You are on page 1of 101

0

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA


SMA.. YANG DIUPAYAKAN DENGAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING
DI KELAS SEMESTER
TAHUN AJARAN



LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS





DISUSUN OLEH

NAMA :
NIP :




















i


PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA
SMA.. YANG DIUPAYAKAN DENGAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING
DI KELAS SEMESTER
TAHUN AJARAN



LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS





DISUSUN OLEH

NAMA :
NIP :





















ii

KOP SEKOLAH


PENGESAHAN



Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMA Negeri ............ menerangkan
bahwa:

Nama : .......................................
NIP : ........................................
Jabatan : Guru Madya


Memang benar yang tersebut di atas telah melakukan penelitian dengan judul:
..............................................................................................................................



Mengetahui ......................, ......................
Kepala Dinas Pendidikan Kab. .......... Kepala SMA Negeri..............



................................................... .........................................
NIP. NIP.






iii

KOP SEKOLAH


PERNYATAAN


Yang bertanda tangan di bawah ini Pengelola Perpustakaan SMA Negeri ............
menyatakan bahwa:

Nama : ................................
NIP : ................................
Jabatan : .................................


Memang benar yang tersebut di atas telah mempublikasikan Penelitian Tindakan
Kelas dengan judul.............................................. di sekolah kami dan menaruh 1
(satu) buah karyanya di perpustakaan SMA Negeri ......................... Singaraja.

Demikian pernyataan ini dibuat agar dapat dipergunakan dimana mestinya.


Mengetahui ......................, ......................
Kepala SMA Negeri .......... Pengelola Perpustakaan
SMA Negeri..................



................................................... .........................................
NIP. NIP.



iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini asli dan tidak berisi material-
material yang telah dipublikasikan di tempat lain, terkecuali yang dikutip sebagai
sumber referensi dan digunakan dalam teks tulisan ini, yang sumbernya sudah
dinyatakan. Karya Tulis Ilmiah ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh
derajat kesarjanaan atau diploma pada institusi tertentu, begitu juga tidak ada
kolaborasi yang telah dibuat dengan orang lain.




Penulis


......................................
















v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat rahmatNya penulis mendapat kekuatan, semangat, pikiran yang kuat
sehingga karya tulis yang berjudul .......................................................................,
dapat terselesaikan sesuai jadwal waktu yang telah direncanakan.
Karya ini penulis kerjakan dengan sekuat tenaga, dengan pengorbanan
material dan pemikiran untuk dapat memperoleh angka kredit pengembangan
profesi sebagai syarat bagi seorang guru untuk bisa naik ke jenjang kepangkatan
setingkat lebih tinggi dengan kewajiban mengumpulkan angka kredit minimal 12
poin.
Rasa terimakasih perlu penulis sampaikan kepada Bapak-bapak, Ibu-ibu
yang telah membantu sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Untuk itu
terimakasih yang sebanyak-banyaknya penulis lanjut sampaikan kepada:
1. Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri ................................
2. Para siswa dan siswi, yang telah menunjukkan objektivitas yang tinggi
sehingga data-data hasil penelitian ini benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan.
Demikian secara singkat pengantar yang dapat penulis sampaikan, semoga
karya ini bermanfaat dalam meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar di
SMA Negeri ...........................

......................, ......................
Penulis











vi

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PENGESAHAN KEPALA SEKOLAH ...................................................... ii
PERNYATAAN PERPUSTAKAAN ......................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
ABSTRAK .................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 5











vii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Nama-nama Siswa Kelas ....................................................... 12

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Wawancara .............................................

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Observasi Proses Pembelajaran ..............

Tabel 4. Instrumen Wawancara ............................................................

Tabel 5. Instrumen Observasi Proses Pembelajaran ............................























viii

DAFTAR GAMBAR


Halaman
Gambar 1. Rancangan Penelitian ............................................................. 5
Gambar 2.









































ix

DAFTAR LAMPIRAN


Halaman
Lampiran 1. Tes Prestasi Belajar ............... (tes yang digunakan untuk
mencari data awal penelitian) .............................................

Lampiran 2. Lembar Observasi Penilaian Kesesuaian Belajar Problem
Based Learning sebagai Upaya Validasi Data ....................

Lampiran 3. RPP Siklus I .......................................................................

Lampiran 4. Hasil-hasil Ulangan Siswa Siklus I .....................................

Lampiran 5. Nilai/Prestasi Belajar Siklus I ............................................

Lampiran 6. Penilaian Kebenaran Siswa Melakukan Pembelajaran
Problem Based Learning Siklus I oleh Salah Seorang
Siswa Pandai di Kelas ini sebagai Upaya Validasi Data ....

Lampiran 7. Bukti Pemanggilan Siswa yang Lemah sebagai Upaya
Validasi Data Siklus I .........................................................

Lampiran 8. Bukti Pengamatan Teman Sejawat terhadap Kesuesuaian/
Ketepatan Pelaksanaan Proses Pembelajaran Problem
Based Learning Siklus I sebagai Upaya Trianggulasi
terhadap Pelaksanaan Penelitian ........................................

Lampiran 9. RPP Siklus II ......................................................................

Lampiran 10. Penilaian Kesesuaian Belajar Problem Based Learning
Siklus II oleh Salah Seorang Siswa Pandai di Kelas ini .....

Lampiran 11. Hasil-hasil Ulangan Siswa pada Siklus II ...........................

Lampiran 12. Prestasi Belajar Siswa Siklus II ..........................................

Lampiran 13. Bukti Pengamatan Teman Sejawat terhadap
Kesesuaian/Ketepatan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Problem Based Learning Siklus II ......................................








x

ABSTRAK


BPMRC (acuan Abstrak). Backgroud/latar, Purpose/Tujuan, Metodology,
Result/Hasil, Conslusion/Simpulan.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri ......................... di Kelas ........
yang kemampuan siswanya untuk materi .................. cukup rendah.

Tujuan penulisan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui
apakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan
aktivitas dan prestasi belajar siswa.
Metode pengumpulan datanya adalah observasi dan tes prestasi belajar.
Metode analisis datanya adalah deskriptif baik untuk data kualitatif maupun untuk
data kuantitatif.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Problem Based Learning
dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Ini terbukti dari hasil
yang diperoleh pada Siklus I meningkat ........% untuk keaktifan belajar siswa dan
.....% untuk prestasi belajar. Dari Siklus I ke Siklus II naik .......% untuk aktivitas
belajar dan ....... untuk prestasi belajar.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah model pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar.

























1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran di kelas akan sangat efektif apabila guru melaksanakannya
dengan memahami peran, fungsi dan kegunaan mata pelajaran yang diajarnya.
Di samping pemahaman akan hal-hal tersebut keefektipan itu juga ditentukan
oleh kemampuan guru untuk merubah model pengajaran menjadi model
pembelajaran sesuai yang diharapkan oleh Permen No. 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses.
Peran mata pelajaran .................. adalah untuk pengembangan intelektual,
sosial dan emosional siswa serta berperan sebagai kunci penentu menuju
keberhasilan dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Fungsi mata pelajaran
.................. adalah sebagai suatu bidang kajian untuk mempersiapkan siswa
mampu merefleksikan pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain,
mengungkapkan gagasan-gagasan dan perasaan serta memahami beragam
nuansa makna, sedang kegunaannya adalah untuk membantu siswa mengenal
dirinya, budayanya, budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat, membuat keputusan yang bertanggung jawab
pada tingkat pribadi, sosial, menemukan serta menggunakan kemampuan
analitic dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Di samping mengetahui peran,
fungsi dan kegunaan ........, sebagai seorang guru juga diperlukan untuk
mampu menerapkan beberapa metode ajar sehingga paradigma pengajaran
dapat dirubah menjadi paradigma pembelajaran sebagai tuntutan peraturan
yang disampaikan pemerintah (Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar
Proses, Permen No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Guru).
Kejadian yang sering terjadi di lapangan yang terjadi selama proses
pembelajaran yang dilakukan selama ini yang menyebabkan rendahnya
prestasi belajar siswa tidak sepenuhnya disebabkan oleh faktor luar seperti
kesibukan guru, keadaan rumah tangga, lingkungan dan lain-lain. Kelemahan-
kelemahan yang ada tentu banyak pula dipengaruhi oleh faktor dari dalam
guru itu sendiri seperti kemauan menyiapkan bahan yang lebih baik, kemauan
2

guru itu sendiri untuk menerapkan metode-metode ajar yang telah didapat di
bangku kuliah. Selain itu guru juga kurang mampu untuk dapat
mengembangkan keterampilan mengajar yang dapat menarik perhatian siswa
dan merangsang siswa untuk belajar. Keterampilan yang mesti dikuasai guru
dalam melaksanakan pembelajaran ada 7, yaitu: 1) keterampilan bertanya, 2)
keterampilan memberi penguatan, 3) keterampilan mengadakan variasi, 4)
keterampilan menjelaskan, 5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
6) keterampilan membimbing diskusi, 7) keterampilan mengelola kelas.
Keterampilan-keterampilan ini berhubung dengan kemampuan guru untuk
menguasai dasar-dasar pengetahuan yang berhubungan dengan persiapan dan
pelaksanaan proses pembelajaran yang akan memberikan dukungan terhadap
cara berpikir siswa yang kreatif dan imajinatif. Hal inilah yang menunjukkan
profesionalisme guru (I G. A. K. Wardani dan Siti Julaeha, Modul IDIK 4307:
1-30).
Model-model pembelajaran juga merupakan hal yang sangat penting
dalam penerapannya di lapangan, seperti model Problem Based Learning yang
dijadikan objek penelitian sebagai upaya untuk memajukan suatu bidang
tertentu. Model sangat berkaitan dengan teori. Model merupakan suatu analog
konseptual yang digunakan untuk menyarankan bagaimana meneruskan
penelitian empiris sebaiknya tentang suatu masalah. Jadi model merupakan
suatu struktur konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu
bidang dan sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan
berpikir dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu
berkembang (Mark 1976 dalam Ratna Wilis Dahar, 1989: 5).
Cuplikan di atas menunjukkan betapa pentingnya model untuk diterapkan
dalam mencapai suatu keberhasilan, begitu pula terhadap kegunaan model-
model pembelajaran. Sebelum ada model, dikembangkan terlebih dahulu teori
yang mendasari model tersebut, sehingga boleh dikatakan bahwa teori lebih
luas daripada model. Model-model, baik model fisika, model-model
komputer, model-model matematika, semua mempunyai sifat jika maka,
dan model-model ini terkait sekali pada teori (Shelbeeker, 1974 dalam Ratna
Wilis Dahar, 1989: 5).
3

Semua uraian di atas menunjukkan hal-hal yang perlu dalam upaya
meningkatkan keseuaian pembelajaran Problem Based Learning yang akan
dilakukan dan prestasi belajar siswa seperti penguasaan metode-metode ajar;
penguasaan model-model pembelajaran; penguasaan teori-teori belajar;
penguasaan teknik-teknik tertentu; penguasaan peran, fungsi serta kegunaan
mata pelajaran. Apabila betul-betul guru menguasai dan mengerti tentang hal-
hal tersebut dapat diyakini bahwa prestasi belajar peserta didik pada mata
pelajaran ........................ tidak akan rendah. Namun kenyataannya prestasi
belajar siswa kelas....................... di semester ........... tahun ajaran ...................
baru mencapai nilai rata-rata......
Melihat kesenjangan antara harapan-harapan yang telah disampaikan
dengan kenyataan lapangan sangat jauh berbeda, dalam upaya memperbaiki
mutu pendidikan utamanya pada mata pelajaran.........................., sangat perlu
kiranya dilakukan perbaikan cara pembelajaran. Salah satunya adalah
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning. Oleh karenanya penelitian ini sangat penting untuk
dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah dan Cara Pemecahannya
1. Rumusan Masalah
Melihat adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang
ada di lapangan seperti yang sudah dipaparkan pada latar belakang
masalah, maka rumusan penelitian ini dapat disampaikan sebagai berikut:
1) Apakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas ..... SMA Negeri .................
2) Apakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas ..... SMA Negeri ..................

2. Cara Pemecahan Masalah
Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah
satu dari banyak cara yang bisa dilakukan guru dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran. Model ini mempunyai langkah-langkah yang
4

mendorong keaktifan siswa dalam belajar dengan cara memberikan
kesempatan bagi siswa untuk lebih banyak mengamati objek atau materi
pelajaran, menemukan sendiri hal-hal yang perlu, baik menyangkut materi,
meneliti, mengintrogasi, memeriksa materi, sehingga siswa-siswa akan
dapat mengalami sendiri. Hal itu memerlukan persiapan pemikiran yang
matang. Untuk persiapan yang matang ini, guru semestinya memberikan
kesempatan yang sebanyak-banyaknya bagi siswa untuk melakukannya,
menyiapkan sebaik-baiknya apa yang akan ditampilkan dihadapan siswa-
siswa. Model Pembelajaran Problem Based Learning ini mampu
merangsang siswa untuk dapat bertanggung jawab terhadap pekerjaannya,
menuntut persiapan yang sangat matang, menuntut kemampuan yang
matang dalam kegiatan intelektual, menutut semangat yang tinggi untuk
mengikuti pelajaran agar dapat memproduksi apa yang diharapkan,
menuntut mereka lebih berpikir kritis. Contoh kemampuan berpikir kritis
adalah, apabila siswa giat mengikuti pelajaran, akibatnya adalah mampu
memecahkan masalah yang diharapkan. Siswa akan menjadi aktif akibat
diberikan kesempatan untuk menyiapkan materi lewat penemuannya
sendiri, yang sudah pasti akan membuktikan tuntutan-tuntutan kemampuan
yang tinggi baik dalam penampilan maupun keilmuan. Tanpa keilmuan
yang mencukupi tidak akan mungkin tampilannya akan memuaskan,
dalam hal ini siswa tidak bisa sembarangan saja, mereka harus betul-betul
mampu menyimpulkan terlebih dahulu apa yang akan mereka sampaikan.
Tuntunan langkah-langkah analisis, pikiran intelektual, pemahaman
konsep, bakat akademik yang dilakukan dengan motivasi, interpretasi yang
inovatif dipihak guru akan menentukan keberhasilan pelaksanaan model
ini.
Berdasar uraian singkat ini jelas bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning menuntut kemampuan siswa untuk giat
mempelajari apa yang disampaikan guru, mampu menampilkan dirinya
sebagai pemikir di depan siswa-siswa yang lain. Dipihak lain, untuk dapat
menyelesaikan tuntutan tersebut, inovasi yang dilakukan guru akan sangat
menentukan. Inovasi tersebut berupa tuntunan-tuntunan, motivasi-
5

motivasi, interpretasi serta kemampuan belajar tanpa hafalan. Oleh
karenanya langkah-langkah ini diharapkan akan dapat digunakan sebagai
cara pemecahan masalah.

C. Tujuan Penelitian
Berdasar rumusan masalah yang telah disampaikan, rumusan masalah
yang dapat disampaikan adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar siswa
setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning dalam
pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai
acuan dalam memperkaya teori dalam rangka peningkatan kompetensi guru.
Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah,
khususnya SMA Negeri ........ dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
................... Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan bermanfaat sebagai
informasi yang berharga bagi teman-teman guru, kepala sekolah di sekolahnya
masing-masing.













6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman
belajar untuk mencapai tingkat belajar tertentu (Udin S. W., 1997). Joyce, dkk.
(2003) mengemukakan bahwa suatu model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
pembelajaran di kelas. Oemar Hamalik (2003: 24) menjelaskan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan untuk
membentuk kurikulum, merancang bahan pengajaran dan membimbing
pengajaran di kelas. Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran merupakan kerangka konseptual dalam wujud suatu
perencanaan pembelajaran yang melukiskan prosedur yang sistematis yang
digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran di kelas.
Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yakni: 1)
rasional teoretik yang logis yang disusun oleh para pencipta, 2) landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar, 3) tingkah laku mengajar
yang diperlukan agar model tersebut dapat berhasil, 4) lingkungan belajar
yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Wina Sanjaya,
2006: 128).
Sintaks suatu model pembelajaran menggambarkan keseluruhan
urutan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan
pembelajaran (Nana S., 1989: 43). Sintaks pembelajaran menunjukkan dengan
jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa dan
tugas-tugas khusus yang dilakukan oleh siswa. Sintaks dari bermacam model
pembelajaran mempunyai komponen yang sama seperti diawali dengan
menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses
pembelajaran. Demikian pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai
tahap menutup pelajaran. Namun demikian ada perbedaan seperti perbedaan
pengelolaan lingkungan belajar, perbedaan peran siswa, perbedaan peran guru,
7

perbedaan ruang fisik dan perbedaan sistem sosial kelas. Perbedaan-perbedaan
tersebut harus dipahami oleh para guru dalam menerapkan model
pembelajaran agar dapat dilaksanakan dengan baik.

B. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran problem based learning (pembelajaran berbasis
masalah), awalnya dirancang untuk program graduate bidang kesehatan oleh
Barrows, Howard (1986) yang kemudian diadaptasi dalam bidang pendidikan
oleh Gallagher (1995). Problem based learning disetting dalam bentuk
pembelajaran yang diawali dengan sebuah masalah dengan menggunakan
instruktur sebagai pelatihan metakognitif dan diakhiri dengan penyajian dan
analisis kerja siswa.
Model pembelajaran problem based learning berlandaskan pada
psikologi kognitif, sehingga fokus pengajaran tidak begitu banyak pada apa
yang sedang dilakukan siswa, melainkan kepada apa yang sedang mereka
pikirkan pada saat mereka melakukan kegiatan itu. Pada problem based
learning peran guru lebih berperan sebagai pembimbing dan fasilitator
sehingga siswa belajar berpikir dan memecahkan masalah mereka sendiri.
Belajar berbasis masalah menemukan akar intelektualnya pada penelitian John
Dewey (Ibrahim, 2000). Pedagogi Jhon Dewey menganjurkan guru untuk
mendorong siswa terlibat dalam proyek atau tugas yang berorientasi masalah
dan membentu mereka menyelidiki masalah-masalah tersebut. Pembelajaran
yang berdayaguna atau berpusat pada masalah digerakkan oleh keinginan
bawaan siswa untuk menyelidiki secara pribadi situasii yang bermakna
merupakan hubungan problem based learning dengan psikologi Dewey.
Selain Dewey, ahli psikologi Eropa Jean Piaget tokoh pengembang konsep
konstruktivisme telah memberikan dukungannya. Pandangan konstruktivisme-
kognitif yang didasari atas teori Piaget menyatakan bahwa siswa dalam segala
usianya secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan
membangun pengetahuannya sendiri (Ibrahim, 2000).
Adaptasi struktur problem based learning dalam kelas-kelas sains
dilakukan dengan menjamin penerapan beberapa komponen penting dari sains.
8

Empat penerapan esensial dari problem based learning adalah seperti
diurutkan dalam Gallagher et.al (1995) adalah:
1) Orientasi siswa pada masalah
Pada saat mulai pembelajaran, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran secara jelas, menumbuhkan sikap positif terhadap pelajaran.
Guru menyampaikan bahwa perlu adanya elaborasi tentang hal-hal sebagai
berikut:
- Tujuan utama dari pembelajaran adalah tidak untuk mempelajari
sejumlah informasi baru, namun lebih kepada bagaimana menyelidiki
masalah-masalah penting dan bagaimana menjadikan pebelajar yang
mandiri.
- Permasalahan yang diselidiki tidak memiliki jawaban mutlak benar.
Sebuah penyelesaian yang kompleks memiliki banyak penyelesaian
yang terkadang bertentangan.
- Selama tahap penyelidikan dalam pembelajaran, siswa didorong untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari informasi dengan bimbingan
guru.
- Pada tahap analisis dan penyelesaian masalah siswa didorong untuk
menyampaikan idenya secara terbuka.
Guru perlu menyajikan masalah dengan hati-hati dengan prosedur
yang jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi. Hal penting di sini
adalah orientasi kepada situasi masalah menentukan tahap untuk
penyelidikan selanjutnya. Oleh karena itu pada tahap ini presentasi harus
menarik minat siswa dan menimbulkan rasa ingin tahu.
2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Problem based learning membutuhkan keterampilan kolaborasi
diantara siswa menurut mereka untuk menyelidiki masalah secara
bersama. Oleh karena itu mereka juga membutuhkan bantuan untuk
merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas belajarnya.
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
kooperatif juga berlaku untuk mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok problem based learning. Intinya di sini adalah guru membantu
9

siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah yang akan dipecahkan.
3) Membantu penyelidikan siswa
Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan data-
data atau melaksanakan eksperimen sampai mereka betul-betul memahami
dimensi dari masalah tersebut. Tujuannya agar siswa mengumpulkan
cukup informasi untuk membangun ide mereka sendiri. Siswa akan
membutuhkan untuk diajarkan bagaimana menjadi penyelidik yang aktif
dan bagaimana menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang
sedang dipelajari.
Setelah siswa mengumpulkan cukup data mereka akan mulai
menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan dan
pemecahan. Selama tahap ini guru mendorong semua ide dan menerima
sepenuhnya ide tersebut.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan hasil karya yang akan disajikan. Masing-masing kelompok
menyajikan hasil pemecahan masalah yang diperoleh dalam suatu diskusi.
Penyajian hasil karya ini dapat berupa laporan, poster maupun media-
media yang lain.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Tahap akhir ini meliputi aktivitas yang dimaksudkan untuk
membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka
sendiri dan disamping itu juga mengevaluasi keterampilan penyelidikan
dan keterampilan intelektual yang telah mereka gunakan.
Selanjutnya beberapa ciri penting problem based learning sebagai berikut
(Brook & Martin, 1993).
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dirancang untuk dapat merangsang dan
melibatkan pebelajar dalam pola pemecahan masalah. Kondisi ini akan
dapat mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya secara langsung
dalam mengidentifikasi permasalahan. Dalam konteks belajar kognitif
10

sejumlah tujuan yang terkait adalah belajar langsung dan mandiri,
pengetahuan dan pemecahan masalah. Sehingga untuk mencapai
keberhasilan, para pebelajar harus mengembangkan keahlian belajar dan
mampu mengembangkan strategi dalam mengidentifikasi dan menemukan
permasalahan belajar, evaluasi dan juga belajar dari berbagai sumber yang
relevan.
2. Keberlanjutan masalah
Dalam hal ini ada dua hal yang harus terpenuhi. Pertama, harus
dapat memunculkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang relevan
dengan content domain yang dibahas. Kedua, permasalahan hendaknya riil
sehingga memungkinkan terjadinya kesamaan pandang antarsiswa. Ada
tiga alasan kenapa permasalahan harus nyata (realistik). (1) Siswa
terkadang terbuka untuk meneliti semua dimensi dari permasalahan
sehingga dapat mengalami kesulitan dalam menciptakan suatu
permasalahan yang luas dengan informasi yang sesuai. (2) Permasalahan
nyata cenderung untuk lebih melibatkan siswa terhadap suatu konteks
tentang kesamaan dengan permasalahan. (3) Siswa segera ingin tahu hasil
akhir dari penyelesaian masalahnya.
3. Adanya presentasi permasalahan
Pebelajar dilibatkan dalam mempresentasikan permasalahan
sehingga mereka merasa memiliki permasalahan tersebut. Ada dua hal
pokok dalam mempresentasikan permasalahan. Pertama, jika siswa
dilibatkan dalam pemecahan masalah yang autentik, maka mereka harus
memiliki permasalahan tersebut. Kedua, adalah bahwa data yang
ditampilkan dalam presentasi permasalahan tidak menyoroti faktor-faktor
utama dalam masalah tersebut, namun dapat ditampilkan sebagai dasar
pertanyaan sehingga tidak menampilkan informasi kunci.
4. Peran guru sebagai tutor dan fasilitator
Dalam hal ini peran guru sebagai fasilitator adalah
mengembangkan kreativitas berpikir siswa dalam bentuk keahlian dalam
pemecahan masalah dan membantu siswa untuk menjadi mandiri.
Kemampuan dari tutor sebagai fasilitator keterampilan mengajar kelompok
11

kecil dam proses pembelajaran merupakan penentu utama dari kualitas dan
keberhasilan. Setiap metode pendidikan bertujuan: (1) Mengembangkan
kreativitas pada siswa dan keahlian berpendapat. (2) Membantu mereka
untuk menjadi mandiri. Sedangkan tutorial adalah suatu penggunaan
keahlian yang menitikberatkan masalah dasar belajar langsung mandiri
(Barrows dalam Savery & Duffy, 1994).
Barrows (1996) dalam tulisannya yang berjudul Problem Based Learning
in Medicine and Beyond juga mengemukakan beberapa karakteristik Problem
Based Learning sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran bersifat Student Centered. Melalui bimbingan tutor
(guru), siswa harus bertanggung jawab atas pembelajaran dirinya,
mengidentifikasi apa yang mereka perlu ketahui untuk memperoleh
pemahahaman yang lebih baik, mengelola permasalahan dan menentukan
dimana mereka akan memperoleh informasi (buku teks, jurnal, internet,
dsb).
2) Proses pembelajaran pembelajaran berlangsung pada kelompok kecil.
Setiap kelompok biasanya terdiri dari 5-8 orang. Anggota kelompok
sebaiknya ditukar untuk setiap unit kurikulum. Kondisi demikian akan
memberikan kondisi praktis kepada siswa untuk bekerja dan belajar secara
lebih intensif dan efektif dalam variasi kelompok.
3) Guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing. Dalam hal ini guru
tidak berperan sebagai penceramah atau pemberi faktual, namun berperan
sebagai fasilitator. Guru tidak memberitahu siswa tentang apa yang
mereka harus pelajari atau baca. Siswa itu sendirilah (secara berkelompok)
yang mengidentifikasi dan menentukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip
apa yang harus mereka pelajari dan mereka pahami agar mampu
memecahkan masalah yang telah disajikan guru pada awal setting
pembelajaran.
4) Permasalahan-permasalahan yang disajikan dalam setting pembelajaran
diorganisasi dalam bentuk dan fokus tertentu dan merupakan stimulus
pembelajaran. Misalnya, masalah pasien atau kesehatan masyarakat
disajikan dalam berbagai bentuk seperti kasus tertulis, simulasi pasien,
12

simulasi komputer atau video. Kondisi demikian akan menantang dan
menghadapkan siswa dalam kondisi praktis serta akan memotivasi siswa
untuk belajar. Untuk memecahkan masalah tersebut, siswa akan
merealisasikan apa yang perlu mereka pelajari dari ilmu-ilmu dasar serta
akan mengarahkan mereka untuk mengintegrasikan informasi-informasi
dari berbagai disiplin ilmu.
5) Informasi baru diperoleh melalui belajar secara mandiri (self directed
learning). Siswa diharapkan belajar dari dunia pengetahuan dan
mengakumulasikan keahliannya melalui belajar mandiri, serta dapat
berbuat seperti praktisi yang sesungguhnya. Selama proses belajar secara
mandiri, siswa bekerja bersama dalam kelompok, berdiskusi, melakukan
komparasi, mereview serta berdebat tentang apa yang sudah mereka
pelajari.
6) Masalah merupakan wahana untuk mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah klinik. Format permasalahan hendaknya
mempresentasikan permasalahan pasien sesuai dengan dunia realita.
Format permasalahan juga harus memberi kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada pasien, melakukan tes fisik, tes
laboratorium dan tuntutan lainnya.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam merancang program
pengajaran yang berorientasi pada problem based learning sehingga proses
pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa (student centered) adalah
sebagai berikut (Gallagher & Stepien, 1995):
1) Fokuskan permasalahan (problem) sekitar pembelajaran konsep-konsep
esensial yang strategis. Gunakan permasalahan dan konsep untuk
membantu siswa melakukan investigasi substansi isi (content).
2) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi gagasannya
melalui eksperimen atau studi lapangan. Siswa akan menggali data-data
yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
3) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengelola data yang mereka
miliki yang merupakan proses metakognisi.
13

4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan solusi-solusi
yang mereka kemukakan. Penyajian dapat dilakukan dalam bentuk
seminar atau publikasi atau dalam bentuk penyajian poster.
Prosedur dan tahapan pelaksanaan proses pembelajaran problem based
learning adalah sebagai berikut (dimodifikasi dari Barrows and Myers, 1993).

























Gambar 1. Alur Pembelajaran Problem Based Learning

PENDAHULUAN
1. Penyampaian tujuan pembelajaran
2. Apersepsi
SETTING PERMASALAHAN
1. Penyampaian masalah
2. Internalisasi masalah oleh siswa
3. Menggambarkan hasil/performan yang diperlukan
4. Pemberian tugas-tugas meliputi (pengajuan hipotesis, pengumpulan fakta,
mensintesa informasi yang tersedia melalui kegiatan inkuiri, membuat catatan yang
diperlukan, merancang kegiatan/penyelidikan yang berkaitan upaya pemecahan
masalah)
5. Pemberian alasan terhadap permasalahan
6. Identifikasi sumber-sumber pembelajaran
7. Penjadwalan tindak lanjut
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH
1. Menggunakan berbagai sumber dan kemampuan berpikir kritis, melaksanakan
penyelidikan eksperimen
2. Pemecahan masalah (jawaban hipotesis, menerapkan pengetahuan baru,
menemukan hal-hal baru jika perlu diteliti kembali dengan merancang kegiatan
baru)
PRESENTASI
1. Penyajian pemecahan masalah
2. Diskusi
AKHIR KEGIATAN
1. Memiliki pengetahuan
2. Penilaian diri melalui hasil diskusi
14

Sebagai model pembelajaran problem based learning disamping memiliki
keunggulan juga memiliki kelemahan. Wina Sanjaya (2006: 218) menyatakan
keunggulan problem based learning adalah:
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang
mereka lakukan. Disamping juga dapat mendorong untuk melakukan
siendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
6. Melalui pemecahan masalah bisa diperlihatkan bahwa setiap mata
pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang
dimengerti oleh siswa bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari
buku saja.
7. Pemecahan masalah dipandang lebih mengasikkan dan disukai siswa.
8. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan pengetahuan baru.
9. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka miliki dalam dunia
nyata.
10. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara
terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah
berakhir.
Sedangkan kelemahannya adalah:
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan
sehingga masalah yang dipelajari sulit dipecahkan maka siswa akan
merasa enggan untuk mencoba.
15

2. Keberhasilan pembelajaran ini membutuhkan cukup banyak waktu.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari.

Belajar berbasis masalah berakar dari pandangan John Dewey, yang
menyatakan bahwa sekolah mestinya mencerminkan masyarakat yang lebih
besar dan kelas merupakan laboratorium untuk memecahkan masalah
kehidupan nyata. Pandangan ini mengharuskan guru untuk mendorong siswa
terlibat dalam proyek atau tugas berorientasi masalah dan membantu mereka
menyelidiki masalah-masalah intelektual dan sosial. Pembelajaran di sekolah
seharusnya lebih memiliki manfaat nyata daripada abstrak. Pembelajaran yang
memiliki manfaat terbaik dapat dilakukan oleh siswa dalam kelompok-
kelompok kecil untuk menyelesaikan proyek yang menarik yang merupakan
pilihan mereka sendiri. Visi pembelajaran yang berdayaguna atau terpusat
pada masalah digerakkan oleh keinginan siswa untuk menyelidiki secara
pribadi masalah tersebut. Hal ini secara jelas menghubungkan BBM dengan
filosofi pendidikan dan pedagogi Dewey.
BBM juga dikembangkan dari konsep konstruktivisme atas dasar
pandangan Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Piaget menegaskan bahwa anak
memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha ingin
memahami dunia di sekitarnya. Rasa ingin tahu ini, menurut Piaget dapat
memotivasi mereka untuk secara aktif membangun tampilan dalam otak
mereka mengenai lingkungan yang mereka hayati. Pada saat mereka tumbuh
semakin dewasa dan memperoleh lebih banyak kemampuan bahasa dan
memori, tampilan mental mereka tentang dunia menjadi lebih luas dan lebih
abstrak. Sementara itu, pada semua tahap perkembangan, anak perlu
memahami lingkungan mereka dan memotivasinya untuk menyelidiki dan
membangun teori-teori yang menjelaskan lingkungan itu.
Pandangan ini lebih lanjut mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia
secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun
pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis namun secara terus
16

menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman baru
yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal
mereka. Menurut Piaget, pedagogi yang baik harus melibatkan anak dengan
situasi-situasi dimana anak itu secara mandiri melakukan eksperimen, dalam
arti mencoba segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi
tanda-tanda, memanipulasi simbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan
sendiri jawabannya, mencocokkan apa yang mereka temukan pada suatu saat
dengan apa yang ia temukan pada saat yang lain dan membandingkan
temuannya dengan temuan anak lain (dalam Ibrahim dan Nur, 2000).
Di pihak lain, Lev Vygostsky percaya bahwa perkembangan intelektual
terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru yang
menantang dan ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
dimunculkan oleh pengalaman. Dalam upaya mendapatkan pemahaman,
individu mengkaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang telah
dimilikinya untuk membangun pengertian baru. Vygotsky memberi tempat
yang lebih penting pada aspek sosial pembelajaran. Vygotsky percaya bahwa
mereka interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Pada dasarnya, baik Piaget maupun Vigotsky, sama-sama
mengembangkan konstruktivisme psikologis. Namun demikian, Piaget lebih
menekankan pada konstruktivisme psikologis yang bersifat personal,
sedangkan Vigotskty lebih menekankan pada kontruktivisme psikologis yang
bersifat sosial (Suparno, 1997: 43). Kedua konsep konstruktivisme tersebut
menjadi landasan pokok model Belajar Berdasarkan Masalah.
BBM juga berlandaskan pada social leraning theory Albert Bandura, yang
fokus pada pembelajaran dalam konteks sosial (social context). Teori ini
menyatakan bahwa seorang belajar dari orang lain, termasuk konsep dari
belajar observasional, imination dan modeling. Prinsip umum dari social
learning theory selengkapnya dinyatakan oleh Armrod (1999) sebagai berikut:
General principles of social learning theory follows:
1. People can learn by observing the behavior is of others and the
autcomes of those behaviors.
2. Learning can occur without a change in behavior. Behaciorists say
that learning has to be represented by a permanent change in
17

behavior, in contrast social learning theorists say that because people
can learn thourg observation alone, their learning may not necessarily
be shown in their performance. Learning may or may not result in a
behavior change.
3. Cognition plays a role in learning. Over the last 30 years social
learning theory has become increasingly cognitive in its interpretation
of human learning. Awareness and expectation of future
reinforcements or punishments can have a major effect on the
behaviors that people exhibit.
4. Social learning theory can be considered a bridge or a transition
between behaviorist learning theories and cognitive learning theories.

Belajar Berbasis Masalah didukung pula oleh teorinya Jerome Bruner yang
dikenal dengan pembelajaran penemuan. Belajar penemuan ini merupakan
suatu model pembelajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa
memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa
aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembelajaran yang sebenarnya
terjadi melalui penemuan pribadi. Tujuan pendidikan tidak hanya
meningkatkan banyaknya pengetahuan siswa tetapi juga menciptakan
kemungkinan-kemungkinan untuk penemuan siswa. Pembelajaran penemuan
diterapkan dengan menekankan penalaran induktif dan proses-proses inkuiri
yang merupakan ciri dari metode ilmiah. Belajar berdasarkan masalah pada
intinya adalah melakukan proses inkuiri tersebut.
Kaitan intelektual antara pembelajaran penemuan dan belajar berbasis
masalah sangat jelas. Pada kedua model ini, guru menekankan keterlibatan
siswa secara aktif, orientasi induktif lebih ditekankan dari pada deduktif, dan
siswa menentukan atau mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pada belajar
berbasis masalah atau penemuan, guru mengajukan pertanyaan atau masalah
kepada siswa dan memperbolehkan siswa untuk menemukan ide dan teori
mereka sendiri.
Belajar Berbasis Masalah (BBM) memiliki nama lain yang pada dasarnya
bermakna sama, seperti Problem-Based Learning (PBL), Problem-Based
Instruction (PBI), Project-Based Teaching (Pembelajaran Proyek),
Experienced Based Education (Pendidikan Berdasarkan Pengalaman),
Authentic Learning (Belajar Autentik) dan Echored Instruction (Pembelajaran
Berakar pada Kehidupan Nyata).
18

Belajar Berbasis Masalah (BBM) adalah pembelajaran yang dirancang
berdasarkan masalah kehidupan yang bersifat tidak tentu (ill-structured),
terbuka dan mendua. Masalah yang tidak tentu adalah masalah yang kabur,
tidak jelas, atau belum terdefinisikan (Fogarty, dalam Arnyana, 2004).
Sedangkan Boud (1985: 1) menyatakan bahwa Belajar adalah masalah
merupakan pembelajaran yang dimulai dengan penyajian masalah, yang
berupa pertanyaan atau teka-teki yang dapat merangsang siswa untuk
menyelesaikannya. Definisi yang hampir sama dinyatakan oleh Ibrahim dan
Nur (2000: 3), bahwa BBM terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi
masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kesempatan
kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Secara lebih
spesifik, Barrows (1996: 5) menyatakan bahwa BBM merupakan
pembelajaran yang memiliki karakteristik, yakni (1) belajar berpusat pada
siswa, (2) belajar terjadi dalam kelompok kecil, (3) guru berperan sebagai
fasilitator atau penuntun, (4) bentuk masalah difokuskan pada pengaturan dan
merangsang untuk belajar, (5) masalah merupakan sarana untuk membangun
keterampilan pemecahan masalah, (6) informasi baru diperoleh melalui self-
directing learning.
Belajar Berbasis Masalah diterapkan untuk merangsang berpikir tingkat
tinggi siswa dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar
bagaimana belajar (Ibrahim dan Nur, 2000). Peran guru dalam pembelajaran
ini adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi
penyelidikan dan dialog. Lebih penting lagi, guru melakukan scaffolding,
yaitu suatu kerangka dukungan yang memperkaya keterampilan dan
pertumbuhan intelektual siswa. BBM tidak terjadi tanpa guru mengembangkan
lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara
terbuka.
Belajar Berbasis Masalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)
Mengajukan pertanyaan atau masalah. BBM mengorganisasikan pertanyaan
dan masalah yang sangat penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.
Masalah yang diajukan berupa situasi kehidupan nyata/autentik, menghindari
jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk
19

situasi tersebut. (2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. (3) Penyelidikan
autentik. BBM mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk
mencari penyelesaian masalah secara nyata. Mereka harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat
inferensi dan merumuskan simpulan sebagai solusi terhadap masalah yang
diajukan. (4) Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya. BBM
menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata
atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk
penyelesaian masalah yang mereka temukan. (5) Kerja sama. BBM juga
dicirikan oleh siswa bekerjasama antara yang satu dengan lainnya dalam
bentuk berpasangan atau berkelompok (antara 4-8 siswa) dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya. Dalam pembelajarannya, siswa bekerjasama antara
satu dengan yang lain, untuk mengembangkan keterampilan berpikir (Ibrahim
dan Nur, 2000: 5-6).
Belajar berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan
keterampilan intelektual. Di samping itu, BBM memberikan kesempatan
belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi serta menjadi pebelajar yang otonom dan
mandiri (Ibrahim dan Nur, 2000). BBM dapat mengembangkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Hal ini didukung oleh Hastings yang mengemukakan
bahwa belajar berdasarkan masalah dapat mengembangkan keterampilan
berpikir kritis dan analitis serta menghadapkan siswa pada latihan untuk
memecahkan masalah (dalam Arnyana, 2004).
Ibrahim dan Nur (2000) memberikan rasional tentang bagaimana BBM
membantu siswa untuk berkinerja dalam situasi kehidupan nyata dan belajar
pentingnya peran orang dewasa. Mereka lebih lanjut mengungkapkan
bagaimana pembelajaran di sekolah seperti yang dipahami secara tradisional,
berbeda dalam empat hal penting dari aktivitas mental dan belajar yang terjadi
di luar sekolah. Keempat hal tersebut dipaparkan seperti berikut: (1)
Pembelajaran di sekolah berpusat pada kinerja siswa secara individual,
20

sementara di luar sekolah kerja mental melibatkan kerjasama dengan orang
lain. (2) Pembelajaran di sekolah terpusat pada proses berpikir tanpa bantuan,
sementara aktivitas mental di luar sekolah selalu melibatkan alat-alat kognitif
seperti komputer, kalkulator dan instrumen ilmiah lainnya. (3) Pembelajaran
di sekolah mengembangkan berpikir simbolik berkaitan dengan situasi
hipotesis, sementara aktivitas mental di luar sekolah mengharapkan masing-
masing individu berhadapan secara langsung dengan benda dan situasi yang
kongkret. (4) Pembelajaran di sekolah memusatkan pada keterampilan umum,
sementara di luar sekolah memerlukan kemampuan khusus.
Belajar berbasis masalah biasanya terdiri dari 5 tahap yang dimulai dengan
(1) orientasi siswa kepada masalah, (2) mengorganisasikan siswa untuk
belajar, (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4)
mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan (5) menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah (Nur, 2000: 13); Arends, 2004:
406). Jika jangkauan masalahnya sedang-sedang saja, kelima tahapan tersebut
mungkin dapat diselesaikan dalam 2 sampai 3 kali pertemuan. Namun untuk
masalah yang kompleks mungkin akan dibutuhkan setahun penuh untuk
menyelesaikannya. Model belajar berbasis masalah, pada umumnya
diterapkan pada bidang-bidang sains, untuk penerapannya pada bidang
matematika, perlu adanya modfikasi. Secara garis besar kelima langkah
tersebut tetap, yang perlu sedikit penyesuaian adalah pada kegiatan guru dan
kegiatan siswa. Kelima tahapan tersebut secara lengkap disajikan pada tabel.

Tabel 01. Sintaks Model Belajar Berbasis Masalah
Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Tahap I
Orientasi siswa
kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran,
menjelaskan kebutuhan
yang diperlukan dan
memotivasi siswa terlibat
pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya
Siswa menginventarisasi
dan mempersiapkan
kebutuhan yang
diperlukan dalam proses
pembelajaran. Siswa
berada dalam kelompok
yang telah ditetapkan
Tahap 2
Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Guru membantu siswa
mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
Siswa membatasi
permasalahannya yang
akan dikaji
21

Tahap 3
Membimbing
penyelidikan
individual maupun
kelompok
Guru mendorong siswa
untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai,
untuk mendapatkan
penjelasan dan
pemecahan masalah
Siswa melakukan inkuiri,
investigasi, dan bertanya
untuk mendapatkan
jawaban atas
permasalahan yang
dihadapi
Tahap 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil
karya
Guru membantu siswa
dalam merencanakan dan
menyiapkan laporan serta
membantu siswa untuk
berbagai tugas dalam
kelompoknya
Siswa menyusun laporan
dalam kelompok dan
menyajikannya
dihadapan kelas dan
berdiskusi dalam kelas
Tahap 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa
untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan
proses-proses yang
mereka gunakan
Siswa mengikuti tes dan
menyerahkan tugas-tugas
sebagai bahan evaluasi
proses belajar


C. Prestasi Belajar
Prestai belajar dimulai dengan kegiatan atau aktivitas, setelah itu belajar
dan terakhir baru prestai belajar.
1. Aktivitas
Kata Aktivitas berasal dari Bahasa Inggris activity yang artinya
state of action, lireliness or ingorous mation (Webster New American
Dictionary: 12). Apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia kata ini berarti
kebenaran dari perlakuan, kegiatan yang aktif, kegiatan yang aktual atau
giat dalam melakukan gerak-gerik, usul. Dalam bahasa Indonesia aktif
berarti giat belajar, giat berusaha, dinamis, mampu berkreasi dan beraksi
(Kamus Besar Bahasa Indonesia: 32).
Aktivitas merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa, baik
dalam aktivitas jasmani maupun dalam aktivitas rohani. Aktivitas ini jelas
merupakan ciri bahwa siswa berkeinginan untuk mengikuti proses. Siswa
dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemui ciri-ciri seperti berikut (Tim
Instruktur PKG, 1992: 2):
1. Antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran
2. Terjadi interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa
22

3. Siswa terlibat dan bekerjasama dalam diskusi kelompok
4. Terjadi aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
5. Siswa berpartisipasi dalam menyimpulkan materi.
Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dari
(Nana Sudjana, 2000: http://www.scribd.com/doc/90372008):
1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2. Terlibat dalam pemecahan masalah
3. Bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya
4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah
5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis
8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

2. Belajar
Belajar dalam Bahasa Inggris adalah Study yang artinya The act
of using the mind to require knowledge (Webster New American
Dictionary: 1993). Apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia, belajar
adalah perbuatan menggunakan ingatan/pikiran untuk mendapatkan/
memperoleh pengetahuan. Belajar artinya berusaha untuk memperoleh
ilmu atau menguasai suatu keterampilan; juga berarti berlatih (Kamus
Besar Bahasa Indonesia: 27). Selanjutnya belajar juga berarti perubahan
yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat
pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dari praktek yang
dilakukannya (Glosarium Standar Proses, Permen Diknas No. 41 tahun
2007). Dari ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah penggunaan pikiran untuk memperoleh ilmu. Ini berarti bahwa
belajar adalah perbuatan yang dilakukan dari tahap belum tahu ke tahap
mengetahui sesuatu yang baru.
23

Prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar
siswa aktif adalah: stimulus, perhatian dan motivasi, respon, penguatan
dan umpan balik (Sriyono, 1992: http://www.scribd.com/doc/90372081).
D. Prestasi Belajar
1. Aktivitas
Kata Aktivitas berasal dari Bahasa Inggris activity yang artinya
state of action, lireliness or ingorous mation (Webster New American
Dictionary: 12). Apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia kata ini berarti
kebenaran dari perlakuan, kegiatan yang aktif, kegiatan yang aktual atau
giat dalam melakukan gerak-gerik, usul. Dalam bahasa Indonesia aktif
berarti giat belajar, giat berusaha, dinamis, mampu berkreasi dan beraksi
(Kamus Besar Bahasa Indonesia: 32).
Aktivitas merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa, baik
dalam aktivitas jasmani maupun dalam aktivitas rohani. Aktivitas ini jelas
merupakan ciri bahwa siswa berkeinginan untuk mengikuti proses. Siswa
dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemui ciri-ciri seperti berikut (Tim
Instruktur PKG, 1992: 2):
1. Antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran
2. Terjadi interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa
3. Siswa terlibat dan bekerjasama dalam diskusi kelompok
4. Terjadi aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
5. Siswa berpartisipasi dalam menyimpulkan materi.
Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dari
(Nana Sudjana, 2000: http://www.scribd.com/doc/90372008):
1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2. Terlibat dalam pemecahan masalah
3. Bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya
4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah
5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
24

7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis
8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
2. Belajar
Belajar dalam Bahasa Inggris adalah Study yang artinya The act
of using the mind to require knowledge (Webster New American
Dictionary: 1993). Apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia, belajar
adalah perbuatan menggunakan ingatan/pikiran untuk mendapatkan/
memperoleh pengetahuan. Belajar artinya berusaha untuk memperoleh
ilmu atau menguasai suatu keterampilan; juga berarti berlatih (Kamus
Besar Bahasa Indonesia: 27). Selanjutnya belajar juga berarti perubahan
yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat
pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dari praktek yang
dilakukannya (Glosarium Standar Proses, Permen Diknas No. 41 Tahun
2007). Dari ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah penggunaan pikiran untuk memperoleh ilmu. Ini berarti bahwa
belajar adalah perbuatan yang dilakukan dari tahap belum tahu ke tahap
mengetahui sesuatu yang baru.
Prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar
siswa aktif adalah: stimulus, perhatian dan motivasi, respon, penguatan
dan umpan balik (Sriyono, 1992: http://www.scribd.com/doc/90372081).
Juga dikatakan bahwa ativitas belajar berupa keaktifan jasmani dan rohani
yang meliputi keaktifan panca indra, keaktifan akal, keaktifan ingatan dan
keaktifan emosi. Pendapat lain menyatakan bahwa aktivitas belajar
dilakukan dalam bentuk interaksi antara guru dengan siswa dan antara
siswa siswa dengan siswa lain (Abdul, 2002 dalam
http://www.scribd.com/doc/90372081).
Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa belajar
sebenarnya merupakan cara yang membuat siswa aktif, baik dengan
penggunaan cara simulasi, respon, motivasi, penguatan, umpan balik yang
dapat membangkitkan keaktifan jasmani dan rohani siswa sehingga
25

muncul interaksi antar siswa dengan guru begitu juga interaksi antara
siswa yang satu dengan siswa lainnya.
Dengan menggabungkan semua pendapat yang telah disampaikan
serta pengertian-pengertian tentang belajar dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah penggunaan ingatan atau pikiran untuk memperoleh
pengetahuan baru yang belum diketahui sebelumnya dengan penggunaan
cara-cara tertentu seperti simulasi, respon, motivasi, penguatan, umpan
balik yang dapat membangkitkan keaktifan siswa baik jasmani maupun
rohani yang dapat membangkitkan interaksi antara siswa dengan guru serta
siswa dengan siswa lainnya.

3. Aktivitas Belajar
Dari semua pengertian dan pendapat-pendapat tentang aktivitas dan
pengertian-pengertian serta pendapat-pendapat tentang belajar dapat
disimpulkan bahwa aktivitas belajar mempunyai batasan-batasan seperti:
1) kebenaran perlakuan, 2) ada partisipasi, 3) kegiatan aktual atau
keikutsertaan baik jasmani maupun rohani, 4) antusiasme, 5) interaksi
siswa dengan guru, siswa dengan siswa lainnya, 6) penerapan secara
aktual apa yang telah diporoleh.
Prestasi belajar ................ sama dengan prestasi belajar bidang studi yang
lain merupakan hasil dari proses belajar siswa dan sebagaimana biasa
dilaporkan pada wali kelas, murid dan orang tua siswa setiap akhir semester
atau akhir tahun ajaran.
Prestasi belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat penting bagi
anak didik, pendidik, orang tua/wali murid dan sekolah, karena nilai atau
angka yang diberikan merupakan manifestasi dari prestasi belajar siswa dan
berguna dalam pengambilan keputusan atau kebijakan terhadap siswa yang
bersangkutan maupun sekolah. Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa
yang dapat diukur, berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai
siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Djamarah (1994:23) mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
26

individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Kalau perubahan tingkah
laku adalah tujuan yang mau dicapai dari aktivitas belajar, maka perubahan
tingkah laku itulah salah satu indikator yang dijadikan pedoman untuk
mengetahui kemajuan individu dalam segala hal yang diperolehnya di sekolah.
Dengan kata lain prestasi belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang
dimiliki oleh siswa sebagai akibat perbuatan belajar atau setelah menerima
pengalaman belajar, yang dapat dikatagorikan menjadi tiga ranah, yakni ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dengan mengkaji hal tersebut di atas, maka faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar menurut Purwanto (2000: 102) antara lain: (1)
faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang dapat disebut faktor
individual, seperti kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi,
dan faktor pribadi, (2) faktor yang ada diluar individu yang disebut faktor
sosial., seperti faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara
mengajamya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan
dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. Dalam penelitian ini factor
ke 2 yaitu factor yang dari luar seperti guru dan cara mengajarnya yang akan
menentukan prestasi belajar siswa. Guru dalam hal ini adalah kemampuan atau
kompetensi guru, pendidikan dan lain-lain. Cara mengajarnya itu merupakan
factor kebiasaan guru itu atau pembawaan guru itu dalam memberikan
pelajaran. Juga dikatakan oleh Slamet (2003: 54-70) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua
golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstem. Faktor intern diklasifikasi
menjadi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor
kelelahan. Faktor jasmaniah antara lain: kesehatan, cacat tubuh. Faktor
psikologis antara lain: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
kesiapan. Faktor kelelahan antara lain: kelelahan jasmani dan rohani.
Sedangkan faktor ekstern digolongkan menjadi tiga faktor yaitu: faktor
keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat. Faktor keluarga antara lain: cara
orang tua mendidik, relasi antara keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan
ekonomi keluarga. Faktor sekolah antara lain: metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran
27

dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan
tugas rumah. Faktor masyarakat antara lain: kegiatan siswa dalam masyarakat,
mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Peningkatan
prestasi belajar yang penulis teliti dalam hal ini dipengaruhi oleh factor
ekstern yaitu metode mengajar guru.
Sardiman (1988: 25) menyatakan prestasi belajar sangat vital dalam dunia
pendidikan, mengingat prestasi belajar itu dapat berperan sebagai hasil
penilaian dan sebagai alat motivasi. Adapun peran sebagai hasil penilaian dan
sebagai alat motivasi diuraikan seperti berikut.
Dalam pembahasan sebelumnya telah dibicarakan bahwa prestasi belajar
adalah hasil penilaian pendidikan tentang kemajuan prestasi siswa setelah
melakukan aktivitas belajar. Ini berarti prestasi belajar tidak akan bisa
diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktivitas belajar siswa. Fungsi
prestasi belajar bukan saja untuk mengetahui sejauhmana kemajuan siswa
setelah menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi yang lebih penting adalah sebagai
alat untuk memotivasi setiap siswa agar lebih giat belajar, baik secara
individu maupun kelompok. Dalam pembahasan ini akan dibicarakan
mengenai prestasi belajar sebagai hasil penilaian dan pada pembahasan
berikutnya akan dibicarakan pula prestasi belajar sebagai alat motivasi.
Prestasi belajar sebagai hasil penilaian sudah dipahami. Namun demikian
untuk mendapatkan pemahaman, perlu juga diketahui, bahwa penilaian adalah
sebagai aktivitas dalam menentukan rendahnya prestasi belajar itu sendiri.
Abdullah (dalam Mamik Suratmi, 1994: 22), mengatakan bahwa fungsi
prestasi belajar adalah: (a) sebagai indikator dan kuantitas pengetahuan yang
telah dimiliki oleh pelajar, (b) sebagai lambang pemenuhan keingintahuan, (c)
informasi tentang prestasi belajar dapat menjadi perangsang untuk
peningkatan ilmu pengetahuan dan (d) sebagai indikator daya serap dan
kecerdasan murid.
Mohammad Surya (1979), mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
antara lain dari sudut si pebelajar, proses belajar dan dapat pula dari sudut
situasi belajar.
28

Bila kita coba lihat lebih dalam dari pendapat di atas, maka prestasi belajar
dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor dari si pebelajar sendiri atau faktor
dalam diri siswa dan faktor luar. Faktor dalam diri siswa seperti IQ, motivasi,
etos belajar, bakat, keuletan, dan lain-lain sangat berpengaruh pada prestasi
belajar siswa.
Penjelasan Surya selanjutnya adalah: dari sudut si pembelajar (siswa),
prestasi belajar seseorang dipengaruhi antara lain oleh kondisi kesehatan
jasmani siswa, kecerdasan, bakat, minat, motivasi, penyesuaian diri dan
kemampuan berinteraksi siswa. Sedangkan yang bersumber dari proses
belajar, maka kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran sangat
menentukan prestasi belajar siswa. Guru yang menguasai materi pelajaran
dengan baik, menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat,
mampu mengelola kelas dengan baik dan memiliki kemampuan untuk
menumbuhkembangkan motivasi belajar siswa untuk belajar, akan memberi
pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan situasi
belajar siswa, meliputi situasi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
sekitar.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang berbentuk angka
sebagai simbol dari ketuntasan belajar bidang studi sejarah. Prestasi belajar ini
sangat dipengaruhi oleh factor luar yaitu guru dan metode. Hal inilah yang
menjadi titik perhatian peneliti di lapangan.
Terkait dengan penelitian ini, untuk mengukur prestasi belajar ...................
digunakan tes hasil belajar, dengan mengacu pada materi pelajaran ..................
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku di sekolah
ini.

E. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran Problem Based Learning diseting memiliki bentuk
yang diawali dengan sebuah masalah dimana instruktur sebagai pelatih,
diakhiri penyajian dan kerja siswa, guru lebih sebagai pembimbing dan
fasilitator, siswa diupayakan berpikir untuk memecahkan masalahnya sendiri.
29

Pemusatan masalah disekitar materi pelajaran, kemampuan siswa mewujudkan
hipotesis, kemampuan menyajikan hasil karya, menuntuk kemampuan
menganalisis, mempresentasikan hasil, pengembangan kreativitas berpikir,
menuntut kemampuan menyampaikan konsep-konsep terkait materi. Model ini
menuntut kemampuan guru sebagai motivator dan fasilitator, kemampuan
mengajar kelompok kecil, guru merupakan kunci keberhasilan pembelajaran,
kelompok bisa lebih banyak 5-8 orang. Unit-unit pelajaran ditukar untuk
setiap anggota kelompok. Guru harus menghindari ceramah, masalah
disampaikan sebagai stimulus sehingga pembelajaran menantang, kemampuan
metakognisi (mengolah data), siswa diupayakan memiliki kemampuan lebih
dari menggali semua masalah yang ada dan kemampuan membandingkan
temuan-temuannya dengan temua orang lain, sehingga siswa menjadi sangat
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Model ini menuntut kegiatan
intelektual metode belajar sendiri, memproses apa yang mereka telah dapatkan
dalam pikirannya untuk menjadi sesuatu yang bermakna. Mereka diupayakan
untuk lebih produktif, mampu membuat analisa membiasakan mereka brpikir
kritis, dapat mempresentasikan apa yang telah dipelajari. Model ini juga bisa
diupayakan untuk pengembangan kemampuan akademik, menghindarkan
siswa belajar dengan hapalan, dapat memberikan tambahan kemampuan untuk
dapat mengasimilasikan dan mengakomodasikan informasi, serta menuntut
kemampuan pemecahan dengan latihan khusus untuk mempertinggi daya ingat
dengan berlatih untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang ada.

F. Hipotesis Tindakan
Dengan semua paparan di atas, dapat disampaikan hipotesis atau dugaan
sementara yang bunyinya:
Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning
dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas...... pada Semester
.......... Tahun ajaran ............... SMA .....................



30

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian tindakan. Oleh karenanya,
rancangan yang khusus untuk sebuah penelitian tindakan sangat diperlukan.
Penelitian tindakan didasarkan pada filosofi bahwa setiap manusia tidak suka
atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik.
Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai
tujuan tercapai (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 67).
Dalam melaksanakan penelitian, rancangan merupakan hal yang sangat
penting untuk disampaikan. Tanpa rancangan, bisa saja alur penelitian akan
ngawur dalam pelaksanaannya.
Untuk penelitian ini penulis memilih rancangan penelitian tindakan yang
disampaikan oleh ........................ seperti terlihat pada gambar berikut.

















31

Model No. 1 (Model Ebbut) (Desain 1)
Model Ebbut merupakan salah satu model PTK yang dikembangkan oleh
Dave Ebbut.
Gambar 2
Penelitian Tindakan Model Ebbut (1985)




























IDE AWAL
Temuan dan Analisa
Rencana Umum
Langkah Tind. 1
Langkah Tind. 2
Langkah Tind. 3

Implementasi
Langkah Tindk. 1

Minitor Implementasi
dan Efeknya

Penjelasan kegagalan
untuk implementasi

Revisi rencana umum
Rencana diperbaiki
Langkah Tind. 1
Langkah Tind. 2
Langkah Tind. 3

Implementasi
langkah berikut
Monitor implementasi
dan efek

Jelaskan setiap
implementasi dan efek

Revisi ide umum

Rencana diperbaiki
Langkah Tind. 1
Langkah Tind. 2
Langkah Tind. 3

Implementasi
langkah berikut
Monitor implementasi
dan efek

D
A
U
R

1
D
A
U
R

2
D
A
U
R

3
32

Model No. 2 (Kemmis dan Mc. Taggart) (Desain 2)

Gambar 3
Penelitian Tindakan Model Spiral (Kemmis & Mc Taggart, 1988)


















Sebagai alur PTK, Kemmis dan Mc. Taggart memberi contoh sebagai
berikut:
1. Siswa mengira bahwa sain sekedar mengingat fakta dan bukan proses
inkuiri. Bagaimana saya dapat merangsang inkuiri pada siswa? Apakah
dengan mengubah teknik bertanya? Teknik bertanya yang sama?

Menukar strategi bertanya agar siswa dapat menggali jawaban atas
pertanyaan sendiri.



R
E
F
L
E
C
T

T
A
Plan

Plan

Plan

Plan

R
E
F
L
E
C
T

T
A
1
2
5
6
4
3
8
7
33

Model No. 3 (Elliot) (Desain 3)

Gambar 4
Penelitian Tindakan Model Elliot (1991)























Ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam memahami langkah-
langkah yang ada di dalam model PTK yang dikembangkan oleh Ebbut, Elliot,
dan Kemmis. Bila guru akan menerapkan atau mengadopsi untuk penelitian
tindakan kelas.

Ide Umum
Reconnaissance
Rencana
Menyeluruh
Memperbaiki/
Mengubah

Tindakan 2 dst Tindakan 1

Tindakan 3 dst

Tindakan 2 dst
atau
Monitor dan
reconnaissance

Pengintaian/
Peninjauan
Rencana
Menyeluruh
Rencana
Menyeluruh
atau
atau
34

Model No. 4 (Mc. Kernan) (Design 4)

Gambar 5
Penelitian Tindakan Model Mc. Kernan ((1991)














Diadopsi dari (Sukidin, Basrowi, Suranto, 2002: 46 54)
Perlu diketahui bahwa sebenarnya model-model ini lebih memberikan
gambaran garis besar proses daripada suatu teknologi. Urutan langkah-langkah
memang diperlihatkan, tetapi hanya sedikit sekali yang menyinggung soal
apanya dan bagaimana antara langkah-langkah ini. Tidak mengherankan
kalau model-model ini dapat membingungkan para praktisi. Bahkan Ebbut
sendiri mengakui bahwa gambar Elliot cenderung sulit untuk dimengerti.








TINDAKAN DAUR I
Tindakan perlu perbaikan

DAUR 2
Penerapan Definisi
masalah
Evaluasi
tindakan
Need
assessement
Implementasi
tindakan
Hipotesis ide
Develop action plan T 1
Penerapan Redefine
problem
Evaluate
action
Need
assessement
Impl. Revise
plan
New
hypothesis
Revise action plan T 2
dst
35

Model No. 5

Gambar 6. Rancangan Penelitian






















Diadopsi dari Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi (2006: 67)






Permasalahan

Siklus I
Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan
Tindakan I
Refleksi
I
Pengamatan/
Pengumpulan Data
I
Perencanaan
Tindakan II

Pelaksanaan
Tindakan II

Refleksi
II

Pengamatan/
Pengumpulan Data
II

Permasalahan baru
hasil refleksi
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
Apabila
permasalahan belum
terselesaikan

Siklus II
36

B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas......... SMA Negeri
.......................... Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 02. Nama-nama siswa Kelas ..... SMA Negeri ..........................
No Nama Siswa
1 Abdurrahman
2 Saleh
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30






37

2. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini adalah peningkatan aktivitas dan
prestasi belajar siswa kelas ....... SMA Negeri ......................... setelah
diterapkan model Problem Based Learning dalam proses pembelajaran.

C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan .................... sampai bulan
...................... Sebagai gambaran dari pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut:















38

Tabel 03. Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Des 2010 Jan 2011 Feb 2011 Mar 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan proposal dan
perencanaan tindakan I

2. Pelaksanaan tindakan I
3. Pengamatan/pengumpulan data I
4. Refleksi I

5. Perencanaan tindakan II
6. Pelaksanaan tindakan II
7. Pengamatan/ pengumpulan data II
8. Refleksi II
9. Penulisan laporan/ penjilidan
39

D. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data penelitian ini digunakan observasi dan tes
prestasi belajar.

E. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini
adalah metode deskriptif baik untuk data kualitatif maupun untuk data
kuantitatif. Untuk data kualitatif dianalisis dengan memberi pertimbangan-
pertimbangan, memberi komentar-komentar, mengklasifikasikan data,
mencocokan dengan validitas internal dan validitas eksternal, mencari
hubungan-hubungan, mencari perbandingan-perbandingan, mengkategorikan
data dan selanjutnya membuat kesimpulan refleksi dengan mencari makna dari
kesimpulan hubungan antarkategori.
Sebelum melakukan analisis kualitatif sebaiknya kita mencoba melihat
pendapat para ahli analisis. Menurut Matthew B. Miles dan A. Michael
Hubberman (1992: 390), dalam penelitian kualitatif cendrung diabaikan. Ini
terjadi karena inti penelitian kualitatif adalah menjangkau sesuatu yang lebih
dari sekedar, yang dapat dikatakan kepada kita akan pentingnya kualitas
tersebut. Selanjutnya dikatakan, akan tetapi sebagaimana yang kita perhatikan
sebelumnya, terjadi banyak perhitungan pada saat penentuan kualitas dibuat.
Jadi dalam penelitian kualitatif perlu diketahui, yang pertama-tama adalah
bahwa kita juga menghitung.
Untuk data kuantitatif dianalisis dengan mencari mean, median, modus,
standar deviasi, membuat interval kelas dan melakukan penyajian dalam
bentuk tabel dan grafik.







40

F. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian
Sebelum sampai pada instrumen penelitian, yang mesti dibuat terlebih
dahulu adalah kisi-kisi instrumen penelitian. Kisi-kisi ini sangat penting dibuat
untuk memberi arah terhadap hal-hal yang dipertanyakan dalam instrumen
penelitian. Tujuan penyusunan kisi-kisi instrumen adalah merencanakan
setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan tes dan bagian-bagiannya,
sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi
penyusunan tes, terlebih-lebih bagi penulis soal (Suryabrata, 2000: 60-61).
1. a. Kisi-kisi Instrumen Prestasi Belajar
Tabel 04. Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar
No
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Materi Indikator Bentuk Tes



























41

b Kisi-kisi Instrumen Prestasi Belajar
Tabel 05. Kisi-kisi Observasi Kegiatan Belajar Problem Based Learning
No Nama Siswa
Memeriksa
Materi
Menemukan
Menunjukkan
Kemampuan
Analisis
Kritis
Pelajaran
Berpusat
pada
Siswa
Konsep
Diri
Interpretasi
Siswa
Kecepatan
Menanggapi
Peneloran
Kesimpulan

























42

2. Instrumen Penelitian
a. Instrumen Penilaian Prestasi Belajar Siswa
Instrumen yang digunakan untuk menilai prestasi belajar siswa
kelas......... adalah tes. Tes ini terdiri dari...... soal dengan bentuk tes
adalah......., seperti terlihat di bawah ini.

Tes Prestasi Belajar : .....................
Hari/Tanggal :
Petunjuk : Jawablah ................................























43

b. Instrumen Observasi Belajar Problem Based Learning
Instrumen ini disajikan dalam upaya mendapat bandingan terhadap
kebenaran data yang didapat. Instrumen ini sangat berguna untuk
mencek apakah kenaikan prestasi belajar itu disebabkan oleh pengaruh
model pembelajaran Problem Based Learning. Variabel ini termasuk
variabel penyela (intervening variable) yang kemungkinan berpengaruh
terhadap hubungan antara variabel bebas (model Problem Based
Learning) dengan variabel terikat (prestasi belajar).
























44

Tabel 06. Instrumen Observasi Kesesuaian Belajar Problem Based Learning
Keterangan Penilaian:
1. Sangat tidak sesuai dengan pembelajaran Problem Based Learning
2. Tidak sesuai dengan pembelajaran Problem Based Learning
3. Sesuai dengan pembelajaran Problem Based Learning
4. Sangat sesuai dengan pembelajaran Problem Based Learning
No Nama Siswa
Siswa Giat
Memeriksa
Materi
Siswa
Menemukan
Hal-hal
Penting dari
Materi
Siswa
Menunjukkan
Kemampuan
Analisis
Siswa
Kritis
Pembelajaran
Betul
Berpusat
Pada Diri
Siswa
Kemampuan
Memecahkan
Masalah
Lewat
Masalah
Siswa
Menunjukkan
Kemampuan
Lebih
Memproses
Sesuatu yang
Bermakna
Siswa Cepat
Menanggapi
Tuntutan
Siswa
Mampu
Menelorkan
Kesimpulan-
kesimpulan
Skor
1-4
Jumlah
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
45

G. Indikator Keberhasilan Penelitian
Dalam penelitian ini diusulkan tingkat keberhasilan per siklus yaitu pada
prestasi belajar siswa diharapkan pada siklus I mencapai rata-rata 6,5 dan pada
siklus II mencapai nilai rata-rata 8,5.




























46

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Pada Bab IV ini penulis sampaikan data yang diperoleh dari penelitian
tindakan ini secara rinci berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA
Negeri .......................... Sebelum menyampaikan hasil-hasil penelitian ada
baiknya dilihat dahulu pendapat para ahli pendidikan berikut: dalam
menyampaikan hasil penelitian dan pembahasan, perlu menyajikan uraian
masing-masing siklus dengan data lengkap mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek
keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal yang
mendasar, yaitu hasil pembahasan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan,
guru, motivasi dan aktivits belajar, situasi kelas dan hasil belajar, kemukakan
grafik dan tabel hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi
disertai pembahasan secara sistimatis dan jelas (Suharsimi Arikunto,
Suhardjono, Supardi, 2006: 83). Dari cuplikan di atas jelaslah apa yang harus
dipaparkan dalam Bab ini yaitu menulis lengkap mulai dari apa yang dibuat
sesuai perencanaan, hasilnya apa, bagaimana pelaksanaanya, apa yang telah
dicapai, sampai pada refleksi. Oleh karenanya pembicaraan pada bagian ini
dimulai dengan apa yang dilakukan pada bagian perencanaan, apa yang
dilakukan pada pelaksanaan, apa yang dilakukan pada pengamatan dan apa
yang dilakukan pada refleksi, seperti terlihat berikut ini.
1. Rencana Tindakan I
Hasil yang didapat dari kegiatan perencanaan meliputi:
a. Menyusun perencanaan penelitian lengkap dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan dengan
metode Problem Based Learning sepeti terlihat pada lampiran 3.
Berdasar hasil awal kemampuan siswa kelas..... yang tertera pada latar
belakang, peneliti merencanakan kegiatan yang lebih intensif seperti
berkonsultasi dengan teman-teman guru dan kepala sekolah tentang
47

persiapan pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Problem
Based Learning.
b. Menentukan waktu pelaksanaan, yang menyangkut hari, tanggal,
sesuai dengan jadwal penelitian yaitu pada minggu ke..... bulan....
c. Meminta teman-teman guru bidang studi sejenis dan kepala sekolah
sebagai mitra kesejawatan dalam pelaksanaan pembelajaran Problem
Based Learning yang sudah direncanakan. Hasilnya adalah kesiapan
teman-teman guru untuk ikut melaksanakan supervisi kunjungan kelas
dalam mengamati kekurangan yang ada.
d. Menyusun format pengecekan yang berhubungan dengan pembelajaran
Problem Based Learning.
e. Teman guru yang diminta mengamati pembelajaran diupayakan
pembekalan tentang model pembelajaran ini dengan:
a) Supervisor harus sudah mantap dan mengetahui metode
pembelajaran yang menggunakan Problem Based Learning dan
kehadirannya di kelas bukan mencari kesalahan, tetapi untuk
kepentingan bersama yaitu memperbaiki pembelajaran.
b) Supervisor telah diberitahu untuk lebih memahami tentang prinsip-
prinsip supervisi sehingga tidak lagi cenderung instruktif dan lebih
bersahabat dengan prinsip kesejawatan.
c) Dalam pelaksanaan supervisi, supervisor diharapkan menunjukkan
rasa kesejawatan yang akrab dan mau menilai kebenaran yang ada.
f. Peneliti memberikan penjelasan pada siswa bahwa kehadiran
supervisor ke kelas bukan untuk mencari kesalahan atau kelemahan
guru dalam pembelajaran, tapi untuk meningkatkan kemampuan siswa
menguasai ilmu.
g. Merencanakan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan. Menentukan
bahan pelajaran, dengan cara menyesuaikan dengan silabus yang
berlaku dan penjabarannya dengan cukup baik.
h. Memilih dan mengorganisaasikan materi, media, dan sumber belajar.
Pada siklus pertama ini, peneliti mengorganisasikan materi
pembelajaran dengan baik. Urutan penyampaiannya dari yang mudah
48

ke yang sulit, cakupan materi cukup bermakna bagi siswa, menentukan
alat bantu mengajar. Sedangkan dalam penentuan sumber belajar sudah
disesuaikan dengan tujuan, materi pembelajaran dan tingkat
perkembangan peserta didik.
i. Merancang skenario pembelajaran.
Skenario pembelajaran disesuikan dengan tujuan, materi dan tingkat
perkembangan siswa, diupayakan variasi dalam penyampaian. Susunan
dan langkah-langkah pembelajaran sudah disesuaikan dengan tujuan,
materi, tingkat perkembangan siswa, waktu yang tersedia,
sistematiknya adalah menaruh siswa dalam posisi sentral, mengikuti
perubahan strategi pendidikan dari pengajaran ke pembelajaran sesuai
Permen Diknas No. 41 Tahun 2007 dan menyesuaikan dengan model
pembelajaran Problem Based Learning.

2. Pelaksanaan Tindakan I
a. Pengelolaan Kelas
Mengelola kelas dengan persiapan yang matang, mengajar materi
dengan benar sesuai model pembelajaran Problem Based Learning.
b. Alat Penilaian
Pembahasan dan jenis penilaian, terlampir di RPP berikut format
penilaian.
c. Penampilan
Penampilan secara umum, peneliti berpakaian rapi, menggunakan
bahasa yang santun, menuntun siswa semaksimal mungkin dengan
penggunaan metode Problem Based Learning, diawali dengan
penyampaian tujuan, berlanjut dengan penyampaian masalah,
mengajari siswa-siswa dalam belajar berhubungan dengan masalah
tersebut, pemberian cara-cara pemecahan masalah, mengupayakan
kemampuan membuat laporan. Setelah pembelajaran selesai dilakukan,
dilanjutkan dengan mengadakan pertemuan dengan guru yang
mengawasi proses pembelajaran untuk mendiskusikan hasil
pengamatan yang dilakukan.
49

d. Dari diskusi dengan guru, terungkap bahwa:
1. Pembelajaran yang dilakukan belum maksimal, karena peneliti
baru pertamakali mencoba metode ini.
2. Siswa-siswa memang belum aktif menerima pelajaran dan
memberi tanggapan, ini sesuai dengan tujuan metode Problem
Based Learning.
3. Peneliti mengusulkan agar guru yang mengamati mau kembali dan
bersedia mengamati kembali pada kesempatan di siklus II.
4. Untuk sementara, peneliti belum yakin bahwa pelaksanaan
supervisi kunjungan kelas akan membantu meningkatkan
kemampuan siswa, tetapi menurut pemikiran pengamat, cara yang
dilakukan peneliti cukup mampu mendorong meningkatkan
prestasi belajar.
5. Penyampaian pengamat pada peneliti dapat disampaikan sebagai
berikut:
Perlu pengelolaan ruangan, waktu, dan fasilitas belajar yang lebih
baik.
Dalam mengelola ruang kelas, waktu serta fasilitas belajar, dapat
dipaparkan sebagai berikut:
1) Peneliti menyediakan alat bantu/media pembelajaran.
2) Peneliti kurang memperhatikan kebersihan papan tulis,
kebersihan seragam siswa, dalam hal lain yang berguna untuk
menumbuhkan motivasi belajar dan disiplin siswa.
3) Peneliti belum begitu baik dalam waktu. Memulai pelajaran
tidak tepat waktu akibat hal-hal tertentu.

3. Observasi/Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan sangat bervariasi. Penulis menggunakan
guru teman sejawat untuk ikut masuk kelas mengamati kebenaran
pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model Problem Based
Learning. Data yang diperoleh dari kegiatan observasi yang dilakukan
guru akan sangat berpengaruh terhadap kemajuan peneliti dalam
50

menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning mengingat
semua kelemahan peneliti akan teramati dengan baik. Apabila peulis
hubungkan dengan yang disebut variabel penyela atau variabel intervening
dimana ada hal-hal tertentu yang bisa mempengaruhi hubungan antara
variabel bebas yaitu model pembelajaran Problem Based Learning dengan
variabel terikat yaitu pretasi belajar. Hal tertentu yang dibicarakan adalah
kebenaran pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning.
Apabila pelaksanaannya tidak benar sudah tentu akan berpengaruh
terhadap hasil belajar.
Pengamatan oleh teman sejawat seperti yang dipaparkan di atas sangat
perlu dilakukan demi keberhasilan peningkatan mutu dan kebenaran
pembelajaran model Problem Based Learning. Hal tersebut penulis
lakukan demi adanya upaya inovasi agar tulisan ilmiah ini lebih berdaya
guna dan berhasil guna.
Selain pengmatan yang dilakukan oleh teman sejawat, upaya lain yang
penulis lakukan adalah menyusun blanko observasi terhadap kebenaran
siswa belajar dengan Problem Based Learning, yang diamati adalah
tuntutan-tuntutan terhadap kreativitas; penemuan sendiri oleh siswa;
penekanan pada kegiatan intelektual; memproses pengalaman belajar
menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan nyata; membiasakan
siswa lebih produktif, analitis, kritis; penggunaan metode, teknik, dan
strategi yang memungkinkan siswa mencari dan menemukan jawaban
sendiri secara optimal. Selain itu, model ini menuntut kemampuan
pemecahan masalah untuk peningkatan kepuasan intelektual,
mempertajam proses ingatan untuk penguasan lebih lama, pembelajaran
lebih terpusat pada siswa, menghindarkan diri dari belajar dengan hafalan,
menumbuhkan kemampuan mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah: a) merumuskan masalah, bisa
berupa pertanyaan untuk dapat melakukan penelitian, b) mencek apakah
hasil pengamatan siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan, c)
pengumpulan data/informasi, d) mengnalisis informasi, e) membuat
simpulan-simpulan berdasar hasil analisis informasi dan mengevaluasi
51

semua yang telah dilakukan. Dari semua pengertian di atas, penulis sudah
menyiapkan instrumen untuk ketepatan pelaksanaan yang dibawa oleh
guru dan siswa yang mengamati proses pembelajaran.


4. Refleksi Siklus I
Sebelum memulai refleksi, ada baiknya melihat pendapat pakar
pendidikan tentang apa yang dimaksud dengan refleksi. Pendapat ini akan
merupakan panduan terhadap cara atau hal-hal yang perlu dalam menulis
refleksi. Refleksi merupakan kajian secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan
evaluasi guna menyempurnakan tindakan. Refleksi menyangkut analisis,
sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang
dilakukan (Hopkin, 1993 dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi,
2006: 80).
1) Analisis kuantitatif prestasi belajar siswa siklus I
Sesuai data pada lampiran 4.
1. Rata-rata (mean) yang diperoleh adalah....................................
2. Median (titik tengahnya) adalah ...............................................
3. Modus (angka yang paling banyak/paling sering muncul) .........
4. Standar deviasi dihitung dengan rumus:
SD =


SD =


SD = ..............







52

No Subjek
Penelitian
Nilai
(X)
(X-x) (X-x)
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
X
X X




5. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal
berikut dihitung terlebih dahulu.
1. Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 x Log (N) = ........
2. Rentang kelas (r) = skor maksimum skor minimum
3. Panjang kelas interval (i) =




53

4. Tabel data kelas interval
No
Urut
Interval
Nilai
Tengah
Frekuensi
Absolut
Frekuensi
Relatif
1
2
3
4
5
6
Total ...........

Frekuensi Relatif =


x 100

5. Penyajian dalam bentuk grafik/histogram
Contoh Histrogram











Grafik 01. .......................................................

Untuk rekapitulasi hasil penelitian ini akan disampaikan
sekaligus pada akhir analisis refleksi siklus II. Untuk hasil
analisis pengamatan guru dan pengamatan siswa terhadap
kebenaran pelaksanaan pembelajaran Problem Based Learning
dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8. Untuk kedua hail
pengataman tersebut dapat disampaikan sebagai berikut: 1)
pengamatan oleh guru berupa catatan kesalahan peneliti pada
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
4 5 6 7 8
54

saat melaksanakan proses pembelajaran Problem Based
Learning, hal ini menjadi masukan yang sangat berharga untuk
perbaikan pada siklus selanjutnya, untuk hal ini lebih
lengkapnya dapat dilihat pada pembahasan. 2) untuk
pengamatan yang dilakukan guru sudah jelas menunjukkan
keaktifan, keuletan, kreativitas, kegiatan siswa menemukan
sendiri, mencari hal-hal penting yang ditugaskan, menunjukkan
kemampuan aktivitas, kritis, betul siswa yang giat belajar dan
bukan guru yang giat mengajar, kemampuan memecahkan
masalah lewat, kecepatan menanggapi tuntutan, kemampuan
menelorkan kesimpulan-kesimpulan. Jumlah semua skor siswa
adalah ......., setelah dirata-ratakan maka skor yang diperoleh
adalah ....... dari analisis yang dibuat, dapat diambil simpulan
bahwa hasil yang didapat belum menunjukkan keberhasilan
pembelajaran Problem Based Learning yang dilakukan guru.

2. Siklus II
1. Perencanaan
Melihat semua hasil yang didapat pada siklus I, baik refleksi data
kualitatif maupun refleksi data kuantitatif, maka untuk perencanaan
pelaksanaan penelitian di siklus II ini ada beberapa hal yang perlu
dilakukan yaitu:
a. Peneliti merencanakan kembali jadwal untuk melakukan
pembelajaran di kelas dengan melihat jadwal penelitian pada Bab
III dan waktu dalam kalender pendidikan. Hasil dari refleksi siklus
I merupakan dasar dari pembuatan perencanaan di siklus II ini.
b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik serta
membuat instrumen pengumpulan data yaitu tes prestasi belajar.
c. Merencanakan kunjungan kelas bersama-sama teman sejawat
sebagai upaya inovasi. Untuk ini peneliti berkonsultasi minta
kesediaannya untuk ikut dalam proses pembelajaran yang
dilakukan. Inovasi ini dilakukan agar peneliti dapat berupaya lebih
55

maksimal untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih baik dan
lebih berkualitas. Hasil konsultasi dengan teman sejawat adalah
adanya kesiapan untuk ikut melakukan supervisi kunjungan kelas.
Guru yang akan mengobservasi diberitahu bahwa penulis sudah
sempat berkonsultasi dengan kepala sekolah dan beliau akan ikut
berpartisipasi, masuk ke ruangan untuk bersama-sama melakukan
supervisi. Hal ini diberitahukan pada guru dengan harapan agar
guru yang akan mengobservasi bisa lebih siap lagi untuk
melakukan supervisi yang lebih berkualitas, ini juga penulis
lakukan sebagai tambahan inovasi.
d. Bersama guru merancang skenario penerapan pembelajaran dengan
melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I dengan
mengidentifikasi hal-hal yang bisa dilakukan untuk peningkatan
pembelajaran. Untuk hal ini, semua catatan tentang kekurangan
yang ada di siklus I yang merupakan hasil refleksi disampaikan
pada guru untuk dipelajari. Memberitahu guru apa-apa yang perlu
dilaksanakan, apa saja yang siswa mesti kerjakan, cara penerapan
metode Problem Based Learning yang benar sesuai kebenaran teori
yang disampaikan.

2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini disampaikan sebagai
berikut:
a. Pada hari yang sudah ditentukan sesuai jadwal, peneliti memulai
tahap pelaksanaan tindakan dengan membawa semua persiapan
yang sudah dibuat, meminta guru dan keplaa sekolah untuk ikut
mengamati pembelajaran, membagikan instrumen pengamatan. Hal
ini dilakukan dengan harapan peneliti akan lebih bersemangat
untuk dapat melaksanakan pembelajaran lebih serius. Dengan
kepala sekolah ikut mengamati berarti ada orang lain yang mesti
dilihat oleh siswa yang akan menimbulkan keseriusan mereka yang
lebih dari biasanya. Peneliti membawa instrumen pengamatan
56

observasi keaktifan belajar dan instrumen tes prestasi belajar.
Setelah masuk kelas bersama guru yang akan mengamati proses
pembelajaran, peneliti memulai aktivitas pembelajaran sambil
mempersilahkan kepala sekolah dan guru yang mengamati duduk
di bangku paling belakang yang sudah disediakan. Setelah
pelaksanaan pembelajaran berjalan, tiba-tiba kepala sekolah dicari
oleh pegawainya karena ada urusan kantor, sehingga pengamatan
melaksanakan pembelajaran hanya dilanjutkan oleh guru yang
penulis minta untuk mengobservasi proses selanjutnya. Terlihat
sepintas guru yang mengamati proses pembelajaran sangat aktif
menulis hal-hal yang terjadi di kelas untuk memberi penilaian
terhadap kemampuan dan profesionalisme guru sedangkan di
depan kelas peneliti sibuk dengan pelaksanaan pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas. Pada pembelajaran inti peneliti
melaksanakan explorasi, elaborasi dan konfirmasi dan terakhir
peneliti melaksanakan penutupan pembelajaran. Untuk
pelaksanaan explorasi, elaborasi dan konfirmasi bagian-bagiannya
cukup banyak dan penulis tidak paparkan panjang lebar karena
kegiatan yang mesti dilakukan seperti diskusi, presentasi dan lain-
lain sudah bisa dibaca pada instrumen rencana pelaksanaan
pembelajaran yang dilampirkan di lampiran 9.

3. Observasi/Penilaian
Penilaian terhadap kebenaran pelaksanaan pembelajaran Problem
Based Learning didahului dengan menctat hal-hal penting seperti
aktivitas belajar yang dilakukan pada saat peneliti melakukan tindakan.
Dari catatan-catatan yang cepat tersebut penulis mengetahui bagian
mana yang mesti diperbaiki, dibagian mana diperlukan penekanan-
penekanan, dibagian mananya perlu diberi saran-saran serta
penguatan-penguatan. Di samping itu adanya guru yang mengamati
proses pembelajaran akan sangat membantu untuk mengetahui lebih
jelas kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama pross pembelajaran.
57

Guru yang mengamati mencatat juga kreativitas siswa, kemauan siswa
untuk ikut berpartisipasi dalam pembelajaran, kontribusi diantara para
siswa. Semua ini sudah terlaksana dengan baik. Pelaksanaan tes
prestasi belajar akhirnya dilanjutkan minggu depannya karena setelah
guru melakukan proses pembelajaran, waktu untuk memberikan tes
tidak mencukupi sehingga dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.
Hasil tes prestasi belajar siswa siklus II akan dibahas pada refleksi II.

4. Refleksi Siklus II
Analisis Kuantitatif untuk Perolehan Nilai Tes Prestasi Belajar
Siklus II
Sesuai data pada lampiran 12.
1. Rata-rata (mean) hasil tes prestasi belajar siswa adalah ............
2. Median (titik tengahnya) adalah ............................................
3. Modus (atau angka yang paling sering muncul) adalah.......
4. Standar deviasi

= ............................
5. Untuk menyajikan data tersebut dalam bentuk grafik maka
dilakukan perhitungan-perhitungan sebagai berikut:
1) Banyak kelas dihitung dengan rumus STURGES:
K = 1 + 3,3 x log N
= .......................
= .......................
= .......................
2) Rentangan dihitung dengan:
r = skor maksimum skor minimum
= ................ - ................
= .............
3) Panjang kelas interval dihitung dengan:
i =


i = ...................

58

4) Tabel data kelas interval disajikan sebagai berikut:
No
Urut
Interval Nilai
Tengah
Frekuensi
Absolut
Frekuensi
Relatif
1
2
3
4
5
6
Total ........... 100

6. Penyajian dalam bentuk grafik/histogram
Contoh Histrogram












Grafik 02. .......................................................








100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
100 200 300 400 500 600 700
59

Tabel 07. Rekapitulasi Hasil Penelitian dari Awal sampai
Siklus II

Variabel Awal Tes Siklus I Tes Siklus II
Prestasi
Belajar
Perolehan
Skor
Rata-rata
Perolehan
Skor
Rata-rata
Prosentase
Kenaikan
Perolehan
Skor
Rata-rata
Prosentase
Kenaikan


















B. Pembahasan
1. Pembahasan Hasil yang Diperoleh dari Siklus I
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembahasan data kualitatif
terhadap hasil pengamatan guru sejawat tentang pembelajaran Problem
Based Learning adalah: kelemahan-kelemahan yang ada, kelebihan-
kelebihan, perubahan-perubahan, kemajuan-kemajuan, efketivitas waktu,
keaktifan yang dilakukan, konstruksi, kontribusi, diskripsi fakta,
pengecekan validitas internal dan validitas eksternal, identifikasi masalah,
faktor-faktor yang berpengaruh, cara-cara untuk memecahkan masalah,
pertimbangan-pertimbangan, perbandingan-perbandingan, komentar-
komentar, tanggapan-tanggapan, tambahan pengalaman, summary,
pendapat-pendapat, gambaran-gambaran, interpretasi/penafsiran-
penafsiran, makna di belakang perbuatan, trianggulasi, hubungan
antaraspek, klasifikasi, standar-standar penetapan nilai, alasan-alasan
penggunan teknik tertentu, alasan penggunaan langkah-langkah tertentu,
penggolongan-penggolongan, penggabungan-penggabungan, tabulasi,
60

pemakaian, kriteria-kriteria, katagorisasi, pengertian-pengertian, hubungan
antar kategori.
Dari hail pengamatan teman sejawat disampaikan bahwa ada
kelebihan-kelebihan yang disampaikan oleh pengamat yaitu bahwa peneliti
sudah berpakaian rapi, menggunakan bahasa yang santun, menuntun siswa
dengan baik. Hal ini menimbulkan nterpretasi bahwa perjalanan penelitian
sudah cukup baik. Kelemahan yang disampaikan perlu diberikan analisis
yaitu penggunaan waktu yang belum efektif, konstruksi, kontribusi siswa
belum maksimal, fakta ini akan dijadikan acuan kebenaran data, validasi,
internal yang diambil dari informan di pertanggungjawabkan, validitas
eksternal berupa acuan hukum digunakan teori-teori yang mendukung dan
reliabilitas data penelitian ini dapat penulis yakini karena hal itu
merupakan ketepatan peneliti memilih informan, yaitu teman sejawat.
Faktor-faktor yang berpengaruh belum maksimalnya pembelajaran
Problem Based Learning pada siklus I ini adalah karena peneliti baru satu
kali mencoba model ini. Cara pemecahan masalahnya adalah penyiapan
RPP yang lebih baik, lebih berkualitas. Hal-hal yang lain seperti komentar,
tambahan pengalaman, gambaran-gambaran keberhasilan penelitian akan
terlihat pada hasil siklus selanjutnya. Demiian sediit hasil kualitatif atau
kualitas dari pembelajaran dengan model Problem Based Learning.

Pembahasan hasil yang diperoleh dari tes prestasi belajar siklus I
Hasil tes prestasi belajar yang merupakan tes ....................... memforsir
siswa untuk betul-betul dapat memahami apa yang sudah dipelajari. Nilai
rata-rata siswa di siklus I sebesar...... menunjukkan bahwa siswa setelah
menguasai materi yang diajarkan walaupun belum begitu sempurna. Hasil
ini menunjukkan peningkatan kemampuan siswa menguasai mata
pelajaran ..................... Apabila dibandingkan dengan nilai awal siswa
sesuai data yang sudah disampaikan dalam analisis sebelumnya.
Hasil tes prestasi belajar di siklus I telah menemukan efek utama
bahwa penggunaan metode tertentu akan berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa yang dalam hal ini adalah metode Problem Based Learning.
61

Hal ini sesuai dengan hasil meta analisis metode pembelajaran yang
dilakukan oleh Soedomo, 1990 (dalam Puger, 2004) yang menyatakan
bahwa metode pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru
berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.
Seperti telah diketahui bersama bahwasannya mata pelajaran.......
menitikberatkan pembelajaran pada aspek kognitif, .............., dan .......
sebagai pedoman prilaku kehidupan sehari-hari siswa. Untuk penyelesaian
kesulitan yang ada maka penggunaan metode ini dapat membantu siswa
untuk berkreasi, bertindak aktif, bertukar pikiran, mengeluarkan pendapat,
bertanya, berdiskusi, berargumentasi, bertukar informasi dan memecahkan
masalah yang ada bersama dengan anggota kelompok diskusinya. Hal
inilah yang membuat siswa berpikir lebih tajam, lebih kreatif dan kritis
sehingga mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan
efek selanjutnya adalah para siswa akan dapat memahami dan meresapi
mata pelajaran ........... lebih jauh.
Kendala yang masih tersisa yang perlu dibahas adalah prestasi
belajar yang dicapai pada siklus I ini belum memenuhi harapan sesuai
dengan tuntutan KKM mata pelajaran............ di sekolah ini yaitu...... Oleh
karenanya upaya perbaikan lebih lanjut masih perlu diupayakan sehingga
perlu dilakukan perencanaan yang lebih matang untuk siklus selanjutnya.

2. Pembahasan Hasil yang Diperoleh dari Siklus II
Hasil yang diperoleh dari tes prestasi belajar di siklus II menunjukkan
bahwa kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran sudah cukup baik. Ini
terbukti dari rata-rata nilai siswa mencapai.......... Hasil ini menunjukkan
bahwa metode Problem Based Learning telah berhasil meningkatkan
kemampuan siswa menempa ilmu sesuai harapan. Problem Based
Learning merupakan model yang cocok bagi siswa apabila guru
menginginkan mereka memiliki kemampuan berkreasi, berargumentasi,
mengeluarkan pendapat secara lugas, bertukar pikiran, berargumentasi,
mengingat penggunaan metode ini adalah untuk memupuk kemampuan
intelektual siswa, mendorong siswa untuk mampu menemukan sendiri,
62

menempatkan siswa pada posisi sentral dan mengupayakan agar siswa
tidak belajar dengan menghafal.
Hasil penelitian ini ternyata telah memberi efek utama bahwa
model yang diterapkan dalam proses pembelajaran berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Temuan ini membuktikan
bahwa guru sudah tepat memilih metode dalam melaksanakan proses
pembelajaran karena pemilihan metode merupakan hal yang tidak boleh
dikesampingkan. Hal ini sejalan pula dengan temuan-temuan peneliti lain
seperti yang dilakukan oleh Inten (2004) dan Puger (2004) yang pada
dasarnya menyatakan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Mata pelajaran............ menitikberatkan kajiannya pada aspek
kognitif, ............. sebagai pedoman atas kemampuan siswa baik pikiran,
prilaku maupun keterampilan yang dimiliki. Untuk semua bantuan
terhadap hal ini, metode Problem Based Learning menempati tempat yang
penting karena dapat mengaktifkan siswa secara maksimal. Dari nilai yang
diperoleh siswa, lebih setengah siswa mendapat nilai ........, ........ siswa
memperoleh nilai menengah dan ...... siswa memperoleh nilai rendah. Dari
perbandingan nilai ini sudah dapat diyakini bahwa prestasi belajar siswa
dapat ditingkatkan dengan penggunaan metode Problem Based Learning.
Melihat perbandingan nilai awal, nilai siklus I dan nilai siklus II,
terjadi kenaikan yang signifikan, yaitu dari rata-rata nilai awal adalah .....
naik di siklus I menjadi........ dan di siklus II naik menjadi ....... Kenaikan
ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena kenaikan nilai ini adalah dari
upaya-upaya yang maksimal yang dilaksanakan peneliti demi peningkatan
mutu pendidikan dan kemajuan pendidikan khususnya di
SMA................................





63

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Dengan mengetahui bahwa pemicu rendahnya aktivitas belajar dan
prestasi belajar ada pada faktor-faktor seperti metode yang digunakan guru,
sehingga penggunaan atau penggantian metode konvensional menjadi metode-
metode yang sifatnya konstruktivis sangat diperlukan, akibatnya peneliti
mencoba metode Problem Based Learning dalam upaya untuk dapat
memecahkan permasalahan yang ada di sekolah.
Berdasar pada rendahnya prestasi belajar siswa yang disampaikan pada
latar belakang masalah, penggunaan model pembelajaran Problem Based
Learning diupayakan untuk dapat menyelesaikan dua tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa. Seberapa besar
peningkatan yang dicapai sudah dipaparkan dengan jelas pada akhir analisis.
Dari hasil penelitian yang boleh disampaikan di Bab IV dan semua data yang
telah disampaikan tersebut, tujuan penelitian yang disampaikan sudah dapat
dicapai.
Untuk menjawab tujuan penelitian yaitu pencapaian kenaikan prestai belajar
siswa dapat dilihat bukti-bukti yang sudah disampaikan.
a. Dari data awal ada ..... siswa mendapat nilai di bawah ........ pada siklus I
menurun menjadi ...... siswa dan siklus II hanya ............ siswa mendapat
nilai .............
b. Dari rata-rata awal..... naik menjadi ...... pada siklus I dan pada siklus II
naik menjadi ..........
c. Dari data awal siswa yang tuntas hanya ..... orang sedangkan pada siklus I
menjadi lebih banyak yaitu ....... siswa dan pada siklus II menjadi cukup
banyak yaitu ...... siswa.

Dari semua data pendukung pembuktian pencapaian tujuan
pembelajaran dapat disampaikan bahwa model Problem Based Learning
dapat memberi jawaban yang diharapkan sesuai tujuan penelitian ini.
Semua ini dapat dicapai adalah akibat kesiapan dan kerja keras peneliti
64

dari sejak pembuatan proposal, review hal-hal yang belum bagus bersama
teman-teman guru, penyusunan kisi-kisi dan instrumen penelitian,
penggunaan sarana trianggulasi data sampai pada pelaksanaan penelitian
yang maksimal.

B. Saran
Berdasarkan temuan yang sudah disimpulan dari hasil penelitian, dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran dalam bidang studi..............................., dapat
disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Apabila mau melaksanakan proses pembelajaran pada mata
pelajaran..............., penggunaan metode Problem Based Learning
semestinya menjadi pilihan dari beberapa metode yang ada mengingat
metode ini telah terbukti dapat meningkatkan kerjasama, berkreasi,
bertindak aktif, bertukar informasi, mengeluarkan pendapat, bertanya,
berargumentasi dan lain-lain.
2. Walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan efek utama dari model
Problem Based Learning dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar, sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dilakukan, oleh karenanya kepada peneliti lain yang berminat
meneliti topik yang sama untuk meneliti bagian-bagian yang tidak sempat
diteliti.
3. Selanjutnya untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan bagi peneliti
lain untuk melakukan penelitian lanjutan guna verifikasi data hasil
penelitian ini.








65

DAFTAR PUSTAKA

Abdul. 2002. http://www.scribd.com/doc/9037208/

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

Ali, M.S. 2002. Hasil Belajar Fisika Ditinjau dari Beberapa faktor Psikologis.
Disertasi. IKIP Jakarta.

Alien, Deborah E. et al- 1996. The Power of Problem Based Learning in Teaching
Introductory Science Courses. Jossey-Boss Publisher.

Amien, Moh. 1996. Perkembangan Intelektual Siswa SMP. Jurnal
IlmuPendidikan. Jilid 3 No. 4. Jakarta : LPTK dan ISPI.

Anastasi, Anne. 1976. Psychological Testing. Fifth Edition. New York:
Macmillan Publishing Co., Inc.

Anom. 2000. Profesionalisme Guru Fisika dalam Menghadapi Tantangan Era
Global. Makalah. Disampaikan pada seminar dalam rangka HUT ke-
36 Jurusan Fisika STKIP Singaraja pada 1 hari Minggu 5 Nopember
2000.

Arends, Richard I. 2004. Learning to Teach. Sixth Edition. New York: McGraw-
Hill

Arief Furchan. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Pustaka Belajar:
Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi. 1995. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arnyana, Ida Bagus Putu. 2004. Pengembangan Perangkat Model Belajar
Berdasarkan Masalah Dipandu Strategi Kooperatif serta Pengaruh
Implementasinya Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Basil Belajar
Siswa Sekolak Menengah Atas pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi. UNM.

Azwar, Saifuddin. 1996. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Azwar, Saifuddin. 2001. Tes Prestasi. Y ogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifuddin. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
66

Azwar, Saifuddin. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Jakarta: BSNP.

Bakry, N.M. 1986. Logikci Praktis. Yogyakarta: Liberty.

Barbara J. Duch. 1995. Problem-based Learning in Physic:The Power of student
Teaching Students. Journal College Taching Vol XXV.No.5
MAR/APR.

Barrows Howard. 1996. New Direction for Teaching and Learning "Problem-
Based Learning in Medichine and Beyond; Abrief Overview". Jossey Bass
Publishers.

Barrows, Howard. 1994. Practice Based Learning: Problem Based Learning
Applied to Medical Education. Springfield II: Soulthern Illionis
University School of Medicine.

Barrows. 1996. Problem Based Learning Medicine Beyond. New Direction for
Teaching and Learning . Jossey -Bass Publis!

Barrows. U.S. & Myers.A.C. 1993. Problem Based Learning in Seconda Schoosl.
Unpublished Monograph. Springtield. II : Problem Based Learning
Institute. Lanphier High School and Southern Illionis University
Medical School.

Bodner, George M. 1986. Contructism A Theory of Knowledge. Purdue
University. Journal of Chemical Education. Vol. 63. no. 10

Boud, David and Grahame I Feletti (eds). 1997. The Challenge of Problem-Based
Learning. 2
nd
Edition. Bolton : Northen Phototypcsetting.

Brooks J.G. & Martin G.B.I 993. In Search of Understanding: The Case for
Contructivist Classroom. Alexandria Virginia.

Campbell.D.T. & Stanley J.C. 1966. Experiment and quasi-experimental design
for research. Boston: Hiughton Mifflin Company.

Candiasa, I Made. 2004. Analisis Butir Disertai Aplikasi dengan Iteman, Bigsteps
dan SPSS. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Candiasa, I Made. 2004. Statistik Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan SPSS.
Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Candiasa, M. 2004. Statistik Multivariat dilengkapi aplikasi dengan SPSS. Unit
Penerbitan IKIP Singaraja.
67

Citrawathi, D.M. dan I N. Kariasa. 2004. Implementasi Pembelajaran Berbasis
Masalah pada Perkuliahan Gizi dan Kesehatan untuk Meningkatkan Hasil
Belajar dan Keterampilan Berpikir Mahasiswa. Laporan Hasil Penelitian
Tidak Diterbitkan. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Cony R. Semiawan. 1997. Keterkaitan antara Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Sekolah. Makalah disajikan dalam seminar di
STKIP Singaraja.

Copi, Irving. 1986. Informal Logic. New York: Mc. Milan Publishing.

Dahar, R. W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dantes, dkk.1994. Pengaruh Bakat Deferensial Matematika, kemampuan Awal
dan Intelegensi Terhadap Kesanggupan Berpikir Formal dalam
Kaitannya dengan Prestasi Belajar Matematika. Luporan Penelitian
STKIP Singaraja .

Dantes, Nyoman. 2001. "Komparasi Kesanggupan Berpikir Formal antara Siswa
SMA di Kota dan Siswa di Desa pada Para Siswa Kelas I SMA di
Kabupaten Buleleng". Kumpulan Makalah. IKIP Negeri Singaraja.

Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta.

Dayton, C. Mitchell. 1979. The Design of Educational Experiments. USA:
McGraw-Hill.

Depdiknas, 2002a. Pedoman Umum Sistem Pengujian Hasil KBM Berbasis
Kemampuan Dasar. Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas, 2002b. Pedoman Khusus Sistem Pengujian Hasil KBM Berbasis
Kemampuan Dasar. Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas, 2002c. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Puskur Balitbang.

Depdiknas, 2003a. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika. Jakarta.

Depdiknas, 2003b. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian.
Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas, 2003c. Sistem Penilaian Kelas SD, SMP, SMA dan SMK. Dirjen
Dikdasmen Tendik.

Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.

68

Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.

Dryden. Gordon. 2002. Revolusi Cara Belajar. Cet. K.e-3. Bandung: Kaifa.

Ducch, Barbara J. 1996. Problem-Based Learning Physics . The Power of
Students Teaching Students. Journal of College Science Teacher (JCST).
25(5): 326-329.

Entang, M. 1984. Diagnosis Kesulitan dan Pengajaran Remi. Depdikbud
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. P2LPTK: Jakarta.

Erwin, Tuti Nuriah. 1999. Sikap Siswa SLTP Terhadap Pelajaran Sejarah (Suatu
Eksperimen Tentang Pengaruh Metode Pembelajaran dan Penalaran
Formal Terhadap Sikap Siswa SLTP Mengenai Pelajaran Sejarah.
Disertasi. Jakarta: UNJ.

Fernandes, H.J.X. 1984. Testing and Measurement. Jakarta. National Education
Planning, Evaluation and Curriculum Development.

Fogarty, Robin. 1997. Problem-Based Learning and Other Curriculum Models
for the Multiple Intelligences Classroom. Australia: SkyLight.

Fraenkel, Jack R. and Norman E. Wallen. 1993. How to Design and Evaluate
Research in Education. Second Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.
Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. Third Edition. New York:
Holt, Reinhart and Winston.

Gall, Gall, dan Borg. 2003. Educational Research an Introduction : Seventh
Edition.

Gallagher, Shelagh A & Stepien. William J. 1995. Implementing Problem Based
Learning in Science Classroom. School Science and Mathemathic.

Gay, L. R. 1987. Educational Research: Competencies for Analysis and
Application. Seventh Edition. Columbus, Ohio: Merrill Publishing
Company.

Good, Thomas L. & Jere E. Brophy. 1990. Educational Psychology, A Realistic
Approach. New York: Longman.

Gregory, Robert J. 2000. Psychological Testing: History, Principles, and
Applications. Boston: Allyn and Bacon.

Gronlund, Norman E. 1982. Constructing Achievement Tests. Third Edition.
London: Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs.
69

Grouws, Douglas A. - Cebulla, Kristin J. 2000. Improving Student Achievement in
Mathematics, Part I: Research Findings. ERIC Digest.
http://www.ericdigests.org/2003-l/math2.htm

Guilford, J. P. 1954 Psychometric Method. New York. MacGrew-Hill Compen.
Inc.

Guilford. 1959. Fundamental Statistics in Psychology and Education : Third
Edition. Tokyo : Kogakusha Company, Ltd.

Gunawan, Adi W. 2005. Born to be a Genius but Conditioned to be an Idiot.
www.pembelajar.com/wmview.php

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Herrhyanto, Nar dan Hamid, Akib. 2006. Statistika Dasar. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Hilke, Eileen Veronica. 1998. Fastback Cooperative Learning. New York:
McGraw-Hill, Inc.

Howe, Ann. 1996. Development of Science Compt Within Vygotskian Framework.
Science Eduation. John Willey and So.
http://teachnet.edb.utexas.edu/~lynda/abbott/Social.html

Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : P2LPTK
Depdikbud.
Huitt, W. 2001. Motivation to Learn : An Overview. Educational Psychology
Interactive.
http://chiron.valdosta.edu/whuitL/coVmotivation/motivate.html

Huitt, W. 2004. Self-Concept and Self-Esteem. Educational Psychologi
Interactive, http://chiron.valdosta.edu/whuitt/col/regsys/self.html.

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jilid 2. Edisi ke-6. Terjemahan
Meitasari Tjandrasa. Child Development. Sixth Editon. 1978. Jakarta:
Erlangga.

Ibrahim, M. dan Mohamad Nur. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Pusat
Sains dan Matematika Sekolah. Program Pascasarjana UNESA:
University Press.

Ibrahim, Muslimin dan Mohammad Nur. 2000. Pengajaran Berdasarkan
Masalah. Surabaya: Unesa University Press.

Illionis Mathematics and Science Academic. 1998. How Does PBL. Compare
with Othe Instructional Approaches.
http://www.imsa.edu/team/cpbl/cpbl.html.
70

Inten, I Gede. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Pengetahuan Awal Siswa
Terhadap Prestasi Belajar PKn dan Sejarah pada Siswa Kelas II di SMU
Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Tesis. Program Pascasarjana IKIP
Negeri Singaraja.

Irianto, Agus. 1989. Bahan Ajaran Statistika Pendidikan (Buku Kedua). Jakarta:
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Johnson, David W. and Roger T. Johnson. 1984. Circles of Learning. Fairfax,
Va.: Association for Supervision and Curriculum Development.

Johnson, David W. and Roger T. Johnson. 1984. Cooperation in the Classroom.
Edina,Minnesota: A publication Interaction Book Company.

Johnson, David W. and Roger T. Johnson. 1987. Learning Together and Alone:
Cooperation, Competition, and Individualistic Learning. Englewood
Cliffs, N.J.: Prentice-Hall.

Joyce, B. And Weil. 2000. Model of Teaching. Needham Heights: Allyn & Bacon

Kardi, Soeparman dan Mohamad Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Program
Pascasarjana UNESA: University Press.

Kerlinger, Fred N. 2002. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: UGM.

Koster, Wayan. 2001. Analisis Komparatif Antara Sekolah Efektifdengan Sekolah
Tidak Efektif. http://www.depdiknas.ao.id/Jumal/3l/analisis_komparatif_
antara_sekol.htm

Koyan, I Wayan. 2004. Konsep Dasar dan Teknik Evaluasi Hasil Belajar.
Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Lampiran 1. Tes Prestasi Belajar............ (tes yang digunakan untuk mencari data
awal penelitian)

Lickona, Thomas. 1992. Educating For Character. How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Lonning. R. A. 1993. Effect Cooperative Learning Strategi on Student Verbal
Interaction an Ahievement During Conceptual Change Instruction in
10
th
Grade General Science. Journal of Research in Science Teaching.
Vol. 30 No. 9 PP 1087-1101.

Maksum, Ahmad, 2006. Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Based
Learning terhadap Hasil Belajar Sejarah dan Sikap Nasionalisme Siswa
Kelas XI SMA Negeri 1 Sukamulia, Lombok Timur, NTB. Tesis.
Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha. Program Pascasarjana.

71

Marthen Hamalik. 2003. Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Miles, Matthew, B. Dan A. Michael Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Terjemahan Tjetjep Roheadi Rohidi. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.

Modern Educators and Lexicographers. 1939. Websters New American
Detionary. New York: 140 Broadway, Books, Inc.

Montgomery, Douglas C. 1991. Design and Analysis of Experiments. Third
Edition. Canada: John Willy & Sons, Inc.

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Murwani, S. 1999. Statistik Terapan (Terkait Analisis Data). Jakarta: Erlangga.

Murwansyah dan Mukaram. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung:
Pusat Penerbit Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung, Indonesia.

Nana Sudjana. 2000. http//www.scribd.com/doc/9037208/

Nasoetion, Andi Hakim. 1978. Landasan Matematika. Jakarta: Bhratara Karya
Aksara.

Nasution, S. 1972. Didaktik Sekolah Pendidikan Guru: Asas-Asas Didaktik
Metodologi Pengajaran dan Evaluasi. Depdikbud: Jakarta.

Nur, Mohamad et al. 2001. Teori Belajar. Surabaya: University Press.

Nurman, Muhammad, 2006. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran
Problem Based Learning dan Expositori terhadap SIkap Politik
Berdemokrasi dan Prestasi Belajar Siswa pada Pembelajaran PPKn di
SMA (Tesis). Singaraja. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri
Singaraja, Program Pascasarjana.

Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Ormrodd. J.E. 1999. Social Learning Theory.

Partosuwido, Sri Rahayu. 1992. Penyesuaian Diri Mahasiswa dalam Kaitannya
dengan Konsep Diri, Pusat Kendali dan Status Perguruan Tinggi.
Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Piaget, J. 1969. The Child Conception of Physical Causality. New Jersey: Little
Field, Adam & Co.

72

Popham, W. James dan Eva L. Baker. 1984. Bagaimana Mengajar Secara
Sistematis. Diterjemahkan Oleh R.H. Dj. Sinurat et al. Yogyakarta:
Kanisius.

Psychology. 2005. Carl Rogers: Psikologi Aliran Humanisme.
http://blog.kenz.or.id/2005/05/02/carl-rogers-psikolog-aliran-
hurnanisme.html.

Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Belajar Kooperatif. Diktat Perkuliahan Mahasiswa
Unipas.

Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Kemampuan
Berpikir Silogisme Terhadap Prestasi Belajar Biologi pada Siswa Kelas
III SMP Negeri Seririt (Eksperimen pada Pokok Bahasan Reproduksi
Generatif Tumbuhan Angiospermae). Tesis. Program Pascasarjana IKIP
Negeri Singaraja.

Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Putrayasa, Ida Bagus. 2005. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Problem
Based Learning dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas, Kreativitas, dan
Logikalitas. (Tesis). Singaraja. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Negeri Singaraja.

Rakhmat, Jalaluddin. 1996. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Cet. Ke-10.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rini, Jacinta F. 2002. Konsep Diri. http://www.e-psikologi.com/dewasa/l 60502

Romiszowski, A. J. 1990. Designing Instructional System. (London: Kogan Page,
Ltd P. 296).

Sadia, dkk. 2003. Pengembangan Perangkat Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Rumpun Pelajaran Sains.
Usulan Penelitian. IKIP Singaraja.

Sadia, dkk. 2006. Pengembangan Kemampuan Bepikir Para Siswa SMA di
Kabupaten Buleleng Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Learning Cycle dan Problem Based Learning dalam Pembelajaran
Matematika. Laporan Hasil Penelitian. Universitas Pendidikan
Ganesha.

Sadia. 1996. Pengembangan Model Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran
IPA di SMP. (Suatu Studi Eksperimental dalam Pembelajaran Konsep
Energi Usaha dan Suhu di SMPN 1 Singaraja). Disertasi (tidak
diterbitkan). IKIP Bandung.

73

Sadia. 1998. Model Konstruktivis dalam Pembelajaran Sains (Suatu Alternatif
Pembelajaran Sains Berdasarkan Paradigma Konstruktivisme). Orasi
Ilmiah. Pada Dies Natalis V dan Wisuda IX STKIP Singaraja.
Disampaikan tanggal 24 Maret 1998.

Sadia. 2000. Refosisi Fungsi dan Peran Guru pada Era Globalisasi. Makalah.
Disajikan dalam Temu Alumni Program Pendidikan Fisika STKIP
Singaraja pada tanggal 5 Nopember 2000.

Sadia. 2003a. Strategi Pembelajaran Berorientasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Makalah Disajikan pada Seminar Peningkatan
Profesionalisme Guru-Guru SMA Negeri 3 Singaraja dalam
Menyongsong KBK 2003 Tanggal 26 Januari 2003.

Sadia. 2003b. Konstruktivisme Dalam Belajar dan Mengajar. Materi Perkuliahan
Program S2 Manajemen Pendidikan dan S2 Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan.
Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Multivariat. Jakarta : PT Gramedia.

Santyasa, I Wayan. 2004. Pengaruh Model dan Seting Pembelajaran terhadap
Remidiasi Miskonsepsi, Pemahaman Konsep, dan Hasil Belajar Fisika
pada Siswa SMU. Disertasi. Malang: Universitas Malang Negeri.

Sardiman, A.M. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar Pedoman bagi
Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sarya, Gede. 2002. Penerapan Model Belajar Heuristik Vee dan Model
Pengajaran Langsung pada Pembelajaran Fisika di SLTP (2002). Tesis.
IKIP Singaraja.

Savoie, J. M & Andrew S.H. 1994. Problem Based Learning As Clasroom
Solution. Journal. Educational Leadership.

Sax, Gilbert. 1979. Foundations of Educational Research. New Jersey: Prentice-
Hall, Inc., Englewood Cliffs.

Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpanbalik. Jakarta: PT
Grasindo.

Slameto. 2000. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice.
Boston: Allyn and Bacon.
74

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Konstalasi
Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan National.

Soedomo, M. 2001. Landasan Pendidikan. Malang: Penyelenggaraan Pendidikan
Pascasarjana Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi.

Soemanto, Wasty. 2001. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.

Soetopo. 2000. Hubungan Kesanggupan Berfikir Formal dan Prestasi Belajar
Pengetahuan Dasar MIPA. Jurnal Ilmu Pendidikan. Th. 27. No. 2.
Malang: UNM.

Sriyono. 1992. http://www.scribd.com/doc/9037208/

Stein, Steven J. dan Howard E. Book. 2002. Ledakan EQ : 15 dan Prinsip Dasar
Kecerdasan Emoti0nal Meraih Sukses. Terjemahan Trinanda Rainy
Januarsari dan Yudhi Murtanto. The EQ Edge : Emotional Intelligence and
Your Success. 2000. Cet. Ke-3. Bandung: Kaifa.

Stoltz, Paul G. 2000. Adversity Quotient Mengubah Hambatan Menjadi Peluang.
Terjemahan T. Hermaya. Adversity Quotient: Turning Obstacles into
Opportunities. 1997. Jakarta: Grasindo.

Sudiarta, I Gusti Putu. 2004. Penerapan Pembelajaran Berorientasi Masalah
"Open Ended" Berbanluan LKM untuk Meningkatkan Pemahaman dan
Hasil Belajar Matematika Mahasiswa pada Matakuliah Pengantar Dasar
Matematika, Semester Ganjil tahun 2004/2005. Laporan Hasil Penelitian
Tidak Diterbitkan. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Sudjana. 1986. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana. 1996. Metode Statislika. Bandung: Tarsito.

Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Suharsimi, A. 2003. Dasar-dasar Evaluasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharta, I Gusti Putu. 2002. Matematika Realistik: Apa dan Bagaimana. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, No. 38, Tahun ke-8.
75

Suharta, I Gusti Putu. 2004. Pembelajaran Pecahan di Sekolah Dasar dengan
Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi. UNS.

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Common Textbook. Edisi Revisi. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia.

Sujanem, Rai. 2002. Optimalisasi Pendekatan STM dengan Strategi Belajar
Berbasis Masalah dalam Pembelajarun Listrik Statis dan Dinamis sebagai
Upaya Mengubah Miskonsepsi. Meningkatkan Literasi Sains dan
Teknologi Siswa Kelas II3 SMUN I Singaraja. Laporan Hasil Penelitian
Tidak Diterbitkan. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Sukidin, Basrowi, Suranto. 2002. Menajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Penerbti: Insan Cendekia ISBN: 979 9048 33 4.

Sumadi Suryabrata. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sumadi Suryabrata. 1998. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Dirjen Dikti
Depdiknas.

Sunardi. 2002. Hubungan antara Tingkat Penaralan Formal dan Tingkat
Perkembangan Konsep Geometri Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid
9 Nomor 1.
Supardi, 2005. Pengembangan Profesi dan Ruang Lingkup Karya Ilmiah. Jakarta:
Depdiknas.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.

Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi. Jakarta: Rineka
Cipta.

Supriyono. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. IMSTEP.

Suriasumantri, J. S. 1984. Ilmu dan Perspektif. Gramedia: Jakarta.

Suriasumantri, Jujun S. 2001. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.

Survey John R & Duffy Thomas M. 1994. Problem Based Learning: An
Instructional Mode and Its Constructivist Framework Constructivist
Studies in Instructional Design. Wilson G. Brent (ed). Educational
Technology Publication Englewood Cliffs. New Jersey.

Suryabrata, Sumadi. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta:
Penerbit Andi.

76

Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Syaodih Sukmadinata, Nana. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosda Karya.

Tabachnick, Barbara G. dan Fidell, Linda S. 1989. Using Multivariate Statistics.
Second edition. California State University: Harper Collins Publishers.

Tim Prima Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Press.

Tim Redaksi Focus Media. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. Bandung: Focus
Media.
Tim Redaksi Fokus Media. 2006. Himpunan Perundang-Undangan dan Undang-
Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 dan Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005. Bandung: Focus Media.

Travers, R. M. 1982. Escential of Learning. The New Cotnitive for Students of
Education. New York: Maemillan Publishing Co. Inc.

Tuckman, Bruce W. 1972. Conducting Educational Research. New York:
Harcourt Brace Javonovich, Inc.

Tulus Winarsunu. 2004. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah Malang.

Udin, S.W. 1997. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Depdikbud:
Jakarta.

Uno, B. Hamzah, et. al. 2001. Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian.
Jakarta: Delima Press.

Wardani, I. G. A. K Siti Julaeha. Modul IDIK 4307. Pemantapan Kemampuan
Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Weiner, Bernard. 1974. Cognitive Views of Human Motivation. New York:
Academic Press.

Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Kencana Prenada Media: Jakarta.

Winkel, W.S. 2005. Psikologi Pengajaran. Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: Media
Abadi.

Wojowasito. 1982. Kamus Umum Lengkap Inggris Indonesia Indonesia Inggris.
Malang: Delta Citra Grafindo.

77

Woolfolk, Anita E. 1993. Educational Psychology. Fifth Edition. Boston: Allyn
and Bacon.

Yasa, I Putu. 2001. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based
Learning) Dengan Pendekatan Kooperatif Sistem Modul Sebagai
Upaya Peningkatan Kualitas Perkuliahan Fisika, Matematika Pada
Semester Pendek Jurusan Pendidikan IKIP Negeri Singaraja. Laporan
Penelitian. Singaraja: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas MIPA IKIP
N Singaraja.

Yasa, I Putu. 2002. Belajar Berdasarkan Masalah dengan Pendekatan Kelompok
Koperatif Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika
Kelas IIIB SMPN 2 Singaraja. Laporan Penelitian. STKIP Singaraja.

Yasa, Putu. 2002. Belajar Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)
dengan Pendekatan Kelompok Kooperatif sebagai Upaya Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Fisika Siswa Kelas HI SLTP Negeri 2 Singaraja.
Laporan Hasil Penelitian Tidak Diterbitkan. Singaraja IKIP Negeri
Singaraja.

Yohanes Surya. 2004. Fisika untuk Semua. PT. Bina Sumber Daya MIPA:
Jakarta.


























78

Lampiran 1. Tes Prestasi Belajar ................. (tes yang digunakan untuk mencari
data awal penelitian)




79

Lampiran 2. Lembar Observasi Penilaian Kesesuaian Belajar Problem Based Learning sebagai Upaya Validasi Data

Keterangan Penilaian:
1. Sangat tidak sesuai dengan pembelajaran Problem Based Learning
2. Tidak sesuai dengan pembelajaran Problem Based Learning
3. Sesuai dengan pembelajaran Problem Based Learning
4. Sangat sesuai dengan pembelajaran Problem Based Learning
No
Jumlah Siswa yang
Melakukan
Siswa Giat
Memeriksa
Materi
Siswa
Menemukan
Hal-hal
Penting dari
Materi
Siswa
Menunjukkan
Kemampuan
Analisis
Siswa
Kritis
Pembelajaran
Betul
Berpusat
Pada Diri
Siswa
Kemampuan
Menyelesaikan
Masalah Tanpa
Masalah
Siswa
Menunjukkan
Kemampuan
Lebih
Memproses
Sesuatu yang
Bermakna
Siswa Cepat
Menanggapi
Tuntutan
Siswa Mampu
Menelorkan
Kesimpulan-
kesimpulan
1








80

Lampiran 3. RPP Siklus I















































81

Lampiran 4. Hasil-hasil Ulangan Siswa Siklus I















































82

Lampiran 5. Nilai/Prestasi Belajar Siklus I
NO SUBJEK PENELITIAN NILAI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
83

Lampiran 6. Penilaian Kebenaran Siswa Melakukan Pembelajaran Problem Based Learning Siklus I oleh Salah Seorang Siswa Pandai di
Kelas ini sebagai Upaya Validasi Data

Keterangan Penilaian:
1. Sangat tidak sesuai dengan pembelajaran Problem Based Learning
2. Tidak sesuai dengan pembelajaran Problem Based Learning
3. Sesuai dengan pembelajaran Problem Based Learning
4. Sangat sesuai dengan pembelajaran Problem Based Learning

No
Jumlah Siswa yang
Melakukan
Siswa Giat
Memeriksa
Materi
Siswa
Menemukan
Hal-hal
Penting dari
Materi
Siswa
Menunjukkan
Kemampuan
Analisis
Siswa
Kritis
Pembelajaran
Betul
Berpusat
Pada Diri
Siswa
Kemampuan
Menyelesaikan
Masalah Tanpa
Masalah
Siswa
Menunjukkan
Kemampuan
Lebih
Memproses
Sesuatu yang
Bermakna
Siswa Cepat
Menanggapi
Tuntutan
Siswa Mampu
Menelorkan
Kesimpulan-
kesimpulan
1






84

Lampiran 7. Bukti Pemanggilan Siswa yang Lemah sebagai Upaya Inovasi
No Nama Siswa
Hasil Panggilan, Diskusi, Tanya
Jawab terhadap Siswa yang
Lemah
Tanda
Tangan
Siswa













































85

Lampiran 8. Bukti Pengamatan Teman Sejawat terhadap Kesesuaian/Ketepatan
Pelaksanan Proses Pembelajaran Problem Based Learning Siklus I
sebagai Upaya Trianggulasi terhadap Pelaksanaan Penelitian

Catatan-catatan masukan-masukan selama pelaksanaan proses pembelajaran
Problem Based Learning Siklus I di Kelas........... SMA...............................
1. Peneliti sudah berpakaian rapi, menggunakan bahasa yang santun,
menuntun siswa dengan baik.
2. Pembelajaran belum maksimal karena baru dilakukan 1 kali.
3. Siswa terlihat belum begitu aktif.
4. Alat bantu belajar belum maksimal.
5. Kebersihan papan tulis belum diperhatikan.
6. Penekanan pada kegiatan intelektual siswa terlihat belum maksimal karena
terlihat guru masih mendominasi waktu pembelajaran
7. Guru sulit memunculkan siswa untuk produktif, kritis, analitis.



Guru yang Mengamati


( )
NIP.











86

Lampiran 9. RPP Siklus II
87

Lampiran 10. Penilaian Kesesuaian Pembelajaran Problem Based Learning Siklus II oleh Salah Seorang Siswa yang Pandai di Kelas ini.

Keterangan Penilaian:
1. Sangat tidak sesuai dengan pembelajaran Problem Based Learning
2. Tidak sesuai dengan pembelajaran Problem Based Learning
3. Sesuai dengan pembelajaran Problem Based Learning
4. Sangat sesuai dengan pembelajaran Problem Based Learning
No
Jumlah Siswa yang
Melakukan
Siswa Giat
Memeriksa
Materi
Siswa
Menemukan
Hal-hal
Penting dari
Materi
Siswa
Menunjukkan
Kemampuan
Analisis
Siswa
Kritis
Pembelajaran
Betul
Berpusat
Pada Diri
Siswa
Kemampuan
Menyelesaikan
Masalah Tanpa
Masalah
Siswa
Menunjukkan
Kemampuan
Lebih
Memproses
Sesuatu yang
Bermakna
Siswa Cepat
Menanggapi
Tuntutan
Siswa Mampu
Menelorkan
Kesimpulan-
kesimpulan
1







88

Lampiran 11. Hasil-hasil Ulangan Siswa Siklus II































89

Lampiran 12. Prestasi Belajar Siswa Siklus II
NO SUBJEK PENELITIAN NILAI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
90

Lampiran 13. Bukti Pengamatan Teman Sejawat terhadap Kesesuaian/Ketepatan
Pelaksanan Proses Pembelajaran Problem Based Learning Siklus II

Catatan-catatan masukan-masukan selama pelaksanaan proses pembelajaran
Problem Based Learning Siklus II di Kelas........... SMA...............................
1. Waktu pembelajaran sudah dilakukan sesuai harapan.
2. Pembelajaran sudah dilakukan sesuai tuntutan pembelajaran Problem
Based Learning yaitu: menempatkan siswa dalam posisi sentral,
mengutamakan intelektual siswa salama pembelajaran, menyuruh siswa
menemukan sesuai pembelajaran Problem Based Learning.
3. Kreativitas siswa terlihat cukup baik, partisipasi siswa juga sudah baik,
kontribusi diantara siswa cukup mengesankan.
4. Kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran hampir tidak terlihat
lagi karena guru telah menyiapkan pembelajaran ini dengan baik dan
sudah mendapat cukup pengalaman pada pelaksanaan siklus I.
5. Kelemahan yang lain, dapat dilihat yaitu: waktu pemberian tes terpaksa
tidak diberikan pada saat melaksanakan proses pembelajaran, namun akan
dilaksanakan seminggu setelahnya.



Guru yang Mengamati


( )
NIP.

You might also like