You are on page 1of 5

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Biodata
Penyakit kusta paling sering terjadi di daerah dengan tingkat sosial ekonomi yang
rendah dan insidennya cenderung meningkat pada daerah tropis/ sub tropis. Kaji pula
secara lengkap jenis pekerjaan klien, resiko trauma pekerjaan dan kemungkinan
kontak dengan penderita kusta.

b. Keluhan utama
`Klien sering datang ke tempat pelayananan kesehatan dengan keluhan adaya
bercak putih yang tidak terasa atau keluhan kontaktur pada jari-jari

c. Riwayat penyakit sekarang
Kaji pada klien kapan timbul keluhan dan bagaimana proses perubahannya baik
warna kulit maupun keluhan lainnya. Pada kasus yang lain dapat ditemui keluhan lain
semisalnya gatal, nyeri, paas, atau rasa tebal. Kaji apa klien pernah mengalami
pemeriksaan laboratorium, hal ini untuk mengetahui apakah klien pernah menderita
penyakit tertentu sebelumnya. Kemudian, pengobatan apa yang pernah dijalani oleh
klien sebelumnya karena reaksi obat juga menimbulkan perubahan warna kulit dan
reaksi alergi lain. Apabila sudah pernah minum obat, kaji lagi lebih detail jenis obat
dan keteraturan minum obat.

d. Riwayat penyakit dahulu
Salah satu penyebab penyakit kusta selain adanya bakteri M. Leprae juga
dikarenakan daya tahan tubuh yang menurun.

e. Riwayat penyakit keluarga
Sebenarnya penyakit kusta bukanlah penyakit keturunan yang diturunkan
pergenerasi atapun karier. Namun, perlu dikaji apakah keluarga ada yang menderita
penyakit yang sama . Karena karakteristik penyakit kusta adalah penyakit yang
continous atau berkelanjutan, intim dimana menular melalui kontak yang dekat dan
berkepanjangan dimana orang yang beresiko tertular biasanya adalah orang yang
sering kontak secara langsung dengan klien.

f. Riwayat psikososial
Pada masyarakat kita sering kali penyakit kusta dianggap sebagai penyakit yang
menjijikkan dan memalukan. Paradigma ini muncul dikarenakan penderita kusta
dapat mengalami kecacatan ataupun deformitas. Hingga perlu dikaji bagaimana
konsep diri klien dan anggapan klien terhadap penyakit yang menimpanya serta
respon keluarga/ masyarakat terhadap klien.

g. Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Kaji adanya ruam, hipopigmentasi, serta eritematosa dengan permukaan yang
kasar atau licin dengan batas yang kurang jelas. Pada tipe tuberkuloid dapat
ditemukan gangguan saraf kulit yang disertai dengan penebalan syaraf, adanya
nyeri tekan akibat jaringan fibrosa, anhidrasi, dan kerontokan rambut pada
tipe lepromatus, dijumpai hidung pelana dan wajah singa. Selain itu kaji juga
adanya kelainan otot berupa artrofi disuse otot yang ditandai dengan
kelumpuhan otot.
Diikuti dengan adanya kekakuan sendi atau kontraktur sehingga terjadi clow
hand, drop foot dan drop hand. Kaji juga adanya osteomilitis serta
pemendekan kerusakan tulang. Periksa kelainan mata akibat kelumpuhan.
Inspeksi mata kering kereatitis ulkus kornea iritis iridoskilitik dan berakhir
dengan kebutaan.

b) Palpasi
Temukan adanya penebalan serabut syaraf, macula anastetika pada tipe T dan
macula non anastetika pada tipe L. Serta permukaan yang kering dan kasar.

h. Pemeriksaan penunjang
a) Uji kulit
Penggunaan jarum untuk mengertahui adanya rasa sakit dilakukan dengan
meminta pasien menyebutkan area yang lebih terasa nyeri. Lalu kaji adanya
rasa pada kulit dengan disentuh kapas atau bulu ayam. Jika tidak bisa, lakukan
dengan reaksi suhu.
b) Uji keringat
Uji ini dilakukan dengan menggores lesi dengan pensil tinta mulai dari
beberapa cm dari arah dalam keluar. Hasilnya, akan terjadi perubahan warna
ungu sedangkan di area lesi tidak berubah warna. Pada uji ini ditemukan
anhidrosis karena rusaknya kelenjar keringat.
c) Uji lepromin
Untuk menentukan diagnosis dan klasifikasi kusta. Pada tipe 1, uji T dan
BT uji lepromin positif. Sedang tipe BB, BL dan LL uji leprominnya negative.
3.2 Diagnosa & Intervensi Keperawatan Teoritis
3.2.1 Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit: lesi yang berhubungan dengan perubahan sensasi
2. Perubahan gangguan persepsi / sensori visual b.d perubahan integrasi sensori
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular sekunder kelumpuhan otot
4. Gangguan citra tubuh b.d penyakit
5. Isolasi sosial b.d perubahan penampilan fisik
6. Resiko cedera b.d anestesi/ hilang rasa sakit sekunder neuritis
3.2.2 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas kulit: lesi yang berhubungan dengan
perubahan sensasi
Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
NOC :
a. Dalam waktu
3x24 jam suhu,
elastisitas,
hidrasi,
pigmentasi, dan
warna jaringan
kulit pasien ada
dalam rentang
yang diharapkan

b. Pasien/ keluarga
menunjukkan
rutinitas
perawatan kulit
yang optimal
NIC :
1. Pengkajian
a. Kaji karakteristik lesi (lokasi, luas, dalam, jaringan
nekrotik) dan kondisi sekitar lesi
2. Intervensi
a. Lakukan perawatan luka secara rutin dan tindakan
control infeksi
b. Ajarkan pada pasien/ anggota keluarga tentang
prosedur perawatan luka
3. Kolaborasi
a. Lakukan advis dokter untuk memberikan obat sesuai
dosis
b. Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi
protein, mineral, kalori dan vitamin

Diagnosa Keperawatan : Perubahan gangguan persepsi / sensori visual b.d perubahan
integrasi sensori
Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
NOC :
a. Pasien akan
berinteraksi
secara sesuai
dengan orang lain
dan lingkungan

b. Pasien mampu
mengkompensasi
deficit sensori
dengan
memaksimalkan
indra yang tidak
rusak
NIC :
1. Pengkajian
a. Identifikasi factor yang berpengaruh terhadap
gangguan persepsi/ sensori
b. Pantau adanya barang-barang yang membahayakan
di lingkungan
2. Intervensi
a. Identifikasi diri anda ketika memasuki area pasien
b. Jangan memindahkan barang-barang disekitar pasien
tanpa sepengetahuan pasien
c. Tingkatkan pengelihatan pasien yang masih tersisa,
jika diperlukan
3. Kolaborasi
a. Adakan terapi okupasi rujukan, bila diperlukan

Diagnosa keperawatan : Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular
sekunder kelumpuhan otot

Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
NOC :
a. Pasien akan
melakukan
aktivitas sehari-
hari secara
NIC :
1. Pengkajian
a. Kaji kebutuhan akan bantuan pelayanan kesehatan di
rumah dan kebutuhan akan peralatan pengobatan
yang tahan lama
mandiri dengan
alat bantu
b. Kaji kebutuhan pasien akan pendidikan kesehatan
c. Tentukan tingkat motivasi pasien untuk
mempertahankan/ meningkatkan mobilitas sendi dan
otot
2. Intervensi
a. Berikan penguatan positif selama aktivitas
b. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan postur dan
mekanika tubuh yang benar saat melakukan aktifitas
c. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM
aktif/ pasif untuk mempertahankan/ memperkuat otot
d. Dukung pasien dan keluarga untuk memandang
keterbatasan dengan realistis
3. Kolaborasi
a. Rujuk ke ahli terapi fisik untuk program latihan

Diagnosa keperawatan : Gangguan citra tubuh b.d penyakit
Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
NOC :
a. Pasien akan
mengidentifikasi
kekuatan
personal

b. Pasien mampu
memelihara
hubungan sosial
yang dekat dan
hubungan
personal
NIC :
1. Pengkajian
a. Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non
verbal pasien tentang tubuh pasien
b. Tentukan harapan pasien tentang gambaran tubuh
pasien sesuai dengan tahap perkembangan
c. Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin dan
usia dari orang penting bagi pasien menyangkut citra
tubuh
2. Intervensi
a. Dengarkan psien / keluarga secara aktif dan akui
realitas adanya perhatian terhadap perawatan,
kemajuan dan prognosis
b. Beri perawatan dengan cara tidak menghakimi,
pelihara privasi dan martabat pasien
c. Identifikasi cara-cara untuk mengurangi dampak dari
segala kesalahan penggambaran memalui
berpakaian, kosmetik, atau sesuai kebutuhannya
3. Kolaborasi
a. Rujuk pada pelayanan sosial untuk merancanakan
perawatan dengan pasien / keluarga
b. Tawarkan untuk melakukan panggilan pada sumber-
sumber komunitas yang tersedia untuk pasien/
keluarga

Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial b.d perubahan penampilan fisik
Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
NOC :
a. Pasien mampu
mengidentifikasi
dan menerima
karakteristik
pribadi atau
perilaku yang
mempengaruhi
isolasi sosial

b. Mulai berhubungan
dengan orang lain

c. Mengembangkan
keterampilan sosial
yang dapat
mengurangi isolasi
NIC :
1. Pengkajian
a. Identifikasi dengan pasien faktor-faktor yang
mempengaruhi pada perasaan isolasi sosial
2. Intervensi
a. Kurangi stigma isolasi dengan menghormati
martabat pasien
b. Dukung usaha-usaha pasien, keluarga, dan teman-
teman untuk berinteraksi
c. Dukung hubungan dengan orang lain yang
memiliki ketertarikan dan tujuan yang sama
d. Berikan uji pembatasan interpersonal
e. Beri umpan balik tentang peningkatan dalam
perawatan penampilan diri atau aktivitas lainnya

Diagnosa keperawatan : Resiko cedera b.d anestesi/ hilang rasa sakit sekunder
neuritis
Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
NOC :
a. Pasien / keluarga
akan mampu
mengidentifikasi
resiko yang
meningkatkan
kerentanan
terhadap cedera

b. Pasien dapat
menghindari cedera
fisik
NIC :
1. Pengkajian
a. Identifikasi factor yang mempengaruhi kebutuhan
keamanan yaitu deficit sensorik/ motorik
b. Identifikasi factor lingkungan yang
memungkinkan resiko jatuh/ cedera
2. Intervensi
a. Jangan lakukan perubahan yang tidak diperlukan
dilingkungan fisik (misalnya penempatan mebel)
b. Yakinkan bahwa pasien menggunakan sepatu
yang sesuai (misalnya, haknya tidak tinggi dan
tali terikat aman)
c. Sediakan alat bantu berjalan
d. Gunakan alat pemanas dengan hati-hati pada
pasien dengan deficit sensori untuk mencegah
luka bakar
3. Kolaborasi
a. Rujuk pada kelas pendidikan pada komunitas

You might also like