You are on page 1of 9

ANALISA TINDAKAN

PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE


DI RUANG IGD RSUD SALATIGA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Ajar Praktik Keperawatan Dewasa III
( Stase Kegawatdaruratan )




Disusun Oleh:
MITSALINA MAULIDA HAFIZH
G2B009050






PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012

Inisial pasien (usia) : Ny.N. (35 tahun)
Diagnosa medis : Suspect Ileus Obstruktif
Tanggal masuk : 26 September 2012 pukul 09.24 WIB
Tanggal dilakukan tindakan : 26 September 2012 pukul 09.40 WIB

1. Diagnosa keperawatan dan dasar pemikiran
DS :
- Klien mengatakan sudah tiga hari muntah-muntah
- Klien mengatakan nyeri saat perutnya ditekan
- P : Klien mengatakan nyeri ketika perutnya ditekan
- Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
- R : Klien mengatakan nyeri di perut sebelah kanan
- S : Klien mengatakan skala nyeri mencapai angka 7
- T : Klien mengatakan nyeri datang tiba-tiba dan akan bertambah jika ditekan
DO :
- GCS = 15 (E4V5M6)
- Terdapat distensi abdomen
- RR : 24 x/menit, irama teratur
- HR : 100x/menit
- Bising usus : 14x/menit
- Klien tampak menahan nyeri

Diagnosa keperawatan :
Nyeri akut berhubungan dengan reflex spasme otot sekunder (akibat ileus)
1
.

Dasar pemikiran :
Klien masuk ke IGD pada tanggal 26 September 2012 pukul 09.24 WIB dengan keluhan
muntah selama tiga hari terakhir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil adanya distensi
abdomen, peningkatan bising usus dan terdapat nyeri tekan bagian abdomen. Klien
merupakan suspect ileus obstruktif.
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus
2
. Limen usus yang
tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam
lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan
H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat,
menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding
usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan
toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi
kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan
dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian.
Salah satu tindakan awal yang dapat dilaksanakan untuk menanggulangi ileus obstruktif
adalah dengan memasang nasogastric tube pada klien. Nasogastric tube dapat digunakan
untuk dekompresi usus (pengosongan isi lambung untuk memecahkan obstruksi) dan
membantu memudahkan diagnose klinik melalui analisa substansi isi lambung.

2. Tindakan keperawatan yang dilakukan
Melakukan pemasangan nasogastric tube.
Tujuan
3
:
a. Mengurangi isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam lambung
(cairan,udara,darah).
b. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung
Indikasi :
a. Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan
b. Keracunan makanan minuman
c. Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT
d. Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung

Kontraindikasi :
Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan kepada beberapa pasien
predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya sewaktu memasang NGT,seperti:
Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior fossa skull
fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka potensial akan melewati
criboform plate, ini akan menimbulkan penetrasi intracranial.
Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali ingestion juga
beresiko untuk esophageal penetration.
Klien dengan Koma juga potensial vomiting dan aspirasi sewaktu memasukan NGT, pada
tindakan ini diperlukan tindakan proteksi seperti airway dipasang terlebih dahulu sebelum
NGT .
Prosedur
4
:
a. Persiapkan peralatan dan bahan-bahan yang dibutuhkan :
- Selang nasogastrik (ukuran tergantung pada kebutuhan pasien)
- Pelumas/ jelly
- Spuit berujung kateter 60 ml
- Stetoskop
- lampu senter/ pen light
- klem
- Handuk kecil
- Tissue
- Spatel lidah
- Sarung tangan dispossible
- Plester
- Kidney tray
- Bak instrumen

b. Jelaskan kepada klien tentang tujuan prosedur dan langkah-langkah prosedur yang akan
dilaksanakan.
c. Jaga pivacy klien
d. Cuci tangan
e. Cuci tangan dan atur peralatan
f. Identifikasi kebutuhan ukuran NGT klien
g. Bantu klien untuk posisi semifowler
h. Posisi klien yang diperlukan :Jika klien sadar dan bisa komunikasi maka posisisnya sitting
position in high-Fowlers dan jika klien tidak sadar (unconscious) posisinya kepala
kebawah, sedikit miring kearah kiri dan posisi badan klien tidur terlentang.
i. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila tangan dominan kanan(atau sisi kiri bila
anda bertangan dominan kiri)
j. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal:Minta klien untuk bernafas melalui satu lubang
hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan
mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas
k. Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah dalam jangkauan
klien
l. Gunakan sarung tangan
m. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.Ukur jarak
dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang pada
daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi
tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil
n. Minta klien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung yang
paling bersih
o. Pada saat memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien menahan kepala dan
leher lurus.
p. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan klien untuk
menekuk kepala ke depan dan menelan
q. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa
memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung di tenggorokan,
tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong klien
untuk bernafas dalam
r. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan insersi
selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut untuk melihat slang,
Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak
10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan
stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
s. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1
inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung,
kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang
t. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien. Pita karet dapat digunakan
untuk memfiksasi slang.
u. Kurangi manipulasi atau merubah posisi klien sewaktu memasukan NGT, termasuk juga
batuk atau tersedak karena bisa menyebabkan cervical injury karena manual stabilization
of the head sangat diperlukan sewaktu melaksanakan prosedur.
v. Stabilisasikan posisi kepala.
w. Rapikan alat
x. Cuci tangan

3. Prinsip-prinsip tindakan
5

a. Digunakan berbagai ukuran selang, and pemilihan ukuran yang sesuai tergantung pada
tujua penggunaan dan perkiraan lama/ durasi penggunaan selang
b. Selang berdiameter kecil ( 8 Fr sampai 12 Fr ), lunak, fleksible, sering digunakan untuk
pasien yang membutuhkan enteral feeding untuk kurang dari 6 minggu
c. NGT berdiameter besar, kurang flexible, lebih kaku, digunakan untuk pemberian obat,
dekompresi/pengurangan tekanan udara di lambung, dan untuk feeding jangka pendek (
biasanya kurang dari 1 minggu ).
d. Keuntungan NG tubes ukuran kecil dengan ukuran besar meliputi : kurang menimbulkan
trauma pada mukosa nasal baik selama pemasangan maupun NG tube insitu, dan toleransi
klien lebih
e. Penggunaan NGT ukuran kecil sebagai tindakan propilaksis untuk pencegahan gastro-
oesofageal reflux dan micro-aspiration isi lambung, ke dalam jalan napas bagian bawah
meskipun masih kontroversial sebagaimana yang lain menunjukkan tak ada hubungan
antara ukuran NGT dan komplikasi-komplikasi ini.
f. Displacement dapat terjadi ukuran besar maupun kecil, namun ukuran kecil lebih mudah
dislokasi, sering ke dalam jalan napas dan tanpa tanda-tanda dapat terlihat dari luar, dan
mudah terjadi kemacetan dan melilit.
g. Insertion of the NG tube adalah suatu procedure yang kompleks, and membutuhkan skill
and keahlian sebaimana kesalahan-kesalahan penempatan dapat berakibat pada
komplikasi-komplikasi .
h. Selama awal pemasangan NGT, misplacement dapat meliputi respiratory tract , brain,
oesophagus, peritoneum, stomach (duodenal tube) and intestine (gastric tube) .
i. Upward displacement meningkatkan resiko pada pulmonary aspiration, sedangkan
downward displacement meningkatkan resiko feeding intolerance jika formula atau obat-
obatan diberikan melalui tubing itu.

4. Analisa tindakan keperawatan
Tindakan pemasangan NGT sudah dilaksanakan sesuai dengan teori. Hanya saja tidak
dilakukan pemasangan handuk di bawah dagu klien. Prosedur telah dilaksanakan dengan hati-
hati dan perawat cukup memperhatikan respon klien.

5. Bahaya yang dapat terjadi
Komplikasi mekanis :
- Aliran selang NGT tersumbat.
- Dislokasi NGT, misalnya karena ketidaksempurnaan perlekatan NGT dengan plester
di sayap hidung.
Komplikasi pulmonal: misalnya aspirasi.

6. Hasil yang didapat dan maknanya
S :
- P : Klien mengatakan nyeri ketika perutnya ditekan
- Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
- R : Klien mengatakan nyeri di perut sebelah kanan
- S : Klien mengatakan skala nyeri berkurang ke angka 6 setelah terpasang NGT
- T : Klien mengatakan nyeri datang tiba-tiba dan akan bertambah jika ditekan
O :
- Tampak keluaran cairan berwarna putih dengan konsistensi yang kental dari NGT
- Haluaran cairan sekitar 20 cc
- Klien tampak menahan nyeri
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi (pendidikan kesehatan tentang tindakan medis berupa pembedahan)

7. Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa
keperawatan di atas (mandiri dan kolaboratif).
Mandiri :
a. Ajarkan klien teknik napas dalam untuk meredakan nyeri.
b. Lakukan teknik distraksi kepada klien untuk mengalihkan perhatian klien dari nyeri yang
dirasakan.
c. Minta keluarga untuk memberikan dorongan dan semangat kepada klien.
Kolaborasi :
a. Beri obat analgesic (perda nyeri).

8. Evaluasi diri
Dalam pelaksanaan prosedur, perawat tentunya perlu menjelaskan tujuan dan langkah-langkah
prosedur kepada klien maupun keluarga untuk menurunkan tingkat kecemasan dan
memberikan kenyamanan kepada klien maupun keluarga. Setelah pelaksanaan prosedur pun,
perawat perlu mengevaluasi respon klien untuk mengetahui perubahan/perkembangan kondisi
klien.

9. Kepustakaan
Heather Herdman. 2010. NANDA International, Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC.
Metheny, N A. & Titler, M. 2001. Assessing Placement of Feeding Tubes. American Journal
of Nursing 101(5).
Payne-James, J. 1995. Enteral Nutrition: Tubes and techniques of delivery. In: Artificial
Nutritional Support in Clinical Practice (Payne James, J Grimble, G & Silk, D) p197 - 213.
Edward Arnold. 2004. London Practical Aspects of Nutritional Supports: an Advanced
Practice Guide.
Saunders, Nightingale. 2001. Insertion and Care of Enteral Feeding
Tubes. In Nightingale J M D (Ed) Intestinal Failure Greenwich Medical
Media, London

You might also like