Professional Documents
Culture Documents
Pengkajian
Umur : ..
Umur : .....
Agama : ..
Agama : ..
Pendidikan: ..
Pendidikan : ..
Pekerjaan: ..
Pekerjaan : ..
Alamat :
Faktor ibu :
- Ibu sefalo pelvic disease (panggul ibu yang sempit)
- Umur ibu yang sudah tua
B.
Anamnesa Khusus
1. Keluhan utama
Ibu mengatakan tangan kanan bayinya tidak bereaksi terhadap rangsangan yang
diberikan
ibu mengatakan tangan kanan bayinya tidak bisa menggengam dan kedua telapak
3. Riwayat antenatal
selama hamil apakah pernah menderita penyakit kronis ataupun menular,
berapakah porsi makan tiap hari dan berapa kali melakukan kunjungan
kehamilan, gerakan janin bagaimana, apakah aktif atau tidak, serta berapa kali
mendapat imunisasi TT dan kapan waktu pemberiannya, mendapat tablet tambah
darah dan vitamin atau tidak.
4. Riwayat natal
Berapa minggu usia kehamilan ketika melahirkan dengan ditolong oleh siapa
ketika bersalin, lahir spontan atau dengan tindakan, berapa lama waktu
persalinannya, keadaan ketubannya bagaimana, apakah ada tanda gawat janin
sebelumnya atau tidak.
Trauma Fleksus Brachialis dapat terjadi karena :
Trauma pleksus brakialis sering terjadi pada penarikan lateral yang dipaksakan pada
kepala dan leher, selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau bila lengan
diekstensikan berlebihan diatas kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan
berlebihan pada bahu.
Cedera fleksus brachialis sering terjadi dan ditemukan biasanya terjadi setelah suatu
persalinan yang sulit, namun kadangkala sesudah persalinan yang tampaknya mudah,
bayi baru lahir dengan mengalami kelumpuhan.
Cedera fleksus brachialis dapat terjadi saat prenatal atau selama proses kelahiran saat
traksi digunakan di leher. Cedera tersebut dapat terjadi pada kelahiran presentasi bokong
yang di perberat dengan distosia bahu.
4.
Riwayat neonatal
Panjang badan diukur dari puncak kepala sampai tumit pada bayi cukup bulan
normalnya 48-53 cm. terkadang agak sulit dilakukan padabayi cukup karena
adanya molase, ekstensi lutut tidak sempurna. Bila panjang badan kurang dari
45 cm atau lebih dari 55 cm perlu dicermati adanya penyimpangan kromosom.
Lingkar kepala diukur dangan meteran, mulai dari bagian depan kepala
(diatas alis atau area frontal) dan. area occipital disebut oksipitofrontalis yang
merupakan diameter terbesar. Lingkar kepala normalnya 31-35,5 cm pada bayi
cukup bulan.
Ukuran muka belakang
o
Ukuran melintang
o
Diameter biparietalis 9 cm
Diameter bitemporalis 8 cm
Ukuran lingkaran
Lingkar dada pada bayi cukup bulan normalnya 30,5-33 cm. sekitar
2cm lebih kecil dari lingkar kepala. Pengukuran dilakukan tepat pada
garis bawah dada. Bila panjang badan kurang dari 30 cm perlu
dicurigai adanya premature.
Pemberian nutrisi
Berikan asi seserig keinginan bayi atau kebutuhan ibu. Frekuensi menyusui setiap 23 jam, atau sewaktu-waktu saat bayi menangis, dan berhati-hati, karena adanya luka
perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium. (hal ini akan
terhambat karena adanya luka)
Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan
Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya botol berisi air
panas)
c.
Mencegah infeksi
Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet untuk BAK/BAB
Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah tali pusat.
Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera ke bidan jika
timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.
Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi setiap
hari
Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan
sabun setiap hari.
d. Aktifitas
Menangis pada bayi berarti berkomunikasi dan bisa menunjukkan rasa lapar, nyeri,
keinginan untuk diperhatikan, atau rasa tidak puas. Tangisan karena lapar biasanya keras
dan lama tidak berhenti sampai diberi makan, tangisan karena nyeri memiliki nada yang
lebih tinggi dan melengking, menangis karena merasa tidak puas bernada lebih rendah
dan memiliki intensitas yang lebih rendah dan bervariasi. Bayi dengan fraktur brakhialis
cenderung menangis dan rewel karena ketidaknyamanan kondisi tubuhnya. Dan tidak
dapat bergerak aktif seperti bayi normal yang sehat.
e.
Ekstremitas atas
lengan lengan bawah, atas dan tangan, menyebabkan mati rasa, kesemutan, nyeri,
kelemahan, gerakan terbatas, atau bahkan kelumpuhan. kelemahan otot-otot fleksor pada
sendi siku (m.biceps dan m.brachialis) yang menyebabkan ekstremitas dalam posisi
adduksi, rotasi ke arah medial dengan ekstensi pada sendi siku.
f.
Eliminasi
Baik urine dan mekonium keluar 24 jam pertama, mekonium bewarna hitam kecoklatan.
Untuk bayi normal frekuensi berkemih 6-8 kali perhari dan BAB 3 kali perhari.
g.
Bounding attachment
Ikatan antara ibu dan bayi dalam bentuk kasih sayang dan belaian. Perkembangan bayi
normal sangat tergantung dari respon kasih saying antara ibu dengan bayi yang dilahirkan
yang bersatu dalam hubungan psikologis dan fisiologis. Interaksi yang menyenangkan
misalnya sentuhan pada anggota tubuh bayi, tatapan mata antara ibu dan bayi. (Suherni,
perawatan masa nifas, 64:2009)
h.
i.
Pemberian vitamin K
j.
Pemberian imunisasi
Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan usia dan keadaan bayi. Imunisasi yang
diberikan pada bayi usia 0-7 hari adalah imunisasi Hepatitis B, manfaat imunisasi ini adalah
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran
Dinilai tangisannya, tonus otot, dan gerakan dari bayi, aktif atau tidak
TTV:
Suhu
: 36,5c-37c
Nadi
Pernapasan
Kepala
Lakukan inspeksi daerah kepala, lihat apakah ada molase, Caput
succadenum dan chepal hematoma, perdarahan ataukelainan lainnya.
Muka
Lihat kesimetrisannya, warna kemerahan atau kebiruan, adanya
ptikie atau tidak.
Mata
Lihat kedua mata bayi apakah kedua mata tampak normal dan
apakah bergerak bersama, lakukan pemeriksaan dengan melakukan
penyinaran pada pupil bayi. Jika disinari, keduamata mengecil
berarti dalam keadaan normal. Selanjutnya lihat sclera dan
konjungtivanya.
Mulut
Lihat warna mulut, ada tanda hidrasi atau tidak, apakah ada
kelainan bawaan atau tidak.
Hidung
Pertama yang kita lihat apakah bayi dapat bernapas dengan lancar
Telinga
Lihat kebersihan telinga, apakah ada kaluaran atau tidak, keadaan
tulang rawan dan daun telinga, kesesuaian posisi mata dan telinga
Kulit
Pada kulit yang perlu diperhatikan adalah verniks, warna,pembengkakan
atau bercak-bercak hitam dan kemerahan seperti tanda lahir.
Leher/ Tenggorokan
Periksa leher apakah ada pembengkakan dan benjolan.Pastikan untuk
melihat apakah kelenjar thyroid bengkak, hal ini merupakan suatu masalah
pada BBL.
Dada
Yang diperiksa adalah bentuk dari dada, simetris atau tidak, puting, bunyi
napas dan bunyi jantung.
Perut GIT
Pada perut yang diperhatikan adalah bentuk dari perut bayi, lingkar perut,
penonjolan sekitar tali pusat ketika bayimenangis, perdarahan pada tali
pusat, dinding perut lembek pada saat bayi tidak menangis dan benjolan
yang terlihatpada perut bayi.
Punggung
Simetris atau tidak, apakah ada benjolan abnormal atau tidak,
apakah ada pembengkakan ataupun cekungan.
Genetalia
Pada bayi laki-laki yang harus diperiksa adalah normalnyadua
testis dalam skrotum kemudian apakah pada ujungpenis terdapat
lubang. Pada bayi perempuan yang harusdiperiksa adalah
normalnya labia mayora dan minora, pada vagina terdapat lubang,
pada uretra terdapat lubang danterdapat klitoris
Anus
Yang perlu diperiksa adalah keadaan anus, apakah anus berlubang atau tidak,
apakah ada kelainan lain pada anus atau tidak.
3. Pemeriksaan Reflek
a.
Refleks melangkah
Bila tubuh bayi dipegang pada bagian bawah ketiaknya dalam posisi
tegak (pastikan kepalanya tertopang dengan baik!), lalu kakinya
menyentuh bidang yang datar, secara otomatis si kecil akan
meluruskan tungkainya seolah-olah hendak berdiri. Begitu tubuhnya
dimiringkan ke depan, kakinya akan bergerak seakan-akan ingin
melangkah.
mendapat ASI.
c.
Refleks menghisap
Bila bibirnya disentuh dengan ujung jari Anda, secara otomatis bayi
akan membuka mulutnya dan mulai menghisap.
Catatan: Ketika puting susu masuk ke dalam mulutnya, ia akan
langsung menghisap ASI. Pada bayi dengan oral trush akan kesulitan
untuk menghisap karena ada lesi pada rongga mulutnya.
d. Reflek menelan
Dengan adanya air susu yang ada dimulutnya otomatis bayi akan
dengan cepat menelan air susu yang ada dalam mulutnya.
pada bayi dengan oral trush reflek ini tidak terlalu tampak karena
gangguan kenyamanan pada mulutnya sehingga bayi tidak mau /
malas untuk minum.
e.
f.
Refleks morro
Bila Anda memukul keras-keras atau menarik alas tidurnya serta
mengangkat dan menurunkan tubuhnya secara mendadak, maka
kedua tangan serta kakinya akan merentang dan menutup lagi.
Bersamaan dengan itu, jemarinya pun menggenggam. Pada bayi
dengan trauma fleksus bracialis Reflek morro negative.
g.
Catatan: Refleks ini paling jelas terlihat saat si kecil berusia 2 bulan,
namun akan menghilang saat usianya 5 bulan. Pada bayi dengan
trauma fleksus brachialis reflek tonic neck negative.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiografi
1. Foto vetebra vertical untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra vertical
2. Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur scapula, klavekula dan hemerus
EMG NVC
1.
2.
Pemeriksaan EMG dengan jarum pada otot dapat tampak fibrilasi, positive sharp
wave (pada lesi axonal), amplitudo dan durasi. SSEP (Somatosensory evoked
potensials). Berguna untuk membedakan lesi proksimal misalnya pada root
avulsion
II. DIAGNOSA
Bayi Ny.. usia.. dengan trauma fleksus brachialis
Masalah
: -
Data Obyektif :
TTV:
: dalam batas normal 36,5-37,50C
- Suhu
- Nadi
: pada menit menit pertama 180 x/menit lalu menurun 120 140
x/menit
- Pernapasan
: pada menit menit pertama 140 x/menit dan sampai pada 40-60
x/menit.
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas atas
Yang dilakukan adalah melihat gerakan bayi apakah aktif atau tidak kemudian menghitung jumlah
jari
Pada bayi dengan trauma fleksus brachialis :
1) Gangguan motorik lengan atas
2) Lengan atas dalam kedudukan ekstansi dan abduksi
3) Jika anak diangkat maka lengan akan lemas tergantung
4) Refleks moro negatif
5) Hiperekstensi dan fleksi pada jari-jari
6) Refleks meraih dengan tangan tidak ada
7) Paralisis dari lengan atas dan lengan bawah
Luka pada pleksus brakialis mempengaruhi saraf memasok bahu Lengan bawah, atas
dan tangan, menyebabkan mati rasa, kesemutan, nyeri, kelemahan, gerakan terbatas, atau
bahkan kelumpuhan kelemahan otot-otot fleksor pada sendi siku (m.biceps dan m.brachialis)
yang menyebabkan ekstremitas dalam posisi adduksi, rotasi ke arah medial dengan ekstensi
pada sendi siku.
Pemeriksaan Reflek
a.
Refleks morro
Bila Anda memukul keras-keras atau menarik alas tidurnya serta
mengangkat dan menurunkan tubuhnya secara mendadak, maka
kedua tangan serta kakinya akan merentang dan menutup lagi.
Bersamaan dengan itu, jemarinya pun menggenggam. Pada bayi
dengan trauma fleksus bracialis Reflek morro negative.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiografi
1. Foto vetebra vertical untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra vertical
2. Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur scapula, klavekula dan hemerus
EMG NVC
3.
Pemeriksaan NCV untuk mengetahui system motorik dan sensorik, kecepatan hantar
saraf serta latensi distal. SNAPs (sensory nerve action potentials) berguna untuk
membedakan lesi preganglionic atau lesi postganglionic. Pada lesi postganglionic,
SNAPs tidak didapatkan tetapi positif pada lesi preganglionic.
4.
Pemeriksaan EMG dengan jarum pada otot dapat tampak fibrilasi, positive sharp wave
(pada lesi axonal), amplitudo dan durasi. SSEP (Somatosensory evoked potensials).
Berguna untuk membedakan lesi proksimal misalnya pada root avulsion
ibu dapat menjelaskan kembali tentang kondisi bayinya saat ini dengan
trauma fleksus brakhialis.
Kesadaran komposmentis
Tidak Terjadi tanda-tanda bahaya atau komplikasi pada bayi dengan trauma
fleksus brachialis
Rencana Tindakan :
1)
2)
3)
4)
5)
III. IMPLEMENTASI
1.
Menjelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya saat ini mengalami trauma pada fleksus
brachialix
2.
Menjelaskan pada ibu tentang penyebab, penanganan, dan komplikasi yang mungkin
ditimbulkan dari bayi dengan fraktur brakhialis.
Luka pada pleksus brakialis mempengaruhi saraf memasok bahu, lengan lengan
bawah, atas dan tangan, menyebabkan mati rasa, kesemutan, nyeri, kelemahan, gerakan
terbatas, atau bahkan kelumpuhan ekstremitas atas, cedera pleksus brakialis terjadi
selama kelahiran. Bahu bayi mungkin menjadi dampak selama proses persalinan,
menyebabkan saraf pleksus brakialis untuk meregang atau robek.
Pada bayi dengan trauma fleksus brachialis terjadi :
1) Gangguan motorik lengan atas
2) Lengan atas dalam kedudukan ekstansi dan abduksi
3) Jika anak diangkat maka lengan akan lemas tergantung
4) Refleks moro negatif
5) Hiperekstensi dan fleksi pada jari-jari
6) Refleks meraih dengan tangan tidak ada
7) Paralisis dari lengan atas dan lengan bawah
80% pasien dengan kelahiran dengan trauma pleksus brakialis sembuh secara spontan.
Pembedahan dapat membantu banyak sisanya.
Komplikasi yang di timbulkan : Contracture bahu, siku, atau pergelangan tangan
3.
Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai untuk mencegah terjadinya
kontraktur, immobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan atas abduksi 90, siku fleksi 90
disertai supinasi lengan bawah dan pergelangan tangan dalam ekstensi, selain 12 jam sehari,
disertai massege dan latihan gerak. Atau penaggulangannya dengan jalan meletakkan lengan atas
dalam posis abduksi 90 dan putaran keluar. Siku berada dalam fleksi 90 disertai supinasi lengan
bawah dengan ektensi pergelangan dan telapak tangan menghadap kedepan.
Beri penguat atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya. Caranya : letakkan tangan
bayi yang lumpuh disamping kepalanya yaitu dengan memasang perban pada pergelangan tangan
bayi kemudian dipanitikan dengan bantal atau seprei disamping kepalanya
ekstremitas yang tekena selama minggu pertama karena adanya nyeri, jangan terlalu
sering menggendong bayi, serta tempatkan bayi pada posisi yang aman dan nyaman.
sehingga mereka dapat merencanakan ke depan. Jelaskan Kemungkinan kontraktur,
sehingga orang tua akan termotivasi untuk melanjutkan latihan peregangan.
IV. VALUASI
S : ibu mengatakn :
- Mengerti dengan kondisi anaknya saat ini yang mengalami trauma fleksus
brakhialis
- Mengerti tentang penyebab, penanganan, dan komplikasi dari trauma fleksus
brakhialis
- Mengerti cara perawatan bayi dengan trauma fleksus brakhialis
O : - Memantau TTV bayi
- Melaksanakan terapi yang telah diadviskan oleh dokter
A : Penanganan awal bayi dengan fraktur brakhialis sudah dilakukan
P : - Lanjutkan pemantauan TTV
- Motivasi ibu untuk merealisasikan apa yang telahelaskan oleh bidan
- Anjurkan untuk kontrol ulang 1 minggu lagi atau jika sewaktu-waktu ada keluhan
- Lakukan kolaborasi dengan dokter apabila terdapat komplikasi berlanjut
Pemberi Asuhan
(.)
CATATAN PERKEMBANGAN
Disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan hasil dari pemberian terapi
S : Ibu mengatakan hari ini jadwalnya untuk kontrol bayinya sudah tidak rewel.
O:
Pemberi Asuhan
(.....)
http://tiyaarisma.blogspot.com/2012/06/askeb-teori-trauma-fleksus-brachialis.html
Makalah Trauma Branchialis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama
bayi yang sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses
yang panjang, dengan tidak mengesampingkan factor lingkungan keluarga.
Terpenuhinya kebutuhan dasar anak (asah-asih-asuh)oleh keluarga akan memberi
lingkungan yang terbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi
seoptimal mungkin. Tetapi tidak semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa
bayi lahir dengan gangguan pada masa prenatal, natal, pascanatal. Keadaan ini akan
brachialis ?
2.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fleksus Branchialis
Fleksus brachialis adalah anyaman (latin : fleksus ) serat saraf yang berjalan
dari tulang belakang C4-T1, kemudian melewati bagian leher dan ketiak, dan
akhirnya keseluruh lengan ( atas dan bawah ). Serabut saraf akan didistribusikan
kebeberapa
bagian
lengan.
Jaringan
saraf
dibentuk
oleh
cervical
yang
bersambuangan dengan dada dan tulang belakang urat dan pengadaan di lengan dan
bagian bahu.
Etiologi Trauma Fleksus Brakhialis Pada Bayi Baru Lahir
Trauma fleksus brakhialis pada bayi dapat terjadi karena beberapa factor antara lain:
1) Faktor bayi sendiri :
- Makrosomia
- Presentasi ganda
- Letak sunsang
- Distosia bahu
- Malpresentasi
- Bayi kurang bulan
2) Faktor ibu :
- ibu sefalo pelvic disease (panggul ibu yang sempit)
wajah yang disebabkan oleh forsep maupun tekanan sakkrum ibu. Tanda-tanda
paralis wajah termasuk wajah asimetris. Salah satu mata mungkin tetap terbuka.
Tindakan kebidanan dapat meliputi konsultasi penggunaan pelindung mata ( eye
patch) dan tetesan mata untuk lubrikasi. Paralis ini bersifat sementara.
Cedera fleksus brachialis dapat terjadi saat prenatal atau selama proses kelahiran
saat traksi digunakan di leher. Cedera tersebut dapat terjadi pada kelahiran persentasi
bokong atau kelahiran yang diperberat distosia bahu. Bahu baru lahir yang mengalami
cedera fleksus brachialis rewel dan merasa nyeri. Manifentasi cedera bergantung
pada radiks saraf yang terkena dan derajat cedera. Radiks sarafdapat terkena adalah
radiks saraf servikal C5 dan C6( paralis Erb-Duchenne ), radiks C8 dan T1 ( paralis
Klumpke ), arau keduanya.
Tanda-tanda fisik paralisis Erb-Duchenne termasuk hilangnya pergerakan
secara pada lengan yang terkena dengan aduksi pada bagian bawah lengan tersubut.
Hal ini menyebabkan karakteristik tanda tip pelayanan (waiter's tip) yang ditandai
denga totasi iternal bagian bawah lengan dengan jari dan pergelangan tangan fleksi.
Refles menggenggam tidak terganggu, tetapi reflex moro lemah pada sisi yang
terkena.
Pada paralisis Klumpke, refles genggam hilang dan tangan bayi dalam postur
seperti mencakar. Cedera fleksus brachialis sering terjadi dan ditemukan pada
hampir 1 dalam tersebut Biasanya terjadi setelah suatu persalinan yang sulit, namun
kadangkala sesudah persalinan yang tampaknya mudah, bayi baru lahir dengan
mengalami kelumpuhan. Paralisis Dukchenneatau Erb meliputi paralisis mulkulus
deltoideus dan infraspinatus disamping lengan tanpak lemas dan tergantung disisi
tubuh, dengan lengan bawah dalam keadaan ekstensi serta rotasi ke dalam. Fungsi
jari-jari tangan biasanya tidak terganggu.
Lesi ini terjadi akibat regangan atau robekan pada radiks superior pleksus
brachialis yang mudah mengalami tegangan ekstrim akibat tarikan kepala ke lateral,
sehingga denag tajam memfleksikan pleksus tersebut kea rah salah satu bahu.
Mengingat traksi dengan arah ini sering dilakukan untuk melahirkan bahu pada
presentasi verteks yang normal, paralisis Erb dapat tejadi pada persalinan yang
tampak mudah. Karena itu, dalam melakukan ekstraksi kedua bahu bayi, kita harus
berhati-hati agar tidak melakukan flaksi lateral leher yang berlebihan. Yang paling
sering terjadi, pada kasus dengan persentasi kepala, janin yang menderita paralisis ini
memiliki ukuran khas abnormal yang besar, yaitu denga berat 4000 gram atau lebih.
Pada ekstraksi bokong, kita harus memberikan perhatian terutama untuk
mencegah ekstensi kedua lengan lewat kepala. Lengan yang ektensi bukan saj
memperlambat persalinan bokong namun juga meningkatkan resiko paralisis.
Prognosis keadaan ini biasanya baik bial dilakukan fisioterapi segera dan tepat.
Namun, demikian kadangkala terdapat kasus yag tidak berhasil diatasi denagn segalah
tindakan dan lengan bayi mengalami paralisis permanen.
Yang lebih jarang terjadi, trauma terbatas pada nervus bagian distal dari pleksus
brachialis yang menimbulkan paralisis tangan atau paralisis Klumpke.
Penatalaksanaan kebidanan meliputi rujukan untuk membebat yang terkena
dekat dengan tubuh dan konsultasi dengan tim pediatric. Orang tua harus dianjurkan
untuk sebisa mungkin menghindari menyentuh ekstremitas yang tekena selama
minggu pertama karena adanya nyeri. Orang tua dapat diyakinkan bahwa pada
mayoritas kasus, paralisis hilang dalam 3-6 bulan, dengan perbaikan awal dibuktikan
dalam beberapa minggu. Terapi ini bermanfaat setelah pembengkakan pertama
berkurang.
Cedera pada radiks lebih tinggi, yaitu pada pleksus brachialis (C3-C5) dapat
menyebabkan tanda gangguan pernapasan yang signifikan karena paralisis saraf
frenikus dan gangguan diafragma. Bayi baru lahir yang mengalami tipe cedera saraf
ini bernapas sangat dangkal dengan ekskursi pernapasan dan memerlukan dukungan
pernapsan agresif saat lahir.
2.
persalinan sunsang.
Kelainan ini terdiri atas :
a.
C5-C6,lengan dalam dengan ektensidan aduksi dengan refleks biseps dan refleks
Moro negatif atau dengan pengertian lain adalah kelumpuan bagian tubuh yang
disarafi oleh cabang-cabang C5 dan C6 dari fleksus brachialis.disini terdapat
kelemahan untuk fleksi, abduksi, serta memutar keluar, disertai hilangnya refleks
biseps dan Moro. Jadi bayi diangkat maka lengan yang lumpuh akan tergantung
lemas.
b.
cabang C8-T1,sangat jarang ditemukan atau dengan kata lain kelumpuhan bagianbagian tubuh yang disarafi oleh cabang C8-T1 dari fleksus brachialis. Disini terdapat
Brachialis palsi
a.
Pengertian
Penyebab
1) Tarikan lateral pada kepala dan leher pada waktu melahirkan bahu presentasi
kepala
2) Apabilah dengan entensi melewati kepala pada presentasi bokong atau terjadi
tarikan yang berlebihan pada bahu
c.
Gejala
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Penatalaksanaan
1)
2)
Beri penguat atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya. Caranya :
letakkan tangan bayi yang lumpuh disamping kepalanya yaitu dengan
memasang
perban pada pergelangan tangan bayi kemudian dipanitikan dengan bantal
atau
seprei disamping kepalanya
3)
Foto vetebra vertical untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra
2.
Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur scapula, klavekula dan
vertical
hemerus
terapi okupasi terutama diperlukan untuk memelihara luas gerak sendi bahu,
membuat ortesa yang tepat untuk membantu fungsi tangan, siku dan lengan,
mengotrol edema deficit sensorik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian dari fleksus brachialis adalah serat saraf yang berjalan dari tulang
belakang C5-T1 kemudian melewati bagian leher dan ketiak dan akhirnya keseluruh
lengan (atas dan bawah). Trauma pada fleksus brachialis
1.
2.
3.
Brachialis palsi
3.2 Saran
Dalam menangani persalinan bidan harus memperhatikan persalinan tersebut
dengan penuh hati-hati agar dapat melakukan persalinan dengan persalinan yang
normal dan seorang bidanpun dapat menghindari sebagian dari persalinan yang
abnormal seperti trauma ,pada pleksus brachialis.pada saat persalianan neonates.
Oleh karena itu bidan juga sangat berperan dalam menangani trauma pada fleksus
brachialis dengan cara merujuk kerumah sakit terdekat.
1. PENGUMPULAN DATA
A. BIODATA
Biodata bayi
Nama bayi
: bayi Ny. G
Umur bayi
: 5 hari
Jenis kelamin
: laki laki
: Ny. G
Nama suami
: Tn. W
Umur
: 37 tahun
Umur
: 40 tahun
Suku
: Minang
Suku
: Minang
Bangsa
: Indonesia
Bangsa
Indonesi
Agama
: Islam
Agama
Pendidikan
: SMA
pendidikan
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
Alamat
: Alahan Panjang
: Islam
: SMA
: swasta
Alamat
: Alahan
Panjang
B. DATA SUBJEKTIF
o Pasien masuk Pada tanggal / jam : 28 januari 2010 jam 09.00 WIB
o Pasien di data pada tanggal / jam : 28 januari 2010 jam 09.05 WIB
1. Keluhan utama :
- Ibu mengatakan bayi sering menangis dan rewel
- Ibu mengatakan tangan kanan bayinya tidak bereaksi terhadap ransangan yang
diberikan
- ibu mengatakan telapak tangan kanan bayinya terbalik kearah belakang
- ibu mengatakan tangan kanan bayinya tidak bisa menggengam dan kedua telapak
tangan terkulai lemah
- Ibu mengatakan tangan kanan bayinya seperti tangan orang lumpuh
2. Riwayat kehamilan ibu
a. Kehamilan yang ke : kehamilan anak ke -5
b. Keluhan selama hamil
Trimester I
Trimester II
: sering kencing
: pegal pegal
Trimester III
Saat hamil bayi ini, ibu mengatakan pembesaran perutnya lebih besar dari
kehamilan kehamilan sebelumnya
c. Riwayat penyakit kehamilan
Perdarahan
: tidak ada
Pre eklampsia
: tidak ada
Eklampsia
: tidak ada
Jantung
: tidak ada
Asma
: tidak ada
Penyakit lain
: tidak ada
: tidak ada
Merokok
: tidak ada
meningkat
saat hamil
Alergi obat obat tertentu
: tidak ada
Lain-lain
: tidak ada
e. Kunjungan ANC
Trimester I
: 1 kali
Triemester II
: 2 kali
Trimester III
: 2 kali
3. Riwayat persalinan
a. Jenis persalinan
: spontan
b. Di tolong oleh
: Bidan
c. Lama persalinan
Kala I
: 8 jam
Kala II
: 3 jam
Kala III
: 30 menit
Kala IV
: 2 jam
saat kepala lahir, lama sekali untuk melakukan putaran paksi luar,bidan
mengalami kesulitan saat menolong kelahiran bahu
e. Tindakan yang dilakukan bidan
lahir lengkap
h. Komplikasi persalinan lainnya :
tidak ada
4. Riwayat kelahiran bayi
a. Berat badan
: 3900 gram
b. Panjang badan
: 50 cm
c. Lingkar dada
: 32 cm
d. Lingkar kepala
: 34 cm
e. Apgar score
aktif
tetapi pergerakan tangan kanan tidak ada
f. Resusitasi
: tidak dilakukan
g. Keadaan fisik
h. Tindakan keluarga
akan
hilang dalam waktu 2 hari
i. Reflek saat lahir
Reflek morro
: tidak ada
Reflek rooting
: ada
Reflek walking
: tidak ada
Reflek graph
: tidak ada
Reflek sucking
: ada
: tidak ada
: tidak ada
: 7 - 8 x/hari
Warna
: kuning jernih
Konsistensi
: encer
Kelainan
: tidak ada
BAB
Frekuensi
: 1 - 2x/hari
Warna
: kuning keemasan
Konsistensi
: lunak
Kelainan
: tidak ada
7. Pola istirahat
8. Personal hygiene
sehari
9. Riwayat penyakit keluarga
a. Asma
: tidak ada
b. Jantung
: tidak ada
c. Hipertensi
: tidak ada
d. Ginjal
: tidak ada
e. Penyakit lain
: tidak ada
C. DATA OBJEKTIF
1. Tanda tanda vital
Keadaan umum
: Baik
Suhu
: 37, 2 C
Pernafasan
: 60 x / menit
Nadi
: 120 x / menit
Berat badan
: 4000 gram
2. Pemeriksaan fisik
1) inspeksi
Kepala
: ubun ubun agak cekung, tidak ada caput dan tidak ada cephal
Hematoma
Muka
Mata
: conjungtiva tidak pucat, sclera tidak ada ikterik dan tidak ada
infeksi
Telinga
: Daun telinga lengkap, simetris kiri dan kanan, Lubang telinga ada
Mulut
Hidung
hidung
dan hidung bersih
Leher
Dada
Tali pusat
: terawat dan terbungkus dalam kassa steril dan tidak ada tanda
tanda
infeksi
Punggung : tidak ada kelainan dan tidak ada spina bifida Ekstremitas
Ekstremitas atas :
Ekstrimitas bawah
- Jari - jari kaki lengkap- Pergerakan kaki kanan dan kiri aktif dan tidak ada
gangguan pergerakan
- tidak ada odema
: testis sudah turun kedalam scrotum, saluran uretra dan penis ada
dan
tidak ada kelainan
Anus
: ada lubangnya
3. Reflek
Reflek morro
: tidak ada
Reflek rooting
: ada
Reflek walking
: tidak ada
Reflek graph
: tidak ada
Reflek sucking
: ada
: tidak ada
2) Auskultasi :
- bunyi jantung normal dan teratur
- terdengar bising usus di abdomen kiri
II.
INTERPRETASI DATA
a.
Diagnosa
B.Ny.Gumur 5hari dengan Jejas Persalinan Trauma Fleksus Branchialis
Dasar
1.
B.Ny,G berusia 5hari,Anak lahir tanggal 23 Januari 2010 pukul 06.00 WIB
Ds : Ibu mengatakan
-
Do : Tanda-Tanda Vital
Berat badan
: 3900 gram
Panjang badan
: 50 cm
Lingkar dada
: 32 cm
Lingkar kepala
: 34 cm
a. Masalah
b. Kebutuhan
1)
terjadinya kontraktur
2)
Beri penguat atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya. Caranya :
letakkan tangan bayi yang lumpuh disamping kepalanya yaitu dengan
memasang
perban pada pergelangan tangan bayi kemudian dipanitikan dengan bantal
atau
seprei disamping kepalanya
3)
: tidak ada
: tidak ada
2)
Beri penguat atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya. Caranya :
letakkan tangan bayi yang lumpuh disamping kepalanya yaitu dengan
memasang
perban pada pergelangan tangan bayi kemudian dipanitikan dengan bantal
atau
seprei disamping kepalanya
3)
V. Intervensi
No
Hari/Tang
Tujuan /Kriteria
Intervensi
Rasional
gal/Jam
Dx
Para
f
Rabu,28
Tujuan
1) Dengan
Januari
:Mengetahui
mengetahui
2010
kondisi bayi
tindakan yang
Pukul
dengan Trauma
berupa Immobilisasi
akan diberikan
09.05
Fleksus
parsial dan
WIB
Branchalis
penempatan lengan
mengerti
manfaatnya dan
mencegah terjadinya
tentang kondisi
kontraktur
cemas.
anaknya dengan
trauma fleksus
branchialis dan
2)
2) Dengan
mampu untuk
mengetahui
merawat anaknya
diberi penguat
melalui terapi
yang akan
minggu pertama
dapat menjaga
diberikan
kehidupannya.
Caranya: letakkan
tangannya tetap
lumpuh disamping
stabil.
kepalanya yaitu
dengan memasang
perban pada
pergelangan tangan
bayi kemudian
dipanitikan dengan
bantal atau seprei
disamping kepalanya
3) Dengan
mengetahui
bahaya berlanjut
4) Jelaskan pada ibu ibu dapat segera
memutuskan
yang
akan
diberikan
4) Dengan ibu
mengetahui
nutrisi yang
diberikan ,ibu
dapat
memberikan
makanan yang
sesuai dengan
kebutuhan
anaknya.
( berupa ASI
ekslusif 6 bulan
pertama )
5) Dengan
5) Jelaskan pada ibu melakukan
tentang
perawatan perawatan sehari
sehari
hari
anaknya.
VI. Implementasi
No Hari/Tan
ggal
Implementasi
Respon
Para
f
Jam
Dx Rabu,28
Januari
memberikan keputusan
2010
Pukul
09.05
WIB
terjadinya kontraktur
lengan.
2)
diberikan
penyesuaiannya.
Hari/ Tgl
/ Jam
Rabu,28
Evaluasi
S : Ibu mengatakan
Januari
2010
Pukul
09.05
WIB
fleksus branchialis
Par
af
O:
BB : 3900 gr
PB : 50 cm
LD : 33 cm
RR : 60 x/mnt
A : Tujuan Tercapai
P : Intervensi dihentikan
Temp : 36,70C
LK
: 35 Cm
Pols : 120 x/mnt
DAFTAR PUSTAKA
Hasan R., Alatas H., Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI,
Jakarta, 1985 : 1069-1071.
Wiknjosastro H., Perlukaan persalinan, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997 : 716-722.
Behrman R., Vaughan V., Trauma lahir, dalam Nelson- Ilmu Kesehatan Anak,Ed. XII,
EGC, Jakarta, 1994 : 608-614.
http://bidannovitaamdkeb.blogspot.com/2012/03/makalah-trauma-branchialis.html
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Fleksus brachialis adalah anyaman (latin : fleksus ) serat saraf yang berjalan dari tulang belakang
C4-T1, kemudian melewati bagian leher dan ketiak, dan akhirnya keseluruh lengan ( atas dan bawah ).
Serabut saraf akan didistribusikan kebeberapa bagian lengan. Jaringan saraf dibentuk oleh cervical
yang bersambuangan dengan dada dan tulang belakang urat dan pengadaan di lengan dan bagian bahu.
(dengan kata lain brakialis adalah jaringan saraf yang berasal dekat leher dan bahu, yang
membentuk cabang-cabang saraf yang pergi ke lengan, lengan, dan tangan.)
lengan yang terkena dengan aduksi pada bagian bawah lengan tersubut. Hal ini menyebabkan
karakteristik tanda tip pelayanan (waiter's tip) yang ditandai dengan totasi iternal bagian
bawah lengan dengan jari dan pergelangan tangan fleksi. Refles menggenggam tidak
terganggu, tetapi reflex moro lemah pada sisi yang terkena.
Pada paralisis Klumpke, refles genggam hilang dan tangan bayi dalam postur seperti
mencakar.
Cedera fleksus brachialis sering terjadi dan ditemukan pada hampir 1 dalam tersebut
bIasanya terjadi setelah suatu persalinan yang sulit, namun kadangkala sesudah persalinan
yang tampaknya mudah, bayi baru lahir dengan mengalami kelumpuhan. Paralisis
Dukchenneatau Erb meliputi paralisis mulkulus deltoideus dan infraspinatus disamping
lengan tanpak lemas dan tergantung disisi tubuh, dengan lengan bawah dalam keadaan
ekstensi serta rotasi ke dalam. Fungsi jari-jari tangan biasanya tidak terganggu.
Lesi ini terjadi akibat regangan atau robekan pada radiks superior pleksus brachialis
yang mudah mengalami tegangan ekstrim akibat tarikan kepala ke lateral, sehingga denag
tajam memfleksikan pleksus tersebut kea rah salah satu bahu. Mengingat traksi dengan arah
ini sering dilakukan untuk melahirkan bahu pada presentasi verteks yang normal, paralisis Erb
dapat tejadi pada persalinan yang tampak mudah. Karena itu, dalam melakukan ekstraksi
kedua bahu bayi, kita harus berhati-hati agar tidak melakukan flaksi lateral leher yang
berlebihan. Yang paling sering terjadi, pada kasus dengan persentasi kepala, janin yang
menderita paralisis ini memiliki ukuran khas abnormal yang besar, yaitu denga berat 4000
gram atau lebih.
Pada ekstraksi bokong, kita harus memberikan perhatian terutama untuk mencegah
ekstensi kedua lengan lewat kepala. Lengan yang ektensi bukan saja memperlambat
persalinan bokong namun juga meningkatkan resiko paralisis. Prognosis keadaan ini biasanya
baik bial dilakukan fisioterapi segera dan tepat. Namun, demikian kadangkala terdapat kasus
yag tidak berhasil diatasi denagn segalah tindakan dan lengan bayi mengalami paralisis
permanen.
Yang lebih jarang terjadi, trauma terbatas pada nervus bagian distal dari pleksus
brachialis yang menimbulkan paralisis tangan atau paralisis klumpke.
Penatalaksanaan kebidanan meliputi rujukan untuk membebat yang terkena dekat dengan
tubuh dan konsultasi dengan tim pediatric. Orang tua harus dianjurkan untuk sebisa mungkin
menghindari menyentuh ekstremitas yang tekena selama minggu pertama karena adanya
nyeri. Orang tua dapat diyakinkan bahwa pada mayoritas kasus, paralisis hilang dalam 3-6
bulan, dengan perbaikan awal dibuktikan dalam beberapa minggu. Terapi ini bermanfaat
setelah pembengkakan pertama berkurang.
Cedera pada radiks lebih tinggi, yaitu pada pleksus brachialis (C3-C5) dapat menyebabkan
tanda gangguan pernapasan yang signifikan karena paralisis saraf frenikus dan gangguan
diafragma. Bayi baru lahir yang mengalami tipe cedera saraf ini bernapas sangat dangkal
dengan ekskursi pernapasan dan memerlukan dukungan pernapsan agresif saat lahir.
2. Paralisis fleksus brachialis
Timbul akibat tarikan kuat pada leher bayi, misal pada distosia bahu atau persalinan sunsang.
Kelainan ini terdiri atas :
a.
C5-C6,lengan dalam dengan ektensidan aduksi dengan refleks biseps dan refleks
Moro negatif atau dengan pengertian lain adalah kelumpuan bagian tubuh yang
disarafi oleh cabang-cabang C5 dan C6 dari fleksus brachialis.disini terdapat
kelemahan untuk fleksi, abduksi, serta memutar keluar, disertai hilangnya refleks
biseps dan Moro. Jadi bayi diangkat maka lengan yang lumpuh akan tergantung
lemas.
b.
cabang C8-T1,sangat jarang ditemukan atau dengan kata lain kelumpuhan bagianbagian tubuh yang disarafi oleh cabang C8-T1 dari fleksus brachialis. Disini terdapat
kelemahan otot-otot freksor pergelangan tangan, sehingga bayi kehilangan refkes
mengepal.
Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat didaerah leher pada saat lahirnya bayi,
sehingga terjadi kerusakan pada fleksus brachialis.
Hal ini ditemukan pada persalinan sunsang apabilah dilakukan traksiyang kuat dalam
usaha melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat
terjadi pada janin pada bahu lebar.
Pengobatan ialah dengan imobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan atas
abduksi 90,siku fleksi 90disertai supinasi lengan bawah dan pergelangan tangan
dalam ekstensi, selain 12 jam sehari, disertai massege dan latihan gerak. Atau
penaggulangannya dengan jalan meletakkan lengan atas dalam posis abduksi 90 dan
putaran keluar. Siku berada dalam fleksi 90 disertai supinasi lengan bawah dengan
ektensi pergelangan dan telapak tangan menghadap kedepan. Penyembuhan biasanya
setelah beberapa hari, kadang-kadang 3-6 bulan. Atau penyembuhan berpariasi antara
2 bulan sampai 2 tahun
3. Brachialis palsi
a. Pengertian
Tarikan lateral pada kepala dan leher pada waktu melahirkan bahu presentasi
kepada
2)
Apabilah dengan entensi melewati kepala pada presentasi bokong atau terjadi
2)
3)
4)
5)
6)
7)
d. Penatalaksanaan
1)Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai untuk mencegah
terjadinya kontraktur
2)Beri penguat atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya. Caranya :
letakkan tamgan bayi yang lumpuh disamping kepalanya yaitu dengan memasang
perban pada pergelangan tangan bayi kemudian dipanitikan dengan bantal atau seprei
disamping kepalanya
3) Menganjurkan kepada orang tua agar tetap harus berhati hati dalam
peregangan tangan maupun dalam memakaikan pakaian bayi untuk
menghindari traksi lebih lanjut tentang lengan
4) lakukan tindak lanjut tiap bulan, dan jelaskan kepada ibu bahwa
sebagian besar kasus palsi lengan dapat sembuh setelah umur 6-9 bulan.
e. Penyebab
Ada banyak penyebab kemungkinan lesi pleksus brachialis. Trauma adalah
penyebab yang paling sering, selain itu juga konpresi local seperti pada tumor
ideopatik, radiasi, post operasi dan cedera pada lahir. .
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiografi
1. Foto vetebra vertical untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra vertical
2. Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur scapula, klavekula dan hemerus
3.
Foto thorak untuk melihat disosiasi skapulothorak serta tinggi diafragma pada
DAFTAR PUSTAKA
1)
Hasan R., Alatas H., Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI,
Jakarta,
1985 : 1069-1071.
2)
Wiknjosastro H., Perlukaan persalinan, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997 : 716-722.
3)
Behrman R., Vaughan V., Trauma lahir, dalam Nelson- Ilmu Kesehatan Anak,Ed. XII, EGC,
Jakarta, 1994 : 608-614.
4)
MNH-JHPIEGO, Buku Panduan manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Bidan
dan Perawat diRrumah Sakit,2002-2005.
bayi tersebut atau phantom yang dilakukan penolong persalinan waktu melahirkan bayi. Dengan
demikian cara lahir tertentu umumnya mempunyai predisposisi lokasi trauma lahir tertentu pula.
Secara klinis trauma lahir dapat bersifat ringan yang akan sembuh sendiri atau bersifat laten yang
dapat meninggalkan gejala sisa.
Selain trauma lahir yang disebabkan oleh faktor mekanis dikenal pula trauma lahir yang bersifat
hipoksik. Pada bayi kurang bulan khususnya terdapat hubungan antara hipoksik selama proses
persalinan dengan bertambahnya perdarahan per intraventrikuler dalam otak.
ada empat jenis cedera pleksus brakialis:
Avulsion, jenis yang paling parah, di mana saraf koyak di tulang belakang;
Pecah, di mana saraf robek tetapi tidak pada lampiran spinal;
Neuroma, di mana saraf telah berusaha untuk menyembuhkan dirinya sendiri, tetapi jaringan parut
telah berkembang di sekitar cedera, memberi tekanan pada saraf dan mencegah cedera saraf dari
melakukan sinyal ke otot-otot.
Neurapraxia atau peregangan, di mana saraf telah rusak tapi tidak robek. Neurapraxia adalah jenis
yang paling umum dari cedera pleksus brakialis.
2.2 Pengertian Trauma Flaksus Brakialis
fleksus brakialis adalahSebuah jaringan saraf tulang belakang yang berasal dari belakang leher, meluas
melalui aksila (ketiak), dan menimbulkan saraf untuk ekstremitas atas. Pleksus brakialis dibentuk oleh
penyatuan bagian dari kelima melalui saraf servikal kedelapan dan saraf dada pertama, yang semuanya
berasal dari sumsum tulang belakang.
Luka pada pleksus brakialis mempengaruhi saraf memasok bahu, lengan lengan bawah, atas dan
tangan, menyebabkan mati rasa, kesemutan, nyeri, kelemahan, gerakan terbatas, atau bahkan
kelumpuhan ekstremitas atas. Meskipun cedera bisa terjadi kapan saja, banyak cedera pleksus
brakialis terjadi selama kelahiran. Bahu bayi mungkin menjadi dampak selama proses persalinan,
menyebabkan saraf pleksus brakialis untuk meregang atau robek.
Trauma pada pleksus brakialis yang dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau
tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan.
Trauma pleksus brakialis sering terjadi pada penarikan lateral yang dipaksakan pada kepala dan leher,
selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau bila lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala
pada presentasi bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu.
2.3 Tanda dan Gejala pada Trauma Flaksus Brakialis
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada brakialis palsi adalah sebagai berikut :
Gaguan motorik pada lengan atas
Lengan atas pada kedudukan ekstensi dan abduksi
Jika anak diangkat, lengan akan tampak lemasdan menggantung
rehabilitasi dilakukan setelah 4 minggu paska operasi dengan gerakan pasif pada semua
sendi anggota gerak atas untuk mempertahankan luas gerak sendi. Stimulasi elektrik
diberikan pada minggu ketiga sampai ada perbaikan motorik. Pasien secara terus
menerus diobservasi dan apabila terdapat tanda-tanda perbaikan motorik, latihan aktif
bisa segera dimulai. Latihan biofeedback bermanfaat bagi pasien agar otot-otot yang
mengalami reinnervasi bisa mempunyai kontrol yang lebih baik.
Paska operasi free muscle transfer
Setelah transfer otot, ekstremitas atas diimobilisasi dengan bahu abduksi 30, fleksi 60 dan rotasi
internal, siku fleksi 100. Pergelangan tangan posisi neutral, jari-jari dalam posisi fleksi atau ekstensi
tergantung jenis rekonstruksinya. Dilakukan juga latihan gerak sendi gentle pasif pada sendi bahu,
siku dan semua jari-jari, kecuali pada pergelangan tangan. Enam minggu paska operasi selama
menjaga regangan berlebihan dari jahitan otot dan tendon, dilakukan ekstensi pergelangan tangan dan
mulai dilatih pasif ekstensi siku. Sembilan minggu paska operasi, ortesa airbag dilepas dan ortesa
elbow sling dipakai untuk mencegah subluksasi bahu.
Setelah Reinervasi
3 - 8 bulan paska operasi Teknik elektromiografi feedback di mulai untuk melatih otot yang ditransfer
untuk menggerakkan siku dan jari dimana pasien biasanya kesulitan mengkontraksikan ototnya secara
efektif.
Pada alat biofeedback terdapat level nilai ambang yang dapat diatur oleh terapis atau pasien sendiri.
Saat otot berkontraksi pada level ini, suatu nada berbunyi, layar osciloskop akan merekam respons ini.
Level ini dapat diatur sesuai tujuan yang akan dicapai.
Terapi Okupasi
Terapi okupasi terutama diperlukan untuk :
Memelihara luas gerak sendi bahu, membuat ortesa yg tepat untuk membantu fungsi tangan, siku dan
lengan,
mengontrol edema defisit sensoris.
Melatih kemampuan untuk menulis, mengetik, komunikasi.
Menggunakan teknik-teknik untuk aktivitas sehari-hari, termasuk teknik menggunakan satu lengan,
menggunakan peralatan bantu serta latihan penguatan dengan mandiri.
Terapi Rekreasi
Terapi ini sebagai strategi dan aktivitas kompensasi sehingga dapat menggantikan berkurang dan