You are on page 1of 4

ANTARA HIPOKRASI DAN KEMUNAFIKAN

1

Oleh: Tatang Khoerudin
Menjadi seorang pengemban dakwah adalah sebuah keniscayaan bagi seorang muslim, itu
pula mengapa manusia diciptakan dalam keadaan ahsanu taqwim dengan kemampuan
akalnya
2
,

. (
: 521 )
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.
Dengan ayat di atas, tidak sedikit dari umat Islam untuk menyampaikan dakwah semampu
mereka, semangat dakwah pun dengan mudahnya kita dapatkan di tempat-tempat umum,
semangat dakwah telah menjamur dimana saja dan pada siapa saja tanpa mengenal waktu dan
tempat. Namun bukan berarti tanpa masalah, akhir-akhir ini gejala baru muncul yang
bersumber dari sebuah ketakutan, satu yang paling menghantui adalah gejala yang sering
orang sebut Hipokrit.
Mencari Akar Hipokrit
Dalam keseharian masyarakat kita, ada banyak istilah yang berkonotasi jelek berkenaan
dengan permasalahan kita hari ini, bermuka dua, lidah biawak, lidah berputar balik, atau
lidah bercabang adalah istilah-istilah yang sering digunakan dalam pengungkapan sifat
hipokrit atau munafik, terlebih dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hipokrit diartikan
sebagai sebuah kemunafikan
3
atau sikap pura-pura di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Sedangkan secara istilah, dalam kamus Oxford Advanced Learners kata Hypocrite
didefinisikan sebagai a person who pretends to have moral standards or opinions that they
do not actually have (hipokrit adalah orang yang berpura-pura mempunyai standar/patokan
moral atau opini yang sebenarnya tidak dimilikinya).
4

Bahkan menilik lebih jauh tentang bagaimana istilah hipokrit muncul hingga menjadi lema
dalam kamus bahasa kita turut membantu kita dalam memahami makna hipokrit, kata ini
diambil dari bahasa Yunani, bahasa yang melembaga dalam ranah kajian ilmu pengetahuan
dan kebudayaan
5
, kata ini tidak mempunyai arti yang sama dalam bahasa asli dengan bahasa

1
Disampaikan dalam kajian rutin DKM Al-Mushlih FIB Universitas Padjadjaran
2
Pakar psikologi mengatakan bahwa penyebutan akal lebih dialamatkan pada istilah untuk mengungkapkan
sebuah kekuatan yang dihasilkan dari perpaduan fisik (otak) dengan mistik (hati/qalbu), ini disampaikan oleh
Drs. Abu Sofyan Phd dalam mimbar jumat di Masjid raya Padjadjaran, 9 mei 2014.
3
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1999, hal 358.
4
Mengutip dari http://beriakuc.blogspot.com/2013/04/aku-hipokrit-atau-sabar.html.
5
Lihat Alif Danya Munsyi, Bahasa Menunjukkan Bangsa, Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia, 2005, hal
125
penyerap-nya, hipokrit yang diambil dari kata hypokrites mempunyai arti aktor, pelakon
drama, atau penafsir peran teater seperti yang diutarakan Plato, Sokrates, ataupun Xenofon.
6

Bicara ranah hipokrit itu sendiri, membaca dari narasi dalam novel Achdiat
7
, penulis lebih
menangkap hipokrit sebagai gejala sosial yang muncul di barat yang berimbas pada konteks
kebudayaan, akibat ketidaksesuian yang tergambar pada pribadi-pribadi barat saat itu, telah
menumbuhkan cara pandang hidup baru dalam dunia barat saat ini, mulai dari masalah
budaya fashion sebagai ungkapan terkecil yang diekspresikan lewat pakaian kumal, sobek,
dan sebagainya, hingga kebebasan dalam bergaul dan hubungan seks bebas sebagai ungkapan
terbesar anti hipokritis yang diakibatkan begitu menjamurnya hipokrasi dalam budaya barat.
Tentu ini termasuk salah satu akibat buruk dari budaya hipokrit.
Munafik Lebih dari Sekedar Hipokrit
Berbanding dengan kata hipokrit, secara bahasa, kata munafik diambil dari kata dasar bahasa
arab yang mempunyai arti hilang
8
, kata ini juga sering diartikan sebagai lubang tikus,
dimana kebiasaan dari tikus yang membuat pintu masuk dari satu lubang dan pintu keluar
dari lubang lain. Sedangkan menurut istilah, mengutip pendapat Ibrahim Musthafa dkk.
bahwa munafik adalah sebuah gelar yang dialamatkan kepada orang-orang yang
menyembunyikan kekufuran dengan menampakkan keimanan, menyembunyikan
permusuhan dengan menampakkan persaudaraan, dan menyelisihi apa yang sudah
ditetapkan.
9

Dari beberapa pengertian tentang munafik, ada beberapa hal penting untuk tidak berkata
sebuah kesimpulan- tentang munafik.
1. Munafik berarti dasar hilang, karena dengan memiliki sifat dan hati yang munafik,
pengakuan seseorang akan keimannya tidak akan pernah berarti, hilang tak berbekas.

( . 8 )
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari
kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
(Al-baqarah: 8)
2. Seperti halnya seekor tikus dalam membuat lubang, orang munafik masuk (mengakui)
dan keluar (inkar) dalam hal yang sama, masuk (mengakui) dalam syariat dan keluar
(inkar) dalam syariat juga.

6
Ibid. hal. 127. Dalam buku ini juga, penulis bersangkutan menambahkan pengertian tentang sejarah
pembentukan bahasa Yunani yang terbagi pada bahasa Yunani Sekular dan bahasa Yunani Eklesia, yang
keduanya dibatasi dari rentan waktu tahun masehi. Dan hipokrit dengan pengertian munafik adalah hipokrit
yang diserap dari bahasa Yunani Eklesia yang terjadi setelah terjadi kontak dengan gereja, bahkan hemat
penulis, perubahan arti hipokrit dari actor yang lebih bersifat netral menjadi munafik yang lebih bersifat
negatif diakui atau tidak- terengaruhi oleh kondisi sosio-kultural masa itu dimana sifat kemunafikan pada
para tokoh actor masyarakatnya begitu mendominasi.
7
Lihat Achdiat Karta Mihadja, Debu Cinta Bertebaran, Balai Pustaka.
8
Kata yang membunyai bentuk sebangun ini antara lain infak, nafkah, nafiqa, termasuk munafik(q).
9
Ibrahim Musthafa, Ahmad Ziyat, dkk. Mujamul Wasith, Dar ad-dakwah, jilid 2 hal. 942

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain
adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang
maruf . Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang
fasik. (QS At-Taubah: 67)
Dalam pembagiannya, munafik terbagi pada dua macam, ini seperti yang diungkapkan oleh
Ibnu Katsir dalam menafsirkan surat Al-Baqarah
10
, pertama, munafik Itiqady, yakni yang
mengantarkan pemiliknya untuk kekal di dalam neraka, bahkan lebih dari itu, munafik
macam ini menyebabkan pemiliknya berada di keraknya neraka.


Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah
dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi
mereka. (QS an-Nisa: 145)
Kemunafikan macam ini telah merasuk ke dalam ranah akidah dan keimanan, kemunafikan
seperti ini pula yang menyebabkan kerusakan dan perpecahan sejak jaman Rasulallah SAW.
Salah satu tokoh utamanya adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, seorang tokoh kenamaan
madinah yang berpura-pura masuk islam untuk membalaskan kesakit-hatiannya akan cahaya
Islam pada diri Rasulallah SAW.
Kedua, munafik amaliy, yakni kemunafikan yang tergambar pada perilaku keseharian, lebih
merasuk dalam ranah muamalah dan merupakan rangkaian dari dosa-dosa besar,a bahkan
pembahasannya pun memiliki pembahasan khusus dari pembahasan munafik secara umum.
Munafik amaly lebih lebih Rasul wanti-wantikan kepada umatnya, karena bisa saja kita
terjebak dalam kemunafikan macam ini tanpa disadari, oleh karena itu pula Rasulallah
terekam menyampaikan ciri-ciri munafik (amaly) agar umatnya mampu menjauhi sifat-sifat
ini.
Tanda-tanda orang munafik itu ada 3 macam, apabila berkata suka berdusta,apabila
berjanji selalu menyalahi dan apabila diberi kepercayaan (amanah) suka khianat [Hadis
Riwayat Bukhari dan Muslim ]
Tidak bisa dipungkiri bahwa sifat munafik menjadi sifat yang sangat menakutkan sekaligus
membingungkan orang banyak, keekslusifan pengidapnya membuat setip orang terjebak
dalam kebingungan dan ketakutan tak berujung, Allah dan Rasul-Nya pun hanya bias
memberikan kiat menghindari dan memaparkan ciri-ciri orang munafik.
Allah SWT memasukkan wasiat Lukman terhadap anaknya sebagai satu diantara rentetan
hikmah dari sekian banyak hikmah yang terdapat dalam Al-Quran.


10
Lihat Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu katsir, 1999, jilid 1 hal. 176
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Ayat inilah yang penulis rasa sebagai obat paling mujarab dalam usaha menghindari sifat
munafik. Termasuk bagi para pengemban dakwah, meningkatkan kualitas pribadi dalam
beribadah dan menjadi uswah hasanah, adalah satu diantara beberapa poin penting dalam
menghindari sifat munafik. Wallahu alam

You might also like