You are on page 1of 20

Perjalanan Diri

Begitulah kami menyebutkannya didalam Ilmu, sesungguhnya sebutan atau nama itu bagi kami
hanyalah sebatas keterangan atau jalan saja atau dengan kata lain boleh juga kita mengartikannya
sekedar sebagai identitas formal yang menyatakan akan jati diri yang sesungguhnya, dalam
rangka pengekspresian akan semua maksud dan tujuan, baik yang tersurat maupun yang tersirat,
baik yang nyata maupun yang tidak nyata (tersembunyi) pada pernyataan dan kenyataan diri ini,
dengan satu harapan dapat kiranya menghantarkan diri ini didalam mencapai hakekat
kesempurnaan hidup yang sesungguhnya yaitu adalah hidup yang tidak akan pernah mati.

Jadi bagi kami, tahap ini sebenarnya bukan sesuatu yang bersifat khusus atau istimewa, sebab
pada ujungnya nanti, apabila seluruh Risalah yang telah dipertaruhkan oleh Allah Swt terhadap
diri kita ini tersingkap dan nyata dengan senyata-nyatanya, maka semuanya akan lebur dan
lenyap dengan sendirinya kembali kepada pemaknaan awalnya yaitu hanya sebatas sebutan saja.

Tahap, disebut juga dengan Maqom perjalanan Syaraul Hisab, dengan Nas Qurannya
berbunyi :

Huwal Awwalu man kholakallahu taala An Nur
Artinya : Yang awal Allah taala ciptakan adalah Nur.
Lihat keterangan asal kejadian Nur yang bersumber dari :

Kitab Hadits Qudsy Bayanullah
Kitab Hadits Qudsy Bayanul Insan, dan
Kitab Hadits Qudsy Bayanullah Hurubiyin, yang 3 Jilid dan terhimpun didalam Kitab
Barencong kepunyaan Datu Sanggul dari Tanah Muning, tatakan Rantau ,Kalimantan
Selatan.

Dimaksudkan agar dapat kiranya kita menyempurnakan asal kejadian diri, asal kejadian dari
agama Nabi Muhammad Saw, dan asal kejadian dari pada pengenalan diri (Mengenal Allah Swt)

Sebab barang siapa, Ia tidak mengetahui akan asal muasal kejadian dirinya, maka tidaklah di
pandang syah atau sempurna sekalian amal ibadahnya .

Inilah maqom Khas atau maqom Rahasia, yaitu Rahasia perjalanan Ilmu Haq Allah taala
atau dapat juga kita menyebutnya dengan sebutan Maqom perjalanan Baginda Rosulullah
Saw, kedudukannya satu tingkat diatas Maqom ke-tujuh, yaitu maqomnya orang-orang
Laduni didalam perjalanan 99.

Disebut Maqom Rahasia Perjalanan Ilmu Haq Allah taala , oleh karena pada Maqom ini
yang dibahas, dibicarakan dan dikupas adalah mengenai suatu Risalah yang Haq, apa
sesungguhnya yang telah dipertaruhkan oleh Allah Swt atas diri kita ini, siapa Allah Swt itu
sesungguhnya ...?, dan ......siapa diri kita ini sebenarnya...?.

Allah Swt telah berfirman didalam Al-Quran :

Aku Ciptakan Manusia itu dalam bentuk yang paling sempurna lagi mulia,namun
apabila Ia ingkar kepadaku, maka akan Aku lemparkan ia pada tempat yang paling hina,
bahkan amat hina dari yang hina

Kesempurnaan dan kemuliaan dimata Allah Swt baru akan kita peroleh apabila kita mampu
mengenal akan diri kita yang sesungguhnya, yaitu mengenal diri yang sebenar-benarnya diri,
namun kita akan dipandang hina, sehina-hinanya dimata Allah Swt apabila kita tidak mau
mengenal atau tidak tahu siapa diri kita ini yang sebenarnya.

Kecelakaan besar dan rugi besarlah sesungguhnya diri kita ini apabila selama ini kita menyaqini
sesuatu, sementara apa yang kita yaqini itu sesungguhnya salah dan keliru, menganggap Tuhan
apa yang sebenarnya bukan Tuhan, mengangkat saksi sementara yang kita persaksikan itu sendiri
kita tidak tahu, dan seterusnya...dan seterusnya.

Jika ini yang terjadi, maka kitalah orang yang munafiq, kitalah orang yang ingkar sesungguhnya,
artinya Rukun Iman dan Rukun Islam kita LAYAK UNTUK DI PERTANYAKAN silahkan
Anda renungkan kembali....!


Kemudian dikatakan Maqom Perjalanan Baginda Rosulullah Saw , oleh karena kita
meyaqini dengan sepenuh hati bahwa Agama yang dibawa oleh Rosulullah Saw adalah
benar dan sempurna, yaitu Islam ( agama Fitrah).

Allah Swt telah berfirman didalam Al-Quran :

Barang siapa mencari Agama selain Agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (Agama itu) dari pada-Nya, dan diakherat (mereka) termasuk orang-orang yang
rugi .
( QS : Ali Imran, 85 )

Sesungguhnya Agama yang syah pada pandangan Allah, ialah Islam
( QS : Ali Imran, 19 ).

Jika diatas tadi disebutkan bahwa maqom ini adalah Maqom Perjalanan Baginda Rosulullah
Saw, maka jelaslah bahwa sudah bahwa setelah Maqom ini tidak akan ada Maqom lagi , artinya
inilah Maqom yang terakhir, karna Rosulullah Saw sendiri dijahirkan kemuka bumi ini adalah
sebagai penutup para Nabi dan Rosul, bahkan lebih dari pada itu, yaitu sebagai Rahmat bagi
semesta Alam.

Allah Swt berfirman dalam Al-Quran :

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu Suri Tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmat) Allah, dan (kedatangan) Hari Qiyamat dan
ia banyak menyebut (nama) Allah .
(QS, Al-Ahzab : 21).


Materi didalam tahap sangat simpel, karna hanya ada 2 masalah pokok saja yang harus kita
ketahui sepanjang usia kita, terlebih lagi disaat-saat menjelang ajal :

Pertama, yaitu penyampaian Risalah Rahasia Diri yang sebenar-benarnya diri kita, Risalah
inilah yang akan disampaikan pertama kali, disaat kita akan memulai perjalanan batin, dengan
ber-halarat (duduk diatas kain putih yang ukurannya sama dengan ukuran tubuh kita jika kelak
kita akan kembali kehadirat Allah Swt). Kain Putih disini hanya sebagai perlambang saja, yaitu
lambang kesucian, karna Risalah yang akan disampaikan saat itu adalah suatu Risalah yang
bersifat suci, sedangkan mendudukinya itu, bermakna kematian... maksudnya meninggalkan
seluruh sifat-sifat kemanusiaan yang ada pada diri kita dan kita meyaqini betul bahwasannya
seluruh yang kita miliki ini sesungguhnya bukan milik kita semata akan tetapi milik Allah Swt,
untuk itu wajib kiranya kita kembalikan semua itu kepada-Nya. La haula walaa quwwata illaa
billaah.

Kedua, yaitu penyampaian Nama Tuhan yang sebenarnya, yang dikomunitas kami, disandikan
dengan Air Setitik . Penyampaian atau penjatuhan Air Setitik ini pun hanya dapat
disampaikan 2 kali saja dalam kurun waktu 1 tahun dan penjatuhan Air setitik ini pun hanya
dapat disampaikan 2 kali saja ,yaitu pada malam Nisfu Syaban dan malam Wukuf Arafah, tidak
ada waktu dan hari yang lain selain dikedua waktu itu.

Adapun pokok-pokok Risalah atau jalan untuk sampai pada pengenalan akan diri yang
dimaksud, adalah :

1. Mengenal asal muasal diri.
2. Mengenal diri yang sebenar-benarnya diri, dan
3. Mematikan diri.

Ketiga masalah tersebut diatas itu merupakan komponen-komponen utama yang harus dilalui
secara berurutan dan Ia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

Bagaimana mungkin kita bisa mengenal akan diri, kalau sekiranya kita sendiri tidak tau,
darimana dan bagaimana sesungguhnya asal muasal kejadiannya, begitu pula selanjutnya,
bagaimana mungkin kita dapat mengenal akan diri jika didalam diri kita itu masih bersemayam
nafsu-nafsu ke-aku-an, silahkan anda renungkan sendiri.
Anda mungkin juga meminati:
Edisi IV
Edisi VIII
Edisi VI
Edisi IV
Bermula agama itu ialah dengan mengenal akan Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tempat
seluruh umat manusia(baik yang beriman maupun yang tidak) bergantung dari segala harapan
dan pengharapan.

Dan tidaklah dipandang dan dianggap seseorang itu beragama sebelum ia mampu dan dapat
mengenal Allah sebaik-baik dan sebenar-benarnya pengenalan. Jika demikian dapat dipastikan
bahwa seluruh ibadah dan peribadatan yang dulu kita lakukan hingga sekarang dan sampai pada
masa yang akan datang dianggap tidak syah karena arah yang tidak pasti ibadah dan peribadatan
itu akan ditujukan kemana.

Sementara yang kita tahu, yang kita yakini selama ini hanya sebatas dan sekedar nama saja tanpa
tahu sebenarnya yang punya nama dan ujudnya. Dengan demikian sia-sialah apapun yang kita
lakukan.

"Allah" adalah himpunan huruf-huruf hijaiyah yang berangkai dalam satu kesatuan kata yang
kita imani dan yakini sebagai nama dari Tuhan yang teramat sakral, dan diatas dari segala yang
Ada.

Coba kita tingkatkan pemahaman kita tentang Allah itu setingkat dari pemahaman kita yang ada.

Apakah dan siapakah Allah itu?

Demi Zat yang menguasai setiap sesuatu. "Allah" itu hanyalah sekedar nama saja, nama dari
sekian nama Tuhan yang umum disebut Asmaul Husna (Nama-nama yang terpuji). Sedangkan
"Tuhan" adalah suatu gelar kebesaran atau pangkat saja.

JIka memang demikian, bagaimanakah ibadah dan peribadatan kita itu? Apakah hanya ditujukan
pada nama dan pangkat saja? Tidakkkah terlintas didalam lubuk hati ini untuk dapat tahu dan
kenal dengan yang bernama "Allah", yang berpangkat "Tuhan"? Maksudnya adalah, mana
ujudnya, yang bernama Allah dan berpangkat Tuhan?

Demi zat yang menguasai setiap sesuatu. Sudah menjadi hukum hidup dan kekal adanya, jika ada
nama ada gelar dan pangkatnya. Sudah barang tentu ada ujudnya. Dan sangat mustahil jika ada
nama, ada gelar dan pangkatnya tapi ujudnya tidak ada. Begitupun sebaliknya, mustahil ada ujud
namun tidak ada nama, gelar atau pangkatnya karena nama dan empunya merupakan satu
kesatuan mata rantai yang tidak bisa dipisah-pisahkan walaupun dengan alasan apapun juga.
Apalagi sempat terlintas pengakuan kita didalam hati bahwa Allah itu ghaib adanya...na uju
billlahi min jalik...

Ini merupakan persepsi yang keliru karena sesunggguhnya Allah itu nyata adanya. Justru
manusialah yang sesungguhnya ghaib. Dan yang ghaib itu sendiri akan nyata dengan adanya
yang nyata. Oleh sebab itulah maka wajib bagi kita beriman, untuk mengetahui, dan mengenal
Allah. Bukan hanya sebatas dan sekedar kenal nama dan pangkatnya saja...akan tetapi samar dan
kabur ujudnya. Jika demikian, betapa rugi, bodoh dan celakanya kita.

Hakekat kita mengenal dan tahu akan nama dan si empunya nama , adalah agar kita bisa dan
dapat beroleh ma'rifat kepadanya. Sehingga seluruh aktifitas ibadah dan peribadatan yang kita
lakukan siang-malam sebatas usia kita tersebut jangan sampai ada yang sia-sia dan tiada hasil.
Terlebih lagi karena kurangnya ilmu tentang pengenalan kepadanya, tanpa sadar kita telah masuk
dan hanyut serta tenggelam didalam samudra kesyirikan. Merasa setiap ibadah dan peribadatan
yang telah kita lakukan sudah sampai pada puncak kebenaran yang hakiki. Namun sesungguhnya
dinding tebal telah menjadi tirai dari kebenaran yang hakiki itu. Tanpa sadar kesyirikan menjadi
kawan akrab disetiap langkah. Baik itu syirik jalli, sirik khafi, dan syirik khafi wal khafi.

*
Syirik jalli adalah syirik pada perbuatan.

*
Syirik khafi adalah syirik atau kesyirikan yang terlintas dalam hati.

*
Syirik khafi wal khafi adalah syisrik pada akuan/ perasaan kita.

Jika ada salah satu saja atau bahkan ketiga kesyirikan itu melekat pada diri kita, maka hal ini
merupakan suatu perbuatan yang sangat buruk dan terkutuk. Dan tiada obat ataupun ampunannya
kecuali dengan jalan meleburkan akan diri ke akuannya.
Coba kita perhatikan dan renungkan baik-baik, dengan tanpa membawa ego atau kenafsuan diri,
kita tilik dengan seksama uraian berikut. Katakan benar jika memenag kebenaran itu nampak dan
nyata adanya. Namun jika kebenaran itu tidak nyata dan jelas maka jangan engkau pikirkan dan
buang jauh-jauh supaya jangan menjadi fitnah yang besar.

Diawal sudah kita smpaikan bahwa "Allah" itu adalah sebuah nama atau identitas dari suatu diri.
Tugas kita selanjutnya adalah dengan mencari ujudnya. Demi zat yang menguasai segala sesuatu.
Bahwa bunyi "Allah" itu seandainya kita tidak berucap dan menyatakan, maka bunyi "Allah"
tidak akan pernah ada. Tetapi karena kita berucap dan menyatakan "Allah" maka bunyi "Allah"
itu ada.

Adakah bunyi "Allah" jika kita tidak berucap atau menyatakan, tentu tidak pernah ada, bukan?

Allah Swt berfirman:

"Aku disisi sangka hambaku dengan dia aku"

Maksudnya:

Kalau si hamba itu tidak manyangka aku, berarti aku tidak pernah ada, akan tetapi oleh karena
hamba itu berkata itu Allah (Allah itu ada) maka nyatalah aku ada.

Intisarinya adalah sebagai berikut:

Jika Allah itu ada, maka hamba itu tidak pernah ada.

Jika hamba ada, maka Allah tidak akan ada.

Karena jika kita hamba, mana Allah?

Maka sebaliknya jika aku Allah, mana hamba?

Silahkan renungkan dan kaji lebih dalam dan apabila tidak jelas, minta dan tanyalah kepada ahli
yang memang menguasai hal tersebut diatas.

Namun yang paling jelas, jawaban yang paling benar hanya ada pada diri anda saja! Itulah
ma'rifat.

Adapun referensi yang dapat dijadikan bahan acuan untuk berjalan kesana adalah sebagai
berikut:

Bunyi "Allah" itu terdiri dari huruf Alif, Lam awal, Lam akhir, dan Haa yang berhimpun dan
perhimpunannya itu bermula pada waktu KUN awal yang mana disana menyebabkan adanya
syahadat dan taubat. Yang juga menyebabkan turun dan jahirnya empat huruf utama yaitu Alif,
Nun, Mim, dan Tha yang menyebabkan adanya maqom-maqom didalam perjalanan 99(Sembilan
Puluh Sembilan) yang maqom tertingginya ada di mqom kedelapan (8) yaitu maqom khas atau
maqom ilmu tentang Allah ta'ala. Atau bisa juga disebut maqom perjalanan Baginda Rasulullah
Saw. ( Keterangan maqom kedelapan(8) ini tidak kami kupas dan hanya berlaku bagi kalangan
Air Setitik Community saja).

Adapun tajallinya huruf Alif, Lam awal, Lam akhir, dan Haa itu berlangsung pada saat Allah itu
sendiri tajalli pada Gaibul Hawiyah, sebab begitu Allah Swt itu tajalli di Goibul Hawiyah, Allah
membawa huruf Alif, Lam awal, Lam akhir dan Haa.

Sedang tajallinya Allah apada Gaibul Mutallaq, disini Allah Swt membawa Zat, Sifat, Asma dan
Af'al. Disini juga Allah Swt mengadakan sifat Nur dan mengadakan dua nama yaitu Kun Sa dan
Kun Zat.

Kun Sa adalah titik dari Nur Muhammad yang diatas Arasy yang meliputi tujuh petala langit dan
mengadakan satu nama yaitu nama awal-awal Nur Muhammad.

Sedangkan Kun Zat adalah titik dari Nur Muhammad yang ada dibawah Arasy yang meliputi
tujuh petala bumi dan mengadakan nama yaitu nama awal-awal ummat.

Adapun arasy itu sendiri bukan berada di langit maupun dibumi, tetapi arasy itu ada dalam diri
kita.

Proses selanjunya:

*
Zat maujud kepada huruf Alif.
*
Sifat maujud kepada huruf Lam awal.
*
Asma maujud kepada huruf Lam akhir.
*
Af'al maujud kepada huruf Haa.

Huruf-huruf itulah yang menjadi bunyi "Allah", yaitu:

* Alif itu Zat bagi Allah yang menjadikan Rahasia bagi Muhammad dan menjadikan Cahaya
kepada kita.

*
Lam awal itu Sifat bagi Allah menjadikan Tubuh kepada Muhammad dan menjadikan Ruh
kepada kita.

*
Lam akhir itu Asma bagi Allah menjadikan Ilmu bagi Muhammad dan menjadikan Hati bagi
kita.

*
Haa itu Af'al bagi Allah menjadikan Kelakuan pada Muhammad dan menjadikan Jasad pada kita.

Dari sekelumit penjelasan ini, jika dikembalikan kepada Tauhid, maka itulah kenyataan dirinya.
Esa tiada yang lain. Esa pada Zatnya, Esa pada Sifatnya, Esa pada Asmanya, dan Esa pada
Af'alnya.

Karena:

*
Zat itu tiada lain adalah Dirinya.

*
Sifat itu tiada lain adalah Rupanya.

*
Asma itu tiada lain adalah Namanya.

*
Af'al itu tiada lain adalah Kelakuannya.

Jadi bunyi "Allah" itu tiada lain hanya sekedar nama, yaitu nama kita semenjak didalam rahim
ibu. Pada saat usia kandungan 3 bulan 10 hari. Sedangkan Ta'ala itu tiada lain adalah nama kita
juga saat usia kandungan mencapai 8 bulan 10 hari.
Anda mungkin juga meminati:
Edisi VII
Edisi VIII
Edisi VI
Edisi VI
Mengenal diri yang sebenar-benarnya diri.

Berbicara mengenai pengenalan diri yang sebenar-benarnya diri tentunya tidak akan lepas kita
dengan Dua Ilmu Allah, yaitu :

* Ilmu Tasawuf
* Ilmu Sifat 20

Bagi orang yang awam, kedua Ilmu Allah itu sangat ditakuti, sebab katanya salah-salah kita
mengkajinya maka kita akan menjadi gila.
Sesungguhnya pandangan seperti itu sangatlah keliru besar.!, seandainya itu memang terjadi
pada setiap santri yang mengkaji kedua Ilmu Allah itu, maka dapat dipastikan bahwa apa yang
dikajinya itu sangatlah keliru dan menyimpang dari kaidah yang sebenarnya. Justru Agama kita
sangat menganjurkan kepada kita untuk masuk dan mempelajari kedua ilmu Allah itu dengan
baik dan benar, karena kedua ilmu itu yang akan dapat menghantarkan diri kita untuk sampai
kepada pengenalan akan diri dan tuhan yang sebenarnya.

Dibawah ini adalah beberapa dasar yang menerangkan tentang perlunya kita untuk mengenal
diri, yaitu Sbb :

"Sesungguhnya diri anak Adam itu adalah dosa yang besar, terkecuali ia mengetahuinya".
(Hadits Rosulullah Saw)

"Barang siapa mengenal akan dirinya, niscaya ia akan mengenal akan tuhannya mengenal akan
tuhannya niscaya binasalah dirinya".
(Hadits Qudsy)

"Barang siapa menuntut jalan kepada Allah dengan lain dari pada mengenal akan diri dengan
sebenar-benarnya pengenalan, sesungguhnya sesat yang amat jauhlah ia dengan tuhannya".
( Ijma ulama )

"Aku adalah gudang yang tersembunyi, aku suka jika aku dikenal, lalu aku ciptakan makhluk
supaya ia mengenal akan aku".
(Hadits Qudsy)

Bermula mengenal diri yang sebenar-benarnya diri itu, adalah ketahui dahulu olehmu akan sifat-
sifat wajib bagi Allah yang 13 dan 7 sifat Allah yang ada pada dirimu.

Sedangkan jalannya adalah Tasawuf. Apa sesungguhnya Tasawuf itu..????.

Baik kita mulai dari Sifat-sifat wajib bagi Allah yang 13 dan 7 sifat Allah yang ada pada diri
kita, Sbb :

Sifat Nafsiyah.
Sifat Nafsiyah artinya Sifat yang wajib bagi Zat, yaitu:

* Wujud.

Jika ada sifat Nafsiyah, tentunya juga akan ada Diri Nafsiyah, bagaimana menurut anda?

Sifat Salbiyah.
Sifat Salbiyah artinya Sifat menolak yang tiada layak bagi Zat , yaitu :

* Qidam
* Baqa
* Mukhalafatuhu taala lil khawadits
* Qiyamuhu taala binafsih
* Wahdaniyat.

Jika ada Sifat Salbiyah tentu akan ada pula Diri Salbiyah, bagaimana menurut anda?.

Sifat Maani.
Sifat Maani artinya berdiri ia kepada yang mawujud, yaitu :

* QudratKuasa
* Iradat Berkehendak
* Ilmu...Tahu
* Hayat.Hidup
* Sama..Mendengar
* Basyhar..Melihat
* Kalam.Berkata-kata.

Jika ada sifat Maani tentu akan ada juga Diri Maani, bagaimana ini menurut anda?

Sifat Manawiyah.
Sifat Manawiyah artinya yang wajib bagi Zat, dikarenakan dengan sesuatu sebab, yaitu

* Qodirun yang Kuasa
* Muridun yang Berkehendak
* Alimun yang Mengetahui
* Hayyun yang Hidup
* Samiun yang mendengar
* Basyhirun .yang Melihat
* Muttakallimun yang Berkata-kata.

Jika ada sifat Manawiyah tentu akan ada pula Diri Manawiyah, bagai mana ini menurut anda?

Silahkan anda simak dan renungkan dengan baik, apa dan bagaimana maksudnya, kalau ada sifat
nafsiyah, sifat salbiyah, sifat maani dan sifat manawiyah tentu juga akan ada yang disebut
dengan diri nafsiyah, diri salbiyah, diri maani dan diri manawiyah.

Sedangkan Tasawuf itu sendiri adalah jalannya. Secara garis besar tasawuf itu bagi kami tdak
ubahnya seperti proses perjalanan 3 huruf hijaiyah Jim, kha, dan kho. ( , , ).

Huruf Jim. ( )
huruf jim itu titiknya ada didalam huruf, maksudnya mengisyaratkan kepada kita bahwa pada diri
manusia itu penuh dengan dosa dan kesalahan, penuh dengan nafsu-nafsu keakuan. Seakan-akan
seluruh aktivitas kehidupan ini menjadi kuasa manusia semata.
Merasa manusia yang kuasa, manusia yang berkehendak, manusia yang mengetahui, manusia
yang hidup, manusia yang mendengar, manusia yang melihat dan manusia yang berkata kata,
perasaan-perasaan yang seperti ini akan timbul dikarenakan ketidak tahuan kita tentang siapa diri
kita ini yang sebenarnya.

Allah Swt berfirman didalam Hadits Qudsy, menyerukan kepada seluruh manusia yang beriman
kepadanya untuk melihat kebelakang, melihat dan mempelajari tentang asal muasal diri ini .
(masuk pada jalan pertama untuk berawaluddin marifatullah).

Huruf kha. ( )
Huruf Kha itu sama sekali tidak memiliki titik, baik itu didalam huruf maupun diluar huruf.
Maksudnya mengisyaratkan kepada kita semua tentang sebuah kebimbangan dan keragu-raguan
yang akan membawa diri kita pada suatu pertanyaan besar dan mendasar yang membutuhkan
jawaban segera dan pasti.
Siapakah sebenarnya tuhan itu dan siapakah sebenarnya diri ini..?, sekiranya aku ini tuhan
dimanakah hamba itu.?, begitu pula sebaliknya sekiranya aku ini hamba dimanakah tuhan
itu.?.
Untuk menjadikan tolak ukur yang pasti dan menjadikan dasar pegangan dalam kehidupan ini,
Allah Swt telah berfirman didalam Hadits Qudsy yang berbunyi :

Kenalilah akan dirimu niscaya kamu akan kenal dengan-Ku.
(ini adalah janji Allah kepada kita, dan sangat mustakhil jika Allah akan ingkar janji)

Allah Swt juga berseru:

Jangan kamu mencari Aku karna Aku sudah laitsya pada dirimu dan pasti engkau tidak akan
Pernah menemukan Aku, tapi cari taulah engkau tentang siapa dirimu yang sebenarnya (masuk
pada jalan kedua untuk berawaluddin marifatullah).

Huruf Kho ( )
Huruf Kho itu titiknya berada diluar huruf, maksudnya mengisyaratkan kepada kita bahwa,
apabila rahasia Allah itu telah sampai padamu maka tidak akan pernah ada lagi keragu-raguan
lagi atas dirimu seluruhnya menjadi pasti.

Allah Swt berfirman didalam Al-Quran : "Setiap sesuatu yang bernyawa pasti akan mengalami
kematian".

Didalam Hadits Qudsy, Allah Swt juga berfirman :

"Rasakanlah olehmu Mati sebelum kematian yang sebenarnya itu kamu rasakan (datang padamu.
Jika engkau akan datang kepada-Ku, maka matikanlah seluruh rasa yang ada pada dirimu dan
kembalikan semuanya kepada-Ku".

Sesungguhnya dirimu itu sebenarnya sudah mati sejak awal yaitu, ketika dirimu terlahirkan
kedunia yang fana /lenyap/hancur dan binasa ini namun oleh karna pada dirimu itu bersemayam
rasa dan perasaan yang bermahkotakan nafsu, maka kamu merasa hidup. (masuk pada jalan
ketiga untuk berawaluddin marifatullah).

Selain dari keterangan diatas dapat juga diurai berdasarkan huruf-hurufnya yang ada pada kata-
kata TASAWUF, yaitu :

Ta( )
Shot...( )
Waw..( )
Fha( )

Adapun pengartiannya kurang lebihnya adalah Sbb :

Huruf Ta ( )
Huruf Tha itu adalah Tajrid, artinya Menghilangkan
Apa yang dihilangkan..?, yaitu :

* Tajrid kepada Dunia
* Tajrid kepada Manusia
* Tajrid kepada Hawa Nafsu.

Huruf Shot ( )
Huruf Shot itu adalah Shafa, artinya Bersih.
Apa yang dibersihkan..?, yaitu :

* Bersih dari keinginan Dunia
* Bersih dari pada amarah dan senantiasa bersyukur, sabar dan tabah.
* Bersih dari pada dawa sangka selain dari pada Allah Swt.

Huruf Waw ( )
Huruf waw itu adalah Wafa, artinya memelihara.
Apa yang dipelihara?, yaitu:

*
Memelihara Syareat
*
Memelihara, menuntut pahala
*
Memelihara dari pengenalan selain kepada Allah Swt.

Huruf Fha ( )
Huruf Fha itu adalah Fana, artinya Lenyap atau Hapus.
Apa yang difanakan?, yaitu :

* Fana Ilmu
* Fana Ain
* Fana Haq
* Fana Afal
* Fana ASma
* Fana Sifat
* Fana Zat.

Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai tasawuf berdasarkan huruf-huruf yang
dikandungnya.

Dengan kita mengetahui arti tasawuf, diri kita akan menjadi ( Men- Zat-di ) Faqir, yaitu:

* Fha ( ) itu Fana /hapus
* Qop ( ) itu Qonaah/ rutin
* Ra ( ) itu Ridho/ikhlas.

Demikian dahulu kajian kita pada kesempatan ini, semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan
Rahmat dan Nikmat-Nya sehingga kita didalam kesehariannya senantiasa didalam keadaan
Nyaman, Nyaman yang senyaman-nyamannya.

Kepada teman-teman yang sudah terlalu lama menunggu dan menantikan episode ini melalui Air
Setitik, maka pada kesempatan yang berbahagia ini dan dengan segala kekurangan serta
kelemahan yang ada pada kami, kami menghaturkan ampun dan maaf yang sebesar-besarnya,
semoga saja kajian yang kami sampaikan ini akan bermanfaat bagi kita semua terutama sekali
bagi diri saya pribadi sebagai penulis sekaligus penyampai.

Sebagai manusia tentunya kita tidak akan pernah luput dari khilaf dan salah, untuk itu sekiranya
ada penyampaian kami yang keliru dan keluar dari norma dan kaidah Agama, maka dengan
senang hati kami siap menerima pembetulannya, semoga kajian ini menjadikan Ibadah..
amin ya robbal alamin.
Anda mungkin juga meminati:
Edisi VIII
Edisi VII
Edisi IV
Edisi VII
Mengenal Diri yang sebenar-benarnya Diri. (Bagian kedua Pencetusan Api Marifattullah
didalam kalimah ALLAH)

Pada edisi yang lalu, telah kami sampaikan garis besar, tentang 2 buah Ilmu Allah taala yang
wajib untuk kita ketahui, yaitu Ilmu Tasawuf dan Ilmu Sifat 20, sebagai pengantar Awal untuk
masuk pada perjalanan batin, yaitu pengenalan diri, mengenal diri yang sebenar-benarnya diri.

Pada edisi saat ini, mari kita bersama-sama mengkaji kalimah atau lafald ALLAH pada
pandangan Marifat, yaitu mencetuskan api marifattullah didalam kalimah ALLAH Apa dan
bagaimana itu mari kita simak bersama.

Bermula sebelum banyak hal yang tersampaikan, izinkanlah kami memohon ampun dan maaf
yang sebesar-besarnya, (lahir dan batin/dunia dan akhirat) sekiranya pada risalah itu kita semua
akan banyak dihadapkan dengan beberapa kata dan pernyataan yang sangat musykil untuk
didengar dan tidak patut rasanya untuk diutarakan.

Untuk itu kami dari Tim Air Setitik memohon dengan sangat kepada kita semua agar apa yang
ada didalam risalah ini, benar-benar dapat dipahami dan dipelihara serta disimpan sebaik-
baiknya pada amaliyah kita sehari-hari.. Jangan kiranya kita mempertentangkan perbedaan
pendapat tentang kebenaran, akan tetapi mari kita bersama-sama mengambil hikmah yang ada
dibaliknya.

Dengan berlindung kepada Allah Swt, Pencetusan Api Marifattullah dalam kalimah ALLAH
saya awali.

Syahdan, nama Allah itu tidak akan pernah dapat dihilangkan, sebab nama Allah itu akan
menjadikan Zikir bagi para Malaikat, Zikir para burung, Zikir para binatang melata, Zikir
tumbuh-tumbuhan dan Zikir dari Nasar yang 4 (tanah, air, angin dan api) serta zikir segala
makhluk yang ada pada 7 lapis langit dan 7 lapis bumi, juga zikir makhluk yang berdiam
diantara langit dan bumi. (buka..Al-Quran, Surah At-thalaq, ayat 1).

Adapun zikir para makhluk Allah yang kami sebutkan tadi tidaklah sama logatnya, dan tidak
sama pula bunyi dan bacaannya. Tidak sedikit para akhli Sufi dan para wali-wali Allah yang
telah mendengar akan bunyi zikir para makhluk itu, sungguh sangat beraneka ragam bunyinya.

Dalam Kitab Taurat, nama Zat yang maha Esa itu ada 300 banyaknya yang ditulis menurut
bahasa Taurat, dalam Kitab Zabur juga ada 300 banyaknya nama Zat yang maha esa itu yang
ditulis dengan bahasa Zabur.

Dalam Kitab Injil juga ada 300 banyaknya nama Zat yang Esa itu yang ditulis dengan bahasa
Injil, dan dalam Kitab Al-Quran juga ada 99 nama Zat yang esa itu ditulis dalam bahasa Arab.
Jika kita berhitung maka dari keempat kitab itu yang ditulis berdasarkan versinya, maka akan ada
999 nama bagi zat yang maha esa itu, dari jumlah tersebut maka yang 998 nama itu, adalah nama
dari Sifat Zat yang maha Esa, sedangkan nama dari pada Zat yang maha esa itu hanya satu saja,
yaitu ALLAH .

Diterangkan didalam Kitab Fathurrahman, berbahasa Arab, yaitu pada halaman 523. disebutkan
bahwa nama Allah itu tertulis didalam Al-Quran sebanyak 2.696 tempat.

Apa kiranya hikmah yang dapat kita ambil mengapa begitu banyak nama Allah, Zat yang maha
Esa itu bagi kita?

Allah, Zat yang maha esa, berpesan :

Wahai Hambaku janganlah kamu sekalian lupa kepada namaku

Maksudnya : Allah itu namaku dan Zatku, dan tidak akan pernah bercerai, Namaku dan Zatku itu
satu.

Allah Swt juga telah menurunkan 100 kitab kepada para nabi-nabinya, kemudian ditambah 4
kitab lagi sehingga jumlah keseluruhan kitab yang telah diturunkan-Nya berjumlah 104 buah
kitab, dan yang 103 buah kitab itu rahasianya terhimpun didalam Al-Qurannul karim, dan
rahasia Al-Qurannul karim itu pun rahasianya terletak pada kalimah ALLAH.

Begitu pula dengan kalimah La Ilaha Ilallah, jika ditulis dalam bahasa arab ada 12 huruf, dan jika
digugurkan 8 huruf pada awal kalimah La Ilaha Ilallah, maka akan tertinggal 4 huruf saja, yaitu
Allah.

Mana kalimah ALLAH itu adalah sebuah nama saja, sekalipun digugurkan satu persatu nilainya
tidak akan pernah berkurang, bahkan akan mengandung mana dan arti yang mendalam, dan
mengandung rahasia penting bagi kehidupan kita selaku umat manusia yang telah diciptakan
oleh Allah Swt dalam bentuk yang paling sempurna.

ALLAH jika diarabkan maka Ia akan berhuruf dasar Alif, Lam diawal, Lam diakhir dan Ha.
Seandai kata ingin kita melihat kesempurnaannya maka gugurkanlah satu persatu atau huruf
demi hurufnya.

Gugurkan huruf pertamanya, yaitu huruf Alif ( ), maka akan tersisa 3 huruf saja dan bunyinya
tidak Allah lagi tetapi akan berbunyi Lillah, artinya bagi Allah, dari Allah, kepada Allahlah
kembalinya segala makhluk.
Gugurkan huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal ( ), maka akan tersisa 2 huruf saja dan
bunyinya tidak lillah lagi tetapi akan berbunyi Lahu.
Lahu Mafissamawati wal Ardi, artinya Bagi Allah segala apa saja yang ada pada tujuh lapis
langit dan tujuh lapis bumi.
Gugurkan huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( ), maka akan tersisa 1 huruf saja dan
bunyinya tidak lahu lagi tetapi Hu, Huwal haiyul qayum, artinya Zat Allah yang hidup dan
berdiri sendirinya.

Kalimah HU ringkasnya dari kalimah Huwa, sebenarnya setiap kalimah Huwa, artinya Zat,
misalnya :

Qul Huwallahu Ahad., artinya Zat yang bersifat kesempurnaan yang dinamai Allah. Yang
dimaksud kalimah HU itu menjadi berbunyi AH, artinya Zat.

Bagi sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih hidup ini berisi amal bathin, yaitu
HU, kembali napas turun di isi dengan kalimah ALLAH, kebawah tiada berbatas dan keatas tiada
terhingga.

Perhatikan beberapa pengguguran pengguguran dibawah ini :

Ketahui pula olehmu, jika pada kalimah ALLAH itu kita gugurkan Lam ( ) pertama dan Lam (
) keduanya, maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang akhir (dipangkal dan diakhir),
yaitu huruf Alif dan huruf Ha (dibaca AH).

Kalimah ini (AH) tidak dibaca lagi dengan nafas yang keluar masuk dan tidak dibaca lagi dengan
nafas keatas atau kebawah tetapi hanya dibaca dengan titik.

Kalimah AH, jika dituliskan dengan huruf Arab, terdiri 2 huruf, artinya dalam bahasa disebutkan
INTAHA (Kesudahan dan keakhiran), seandai saja kita berjalan mencari Allah tentu akan ada
permulaannya dan tentunya juga akan ada kesudahannya, akan tetapi kalau sudah sampai lafald
Zikir AH, maka sampailah perjalanan itu ketujuan yang dimaksudkan. (Silahkan bertanya kepada
akhlinya)

Selanjutnya gugurkan Huruf Awalnya, yaitu huruf ALIF dan gugurkan huruf akhirnya, yaitu
huruf HA, maka akan tersisa 2 buah huruf ditengahnya yaitu huruf LAM pertama (Lam Alif) dan
huruf LAM kedua ( La Nafiah). Qaidah para sufi menyatakan tujuannya adalah Jika berkata LA
(Tidak ada Tuhan), ILLA (Ada Tuhan), Nafi mengandung Isbat, Isbat mengandung Nafi tiada
bercerai atau terpisah Nafi dan Isbat itu.

Selanjutnya gugurkan huruf LAM kedua dan huruf HU, maka yang tertinggal juga dua huruf,
yaitu huruf Alif dan huruf Lam yang pertama, kedua huruf yang tertinggal itu dinamai Alif Lam
Latif dan kedua huruf itu menunjukkan Zat Allah, maksudnya Marifat yang semarifatnya
dalam artian yang mendalam, bahwa kalimah Allah bukan NAKIRAH, kalimah Allah adalah
Marifat, yakni Isyarat dari huruf Alif dan Lam yang pertama pada awal kalimah ALLAH.

Gugurkan tiga huruf sekaligus, yaitu huruf LAM pertama, LAM kedua, dan HU maka tinggallah
huruf yang paling tunggal dari segala yang tunggal, yaitu huruf Alif (Alif tunggal yang berdiri
sendirinya).

Berilah tanda pada huruf Alif yang tunggal itu dengan tanda Atas, Bawah dan depan, maka akan
berbunyi : A.I.U dan setiap berbunyi A maka dipahamhan Ada Zat Allah, begitu pula dengan
bunyi I dan U, dipahamkan Ada Zat Allah dan jika semua bunyi itu (A.I.U) dipahamkan Ada Zat
Allah, berarti segala bunyi/suara didalam alam, baik itu yang terbit atau datangnya dari alam
Nasar yang empat (Tanah, Air, Angin dan Api) maupun yang datangnya dan keluar dari mulut
makhluk Ada Zat Allah.

Penegasannya bunyi atau suara yang datang dan terbit dari apa saja kesemuanya itu berbunyi
ALLAH, nama dari Zat yang maha Esa sedangkan huruf Alif itulah dasar (asal) dari huruf Arab
yang banyaknya ada 28 huruf.

Dengan demikian maka jika kita melihat huruf Alif maka seakan-akan kita telah melihat 28 huruf
yang ada. Lihat dan perhatikan sebuah biji pada tumbuh-tumbuhan, dari biji itulah asal usul
segala urat, batang, daun, ranting, dahan dan buahnya.

Syuhudul Wahdah Fil Kasrah, Syuhudul Kasrah Fil Wahdah.

Pandang yang satu kepada yang banyak dan pandang yang banyak kepada yang satu maka yang
ada hanya satu saja yaitu satu Zat dan dari Zat itulah datangnya Alam beserta isinya.

Al-Quran yang jumlah ayatnya 6666 ayat akan terhimpun kedalam Suratul Fatekha, dan Suratul
Fatekha itu akan terhimpun pada Basmallah, dan Basmallah itupun akan terhimpun pada huruf
BA, dan huruf BA akan terhimpun pada titiknya (Nuktah). Jika kita tilik dengan jeli maka titik
itulah yang akan menjadi segala huruf, terlihat banyak padahal ia satu dan terlihat satu padahal ia
banyak.

Selanjutnya Huruf-huruf lafald Allah yang telah digugurkan maka tinggallah empat huruf yang
ada diatas lafald Allah tadi, yaitu huruf TASYDID (bergigi tiga, terdiri dari tiga huruf Alif)
diatas Tasydid adalagi satu huruf Alif.

Keempat huruf Tasydid itu adalah isyarat bahwa Tuhan itu Ada, maka wajib bagi kita untuk
mentauhidkan Asma Allah, Afal Allah, Sifat Allah dan Zat Allah.

Langkah terakhir gugurkan keseluruhannya, maka yang akan tinggal adalah kosong.
LA SAUTUN WALA HARFUN, artinya tidak ada huruf dan tiada suara, inilah kalam Allah
yang Qadim, tidak bercerai dan terpisah sifat dengan Zat.

Tarku Mayiwallah (meninggalkan selain Allah) Zat Allah saja yang ada.
La Maujuda Illallah (tidak ada yang ada hanya Allah).

Sembilan kali sudah kita menggugurkan kalimah Allah, seandainya juga belum dapat dipahami
maka tanyakanlah kepada akhlinya.
Anda mungkin juga meminati:
Edisi IV
Edisi VI
Edisi VIII
Edisi VIII
Mengenal Diri yang sebenar-benarnya Diri. Bagian ketiga (terakhir)

Barang siapa mengenal dirinya niscaya ia mengenal akan Tuhannya,
kenal akan Tuhannya, maka binasalah jasadnya
(Hadits Qudsy)

Salam Rahmat dan Nikmat, saudaraku semuanya.

Edisi ini adalah merupakan kelanjutan dari Edisi ke 7 (Minggu, 28 Desember 2008) jalan ke 2,
bagian ke 2, yaitu Pencetusan Api Marifatullah didalam kalimah ALLAH.

Kalimah Allah yang telah dicetuskan dalam Api Marifatullah itu akan berhimpun pada Huruf
yang tiga, yaitu huruf A, I, dan Huruf U. Ketiga huruf itulah yang menerangkan tentang ke-
Esaan-Nya, yaitu Alif tunggal yang menyifat ke atas sehingga berbunyi A, Alif tunggal yang
menyifat kebawah sehingga berbunyi I, Alif tunggal yang menyifat kedepan sehingga berbunyi
U, Selanjutnya bagaimana jika Alif tunggal itu tidak sifat menyifat, apakah ada bunyinya, apakah
ada suaranya dan apakah ada kalimahnya, jawabnya kami serahkan kepada anda sekalian,
bagaimana kiranya anda menyikapinya.

Ketahuilah olehmu, bahwasannya diri yang sebenar-benarnya diri itu adalah Hayat, dan yang
sebenar-benarnya Hayat itu ialah Ruh, Ruh itu ialah Nyawa, Nyawa itu ialah Sifat, sifat itu ialah
Nur Muhammad dan Nur Muhammad itulah Zat (Zat Hayat).
Ketahui pula olehmu, bahwasannya Yang sebenar-benarnya Zat itu adalah Diri-Nya (Ujud-Nya)
dan yang sebenar-benarnya Sifat itu adalah Rupa-Nya (Wajah-Nya) dan yang sebenar-benarnya
Asma itu adalah Nama-Nya (Hati-Nya) dan yang sebenar-benarnya Afal itu adalah Kelakuan-
Nya (Fiil-Nya).

Dengan demikian maka yang bernama Allah itu sebenarnya adalah Zat, Sifat, Asma dan Afal,
sebab pada Lafadz Allah itu adalah sebagai berikut :

Huruf Alif Allah itu masuk pada Zat, Huruf Lam Awal Allah itu masuk pada Sifat, Huruf Lam
Akhir Allah itu masuk pada Asma dan Huruf Ha Allah itu masuk pada Afal, maka itulah yang
bernama ALLAH.

Jika memang diri itu Hayat (Ruh), hendaknya kita jangan berhenti pada Ruh saja, akan tetapi
teruskan dan tembuskan pandanganmu itu kepada Hal dan Sifat Allah Taala.

Sekiranya pandanganmu itu berhenti hanya kepada Nyawa saja, maka sesungguhnya kita salah
dalam memahami pernyataan bahwa Diri itu Ruh .

Sebab tatkala Ia Nasab bagi sekalian tubuh Nyawa namanya, tatkala Ia keluar masuk Napas
namanya, tatkala Ia berkehendak Hati namanya, tatkala Ia percaya akan sesuatu Iman namanya,
dan tatkala Ia dapat memperbuat sesuatu Akal namanya.

Pohon Akal itu adalah Ilmu, inilah jalannya dan inilah yang disebut sebenar-benarnya diri. Jika
demikian adanya maka dapat dikatakan bahwa sekarang ini kita hanya bertubuhkan Ruh semata-
mata.

Mengapa demikian....?

Kita disini sudah Fana lahir dan bathin kepada Ruh, disini jangan diartikan bahwa kita yang
memfanakan diri, akan tetapi Fana itu dari Allah jua adanya, sedangkan kata Kita itu pun
sudah lebur kedalam Fana itu sendiri.

Itu sebabnya jika ada orang yang mengatakan telah dapat dan mampu memfanakan diri akan
tetapi Ia sendiri tidak tau dan tidak kenal akan dirinya, maka sesungguhnya itu omong kosong
dan bohong besar saja, mengapa demikian...?

Sebab jika seseorang itu tidak tau atau kenal siapa dirinya yang sesungguhnya, maka mau di-
Fana-kan kemana dirinya itu......?

Nyawa itu adalah Nur Muhammad, Nur Muhammad itu adalah Sifat, dan sifat itulah Hayat, akan
tetapi ingat olehmu bahwasannya Ruh itu bukan Tuhan, tetapi tiada lain dari pada Tuhan, asalkan
saja diteruskan kepada Zat dan Sifat.

Jika ini dapat dipahami, maka jangan kamu cari lagi akan Ia, karna bila dicari lagi bukannya
semakin dekat akan tetapi malah semakin jauh jadinya.

Siapa saja yang telah sampai pada Maqom ini, pastilah Ia tidak akan mau mengatakan kata-kata
Syareat, Tarekat, Hakekat, Makrifat, dan...

Ahli Syareat tidak bersyareat lagi, ahli Tarekat tidak bertarekat lagi, ahli Hakekat tidak
berhakekat lagi, ahli Makrifat...tidak bermakrifat lagi...silahkan direnungkan.

Seseorang yang sampai kepada Tuhan, Ia tidak tahu lagi akan dirinya, dan tidak tahu lagi siapa
Tuhannya. Emas, Pasir , Syurga, Neraka... sama saja.

Ia lebih senang Diam. Karena diam itu adalah kedudukan Tuhan yang maha Agung dan maha
Mulia serta maha Tinggi.

Sebagai tambahan agar kita benar-benar mengenal akan diri yang sebenar-benarnya diri, maka
ketahuilah olehmu :

Rosulullah Saw bersabda:

Aku Adalah Bapak dari segala Ruh sedangkan Adam itu adalah Bapak dari sekalian Batang
Tubuh .
Batang Tubuh manusia itu dijadikan oleh Allah Swt dari pada Tanah.

Aku jadikan Insan (Adam) itu dari pada Tanah .
( Al-Quran)
Tanah itu dari pada Air, Air itu dijadikan dari pada Nur Muhammad. Dengan demikian maka
nyatalah bahwasannya Batang Tubuh dan Ruh kita ini jadi dari pada Nur Muhammad, maka
Muhammad Jua Namanya, tiada yang lain.

Sesungguhnya tubuh kita yang kasar ini tidak akan pernah dan tidak akan dapat mengadakan
pengenalan kepada Allah melainkan dengan Nur Muhammad jua. Itulah sebabnya maka
dinamakan Pohon Bustah artinya yang hampir pada ujudnya.

Adapun ujud itu, adalah ujud Allah taala jua adanya, sekali-kali jangan ada ujud yang lain dari
pada ujud Allah taala, itulah yang sebenar-benarnya diri, begitu pula dengan kelakuan, jangan
ada yang lain, karena tidak ada kelakuan yang lain selain kelakuan Allah taala.

Sebab kalimah Faqad Arafah itu tiada akan menerima salah satu, melainkan suci zahir dan
bathin adanya.

Zat artinya ujud Allah semata-mata, itulah yang sebenarnya, Melihat itu Basyar Allah, berkata-
kata itu Kalam Allah dan seterusnya. Seandainya ada yang lain dari diri-Nya maka seluruh
pengenalanmu itu akan menjadi Batal .

Allah Swt bersabda :

Sesungguhnya Aku berada didalam sangka-sangka Hamba-Ku

Adapun yang bernama Rahasia (Sirr) itu, ialah Rahasia (Sirr) Allah taala jua adanya. Inilah
kesudahan Ilmu, artinya tiada lagi yang akan disebut didalam kitab manapun jua. Kita ini pun
bertubuhkan Muhammad zahir dan bathin, artinya bertubuhkan Ruh namanya, sehingga tiada
akan kita kenang-kenang lagi hati dan tubuh kita, hanya semata-mata bertubuhkan bathin saja,
maksudnya Muhammad jualah yang menjadi tubuh kita ini pada hakekatnya .

Allah Swt berdiri diatas Hukum dan Muhammad itulah yang menjalankan Hukum, untuk itu
maka berlakulah Hukum itu sebagaimana adanya.

Sebagian Ulama mengatakan :

Antara dirinya dan tuhannya sedang asyik pandang memandang dengan Nyawa dan tiada
berkesudahan, Nyawapun demikian juga dan tiada berkeputusan dan tiada berkedudukan lagi,
pandang dan pujinya sedikitpun tiada lupa dan putus Tuhan kepada Hambanya, demikian
sebaliknya Nyawa sedikitpun tidak akan lupa dan putus pandangannya kepada Tuhan.

Apa saja yang dipandang oleh diri itu sejauh mata memandang hanya yang dilihat dan
didengarnya tiada lain, yang berlaku dikanan maupun dikiri, keatas dan kebawah, zahir dan
bathin yang dirasakannya hanya puji bagi puji kepada Allah seluruh alam semesta ini, inilah
yang pernah terlontar dan terucap oleh ulama yang muhaqqiqin, bahwa :

Seluruh apa yang berlaku pada pandanganmu itu adalah Tauladan, puji atau zikrullah yang
berlaku bagi seluruh semesta alam ini, karena sesungguhnya dirinya itu mengandung kalimah
atau ber-rahasia kepada Allah.

Inilah Ilmu yang dinamakan Laut Ujudullah yang amat luas dan dalam yang tidak dapat dicapai
oleh akal siapapun, dan tidak akan tersurat lagi oleh tulisan dan tiada akan pernah terucap lagi
dengan kalam.

Bila Harfin Wala Sautin
( Tiada huruf tiada suara )

Laya rifu naka Illallah
( Tiada yang mengenal Allah melainkan Allah jua adanya)


Jadi yang perlu kita camkan baik-baik adalah bahwa, Pengenalan diri itu yaitu yang tidak
dihakekatkan dan tidak pula dimarifatkan lagi, akan tetapi Ia hanya berlaku dengan sendirinya.

Juga jangan kita berpandangan bahwa Kita (manusia atau jasad yang baharu ) ini yang mengenal,
akan tetapi, yang mengenal itu ialah yang hidup dan tiada akan pernah mati.

Aku kenal akan Tuhanku dengan pengenalan Tuhanku jua
Jika demikian adanya maka janganlah dicari lagi, karna Allah itu sendiri sudah Laitsya
Kamitslihi Syaiun pada dirimu, sudah berbarengan siang dan malam..... !
Anda mungkin juga meminati:
Edisi IV
Edisi VI
Edisi VII

You might also like