Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
a. Memenuhi penugasan sebagai prasyarat dalam kegiatan perkuliahan
Keperawatan Medikal Bedah III.
b. Mengetahui konsep medis dari Penyakit Konjungtivitis.
c. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Konjungtivitis.
1.3 Manfaat
Penulis tentunya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pambacanya.
Sesuai dengan tujuan awal, maka kami harap para pembaca dapat mengetahui
seluk beluk tentang Konjungtivitis mulai dari penyebab, pengobatan dan
pencegahannya serta yang terpenting adalah asuhan keperawatannya.
Diharapkan dengan pengetahuan yang sedikit ini nantinya bisa meningkatkan
tingkat kesehatan masyarakat di Indonesia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi
bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah
dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa
jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang
memerlukan pengobatan (Effendi, 2008).
3
Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi
inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
1. konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2. konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
3. forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior
palpebra dan bola mata) (Alamsyah, 2007).
2.3 Epidemiologi
Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering
dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak pada
anak-anak dengan gizi kurang atau sering mendapat radang saluran napas,
serta dengan kondisi lingkungan yang tidak higiene. Pada orang dewasa juga
dapat dijumpai tetapi lebih jarang.
2.4 Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :
a. infeksi oleh virus atau bakteri.
4
b. reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
c. iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet
dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
d. pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa
menyebabkan konjungtivitis (Anonim, 2009).
2.5 Patogenesis
Mekanisme pasti atau mekanisme bagaimana terbentuknya flikten masih
belum jelas. Secara histologis fliktenulosa mengandung limfosit, histiosit, dan
sel plasma. Leukosit PMN ditemukan pada lesi nekrotik. Bentuk tersebut
kelihatannya adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap
protein tuberkulin, Staphylococcuc aureus, Coccidioides immitis, Chlamydia,
acne rosacea, beberapa jenis parasit interstisial dan fungus Candida albicans.
Jarang kasusnya idiopatik (Alamsyah, 2007).
5
Keratitis flikten dapat berkembang secara primer dari kornea meskipun
seringkali biasanya menyebar ke kornea dari konjungtiva. Epitel yang
ditempati oleh flikten rusak, membentuk ulkus dangkal yang mungkin hilang
tanpa pembentukan jaringan parut (Alamsyah, 2007).
Flikten khas biasanya unilateral pada atau di dekat limbus, pada konjungtiva
bulbar atau kornea, dapat satu atau lebih, bulat, meninggi, abu-abu atau
kuning, hiperemis, terdapat nodul inflamasi dengan dikelilingi zona
hiperemik pembuluh darah. Flikten konjungtiva tidak menimbulkan jaringan
parut. Jaringan parut fibrovaskuler kornea bilateral limbus cenderung
membesar ke bawah daripada ke atas mungkin mengindikasikan flikten
sebelumnya. Flikten yang melibatkan kornea sering rekuren, dan migrasi
sentripetal lesi inflamasi mungkin berkembang. Kadangkala, beberapa
inflamasi menimbulkan penipisan kornea dan jarang menimbulkan perforasi
(Alamsyah, 2007).
6
c. kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis)
seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan
peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.
d. pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai
reaksi nonspesifik peradangan.
e. pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
f. terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen
protein).
g. dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah)
(Anonim, 2009).
2.6.2 Gejala
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan
kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental
dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan
kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal,
terutama pada konjungtivitis karena alergi (Anonim, 2004).
2.7 Komplikasi
7
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani
diantaranya:
1. glaukoma
2. katarak
3. ablasi retina
4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit
dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea
adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea
yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi
buta
7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik
dapat mengganggu penglihatan
2.8 Diagnosa
a. Gejala Subyektif
Konjungtivitis flikten biasanya hanya menyebabkan iritasi dengan rasa
sakit dengan mata merah dan lakrimasi. Khasnya pada konjungtivitis
flikten apabila kornea ikut terlibat akan terdapat fotofobia dan gangguan
penglihatan. Keluhan lain dapat berupa rasa berpasir. Konjungtivitis
flikten biasanya dicetuskan oleh blefaritis akut dan konjungtivitis bakterial
akut.
b. Gejala Obyektif
Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm,
berwarna kuning atau kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di
sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh darah konjungtiva (hiperemia).
Bisa unilateral atau mengenai kedua mata.
c. Histopatologi
8
Flikten terlihat sebagai kumpulan sel leukosit netrofil yang dikelilingi oleh
sel limfosit, sel makrofag dan kadang-kadang sel datia berinti banyak.
Pembuluh darah yang memperdarahi flikten mengalami proliferasi endotel
dan sel epitel di atasnya mengalami degenerasi.
d. Laboratorium
Dapat dilakukan pemeriksaan tinja, kemungkinan kuman dan adanya
tuberkulosa paru dan pemeriksaan kultur konjungtiva. Pemeriksaan dengan
pewarnaan gram pada sekret untuk mengidentifikasi organisme penyebab
maupun adanya infeksi sekunder (Alamsyah, 2007).
2.9 Penatalaksanaan
9
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi
antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya
iritis. Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID
cukup efektif, tanpa adanya kontraindikasi.
2.10 Prognosis
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika
bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti
Glaukoma, katarak maupun ablasi retina (Barbara C.Long, 1996).
BAB III
10
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1) Keluhan Utama
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan
kemerahan disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar
terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe.
Sifat Keluhan :
Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat,
riwayat operasi mata.
Data Fokus:
a. Objektif ;
11
VOS dan VOD kurang dari 6/6, mata merah, edema konjungtiva, epipora,
sekret banyak keluar terutama pada konjungtivitis purulen
(Gonoblenorroe).
b. Subjektif ;
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata) gatal, panas.
12
3.2 Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
1 Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan peradangan
konjungtiva
2 Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradangan
3 Gangguan persepsi penglihatan b.d kelainan lapang pandang
4 Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan adanya
perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema).
5 Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
6 Interaksi sosial ; menarik diri b.d tidak menerima kondisi matanya
3.3 Intervensi
13
4. Kolaborasi dengan tim medis
- Klien tidak menampakkan wajah
dalam pemberian analgesic.
meringis
14
4. Dorong pasien untuk melakukan
-Klien dapat melakukan aktivitas
aktivitas sederhana
tanpa bantuan orang lain
5. Anjurkan pasien untuk memakai
kacamata redup
.
4 Gangguan konsep diri (body image Tujuan : 1. Kaji tingkat penerimaan klien.
menurun) berhubungan dengan adanya 2. Ajak klien mendiskusikan
Setelah diberikan tindakan perawatan,
perubahan pada kelopak mata (bengkak / keadaan.
konsep diri dan persepsi klien
edema). 3. Catat jika ada tingkah laku yang
menjadi stabil
menyimpang
Kriteria hasil :
4. Jelaskan perubahan yang terjadi.
5. Berikan kesempatan klien untuk
-Klien mampu untuk
menentukan keputusan tindakan yang
mengeskpresikan perasaan tentang
dilakukan
kondisinya
15
- Klien mengkomunikasikan perasaan
tentang perubahan dirinya secara
konstruktif.
- Klien mampu berpartisipasi dalam
perawatan diri.
5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan Tujuan: 1. Batasi aktivitas seperti menggerakkan
keterbatasan penglihatan. kepala tiba-tiba, menggaruk mata,
klien dapat terhindar dari cedera
membungkuk
2. Orientasikan pasien terhadap
Kriteria hasil :
lingkungan, dekatkan alat yang
- Cedera tidak terjadi dibutuhkan pasien ke tubuhnya
3. Atur lingkungan sekitar pasien,
- Klien beraktivitas sesuai dengan
jauhkan benda-benda yang dapat
kemampuan
menimbulkan kecelakaan.
4. Awasi / temani pasien saat
melakukan aktivitas.
6. Interaksi sosial ; menarik diri b.d tidak Klien dapat berinteraksi dengan orang 1. Jalin hubungan baik dengan klien
16
menerima kondisi matanya lain 2. Jelaskan kondisi/gangguan yang
terjadi pada matanya
Kriteria hasil:
3. Libatkan dengan kegiatan
lingkungan
Klien mau bertemu keluarga
3.4 Implementasi
2 Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan 1. Membersihkan kelopak mata dari dalam kearah luar (k/p
17
proses peradangan lakukan irigasi).
2. Memberikan antibiotika sesuai dosis dan umur.
3. Mempertahankan tindakan septik dan aseptik.
3 Gangguan persepsi penglihatan b.d kelainan lapang pandang 1. Mengkaji kemampuan melihat.
2. Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan dan
aktifitas.
3. Menjelaskan terjadinya gangguan persepsi penglihatan.
4. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sederhana.
5. Menganjurkan pasien untuk memakai kacamata redup.
4 Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan 1. Mengkaji tingkat penerimaan klien.
dengan adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / 2. Mengajak klien mendiskusikan keadaan.
edema). 3. Mencatat jika ada tingkah laku yang menyimpanng.
4. Menjelaskan perubahan yang terjadi.
18
2. Mengorientasikan pasien terhadap lingkukngan,
mendekatkan alat yang dibutuhkan pasien ke tubuhnya.
3. Mengatur lingkungan sekitar pasien, menjauhkan benda-
benda yang dapat menimbulkan kecelakaan.
4. Mengawasi/menemani pasien saat melakukan aktivitas.
6 interaksi sosial ; menarik diri b.d tidak menerima kondisi 1. Menjalin hubungan baik dengan klien.
matanya 2. Menjelaskan kondisi/gangguan yang terjadi pada
matanya.
3. Melibatkan klien dengan kegiatan lingkungan.
3.5 Evaluasi
No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan S : ______________
peradangan konjungtiva
O:
19
a. Klien mulai jarang mengeluh nyeri
b. Nyeri yang dirasakan klien mengalami penurunan
c. Klien sudah sedikit mampu memanajemen
nyerinya seperti nafas dalam dan teratur
d. Klien sudah dapat tidur dengan nyaman dan
memenuhi ADLnya
P : Lanjutkan tindakan.
20
P : tindakan perlu dilanjutkan untuk mencegah
penyebaran bakteri.
3. Gangguan persepsi penglihatan b.d kelainan lapang pandang S : ____________
O:
21
a. Klien terlihat masih terpaksa menerima keadaan
b. Terlihat klien sering berada di depan cermin.untuk
melihat kelopak matanya yang edema
c. Tidak ada aktivitas yang menyimpang dari klien.
22
6. Interaksi sosial ; menarik diri b.d tidak menerima kondisi S : ____________
matanya
O:
P : tindakan dihentikan.
23
BAB IV
PENUTUP
24