakan tindakan pada persalinan
Tujuan ; Adanya pembukaan kelahiran di akhiri tanpa komplikasi maternal.
Kriteria hasil :
1) Persalinan normal
2) Tidak ada komplikasi
Rencana tindakan :
1) Mengkaji frekuensi kontraksi uterus
2) Menyarankan ambulasi atau perubahan posisi
3) Memonitor pertambahan pembukaan servik
4) Memonitor intake dan output
Rasionalisasi :
1) Untuk mencegah terjadinya komplikasi
2) Tindakan yang dapat mendorong aktivitas uterus
3) Untuk mengetahui waktu kelahiran
4) Untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran sebelum persalinan.

c. Cemas berhubungan dengan bertambahnya pembukaan dan perasaan gagal dan kebutuhan
yang diakibatkan persalinan.
Tujuan : cemas tidak ada lagi
Kriteria Hasil :cemas berkurang
Rencana tindakan :
1) Memberi saran-saran, memelihara informasi peningkatan
2) Menyarankan mengungkapkan perasaan
3) Memperlihatkn pilihan atau perawatan yang memungkinkan
Rasionalisasi :
1) Menjamin dan informasi yang mengurangi kecemasan
2) Menanbah pemahaman terhadap klien
3) Dapat mengubah perasaab kien dalam mengontrol situasi

d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria Hasil :
1) nyeri berkurang
2) klien tampak tenang
3) keadaan umum baik
intervensi :
1) kaji skala nyeri
2) beritahu pasien penyebab rasa nyeri
3) anjurkan pasien miring kekiri
4) kolaborasi dengan dokter pemberian terapi
rasionalisasi :
1) untuk menetukan tingkat aktivitas dan bantuan yang akan dilakukan
2) bantuan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan klien
3) aktivitas bertahap untuk mencegah terjadinya konraktur

e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kehamilan
Tujuan : kebutuhan tidur klien dapat terpenuhi
kriteria hasil :
1) Menjelaskan factor-faktor penghambat atau pencegah tidur
2) Melaporkan keseimbangan yang optimal antara aktivitas dan istirahat
Rencana tindakan :
1) Ubah posisi untuk kenyamanan dan menurangi tekanan harus dilakukan sedkitya setiap dua
jam
2) Kaji koordinasi antara ekstremitas atas dan bawah
Rasionalisasi :
1) Untuk mempertahankan posisi klien
2) Untuk mengetahui keadaan klien



4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini adalah :
a. Memberi dukungan kepada klien
b. Ibu menunjukkan penurunan rasa cemasnya
c. Rasa nyeri teratasi
d. Dapat melakukan aktivitas
e. Trauma tidak terjadi
f. Pola tidur normal

5. Evaluasi
Evaluasi dari ketuban pecah dini adalah :
a. Infeksi tidak terjadi dan tanda-tanda vital sign dalam batas normal
b. Ibu menunjukkan penurunan rasa cemasnya
c. Rasa nyeri teratasi
d. Dapat melakukan aktivitas
e. Trauma tidak terjadi
f. Pola tidur normal








BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

1. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian : 6 november 2012
Tanggal masuk : 6 november 2012
Tanggal pengkajian : 6 November 2012
Jam masuk : 03.00
Ruangan/kelas : VK
Diagnose medis : Ketuban Pecah Dini

a. Biodata
Nama ibu : Ny.S
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Suku/bangsa : Melayu/Indonesia
Alamat rumah : Mekarsari (MA. Jambi )
Nama suami : Tn.A
Agama : islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/bangsa : Melayu/Indonesia
Alamat rumah : Mekarsari ( MA. Jambi )

b. Riwayat kesehatan
1) Alasan masuk rumah sakit
Klien masuk dengan keluhan lemah, perut terasa sakit, keluar cairan pervaginam
berwarna putih keruh 1 hari. klien mengatakan usia kehamilan 9 bulan (36 37 minggu).
2) Riwayat masuk sekarang
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen, nyeri berkurang di saat istirahat, dan
nyeri meningkat apabila klien melakukan pergerakan atau aktivitas. Dan merupakan
kehamilan primi gravida, dengan usia kehamilan 37 minggu.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan belum pernah mengalami kejadian seperti ini karena ini adalah
kehamilan pertama (primi gravida) selain itu klien tidak pernah mengalami penyakit kronis.
4) Riwayat haid
Menarche pada umum 14 tahun, siklus haid 28 hari, teratur lamanya 7 hari, keluar
darah haid, sebanyak 3-4 kali ganti pembalut sehari, keluhan waktu haid : nyeri dan mulas
mulas. HPHT 16-03-2012
5) Riwayat kontasepsi
Klien mengatakn belum pernah mengguankan alat kontrasepsi sebelum nya.
6) Riwayat kehamilan
Usia kehamilan 9 bulan ( 36 37 minggu)
Gravida: 1 partus : 0 abortus :0


c. Keadaan umum
Keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis
Tanda tanda vital : tekanan darah : 120/90 mmHg, nadi 84x/I, pernapasan 20x/I, suhu 36 C
d. Pemeriksaan fisik
1) Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik dan kekenyalan kulit baik.
2) Rambut
Rambut merta, rambut warna hitam, tidak mudah dicabut, tidak berketombe.
3) Leher
Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
4) Mata
Konjungtiva warna merah, an anemia, sclera an ikterik.
5) Gigi dan mulut
Mukosa mulut lembab, gigi utuh, caries tidak ada, keadaan mulut bersih.
6) Dada
Simetris kiri , tidak sesak napas
7) Payudara
Bentuk payudara simetris, konsitensi kenyal, ada pembesaran, putting susu menonjol, tidak
ada pelebaran vena sekitar payudara, colostrum ada, aerola berwarna kehitaman.colostrum
keluar sejak usia kehamilan 8 bulan.
8) Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas atas pada tangan kiri terpasang infus Dextrose + amp piton gtt: 8 tetes/menit
sedangkan ekstremitas bawah varises oedema tidak ada.
9) Abdomen
a) Inspeksi
Bentuk perut bundar, posisi menonjol kedepan
b) Palpasi
Pada pemeriksaan secara leopold ditemukan:
Leopold I : Tinggi fundus Uteri antara pusat dengan procesus
xypodseus atau 32 cm dari simpisis pubis sampai procesus xypoideus.
Leopold II : Letak janin punggung kanan ( PUKA )
Leopold III : Bagian terbawah janin adalah letak kepala
Leopold IV : Janin belum masuk pintu atas panggul (konvergen) atau hanya
sebagian kecil dari kepala turun kedalam rongga panggul.
c) Auskultasi
Dengan mwenggunakan dopler vetal terdengar denyut jantung janin ( 136 / menit teratur )
d) Genetalia
Pada vulva terdapat oedema, tidak terdapat varises serta tidak ditemukan tanda tanda infeksi
tapi keluar cairan pervaginam berwarna putih keabu - abuan.


e. Data biologis
1) Istirahat dan tidur
Klien mnegatakan tidak biasa istirahat karena rasa mulas yang kadang kadang hilang
timbul, dank arena air yang keluar, bokong basah, sehingga mengganggu rasa nyaman klien,
lama tidur 5 jam perhari selama dirawat.
2) Makan dan minum
Klien mnegatakan tidak ada keluhan dengan nafsu makan, klkien mengatakan tidak ada
makanan pantangan, minum 8-9 gelas/hari.
3) Pola eliminasi
a) BAB
Frekuensi BAB 1x/hari, konsitensi lunak, warna kuning kecoklatan
b) BAK
Frekuensi BAK 6-7 kali/hari
c) Seksual
Selama klien hamil tua sampai saat ini klien tidak pernah melakukan hubungan seksual.
f. Data psikologis
1) Status perkawinan
Klien mengatakan menikah 12 bulan, dan ini adlah pernikahan pertamanya.
2) Perilaku verbal
Klien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan, klien sering bertanya tentang penyakitnya
3) Perilaku non verbal
Perilaku non verbal baik, tampak terkoordianasi
4) Pola komunikasi
Pola komunikasi baik, komunikasi dua arah
5) Orang yang memberi rasa aman
Klien mengatakan orang yang sangat berarti bagi dirinya adalah suaminya dan orang
tuanya.bersama suami klien merasa dilindungi.
g. Data penunjang
1) Pemeriksaan diagnostic
a) Laboratorium
Tanggal 6-11-2012
a. HB 11gr% ( wanita 12-16gr/dl)
b. Golongan darah A
b) Therapi/pengobatan
Tanggal 6-11-2012
Infus RL + ampul piton gtt : 8 tetes/menit
Tanggal 6-11-2012
Amoxcan 1 cc (IV)
Oral : seloxy : 2x1 tablet / hari
Duphaston : 3x1 tablet/hari
Trosyd : salep
Buvadilon : 3x1 tablet/ hari



h. Analisa data
no Data penyebab masalah
1 Ds : klien mengatakan usia
kehamilan 9 bln, os mengatakan
keluarnya cairan pervaginam 18
jam sebelum di rujuk ke rumah
sakit
Do : keadaan umum lemah, pada
pemeriksaan dalam ketuban
sudah tidak ada, pembukaan 3-4
cm
Kontraksi uterus

Resiko
tinggi
terhadap
infeksi
2







Ds : klien mengatakan nyeri pada
bagian perut, klien mengatakan
nyeri seperti ditusuk-tusuk
Do : ekspresi wajah tampak
meringis ,klien menahan sakit,
keadaan umum lemah, klien
menunjukkan skala nyeri 4

Ketuban pecah





Gangguan
rasa
nyaman
nyeri




3 Ds : - klien mengatakan tidak
dapat turun dari tempat tidur
-klien mengatakan tidak dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari
-klien merasa nyeri yang hilang
timbul
Do : -aktifitas kebutuhan sehari-
hari ibantu orang lain
-klien tidak dapat melakukan
aktifitas tanpa bantuan orang lain.

Rasa nyeri

Intoleransi
aktifitas

2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai dengan
keluarnya cairan pervagina 18 jam, keadaan umum lemah, klien hamil 9 bulan, pada
pemeriksaan dalam ketuban sudah tidak ada, pembukaan 3-4 cm dengan cara tusse.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan klien
menyatakan nyeri pada bagian perut, ekpresi wajah meringis, klien menahan sakit, keadaan
umum lemah.
c. Inroleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik di tandai dengan klien
mengatakan tidak dapat turun dari tempat tidur, klien mengatakan tidak dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari, aktivitas kebutuhan sehari-hari di bantu orang lain, klien tidak dapat
melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain, klien merasakan nyeri yang hilang timbul, air
masih keluar.

3. Perencanaan
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai dengan
keluarnya cairan pervagina 18 jam, keadaan umum lemah, klien hamil 9 bulan, pada
pemeriksaan dalam ketuban sudah tidak ada, pembukaan 3-4 cm.
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
(1) Tidak ada tanda-tanda infeksi
(2) Keadaan umum baik
(3) Persalinan normal
Intervensi :
1) Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2) Dengarkan denyut jantung jann dengan dopler setiap 1-4 jam
3) Jangan terlalu sering melakukan pemeriksaan pervaginam
4) Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi
Rasionalisasi :
1) Untuk mencegah terjadinya infeksi
2) Untuk mengetahui keadaan janin didalam Rahim ibu
3) Untuk mencegah terjadinya infeksi didalam Rahim
4) Perihal pemberian obat antibiotic

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan klien
menyatakan nyeri pada bagian perut dengan skala nyeri 7, ekspresi wajah meringis, klien
tampak menahan sakit, keadaan umum lemah.
Tujuan ; bayi lahir dengan segera
Kriteria hasil ;
1) Rasa nyeri berkurang
2) Klien tampak tenang
3) Keadaan umum baik
Intervensi ;
1) Kaji skala nyeri
2) Beritahu klien penyebab rasa nyeri
3) Atur posisi yang menyenangkan
4) Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi
Rasionalisasi ;
1) Untuk menentukan tingkat aktivitas dan bantuan yang akan dilakukan
2) Bantuan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan klien
3) Aktifitas bertahap untuk mencegah terjadinya kontraktur

4. implementasi (terlampir)
5. evaluasi (terlampir)



2. Pembahasan
Pada bab ini penulis membandingkan antara teori dengan kasus langsung pada klien Ny. B
serta menemukan kesenjangan pada klien yang penulis lakukan selama 3 hari dibandingkan
dengan teori yang telah penulis paparkan pada bab II.

1. Pengkajian
Pada pengkajian secara teoritis ditemukan data, resiko tinggi, infeksi, nyeri, intoleransi
akifitas. Sedangkan pengkajian pada Ny. B juga terdapat pengkajian secara teoritis, hanya
saja tidak semua data pada pengkajian yang didapatkan pada Ny. B perbedaan tersebut
penulis dapat memberikan analisa bahwa terdapat resiko tinggi trauma maternal, resiko tinggi
trauma fetal, tidak ditemukan pada klien karena klien pada waktu hamil dengan keadaan
ketuban pecah dini janin belum lahir. Pada waktu melakukan pengkajian klien belum
mengalami persalinan.

2. Diagnosa Keperawatan
Secara teoritis diagnose yang mungkin timbul pada klien ketuban pecah dini adalah:
a. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecahn dini
b. Resiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi persalinan
c. Cemas berhubungan dengan ancaman kehilangan janin
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
e. Resiko tinggi dengan trauma fetal berhubungan dengan hypoxia
f. Intoleran aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kehamilan
Sedangkan diagnose keperawatan yang muncul pada Ny. B adalah sebagai berikut :
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik
Dari ketujuh masalah yang muncu, urutan masalah adalah :
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini. Karena terjadi
masalah ini berisiko terjadinya infeksi, untuk mencegah terjadinya infeksi perlu penanganan
yang baik dari perawat. Hal ini yang mendasari untuk ditegakan diagnose ini. Berdasarkan
analisa tersebut maka masalah ini menjadi prioritas pertama.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. termasuk
kedalamkebutuhan rasa nyaman dan aman. Berdasarkan analisa tersebut maka masalah ini
menjadi prioritas kedua.
c. Intoleren aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik. Karena tubuh yang
lemah, segala aktifitas pemenuhan kebutuhan diri akan tergantung pada orang lain, hal ini
yang mendasari ditegakan diagnose ini karena peran perawat dan keluarga sangat dominan
untuk membantu kebutuhan klien. Masalah ini menjadi prioritas ketiga.
Dari diagnose yang ditemukan pada Ny. B terdapat 3 diagnose keperawatan yang
sesuai dengan teoritis, sedangkan 4 diagnosa keperawatan secara teoritis tidak munculpada
klien, alas an yang dapat penulis berikan adalah :
a. Pada diagnose keperawatan resiko tinggi trauma maternal dan fetal tidak muncul karena
tidak ada data senjang yang menunjang.
b. Pada diagnose keperawatan ganggguan pola tidur tidak muncl karena klien sudah bisa tidur
setelah klien beberapa hari persalinan dapat istirahat.
Sedangkan diagnose keperawatan yang muncul pada klien tetapi tidak terdapat secara teoritis
yakni diagnose intoleran aktifitas. Diagnose ini ditegakan karena ada data senjang yang
menunjang. Sehingga perlu dilakukan intervensi.
3. Perencanaan
Masalah keperawatan yang muncul pada kasus Ny.B selanjutnya berdasarkan :
a. Kebutuhan dasrar menurut maslow
b. Derjat masalah yang timbul berdasarkan SUN (Segera, Urgen, dan Non Urgen)
c. Tingkat kebutuhan pengobatan atau prosedur medic
d. Pertimbangan kemampuan dan kemauan pasien
e. Kemungkinan masalah dapat diatasai dengan memperhatikan sarana dan prasarana yang ada
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah realisasi dari rencana tindakan. Tidak semua rencana dapat
dilakukan karena keterbatasan sumber-sumber, sarana, prasarana, tingkat kemampuan klien
sendiri.
Adapun pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah sebagai berikut :
a. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini. Pelaksanaannya adalah
melakukan cuci tangan sebellum dan sesudah melakukan tindakan, periksa dalam dengan
memakai hand scone yang steril, mengganti perban dibawah bokong setiap dua jam sekali,
memantau vital sign, tindakan tersebut sesuai dengan konsep teoritis yang ada dan
pelaksanaannya tidak ada hambatan,
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. Pelaksanaan tindakannya
adalah menganjurkan dan bantu klien untuk melakukan teknik relaksasi, mengobservasi vital
sign, memberikan analgetik jika dibutuhkan sesuai rasa yang dirasakan, tindakan ini susuai
dengan konsep dasar teoritis yang ada. Dalam melaksanakan penulis menemui hambatan,
karena tindakan tersebut mandiri dari perawat serta tidak tergantung alat-alat.
c. Intoleransi aktifitas berhubungn dengan keterbatasan mobilitas fisik. Pelaksanaannya adalah
mengobservasi tingkat kemampuan mobilitas, membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, memotifasi keluarga untuk selalu membantu dalam pemenuhan kebutuhan klien.
5. Evaluasi
Langkah terakhir dari proses keperawatan adalah mengadakan evaluasi atau tindakan
yang telah dilakukan berikut ini hasil evaluasi untuk masing-masing diagnose:
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
Evaluasi :
Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
Evaluasi :
1) Klien mengatakan tidak nyeri lagi
2) Klien tampak lebih nyaman
c. Intoleran aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik
Evaluasi :
Klien dapat melakukan aktifitas





















BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari asuhan keperawatan pada Ny. S ketuban pecah dini merupakan
pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum pembukaan 5 cm atau sebelum persalinan.
Sedangkan penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui. Adapun tanda dan gejala dari
ketuban pecah dini adalah perut ibu kelihatan membesar, ibu merasa nyeri diperut, persalinan
lebih lama dari biasanya dan waktu his terasa sakit.
Dari asuhan keperawatan yang diberikan pada klien Ny. S maka penulis dapat mengambil
kesimpulan :
1. Pengkajian
Pengkajian pada Ny. S ditemukan data resiko tinggi terhadap infeksi, gangguan rasa nyaman
nyeri, intoleran aktivitas, dan pemeriksaan penunjang hanya pemeriksaan darah (HB dan
golongan darah).
2. Diagnose keperawatan
Dari hasil pengkajian pada Ny. S dapat dirumuskan 7 diagnosa keperawatan, dimana 3
diagnosa sesuai dengan teoritis yaitu resiko tinggi terhadap infeksi, gangguan rasa nyaman
nyeri, intoleransi aktivitas, sedangkan 4 diagnosa tidak sesuai dengan teoritis karena adanya
data yang menunjang yaitu resiko tinggi trauma maternal, resiko trauma fetal, gangguan pola
tidur, dan ansietas
3. Perencanaan
Pada tahap perencanaan telah disusun masalah menurut prioritas sesuai dengan data kondisi
klien dengan berpedoman kepada kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dan
tingkat kepentingan.
4. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan tindakan pada klien Ny. S sesuai dengan rencana yang telah disusun dan
dilakukan oleh penulis sendiri, perawat ruangan dan keluarga klien.
5. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari, ada beberapa masalah teratasi sesuai
dengan tujuan, criteria hasil seperti masalah nyeri, gangguan psikologi cemas.


B. Saran
1. Untuk Rumah Sakit
a. Meningkatkan mutu pendidikan baik tiap-tiap perawatnya dimana dalam hal ini tidak hanya
dibutuhkan skill dalam tiap tindakan yang akan dilakukan naming intelegensi tiap tindakan
hendaknya dilakukan juga.
b. Mengadakan seminar-seminar yang berhubungan dengan ketuban pecah dini.

2. Untuk Institusi Pendidikan
a. Memperdalam materi pada setiap mahasiswa dalam pemahaman materi ketuban pecah dini.
b. Memperbanyak literatul tentang ketuban pecah






Lampiran II
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Ny.B
Ruangan : VK

NO TANGGAL DIANGNOSA
KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
1 6 November 2012 Resiko tinggi
terhadap infeksi
berhubungan
dengan ketuban
pecah dini
S : -
O : - cairan pervaginam masih keluar
- pada pemeriksaan dalam tidak
teraba lagi selaput ketuban.
A : resiko terhadap infeksi

P :
- lakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
- dengarkan denyut jantung janin dengan
doplet 1-4 jam
i. Hindari pemeriksaan pervaginam
Terlalu sering
ii. Ganti perban dibawah bokong tiap 24
Jam
-kolaborasi dalam pemberian antibiotik
I :
- melakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
- mendengarkan denyut jantung janin
dengan
doplet 1-4 jam
iii. menghindari pemeriksaan pervaginam
iv. menganti perban dibawah bokong pam
E : masalah belum teratasi
R : lanjutkan tindakan keperawatan



2 6 november 2012 Gangguan rasa
nyaman nyeri
berhubungan
dengan
konstruksi uterus
S : klien mengatakan nyeri pada bagian
perut
O : ekspresi wajah tampak meringis, klien
merasa sakit, keadaan umum lemah
A : gangguan rasa nyaman nyeri
P :

- kaji tingkat nyeri
- beri tahu klien penyebab rasa nyeri
v. atur posisi yang menyenangkan
vi. kolaborasi dengan dokter pemberian
obat
I :
- mengkaji tingkat nyeri
- memberi tahu klien penyebab rasa
nyeri
vii. mengatur posisi yang menyenangkan
viii. berkolaborasi dengan dokter
pemberian obat anti biotik
E : masalah belum teratasi
R : lanjutkan tindakan keperawatan


i

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Ny.B
Ruangan : VK

NO TANGGAL DIANGNOSA
KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
1 7 November 2012 Gangguan rasa
nyaman nyeri
berhubungan
dengan konstruksi
S : klien mengatakan nyeri pada bagian
perut
O : ekspresi wajah tampak meringis, klien
merasa sakit, keadaan umum lemah

uterus A : gangguan rasa nyaman nyeri
P :
- kaji tingkat nyeri
- beri tahu klien penyebab rasa nyeri
ix. atur posisi yang menyenangkan
x. kolaborasi dengan dokter pemberian
obat
I :
- mengkaji tingkat nyeri
- memberi tahu klien penyebab rasa
nyeri
xi. mengatur posisi yang menyenangkan
xii. berkolaborasi dengan dokter pemberi
an obat anti biotik
E : masalah belum teratasi
R : lanjutkan tindakan keperawatan



2 7 november 2012 Intoleransi aktifitas
berhubungan
dengan
keterbatasan
mobilitas fisik
ditandai dengan
klien mengatakan
tidak dapat turun
dari tempat tidur,
aktivitas
kebutuhan sehari-
hari dibantu orang
lain, klien
merasakan nyeri
yang hilang
timbul,cairan
pervagina masih
keluar
S :
- klien mengatakan tidak dapat turun
dari tempat tidur
- klien mengatakan tidak dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari
- klien merasa nyeri yang hilang timbul
O :
- aktifitas kebutuhan sehari-hari ibantu
orang lain
- klien tidak dapat melakukan aktifitas

tanpa bantuan orang lain.
A. intoleransi aktifitas
P:
- Observasi tingkat kemampuan
mobilitas
- Bantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari
-Motivasi keluarga untuk selalu
membantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan klien.
I :
- mengbservasi tingkat kemampuan
mobilitas
- membantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari
- memotivasi keluarga untuk selalu
membantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan klien.

You might also like