You are on page 1of 16

LEARNING ISSUE

1. ANATOMI GINJAL


Ginjal terletak retroperitoneal di bagian posterior dinding abdomen. Ia berada
disisi-sisi columna vertebra, di belakang peritoneum dan di bawah diafragma.
Terletak setinggi vertebra thoracalis ke 12-lumbalis ke 3 (VT 12VL 3) Ginjal
kanan terletak 12 mm lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke
bawah oleh hepar. Ukuran panjang ginjal sekitar 11 cm, lebar 6 cm dan tebalnya 4
cm, berat 150 gram.

Organ-organ di Sekitar Ginjal

- Ginjal kanan

Superior: glandula adrenal (supra renalis)

Anterior: lobus kanan hepar, duodenum dan colon pada flexura hepatica
Posterior: diafragma, otot-otot dinding posterior abdomen

- Ginjal kiri

Superior : glandula adrenal (supra renalis)

Anterior : limpa (lien), lambung (gaster), pancreas, jejenum dan colon pada

lexura lienalis

Posterior : diafragma, otot-otot dinding posterior abdomen

Ginjal secara faktual memiliki 3 kapsula:

fascia (fascia renalis)

jaringan lemak peri renal

kapsula yang sebenarnya capsula fibrosa yang mudah dikuliti pada ginjal
normal tetapi melekat kuat pada suatu organ yang mengalami inflamasi.


Perdarahan :

- Arteri renalis dipercabangkan langsung dari aorta.

- Vena renalis mengalirkan darah langsung ke dalam vena cava inferior.

- Vena renalis kiri melewati bagian anterior aorta kira-kira di bawah tempat
asalnya a. mesenterica superior.

- Arteri renalis kanan melewati bagian posterior vena cava inferior.


Aliran Limfatik :

Aliran limfe langsung menuju nodi lymphatici preaortae.

Makroskopis Ginjal

- Capsula fibrosa yang menyelubungi ginjal

- Cortex, lapisan jaringan berwarna coklat kemerahan di bawah capsula dan
diluar pyramis

- Medulla, lapisan paling dalam mengandung corak kerucut pucat yaitu pyramis
renalis.

- Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.
- Pelvis renalis : bentuk corong

menerima urine yang diproduksi ginjal.


- Cabang distalnya disebut calyx yang berada di apex pyramis.

- Urine dibentuk diginjal dialirkan

papilla

apex pyramis

calyx minor

calyx major

terakhir terkumpul di pelvis renalis

ureter
- Dinding calyx dan pelvis renalis

otot polos

peristaltismengalirkan
urine ke ureter lalu ke VU.





















Anatomi glomerulus

Sindrom nefritis akut terjadi akibat adanya gangguan pada ginjal, yaitu pada
glomerulus. Oleh sebab itu, sebaiknya dibahas terlebih dahulu secara singkat
mengenai anatomi dan fisiologi glomerulus.


Glomerulus merupakan gulungan pembuluh darah kapiler yang berada di dalam
sebuah kapsul sirkuler, yang disebut kapsula Bowman. Secara bersamaan,
glomerulus dan kapsula Bowman disebut dengan korpuskulum renalis. Ginjal
manusia memiliki sekitar satu juta glomerulus di dalamnya. Glomerulus terdiri
atas tiga tipe sel intrinsik: sel endotel kapiler, sel epitel yang dipisahkan dari sel
endotel oleh membrana basalis glomerular, serta sel mesangial.




















Struktur Glomerulus



Dinding kapiler pada glomerulus berfungsi sebagai membran filtrasi dan terdiri
atas tiga lapisan: (1) endotelium kapiler, (2) membrana basalis, dan (3) epitel
(podosit atau epitel viseral). Setiap lapisan tersebut memiliki keunikan tersendiri
sehingga dapat membiarkan seluruh komponen darah lewat dengan perkecualian
sel-sel darah serta protein plasma dengan berat molekul di atas 70.000. Endotel
glomerulus terdiri atas sel-sel yang kontak dengan membrana basalis. Sel-sel ini
memiliki banyak bukaan atau jendela kecil yang disebut fenestrae. Membrana
basalis merupakan jaringan glikoprotein dan mukopolisakarida yang bermuatan
negatif dan bersifat selektif permeabel. Epitel glomerulus memiliki sel-sel khusus
yang dinamakan podosit. Podosit memiliki prosesus yang menyerupai kaki
(footlike processes) yang menempel ke membrana basalis. Prosesus yang satu akan
berjalinan dengan prosesus lainnya membentuk filtration slit, yang akan
memodulasi proses filtrasi.

Membran filtrasi glomerulus memisahkan darah kapiler dengan cairan di ruang
Bowman. Filtrat glomerulus melewati ketiga lapisan membran filtrasi dan
membentuk urin primer. Sel-sel endotel dan membrana basalis memiliki


glikoprotein bermuatan negatif sehingga membentuk barrier filtrasi terhadap
protein anionik.

Glomerulus menerima darah dari arteriol aferen dan mengalirkan darah ke arteriol
eferen. Sekelompok sel khusus yang dinamakan sel jukstaglomerular terdapat di
sekitar arteriol aferen, di dekat tempat masuknya ke korpuskulum renalis. Di
antara arteriol aferen dan eferen terdapat bagian dari tubulus kontortus distal yang
memiliki sel khusus bernama makula densa. Bersamaan, sel jukstaglomerular dan
makula densa membentuk aparatus jukstaglomerular, yang berfungsi untuk
mengatur aliran darah ginjal, filtrasi glomerulus, serta sekresi renin.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, glomerulus berperan sebagai penyaring
darah untuk membentuk urin, yang kemudian akan diekskresikan dari tubuh.
Cairan yang disaring oleh membran filtrasi glomerulus tidak mengandung protein
namun mengandung elektrolit seperti natrium, klorida, dan kalium, serta molekul
organik seperti kreatinin, urea, dan glukosa. Seperti membran kapiler lainnya,
glomerulus permeabel terhadap air dan relatif impermeabel terhadap koloid
berukuran besar seperti protein plasma. Ukuran dan muatan molekul sangat
menentukan kemampuannya untuk melewati glomerulus. Hal ini diatur oleh
filtration slits serta muatan negatif yang terdapat pada membran filtrasi.

Tekanan kapiler memiliki efek terhadap filtrasi glomerulus. Tekanan hidrostatik
pada kapiler merupakan gaya utama yang mendorong air serta solut melewati
membran filtrasi menuju kapsula Bowman. Tekanan ini dipengaruhi secara tidak
langsung oleh efisiensi kontraksi jantung dan secara langsung oleh tekanan arteri
sistemik serta resistensi pada arteriol aferen dan eferen. Gaya yang mendorong
komponen darah untuk dapat masuk ke dalam kapsula Bowman adalah tekanan
hidrostatik kapiler (P
GC
), sedangkan gaya yang melawan masuknya komponen
darah tersebut adalah tekanan hidrostatik di ruang Bowman (P
BC
) serta tekanan
onkotik efektif darah kapiler glomerulus (
GC
). Resultan dari kedua gaya ini akan
menghasilkan net filtration pressure (NFP), yaitu jumlah dari gaya yang
mendorong dan melawan filtrasi, dengan perhitungan sebagai berikut:
NFP = (P
GC
) - (P
BC
+
GC
)

Volume total cairan yang tersaring oleh glomerulus sekitar 180 L/hari, atau 120
mL/menit.
(7)
Jumlah filtrasi plasma per satuan waktu disebut dengan glomerular
filtration rate (GFR), dan berbanding langsung dengan tekanan perfusi pada
kapiler glomerulus. Faktor-faktor yang menentukan GFR berkaitan langsung



dengan tekanan yang mendorong atau melawan filtrasi. Perubahan pada resistensi
arteriol aferen maupun eferen akan menyebabkan perubahan pada tekanan
hidrostatik kapiler serta GFR. Vasokonstriksi pada salah satu arteriol memiliki
efek berlawanan pada tekanan glomerular. Contohnya, apabila arteriol aferen
berkonstriksi maka aliran darah akan berkurang sehingga ada penurunan tekanan
glomerular. Hal ini akan kemudian menurunkan GFR sehingga cairan tubuh
terjaga. Sebaliknya, konstriksi dari arteriol eferen akan meningkatkan NFP dan
selanjutnya meningkatkan GFR. Konstriksi dari kedua arteriol tersebut akan
mengakibatkan perubahan kecil pada NFP, namun aliran darah renal akan
menurun sehingga GFR pun akan ikut berkurang.

Obstruksi pada aliran keluar urin akan menimbulkan peningkatan tekanan secara
retrograde pada kapsula Bowman yang akan menurunkan GFR. Kehilangan cairan
yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan onkotik kapiler dan menurunkan
GFR. Penyakit ginjal juga dapat menyebabkan perubahan tekanan dengan adanya
perubahan permeabilitas kapiler serta luas permukaan untuk filtrasi.




b. Fisiologi renal

Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting melalui
ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat
dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac
output.

- Glomerolus

Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang dapat
masuk ke tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding
tekanan hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid osmotik. Volume
ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh disebut glomerula filtration
rate (GFR). GFR normal dewasa : 120 cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan
tubuh). GFR normal umur 2-12 tahun : 30-90 cc/menit/luas permukaan tubuh
anak.

- Tubulus

Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari zat-zat
yang ada dalam ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Sebagaimana
diketahui, GFR : 120 ml/menit/1,73 m2, sedangkan yang direabsorbsi hanya



100 ml/menit, sehingga yang diekskresi hanya 1 ml/menit dalam bentuk urin
atau dalam sehari 1440 ml (urin dewasa). Pada anak-anak jumlah urin dalam
24 jam lebih kurang dan sesuai dengan umur :

1-2 hari : 30-60 ml

3-10 hari : 100-300 ml

10 hari-2 bulan : 250-450 ml

2 bulan-1 tahun : 400-500 ml

1-3 tahun : 500-600 ml

3-5 tahun : 600-700 ml

5-8 tahun : 650-800 ml

8-14 tahun : 800-1400 ml

- Tubulus Proksimal

Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyak melakukan
reabsorbsi yaitu 60-80 % dari ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Zat-
zat yang direabsorbsi adalah protein, asam amino dan glukosa yang
direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan elektrolit (Na, K, Cl, Bikarbonat),
endogenus organic ion (citrat, malat, asam karbonat), H2O dan urea. Zat-zat
yang diekskresi asam dan basa organik.

- Lengkung Henle

Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb dan ascending
thick limb itu berfungsi untuk membuat cairan intratubuler lebih hipotonik.

- Tubulus distalis dan duktus koligentes

Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit dengan cara
reabsorbsi Na dan H2O dan ekskresi Na, K, Amonium dan ion hidrogen.
(Rauf, 2002 : 4-5).



Fungsi Ginjal :

- Fungsi utama ekskresi :

urea, nitrogenous sampah metabolisme

substansi asing

air berlebihan

- fungsi konservatif :

menjaga unsur plasma darah pada level yang tepat

mengatur komposisisi kimia/ elektrolit cairan ekstrasel

menjaga volume cairan extrasel dalam pisisi normal

mengontrol keseimbangan asam-basa

mengontrol kadar Ca cairan tubuh ( metabolisme vit.D)

fungsi hormonal: erytropoetin (merangsang sumsum tulang memproduksi
erytrosit) dan renin (mengatur tekanan darah).









































2. FISIOLOGIS GINJAL

- Filtrasi Glomurulus

Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke capsula bowman harus melewati 3
lapisan yang membentuk membran glomerulus yaitu :

Dinding kapiler glomerulus yang terdiri dari selapis endotel gepeng yang
fenestra yang membuatnya seratus kali lebih permeabel terhadap H2O dan
zat-zat terlarut dibandingkan kapiler lainnya.




Membran basal terdiri dari glikoproten dan kolagen yang terselip diantara
glomerulus dan kapsula bowman. Kolagen menghasilkan kekuatan
struktural sedangkan glikoprotein menghambat filtrasi protein protein
plasma kecil. Sebenarnya pori-pori tersebut cukup besar untuk
melewatkan protein plasma terkecil. Namun glikoprotein yang bermuatan
sangat negatif akan menolak albumin dan protein plasma lainnya yang
juga bermuatan negatif.dengan demikian protein plasma hampir
seluruhnya tidak dapat difiltrasi dan kurang dari 1 % molekul albumin
yang berhasil lolos kakapsula bowman.

Lapisan viseral kapsula bowman (podosit), sel mirip gurita yang
menglilingi berkas glomerulus. Celah sempi antara tonjolan podosit yang
berdekatan disebut celah filtrasi ( filtration slit ) yang terdiri atas nefrin,
membentuk jalan bagi cairan untuk keluar dari kapiler glomerulus dan

masuk ke lumen kapsula bowman.

Selain itu, rumpun glomerulus secara keseluruhan ditunjang oleh sel
mesangium yang terletak diantara kapiler. Matriks mesangium mirip membran
basal membentuk suatu jala tempat tersebarnya sel mesangium. Sel ini dapat
berkontraksi dan mampu berproliferasi, mengeluarkan matrik dan kolagen, dan
mengeluarkan sejumlah mediator aktif biologis.

Pembentukan urin dimulai dengan proses filtrasi glomerulus plasma. Aliran
darah ginjal (RBF) setara dngan 25% curah jantung atau 1.200 ml/menit. Bila
hematokrit normal dianggap 45%, maka aliran plasma ginjal (RPF) sama
dengan 660 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau 125 ml/menit
dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman yang dikenal dengan istilah
laju filtrasi glomerulus (GFR).

Proses filtrasi pada glomerulus dinamakan ultrafiltrasi glomerulus karena
filtratnya mempunyai komposisi sama dengan plasma kecuali tanpa protein.
Filtrasi cairan dari kapiler glomerulus ke kapsul bowman. Cairan filtrat bebas
dari protein plasma dan RBC. Filtrasi dilakukan berdasarkan muatan listrik dan
ukuran zat (pasif).

GFR dipengaruhi oleh (1) daya osmotic koloid intrakapiler, tekanan hidrostatik
pada membrane kapiler, dan tekanan hidrostatik intrakapsular; (2) Koefisien
filtrasi kapiler.




GFR = (tekanan hidrostatik intrakapiler (tekanan hidrostatik intrakapsular
+ tekanan onkotik intrakapiler))

Autoregulasi aliran plasma ginjal dan laju filtrasi glomerulus dilakukan oleh

(1) reseptor renggangan miogenik dalam otot polos vascular arteriol aferen (2)
timbal balik tubuloglomerular. Autoregulasi juga dipengaruhi hormone
norepinefrin, angiotensin II, dll. Tujuan dari autoregulasi mempertahankan
GFR dalam kisaran yang sempit adalah untuk mencegah fluktuasi yang tidak
sesuai bagi natrium dan ekskresi air.

Saat terjadi kenaikan tekanan darah sistemik dan perfusi ginjal, reseptor
renggang miotonik membuat terjadinya konstriksi arteriol aferen. Hal ini
membuat RPF, P glomerular, dan GFR mengalami penurunan sehingga
mampu mengimbangi kenaikan tekanan darah sistemik.

Saat terjadi hipotensi sistemik, dilepaskan hormone angiotensin II yang
mengakibatkan terjadi vasokontriksi arteriol aferen (membuat RPF menurun)
dan vasokontriksi arteriol eferen (membuat Pglomerular meningkat). P
glomerular meningkat mengakibatkan GFR meningkat. Angiotensin II juga
merangsang pelepasan prostaglandin vasodilator (PGI2, PGE2) dari
glomerulus, yang meminimalkan kemungkinan terjadinya iskemik ginjal
dalam keadaan hipotensi sistemik.

Mekanisme kedua adalah timbal balik tubuloglomerular (TGF). Mekanisme ini
dipengaruhi oleh perubahan kecepatan aliran di tubulus distal. TGF
diperantarai sel macula densa yang sensitive terhadap komposisi klorida cairan
tubulus. Angka NaCl tubulus dital yang tinggi membuat kontriksi arteriol
aferen sehingga mengurangi GFR juga sebaliknya.

- Reabsorbsi Tubulus

Bahan bahan yang esensial difiltrasi dikembalikan ke darah melalui proses
reabsorbsi tubulus. Reabsorbsi dari tubulus ke interstisial dlakukan dengan
transport aktif/pasif melalui jalur transcellular/ paracellular. Cairan yang
berada didalam tubulus pertama-tama berpindah ke sel epitel tubulus pada
dinding tubulus menuju interstisial. Lalu untuk memasuki membrane kapiler
peritubular (pemb.darah) air dan zat terlarut ini berpindah secara ultrafiltrasi.
Yaitu perpindahan karena adanya aliran besar yang disebabkan karena tekanan
hidrostatik dan tekanan osmotic koloid.




Diseluruh panjang tubulus memiliki ketebalan satu lapisan sel dan terletak berdekatan
dengan kapiler peritubulus disekitarnya.s el-sel tubulus yang berdekatan tidak
berkontak satu sama lain, kecuali ditempat mereka bersatu melalui taut erat ditepi
lateral dekat membran luminal , yang menghadap lumen tubulus. Cairan interstisium
berada dicelah antara sel-sel yang berdekatan ruang lateral antara tubulus dan
kapiler. Taut erat umumnya mencegah bahan-bahan kecuali H2O berpindah diantara
sel, sehingga bahan-bahan harus lewat menembus sel untuk dapat meninggalakan
lumen tubulus dan masuk ke darah. Untuk dapat direabsobsi suatu bahan harus dapat
melewati lima sawar terpisah (yang disebut transportasi tranepitel) yaitu :

bahan tersebut harus meningggalkan cairan tubulus dengan melintasi membran
luminal se tubulus.

bahan tersebut harus berjalan melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi
lainnya.

bahan tersebut harus mampu menyeberangi membran basolateral sel tubulus
untuk masuk ke cairan interstisium.

bahan tersebut harus berduifusi melintasi cairan intersrisium.

bahan tersebut harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasam darah.

- Sekresi tubulus

Sekresi tubulus dapat dipandang sebagai mekanisme tambahan yang meningkatkan
eliminasi zat-zat tertentu dari tubuh.sekresi tubulus melibatakan transportasi
transepitel seperti yang dilakukan di reabsorbsi tubulus, tapi langkahnya berlawanan
arah.sekresi juga dapat aktif atau pasif. Bahan yang paling penting disekresikan oleh
tubulu, ion kalium,ion hidrogen serta anion dan kation organik yang banyak
diantaranya adalah senyawa-senyawa yang asing bagi tubuh.

3. BATU GINJAL

4. HIDRONEFROSIS

DEFINISI
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal akibat
adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan
diginjal meningkat.
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat
mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.
Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi
kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan
maka hanya satu ginjal yang rusak.

ETIOLOGI
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan ureteropelvik
(sambungan antara ureter dan pelvis renalis):
a. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu tinggi
b. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
c. Batu di dalam pelvis renalis
d. Penekanan pada ureter oleh:
jaringan fibrosa
arteri atau vena yang letaknya abnormal
tumor.
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik
atau karena arus balik air kemih dari kandung kemih:
a. Batu di dalam ureter
b. Tumor di dalam atau di dekat ureter
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau
pembedahan
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan,
rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat
pembesaran prostat, peradangan atau kanker
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera
j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi
ureter.
Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim menekan ureter.
Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi ureter
yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih.
Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun sesudahnya pelvis renalis dan
ureter mungkin tetap agak melebar.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang
secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan
menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi
kerusakan yang menetap.

PATOFISIOLOGI
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan di
ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya
batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu yang terbentuk di piala ginjal
tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang
menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan
menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal
ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria
lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat
pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran
uterus.
Apapun penyebab dari hidronefrosis, disebabkan adanya obstruksi baik parsialataupun
intermitten mengakibatkan terjadinya akumulasi urin di piala ginjal. Sehinggamenyebabkan
disertasi piala dan kolik ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi ketikasalah satu ginjal sedang
mengalami kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap
(hipertrofi kompensatori), akibatnya fungsi renal terganggu.

MANIFESTASI KLINIS
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akutdapat
menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja disuria,menggigil,
demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuriamungkin juga ada. Jika
kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
1.Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2.Gagal jantung kongestif.
3.Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
4.Pruritis (gatal kulit).
5.Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6.Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7.Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
8.Amenore, atrofi testikuler.

PEMERIKSAAN DIAGNOSA
Dokter bisa merasakan adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul,
terutama jika ginjal sangat membesar.
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea yang tinggi karena ginjal tidak
mampu membuang limbah metabolik ini.
Beberapa prosedur digunakan utnuk mendiagnosis hidronefrosis:
USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih
Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal
Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung.
Gambaran radiologis dari hidronefrosia terbagi berdasarkan gradenya. Ada 4 grade
hidronefrosis, antara lain :
a. Hidronefrosis derajat 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks
berbentuk blunting, alias tumpul.
b. Hidronefrosis derajat 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks
berbentuk flattening, alias mendatar.
c. Hidronefrosis derajat 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa
adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol.
d. Hidronefrosis derajat 4. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta
adanya penipisan korteks Calices berbentuk ballooning alias menggembung

PENATALAKSANAAN
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab darihidronefrosis
(obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsiginjal.Untuk
mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomiatau tipe disertasi
lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa urindalam kaliks akan
menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan mengangkat lesi
obstrukstif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satufungsi ginjal rusak parah dan hancur
maka nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapatdilakukan
Pada hidronefrosis akut:
- Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih
yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang
dimasukkan melalui kulit).
- Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang
kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu.
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air
kemih.
Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-
ujungnya disambungkan kembali.
Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa.
Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk
melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda.
Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
terapi hormonal untuk kanker prostat
pembedahan
melebarkan uretra dengan dilator.
Berikut adalah jenis dan langkah nefrostomi
A. Drainase Nefrostomi
Selang nefrostomi dimasukkan langsung ke dalam ginjal untuk pengalihan aliran urin
temporer atau permanen secara percutan atau melalui luka insisi. Sebuah selang tunggal atau
selang nefrostomi sirkuler atau U-loop yang dapat tertahan sendiri dapat digunakan. Drainase
nefrostomi diperlukan utuk drainase cairan dari ginjal sesudah pembedahan, memelihara atau
memulihkan drainase dan memintas obstruksi dalam ureter atau traktus urinarius inferior.
Selang nefrostomi dihubungkan ke sebuah system drainase tertutup atau alat uostomi.
B. Nefrostomi Perkutaneus
Pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk
drainase eksternal urin dari ureter yang tersumbat, membuat suatu jalur pemasangan stent
ureter, menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur, menutup fistula, memberikan obat,
memungkinkan penyisipan alat biopsy bentuk sikat dan nefroskop atau untuk melakukan
tindakan bedah tertentu.
Daerah kulit yang akan dinsisi dipersiapkan serta dianestesi, dan pasien diminta untuk
menarik nafas serta menahannya pada saat sebuah jarum spinal ditusukkan ke dalam pelvis
ginjal. Urin diaspirasi untuk pemeriksaan kultur dan media kontras dapat disuntikkan ke
dalam system pielokaliks.Seutas kawat pemandu kateter angografi disisipkan lewat jarum
tersebut ke dalam ginjal. Jarum dicabut dan saluran dilebarkan dengan melewatkan selang
atau kawat pemandu. Selang nefrostomi dimasukkan dan diatur posisinya dalam ginjal atau
ureter, difiksasi dengan jahitan kulit serta dihubungkan dengan system drainase tertutup.

PROGNOSIS
Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya berhasil jika infeksi dapat dikendalikan dan
ginjal berfungsi dengan baik.
Prognosis untuk hidronefrosis kronis belum bisa dipastikan.

You might also like