You are on page 1of 9

Hasil pertanian berupa buah-buahan merupakan salah satu komoditi pertanian yang sering

dikonsumsi sehari-hari. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa buah merupakan


makanan wajib yang harus selalu ada. Terutama buah pisang yang dapat tumbuh subur dan
mudah ditemukan baik di pasar tradisional maupun pasar modern, begitu pun dengan buah
tomat.
Mengingat bahwa buah-buahan terdiri dari buah klimakterik dan buah non- klimakterik
yang menyebabkan terjadinya perbedaan waktu selama proses pematangan, sering kali produsen
menggunakan penambahan gas etilen lain untuk memenuhi permintaan pasar dalam
mempercepat pematangan buah, seperti penambahan kalsium karbida (karbit), kalium
permanganat (KMnO
4
), maupun dengan penambahan asam askorbat (vitamin C).
Oleh karena itu, diperlukan adanya praktikum mengenai pengaruh penambahan gas etilen
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap mutu buah sehingga praktikan dapat mengetahui
penanganan dan perlakuan terbaik dalam proses pematangan buah.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh gas etilen terhadap perubahan
mutu bebuahan selama penyimpanan, mengidentifikasi pengaruh KMNO
4
dan oxygen scavenger
terhadap perubahan mutu bebuahan selama penyimpanan, dan menentukan kondisi
penyimpanan yang sesuai untuk komoditi sesayuran.

BAB II
METODOLOGI

2. 1 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah karbit (sumber ethylene), KMnO4 (ethylene scavenger),
vitamin C (oxygen scavenger). Buah yang digunakan adalah pisang dan tomat.
Sedangkan alat yang digunakan adalah kertas saring dan plastik LDPE.
2.2 Metode

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
[terlampir]

3.2 Pembahasan
Berdasarkan sifat alaminya, buah dibagi menjadi dua kelompok yaitu buah klimakterik
dan non-klimakterik. Buah klimakterik adalah buah yang mampu melakukan pematangan hingga
maksimal kemudian akan mengalami pembusukan setelah pemanenan. Sedangkan bebuahan
non-klimakterik adalah buah yang tidak dapat melakukan pematangan lagi melainkan
pembusukan saja setelah pemanenan. Proses pematangan buah dapat terjadi secara alami karena
adanya etilen endogen yang dihasilkan oleh buah yang telah matang sehingga dapat memacu
pematangan buah lainnya maupun dengan penambahan zat pengatur pertumbuhan etilen. Etilen
merupakan senyawa kimia mudah menguap yang dihasilkan selama proses pematangan komoditi
terutama bebuahan dan sayuran. Etilen mempengaruhi buah klimakterik dan nonklimakterik.
Perbedaannya pada buah non-klimakterik etilen hanya mempengaruhi pada respirasi, tetapi tidak
memacu pertumbuhan etilen endogen dan pematangan buah. Sedangkan pada buah klimakterik
mempengaruhi semuanya (Hadiwiyoto, 1981). Praktikum ini buah yang digunakan adalah pisang
dan tomat dengan penyimpanan menggunakan karbit, KMNO2, dan vitamin C.
Karbit atau Kalsium karbida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CaC2. Karbit
apabila terkena air atau uap yang mengandung air akan menghasilkan gas asetilin yang
menyebabkan buah cepat matang, dengan syarat gas ini harus tertutup, tidak di ruangan terbuka.
Penambahan karbit pada pematangan buah menyebabkan konsentrasi ethilen menjadi meningkat.
Haltersebut menyebabkan kecepatan pematangan buah pun bertambah. Semakin besar
konsentrasi gas ethilen semakin cepat pula proses stimulasi respirasi pada buah. Hal ini
disebabkan karena ethilen dapat meningkatkan kegiatan-kegiatanenzim karatalase, peroksidase,
dan amilase dalam buah. Selain itu juga, ethilendapat menghilangkan zat-zat serupa protein yang
menghambat pemasakan buah. Usda (1979) menyatakan bahwa Karbit (CaCl2) yang berfungsi
sebagai etilen buatan pada buah mempercepat proses pematangan sehingga akan meningkatkan
nilai pH buah selama penyimpanan. Mekanisme kerja karbit dalam meghasilkan etilena adalah
CaC2 + 2 H2O C2H2 + Ca(OH)2
Kalium permanganat (KMnO4) merupakan senyawa yang memiliki sifat sebagai
oksidator yang kuat, senyawa ini digunakan sebagai bahan penunda kematangan karena
kemampuannya mengoksidasi etilen yang merupakan hormon pematangan menjadi etilen glikol.
Selain itu juga berfungsi sebagai bahan penyerap etilen dan oksigen yang justru akan
mempertahankan atau bahkan menurunkan nilai pH buah selama penyimpanan (Dumadi 2001).
KMnO4 merupakan senyawa oksidatif yang mempunyai spektrum luas dan bereaksi dengan
baik terhadap etilen. KMnO4 yang baru dijerapkan kedalam absorber berwarna ungu, setelah
bereaksi dengan etilen akan berubah menjadi berwarna coklat (Brody et al. 2001). Tetapi, karena
sifat racunnya, kontak langsung KMnO4 dengan produk pertanian sangat tidak
direkomendasikan. Oleh karena itu, KMnO4 (dengan konsentrasi 4-6%) biasanya dijerapkan
kedalam bahan inert kedalam permukaan luas seperti perlit, alumina, silika gel, vermikulit, karbon
aktif, dan selit (Vermeiren et al. 1999). KMnO4 merupakan oksidator kuat yang dapat
mengoksidasi etilen (Santoso dan Purwoko 1995). Proses pengikatan etilen ini terjadi karena
KMnO4 sebagai pengoksida dapat bereaksi atau mengikat etilen dengan cara memecah ikatan
rangkap yang ada pada senyawa etilen menjadi bentuk etilen glikol dan mangan dioksida.
KMnO4 bersifat tidak menguap sehingga dapat disimpan berdekatan dengan buah tanpa
menimbulkan kerusakan buah.
Vitamin C dikenal dengan nama kimia yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk
golongan antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Oleh
karena itu penggunaaan vitamin C sebagai antioksidan semakin sering dijumpai. Vitamin C pada
praktikum ini berfungsi sebagai oxigen scavenger. Bahan penyerap oksigen adalah suatu bahan
yang dapat menyerap oksigen secara kimiawi. Penggunaan vitamin C dalam penyimpanan buah
dapat mengurangi laju pertumbuhan atau produksi etilen, karena vitamin C dapat mengikat gas
etilen yang keluar dari suatu buah. Pengikatan ini tidak menghentikan secara penuh dari aktivitas
pengeluaran gas,akan tetapi mengurangi aktivitas dari pengeluaran gas. Prinsip kerja dari
penyerap oksigen ini adalah terjadinya reaksi antara suatu bahan dengan oksigen di udara
sehingga kalor di udara menjadi berkurang (Kays 1991). Di antara bahan tambahan yang
berfungsi sebagai penyerap oksigen, asam askorbat (vitamin C) dianggap yang paling aman untuk
digunakan (Vermeiren et al. 1999). Pada prinsipnya, asam L-askorbat akan dioksidasi menjadi
asam dehidro L-askorbat dengan bantuan enzim oksidase atau peroksidase (Vermeiren et al.
1999). Adapun reaksi yang akan terjadi dengan asam L-askorbat adalah
Asam L-askorbat + O
2
Asam dehidro L-askorbat + H2O
Reaksi tersebut menunjukkan bahwa keberadaan asam L-askorbat aktif dan O2 di dalam
kemasan akan menurun karena digunakan untuk mengoksidasi asam L-askorbat, berkurangnya
jumlah O
2
menyebabkan proses respirasi pada buah berjalan lambat sehingga akan
memperpanjang masa simpan.
Pengaruh gas etilen terhadap buah pisang dan tomat pada praktikum dapat dilihat dengan
mengukur perubahan pada parameter susut bobot, perubahan warna, kekerasan, nilai pH, kondisi
sensorik, dan tanda-tanda fidiologis.
Penyusutan bobot buah dipengaruhi oleh pemisahan sel-sel sepanjang lamella tengah yang
porositasnya akan berkurang seiring dengan masaknya buah. Santoso dan Purwoko (1995)
menambahkan, selama proses pematangan terjadi pemecahan polimer karbohidrat terutama
senyawa pectin dan hemiselulosa yang akan melemahkan dinding sel dan gaya kohesif yanf
meningkat. Pemecahan polimer karbohidrat tersebut mempengaruhi bobot buah yang semakin
berkurang selama penyimpanan. Semakin lama waktu penyimpanan pada buah, susut bobot
akan mengalami peningkatan. Proses respirasi pada buah waktu penyimpanan mengubah gula
menjadi karbondioksida dan air, kemudian mengalami penguapan (transpirasi) sehingga susut
bobot pun meningkat (Kader 1992). Pisang dan tomat merupakan suatu buah klimakterik yang
akan mengalami gejala kenaikan respirasi dan kenaikan produksi etilen selama penyimpanan.
Hasil pengamatan pada buah pisang yang menggunakan karbit, menunjukkan bahwa pada
hari pertama hingga hari ke tiga tidak terjadi perubahan susut bobot (bobot tetap), namun pada
pengamatan hari keempat diperoleh data penyusutan bobot sebesar 1 gram. Sedangkan pada
buah tomat, penyusutan terjadi pada hari pertama sebesar 6 gram. Tetapi pada hari kedua hingga
harieempat tidak terjadi penyusutan bobot. Penyusutan bobot pisang pada hari keempat dan
tomat pada hari pertama disebabkan produksi etilen meningkat dan terdapat penambahan etilen
sehingga peningkatannya semakin tinggi. Etilen menyebabkan bobot dari suatu buah menyusut,
karena didalam komponen buah tersusun etilen yang mempengaruhi bobot buah. Buah yang
dimatangkan dengan karbit paling cepat (tidak sampai tiga hari) matangnya. Sedangakan pada
buah yang tidak mengalami perubahan bobot belum membuktikan literature yang diperoleh
karena kesalahan praktikan yang menyebabkan kurang berhasilnya uji tersebut.
Buah pisang yang menggunakan vitamin C tidak mengalami penyusutan bobot. Sementara
pada buah tomat, terjadi penyusutan namun tidak terlalu besar, hanya sekitar 0,02 0,04 gram.
Hal ini sesuai dengan literature bahwa vitamin C merupakan zat yang menyerap oksigen dan
dapat mengikat pengeluaran gas etilen dalam buah ketika penyimpanan sehingga menekan laju
respirasi. Karena adanya tekanan pada laju respirasi, proses pematangan dan pembusukan yang
mengakibatkan penurunan bobot pun akan ditekan. Sehingga penurunan bobot akan sangat kecil.
Sedangkan pada buah pisang dari hari pertama hingga hari keempat yang menggunakan
KMnO4 mengalami penyusutan bobot sebesar 0.2 0.4 gram. Begitu pun pada buah tomat,
umumnya mengalami penurunan dari 1 11.22 gram. Hal ini sesuai dengan literature bahwa
KMnO4 merupakan senyawa oksidatif kuat dan dapat bereaksi dengan baik terhadap etilen. Dari
data tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan karbit menyebabkan susut bobot lebih besar
dibandingkan KMNO4 dan vitamin C.
Pasca panen, klorofil mengalami degradasi yang menyebabkan warna hijau berubah
menjadi kuning. Penurunan warna hijau dapat disebabkan aktivitas respirasi pada buah.
Respirasi dapat meningkatkan kerusakan sel, sehingga kloroplas yang menyimpan klorofil dalam
sel terurai sehingga karatenoid menjadi tampak perkembangannnya dan buah menjadi kuning.
Berdasarkan hasil pengamatan baik pada buah pisang maupun buah tomat yang
mengalami perlakuan dengan menggunakan karbit, KMnO
4
, dan vitamin C umumnya mengalami
perubahan warna yang hampir sama. Hal ini dapat dilihat pada nilai L (kecerahan) yang
menunjukkan semakin lama perlakuan dan penyimpanan dilakukan, nilai yang dihasilkan akan
semakin tinggi. Semakin tinggi nilai kecerahan berarti warna buah semakin gelap menunjukkan
bahwa buah tersebut mengalami proses pematangan yang akan menuju fase pembusukan.
Kekerasan buah diuji menggunakan penetrometer setelah dilakukan penyimpanan menggunakan
perlakuan yang sama dengan yang sebelumnya. Pisang yang disimpan bersama dengan vitamin
C mempunyai nilai rata-rata kekerasan pada hari terakhir pengamatan yaitu 220. Begitu juga
dengan pisang yang disimpan bersama dengan KMNO
4
memiliki nilai kekerasan yaitu 219.
Pisang dengan penyimpanan bersama karbit memiliki nilai 225. Sedangkan kontrol tanpa
pengemasan sebesar 223,5 dan dengan pengemasan memiliki nilai sebesar 226 . Menurut
Muchtadi dan Sugiyono (1992), kekerasan buah menurun karena hemiselulosa dan protopektin
terdegradasi pritopektin meurun jumlahnya karena berubah menjadi pektin yang bersifat larut
dalam air. Peningkatan kekerasan diduga sebagai akibat dari berkurangnya air karena transpirasi
selama penyimpanan sehingga kulit menjadi keras.Hal ini membuktikan bahwa kapur dapat
menyerap air.
Data yang didapat menunjukkan bahwa pisang yang dijadikan kontrol dan dengan
dibungkus bersama karbit mempunyai daging buah yang sangat lunak. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai dari penetrometer yang tinggi yaitu 226, karena semakin tinggi nilai yang
ditunjukkan penetrometer semakin lunak tekstur buah tersebut karena mengalami laju
pematangan yang cepat atau bahkan mengalami kerusakan. Kecepatan pematangan ini
diakibatkan karena buah tersebut yang mengeluatkan etilen dan juga dipicu percepatannya
pengeluaran oleh karbit. Selain itu, pertumbuhan mikroorganisme yang ada pada buah tersebut
akan memicu terjadinya pembusukan. Sedangkan pada pisang dengan penyimpanan bersama
vitamin C dan KMnO
4
memiliki kekerasan daging buah yang paling rendah yaitu dengan nilai
220 dan 219 karena padaKMnO
4
dan vitamin C adalah bahan yang menyerap gas etilen yang
akan memetangkan buah sehingga tingkat kematangannya lebih rendah dibandingkan dengan
pembungkusan bersama etilen.
Tomat dengan perlakuan yang sama juga diuji kekerasannya. Tomat yang dijadikan
kontrol dengan pengemasan mempunyai nilai penetrometer 226 sedangkan tanpa pengemasan
sebesar 223,6. Tomat dengan penyimpanan bersama dengan KMnO
4
telah mengalami kebusukan
dan tidak layak lagi untuk dilakukan pengamatan. Pada tomat yang disimpadan dengan vitamin
C mempunyai nilai penetrometer sebanyak 163. Sedangkan yang terakhir tomat yang disimpan
bersama dengan karbit menunjukkan nilai penetrometer sebesar 212,6.
Dari rata-rata keseluruhan dapat dilihat bahwa penyimpanan bersama dengan karbit
membuat tomat menjadi lebih lunak. Sedangkan penyimpanan dengan vitamin C membuat tomat
dapat lebih bertahan atau dapat dikatakan lebih keras dari tomat yang lain dengan nilai kelunakan
yang lebih kecil yaitu sebesar 163. Hal ini sesuai dengan karbit yang dapat memacu gas etilen
sehingga laju respirasi meningkat, membuat pematangan buah begitu cepat dan melunakkan
daging buah, serta vitamin C yang menyerap oksigen dan menekan laju respirasi. Tetapi terlihat
kejanggalan pada pengemasan bersama KmnO
4
, terjadinya kebusukan pada tomat disebabkan
penanganan sebrlum dilakukannya penyimpanan sehingga terjadinya banyak mikroorganisme
yang tumbuh pada tomay yang akhirnya menyebabkan kebusukan.
Derajat keasaman dalam praktikum ini juga diuji dari beberapa perlakuan penyimpanan
buah pisang dan tomat. Derajat keasaman pada bebuahan ini diuji dari sari buah atau juice
menggunakan pH meter. Pada bebuahan, semakin menuju ke kematangan semakin meningkat
kadar gula dan nilai pH juga meningkat.
Perubahan pH pada pisang kontrol dalam pengamatan ini tidak terlalu signifikan.
Perubahan hanya sedikit menjadi semakin asam yaitu sekitar nilai 4. Pisang yang disimpan
bersama dengan karbit memiliki pH yang semakin basa sekitar 5 menjadi 6. Sedangkan pisang
yang disimpan bersama dengan vitamin C dan KMnO
4
juga semakin basa tetapi kecepatan
perubahannya lebih rendah dibandingkan yang pemnyimpanan bersama etilen. Nilai pH-nya
adalah sekitar 5 sampai 6. Perubahan pH juice pada pisang diakibatnya karena adanya perubahan
struktur polisakarida pada pisang yang mengubah polisakarida menjadi glukosa dan fruktosa
sehingga kadar keasaman buah menjadi semakin berkurang.
Pada tomat, terdapat dua macam kontrol yaitu kontrol yang dikemas dan kontrol tanpa
pengemasan.pada pengamatan dihari terakhir, kontrol yang dikemas maupun tidak mempunyai
pH yang hampir sekitar 4 dan perubahannya semakin lam semakin asam. Tomat yang disimpan
bersama karbit selama penyimpanan pH buah tersebut fluktuatif sekitar 4-5. Sedangkan tomat
bersama vitamin C dan KMnO
4
mengalami perubahan yang semakin basa dari pH kisaran 4
sampai 5 yang prosesnya lebih lambat dibandingkan tomat yang dibungkus bersama karbit.
Perubahan pH juice ini akibat adanya proses pematangan. Proses ini dipicu dengan adanya gas
etilen yang menyebabkan laju respirasi pada buah semakin memingkat sehingga terjadinya
pengubahan polisakarida menjadi glukosa dan fruktosa. Adanya karbit sebagai sumber penghasil
gas etilen menyebebkan laju pemantangan buahnya menjadi semakin cepat, lain halnya dengan
adanya vitamin C dan KMnO
4
yang mempunyai sifat menyerap etilen sehingga pematangannya
semakin lambat.
Reaksi metabolisme akan mengakibatkan berubahnya sifat fisik dan kimia dari buah
tersebut dan secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas buah. Sifat fisik yang
berubah meliputi, warna ukuran, kekerasan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap karbit,
KMnO4, dan vitamin C, secara keseluruhan terjadi kerusakan fisik pada buah seperti warna
memudar disertai bintik hitam yang semakin meluas dipermukaan kulit, aroma buah, dan buah
menjadi lunak. Hal tersebut sesuai dengan literature, bahwa pematangan buah dapat dilihat
melalui kondisi sensorik buah tersebut.
Penambahan etilen karbit, KMnO4, dan vitamin C secara fisiologis, semakin lama juga
akan mempengaruhi penampakan bebuahan yang disimpan. Berdasarkan hasil pengamatan
seluruh komoditi dengan perlakuan KMnO
4,
umumnya mengalami pelambatan dalam proses
fisiologi dalam hal ini pemasakan. Hal ini dapat diamati dalam tabel hasil pengamatan, terlihat
bahwa umumnya seluruh komoditi mengalami pembusukan pada hari ke 4 pengamatan. Menurut
Ables (1973), perlakuan KMnO
4
akan menyebabkan etilen yang dihasilkan oleh komoditi
dioksidasi dan diubah menjadi etilen glikol dan mangan oksida. Oleh karena proses tersebut,
penggunaan KMnO
4
dapat memperlambat proses pemasakan sehingga memperpanjang umur
simpan. Perlakuan dengan menggunakan vitamin C memperlambat proses pematangan buah
namun tidak sebaik perlakuan KMnO
4.
Hal ini terlihat dari proses pembusukan yang terjadi
sejak pengamatan hari ke3. Sementara pada buah yang menggunakan karbit, pada hari pertama
sudah menunjukkan adanya kebusukan. Hal ini sesuai dengan penelitian Murtiningsih, et al
(1993), penggunaan kalsium karbida mempercepat proses pemasakan sehingga banyak
digunakan dalam pemeraman. Hal ini dikarenakan gas karbid akan berikatan dengan air
membentuk gas asetilen yang mempercepat proses pemasakan buah.
Macam-macam bahan penyerap etilen diantaranya ialah KMnO4, Asam L-askorbat
(Vitamin C), Ethylene Block , CaCl
2
, dan CaO. Menurut Sholihati (2004), secara
umum perlakuan bahan penyerap etilen kalium permanganat memberikan pengaruh
terhadap penghambatan pematangan dengan ditekannya produksi etilen dan dapat
dipertahankannya warna hijau, tekstur serta aroma pisang Raja selama 15 hari pada suhu 28C
dan 45 hari pada suhu 13C. Sel a i n i t u, ethylene Block juga mampu menyerap etilen yang ada
di lingkungan sekitar buah dan sayur. Akan tetapi jika dibandingkan dengan KMnO
4
kualitasnya kurang baik. Asam L-askorbat (vitamin C) dimasukkan ke dalam MAP berfungsi
sebagai penyerap oksigen. Menurut Paull dan Qiu (1999), perlakuan CaCl
2
pada buah pepaya
efektif menghambat pelunakan dan perubahan warna buah dengan meningkatnya konsentrasi
kalim dalam buah. Namun Paull dan Qiu (1999), melaporkan bahwa aplikasi CaCl
2
prapanen konsentrasi tinggi terhadap kualitas buahtomat dapat mempengaruhi
kandungan Ca pada buah secara proporsional, tetapi tidak dapat menghambat
indeks perubahan warna kulit buah, kelunakan, kandungan asamtertitrasi, laju respirasi
selama penyimpanan dan tidak dapat mempertahankan kekerasan buah tomat. Penelitian dengan
memanfaatkan CaO (kapur sirih) untuk menghambat proses pematangan buah sampai sejauh ini
belum ditemukan. Masyarakat umum mema nf a at ka n ka pur s i r i h pada pot onga n
bua h denga n ca r a me r e ndamnya s e l ama beberapa waktu sehingga permukaan
potongan buah tersebut menjadi keras.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyimpanan pangan pada dasarnya adalah tindakan untuk memperkecil atau
menghilangkan faktor-faktor perusak yang akan mempercepat kerusakan buah. untuk. Untuk
membuat buah agar cepat matang biasanya digunakan gas etilen. Tetapi pematangan akan
menyebabkan buah cepat rusak. Apabiala buah tersebut tidak segera dikonsumsi karena masih
mengalami transportasi yang lama, maka dilakukan usaha untuk mengendalikan buah agar
tidak segera masak, yang telah dilakukan diantaranya adalah pengendalian dengan cara
penyerapan etilen dengan KMnO
4
maupun oksigen dengan vitamin C sebagai penyerap oksigen
untuk menghambat terjadinya respirasi.
Penambahan gas etilen berupa karbit, KMnO
4
, dan vitamin C membuat konsentrasi
ethilen meningkat. Peningkatan laju respurasi juaga menyebabkan buah cepat mengalami
pematangan. Akan tetapi terdapat perbedaan umur simpan pada nuah yang disimpan dengan
karbit dan buah yang disimpan menggunakan KMnO4 dan vitamin C. Berdasarkan hasil
pengamatan, penggunaan vitamin C menyebabkan respirasi pada buah menurun dan
memperpanjang masa simpan. Hal ini dikarenakan karena keberadaan asam L-askorbat aktif,
oksigendidalam kemasan akan menurun yang digunakan untuk mengoksidasi asam L-askorbat.
Sementara itu, penggunaan KMnO4 menyebabkan umur simpan dan proses pematangan lebih
lama dibandingkan dengankarbit dan vitamin C. Hal ini dikarenakan KMnO4 dapat bereaksi atau
mengikat etilen dengan cara memecah ikatan rangkap yang ada pada senyawa etilen sehingga
dapat menunda pematangan.
Dalam praktikum terjadi kesalahan-kesalahan baik dalam melakukan pengamatan pada
buah maupun pada penghitungan dan penyusunan rekapitulasi data.Kesalahan-kesalahan ini
mempengaruhi analisis terhadap hasil pengamatan yang dilakukan.


4.2 Saran
Peralatan prakrikum sebaiknya dilengkapi agar praktikan dapat melakukan pengamatan
secara maksimal. Kemudian dalam jalannya praktikum sumber keributan sebaiknya
diminimalisir seperti perebutan alat, mengobrol, dan juga yang mancing untuk mengobrol
sehingga dalam praktikum dapat dilaksanakan secara kondusif. Praktikan sendiri sedikit
banyaknya telah berusaha untuk mengkondusifkan diri dalam praktikum. Namun apabila
praktikan kehilangan kendali atau kebangetan ributnya mungkin asisten praktikum dapat
mengambil langkah pendekatan secara personalia dan tidak menambah keributan dengan
menambahkan kalimat-kalimat yang tidak perlu disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abeles, F.B. 1973. Ethylen in Plan Biology. Acaemic Press. New York. 302p.
Brody AL, Strupinsky ER, Kline LR. 2001. Active Packaging for Food Applications. Pensylvania USA:
Technomic Publishing Company Liu 1970, Vermeiren et al. 1999)
Dumadi SR. 2001. Penggunaan Kombinasi Adsorban untuk Memperpanjang Umur Simpan Buah Pisang
Cavendish. Jurnal Teknol dan Industri Pangan 12:13-20.
Hadiwiyoto dan Soehardi. 1981. Penanganan Lepas Panen 1. Departemen pendidikan dan kebudayaan
direktorat pendidikan menengah kejuruan.
Julianti, E dan M. Nurminah. 2006. Buku Ajar Teknologi Pengemasan. Medan: USU Press.
Kader AA. 1992. Postharvest Biology and Technology of Horticultural Crops. USA: Publication 3311.
University of California.
Kays, S. J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. New York : An AVI Book.
Murtiningsih, Sulusi Prabawati, Setyadjit dan Sjaifullah. 1994. Evaluation of ripening manual
which respect to applicability of the ambon putih banan cultivar. Paper presented at
AAPSIP Regional Workshop. Jakarta 7-9 juni, 1994.
Santoso BB, Purwoko BS. 1995 Fisiologi dan Teknologi Pascapanen Tanaman Hortikultura. Indonesia
Australia Eastern Universitas Project.
Sholihati. 2004. Kajian Penggunaan Bahan Penyerap Etilen Kalium Permanganat Unt uk
Me mper panj ang Umur Si mpan Pi s ang Raj a ( Musa paradisiacavar Sapientum L )
Tesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Usda. 1976. Commercial Storage of Fruits, Vegetables, and Florist and Nursery Stocks. New York :
USDA Agric Handbook.
Vermeiren L, Devlieghere F, Van Beest M, Kruijf N, and Debevere J. 1999. Developments in the active
packaging of foods. Trends in Food Science and Technology. 10: 77-86.
Widodo KH, Suyitno, AD Guritno. 1997. Perbaikan Teknik Pengemasan Buah-buahan Segar
untukMengurangi Tingkat Kerusakan Mekanis Studi Kasus di Provinsi Jawa Tengah. Agritech,
17(1):14-17.

You might also like