Professional Documents
Culture Documents
= 28,9 mL
perhitungan
A. Penentuan Molaritas NaOH
Diketahui: G = gr = 1,26 gram
V
pelarut
= 100 mL
Mr NaOH = 40
Ditanya : M NaOH = ...?
Jawab : gr =
M =
=
M = 0,3 M
Jadi, konsentrasi NaOH adalah 0,3 M
B. Penetapan kadar asam cuka
perdagangan
Diketahui: G = 10 mL
V
pelarut
= 100 mL
Mr CH
3
COOH = 60
Ditanya : konsentrasi CH
3
COOH = ...?
Jawab : gr =
M =
=
M = 1,67 M
Jadi, konsentrasi NaOH adalah 1,67 M
N C
2
H
2
O
4
= mol . valensi
=
x 1
= 0,3
V
oksalat
. N
oksalat
= V
NaOH
. N
NaOH
1,26 . 0,3 = 10 . N
NaOH
N
NaOH
=
N
NaOH
= 0,04
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan analisa kuantitatif untuk menstandarisasi larutan
baku sekunder dengan larutan baku. dimana pada percobaan kali ini larutan baku
yang digunakan adalah NaOH (natrium hidroksida) dan larutan baku primer
C
2
H
2
O
4
(asam oksalat).
Sebelum digunakan untuk mentitrasi asam cuka, larutan NaOH distandarisasi
terlebih dahulu karena NaOH merupakan zat yang mudah terkontaminasi, bersifat
higroskopis sehingga mudah menarik uap air dari udara dan juga mudah bereaksi
dengan CO
2
dalam udara. Dengan demikian apabila menggunakan NaOH sebagai
pereaksi dalam suatu titrasi maka zat tersebut harus distandarisasi sebelumnya.
Untuk menstandarisasi larutan NaOH ini digunakan 21,75 ml larutan asam
oksalat, larutan ini digunakan sebagai larutan standar primer karena larutan ini
tidak bersifat higroskopis dan memiliki berat ekuivalen yang tinggi sehingga
dapat mengurangi kesalahan dalam penimbangan zat.
Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan titrasi menggunakan 2 tetes
indikator fenolftalein. Pemilihan indikator felnolftalein karena pada standarisasi
ini merupakan titrasi asam lemah (C
2
H
2
O
4
) dan basa kuat (NaOH) sehingga titik
ekivalennya diatas 7 dan berada pada trayek indikator fenolftalein.
Pada standarisasi ini NaOH digunakan sebagai titran sementara asam
oksalatnya sebagai titrat karena mengingat indikator yang digunakan adalah
fenolftalein sehingga ketika PP ditambahkan pada asam oksalat, akan
menunjukkan warna bening. Ketika pada titik ekivalen, akan terjadi perubahan
dari bening menjadi merah muda. Jika asam oksalat yang digunakan sebagai titran
dan NaOH sebagai titrat maka akan terjadi perubahan warna dari merah muda ke
bening. Pada dasarnya, perubahan warna dari bening ke merah muda lebih mudah
diamati daripada perubahan warna dari merah muda ke bening. Setelah terjadi
perubahan warna untuk yang pertama kali, titrasi langsung dihentikan dan NaOH
yang berkurang langsung dicatat. NaOH yang berkurang pada percobaan kali ini
adalah 10 mL, sehingga konsentrasi NaOH dapat diketahui sebesar 3,14 M.
Selanjutnya dilakukan penetapan asam cuka perdagangan untuk mengetahui
apakah kadar yang tertera pada etiket cuka perdagangan sudah sesuai dengan
kadar yang sebenarnya. Analisis dilakukan secara alkalimetri yaitu dengan cara
menitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan baku NaOH.
Untuk menganalisis asam cuka dalam cuka perdagangan dapat dilakukan
dengan titrasi netralisasi. Titrasi ini merupakan titrasi alkalimetri, proses titrasi
dengan larutan standar basa untuk mentitrasi asam bebas.
Setelah kita mengetahui normalitas dari larutan NaOH, maka dilakukan
langkah selanjutnya yaitu menetapkan kadar asam cuka perdagangan dengan cara
mengambil 10 ml asam cuka perdagangan dengan pipet ukur, lalu dimasukkan ke
dalam labu ukur berkapasitas 100 mL dan diencerkan hingga volume 100 mL.
Kemudian diambil 10 mL dari larutan tersebut dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer ukuran 125 mL, kemudian ditambah dengan 2 tetes indikator PP.
Larutan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan baku NaOH hingga diperoleh
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah jambu. Bila sudah terjadi
perubahan warna tersebut maka titrasi langsung dihentikan dan catat volume
NaOH yang digunakan, percobaan dilakukan dua kali untuk mendapatkan angka
rata-rata NaOH yang digunakan. V
rata-rata
NaOH yang digunakan pada dua kali
percobaan penetapan kadar asam cuka perdagangan adalah sebesar 28,9 ml,
sehingga konsentrasi asam cuka perdagangan (CH3COOH) dapat diketahui
sebesar 16,67 M.
Angka konsentrasi asam cuka perdagangan sangatlah besar dan dirasa tidak
mungkin, kemungkinan terjadi kesalahan pada saat kami melakukan pengukuran
volume air yang ditambahkan pada saat standarisasi.
V. Kesimpulan dan Saran
5.1 kesimpulan
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa,
titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya.
Proses titrasi termasuk asidi-alkalimetri membutuhkan larutan baku dalam
metodenya. Larutan baku haruslah distandardisasi terlebih dahulu untuk
menentukan konsentrasi yang tepat dari calon larutan baku. Ada pula larutan baku
primer, yakni larutan yang dibuat dari bahan baku primer. Bahan baku primer
merupakan suatu bahan yang konsentrasi larutannya dapat langsung ditentukan
dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume bahan yang terjadi.
5.2 Saran
Dalam praktikum ini sudah berjalan baik tapi alangkah lebih baik jika ada
beberapa alat yang digunakan untuk praktikum yang belum lengkap untuk
dilengkapi.
Daftar pustaka
Indratmoko, Septiana dan Taufan Ratri Harjanto. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia
Farmasi II, Cilacap : STIKES Al-Irsyad Al-Islaimyyah
Purba, Michael 1995. Ilmu Kimia untuk SMU Kelas 2 Jilid 2A. Jakarta : Erlangga.
Sutresna, Nana. 2003. Pintar Kimia Jilid 3 untuk SMU Kelas 3. Jakarta : Ganeca Exact
Pudjaatmaka, Hadyana.1989. KIMIA UNTUK UNIVERSITAS.ERLANGGA: Jakarta.
Soma, Wayan. 2004. Panduan Belajar Kimia Kelas XI semester 2 Program
IlmuPengetahuan Alam. Singaraja. Anonim, 2009