You are on page 1of 59

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY ..... USIA..

DENGAN TRAUMA FLEKSUS BRACHIALIS


DI RS FARMA MEDIKA
OLEH : TIYA RESTU KHADIJAH

Pengkajian

Tanggal / jam pengkajian : ..


Tanggal / jam masuk ruang bayi : ..
A. Biodata
1. Bayi
Nama : Bayi Ny..
Umur : Trauma fleksus bracialis terjadi setelah bayi dilahirkan.
Jenis kelamin : Tidak ada perbedaan antara Laki-laki maupun perempuan
Tanggal lahir : .
Anak ke : ..
Status anak : ..
No register :
2. Orang tua
Nama ibu : ..

Nama ayah : .....

Umur : ..

Umur : .....

Agama : ..

Agama : ..

Pendidikan: ..

Pendidikan : ..

Pekerjaan: ..

Pekerjaan : ..

Alamat :

Faktor ibu :
- Ibu sefalo pelvic disease (panggul ibu yang sempit)
- Umur ibu yang sudah tua

B.

Anamnesa Khusus
1. Keluhan utama

Ibu mengatakan bayi sering menangis dan rewel

Ibu mengatakan tangan kanan bayinya tidak bereaksi terhadap rangsangan yang

diberikan

ibu mengatakan telapak tangan kanan bayinya terbalik kearah belakang

ibu mengatakan tangan kanan bayinya tidak bisa menggengam dan kedua telapak

tangan terkulai lemah

Ibu mengatakan tangan kanan bayinya seperti tangan orang lumpuh

2. Riwayat keluhan utama


Tanda Dan Gejala Bayi Dengan Trauma Fleksus Brakhialis :
gangguan motorik pada lengan atas
paralisis atau kelumpuhan pada lengan atas dan lengan bawah
lengan atas dalam keadaan ekstensi dan abduksi
jika anak diangkat maka lengan akan lemas dan tergantung
reflex moro negative
tangan tidak bisa menggenggam
reflex meraih dengan tangan tidak ada

3. Riwayat antenatal
selama hamil apakah pernah menderita penyakit kronis ataupun menular,
berapakah porsi makan tiap hari dan berapa kali melakukan kunjungan
kehamilan, gerakan janin bagaimana, apakah aktif atau tidak, serta berapa kali
mendapat imunisasi TT dan kapan waktu pemberiannya, mendapat tablet tambah
darah dan vitamin atau tidak.

4. Riwayat natal
Berapa minggu usia kehamilan ketika melahirkan dengan ditolong oleh siapa
ketika bersalin, lahir spontan atau dengan tindakan, berapa lama waktu
persalinannya, keadaan ketubannya bagaimana, apakah ada tanda gawat janin
sebelumnya atau tidak.
Trauma Fleksus Brachialis dapat terjadi karena :

Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis.

Trauma pleksus brakialis sering terjadi pada penarikan lateral yang dipaksakan pada
kepala dan leher, selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau bila lengan
diekstensikan berlebihan diatas kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan
berlebihan pada bahu.

Cedera fleksus brachialis sering terjadi dan ditemukan biasanya terjadi setelah suatu
persalinan yang sulit, namun kadangkala sesudah persalinan yang tampaknya mudah,
bayi baru lahir dengan mengalami kelumpuhan.

Cedera fleksus brachialis dapat terjadi saat prenatal atau selama proses kelahiran saat
traksi digunakan di leher. Cedera tersebut dapat terjadi pada kelahiran presentasi bokong
yang di perberat dengan distosia bahu.

4.

Riwayat neonatal

Nilai APGAR akan membantu dalam, menentukan tingkat keseriusan dari


depresi bayi baru lahir yang terjadi serta langkah segera yang akan diambil.
Hal yang perlu dinilai antara lain warna kulit bayi, frekuensi jantung reaksi
terhadap rangsangan, aktivitas tonus otot, dan pernapasan bayi.
Pada bayi dengan trauma fleksus brachialis menangis kuat, kulit kemerahan
pergerakan kaki aktif tetapi pergerakan salah satu lengan tidak ada

BB waktu Lahir : normalnya 2500-4000 gram.


Yang paling sering terjadi, pada kasus dengan persentasi kepala, janin yang
menderita trauma ini memiliki ukuran khas abnormal yang besar, yaitu dengan

berat 4000 gram atau lebih.

Panjang badan diukur dari puncak kepala sampai tumit pada bayi cukup bulan
normalnya 48-53 cm. terkadang agak sulit dilakukan padabayi cukup karena
adanya molase, ekstensi lutut tidak sempurna. Bila panjang badan kurang dari
45 cm atau lebih dari 55 cm perlu dicermati adanya penyimpangan kromosom.

Lingkar kepala diukur dangan meteran, mulai dari bagian depan kepala
(diatas alis atau area frontal) dan. area occipital disebut oksipitofrontalis yang
merupakan diameter terbesar. Lingkar kepala normalnya 31-35,5 cm pada bayi
cukup bulan.
Ukuran muka belakang
o

Diameter sub occipito bregmatika 9,5 cm

Diameter sub occipito frontalis 11 cm

Diameter fronto occipitalis 12 cm

Diameter mento occipitalis 13,5 cm

Diameter sub mento bregmatika 9,5 cm

Ukuran melintang
o

Diameter biparietalis 9 cm

Diameter bitemporalis 8 cm

Ukuran lingkaran

Circumferensia suboccipito bregmatika 32 cm

Circumferensia fronto occipitalis 34 cm

Circumferensia mento occipitalis 35 cm

Lingkar dada pada bayi cukup bulan normalnya 30,5-33 cm. sekitar
2cm lebih kecil dari lingkar kepala. Pengukuran dilakukan tepat pada
garis bawah dada. Bila panjang badan kurang dari 30 cm perlu
dicurigai adanya premature.

5. Kebutuhan Bayi Baru Lahir


a.

Pemberian nutrisi

Berikan asi seserig keinginan bayi atau kebutuhan ibu. Frekuensi menyusui setiap 23 jam, atau sewaktu-waktu saat bayi menangis, dan berhati-hati, karena adanya luka

pada lengan bayi.


bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum memberikan zat

perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium. (hal ini akan
terhambat karena adanya luka)
Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan

b. Mempertahankan kehangatan tubuh bayi


Suhu ruangan setidaknya 18 - 21C
Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu

Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya botol berisi air
panas)

hindari memandikan min. 6 jam/min suhu 36,5 C


bungkus bayi dengan kain yg kering & hangat, kepala bayi harus tertutup
hindarkan tangan bayi agar tidak tertindih badan bayi.

c.

Mencegah infeksi
Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet untuk BAK/BAB

Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah tali pusat.
Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera ke bidan jika
timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.

Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi setiap

hari

Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan
sabun setiap hari.

d. Aktifitas
Menangis pada bayi berarti berkomunikasi dan bisa menunjukkan rasa lapar, nyeri,
keinginan untuk diperhatikan, atau rasa tidak puas. Tangisan karena lapar biasanya keras
dan lama tidak berhenti sampai diberi makan, tangisan karena nyeri memiliki nada yang
lebih tinggi dan melengking, menangis karena merasa tidak puas bernada lebih rendah
dan memiliki intensitas yang lebih rendah dan bervariasi. Bayi dengan fraktur brakhialis
cenderung menangis dan rewel karena ketidaknyamanan kondisi tubuhnya. Dan tidak
dapat bergerak aktif seperti bayi normal yang sehat.
e.

Ekstremitas atas

lengan lengan bawah, atas dan tangan, menyebabkan mati rasa, kesemutan, nyeri,
kelemahan, gerakan terbatas, atau bahkan kelumpuhan. kelemahan otot-otot fleksor pada
sendi siku (m.biceps dan m.brachialis) yang menyebabkan ekstremitas dalam posisi
adduksi, rotasi ke arah medial dengan ekstensi pada sendi siku.
f.

Eliminasi

Baik urine dan mekonium keluar 24 jam pertama, mekonium bewarna hitam kecoklatan.
Untuk bayi normal frekuensi berkemih 6-8 kali perhari dan BAB 3 kali perhari.
g.

Bounding attachment

Ikatan antara ibu dan bayi dalam bentuk kasih sayang dan belaian. Perkembangan bayi
normal sangat tergantung dari respon kasih saying antara ibu dengan bayi yang dilahirkan
yang bersatu dalam hubungan psikologis dan fisiologis. Interaksi yang menyenangkan
misalnya sentuhan pada anggota tubuh bayi, tatapan mata antara ibu dan bayi. (Suherni,
perawatan masa nifas, 64:2009)
h.

i.

Pemberian vitamin K

untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vit. K

Bayi cukup bulan/normal 1 mg/hari peroral selama 3 hari

Bayi berisiko 0,5mg 1mg perperenteral/ IM

Memberi Obat Tetes atau Salep Mata


setiap bayi barulahir perlu diberi salep mata sesudah lima jam. bayi lahir. Pemberian obat
mata cloramphenikol 0,5% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia
(penyakit menular seksual).

j.

Pemberian imunisasi
Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan usia dan keadaan bayi. Imunisasi yang
diberikan pada bayi usia 0-7 hari adalah imunisasi Hepatitis B, manfaat imunisasi ini adalah

Mencegah penyakit hepatitis B yang menyerang hati (liver); berakhir menjadi


sirosis (hati menciut) dan kanker hati, diberikan ketika Segera setelah lahir,
diupayakan dalam 12 jam pertama. Diberikan minimal 3 kali dalam rentang waktu
6 bulan, Disuntikkan di paha. Catatan: Diberikan tanpa memandang status ibu
(pernah terinfeksi atau belum), Tak ada obat spesifik untuk menangani penyakit
ini.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran

: mengalami penurunan atau tidak

Dinilai tangisannya, tonus otot, dan gerakan dari bayi, aktif atau tidak
TTV:

Suhu

: 36,5c-37c

Nadi

: pada menit menit pertama 180 x/menit lalu

menurun 120 140 x/menit

Pernapasan

: pada menit menit pertama 140 x/menit dan

sampai pada 40-60 x/menit.

2. Pemeriksaan fisik secara sistematis

Kepala
Lakukan inspeksi daerah kepala, lihat apakah ada molase, Caput
succadenum dan chepal hematoma, perdarahan ataukelainan lainnya.

Muka
Lihat kesimetrisannya, warna kemerahan atau kebiruan, adanya
ptikie atau tidak.

Mata
Lihat kedua mata bayi apakah kedua mata tampak normal dan
apakah bergerak bersama, lakukan pemeriksaan dengan melakukan
penyinaran pada pupil bayi. Jika disinari, keduamata mengecil
berarti dalam keadaan normal. Selanjutnya lihat sclera dan
konjungtivanya.

Mulut
Lihat warna mulut, ada tanda hidrasi atau tidak, apakah ada
kelainan bawaan atau tidak.

Hidung
Pertama yang kita lihat apakah bayi dapat bernapas dengan lancar

tanpa hambatan, kebersihan hidung, apakah ada pengeluaran atau


tidak.

Telinga
Lihat kebersihan telinga, apakah ada kaluaran atau tidak, keadaan
tulang rawan dan daun telinga, kesesuaian posisi mata dan telinga

Kulit
Pada kulit yang perlu diperhatikan adalah verniks, warna,pembengkakan
atau bercak-bercak hitam dan kemerahan seperti tanda lahir.

Leher/ Tenggorokan
Periksa leher apakah ada pembengkakan dan benjolan.Pastikan untuk
melihat apakah kelenjar thyroid bengkak, hal ini merupakan suatu masalah
pada BBL.

Dada
Yang diperiksa adalah bentuk dari dada, simetris atau tidak, puting, bunyi
napas dan bunyi jantung.

Perut GIT
Pada perut yang diperhatikan adalah bentuk dari perut bayi, lingkar perut,
penonjolan sekitar tali pusat ketika bayimenangis, perdarahan pada tali
pusat, dinding perut lembek pada saat bayi tidak menangis dan benjolan
yang terlihatpada perut bayi.

Punggung
Simetris atau tidak, apakah ada benjolan abnormal atau tidak,
apakah ada pembengkakan ataupun cekungan.

Genetalia
Pada bayi laki-laki yang harus diperiksa adalah normalnyadua
testis dalam skrotum kemudian apakah pada ujungpenis terdapat
lubang. Pada bayi perempuan yang harusdiperiksa adalah
normalnya labia mayora dan minora, pada vagina terdapat lubang,
pada uretra terdapat lubang danterdapat klitoris

Ekstremitas atas dan bawah


Yang dilakukan adalah melihat gerakan bayi apakah aktif atau tidak
kemudian menghitung jumlah jari

Pada bayi dengan fraktur brakhialis :


1) Gangguan motorik lengan atas
2) Lengan atas dalam kedudukan ekstansi dan abduksi
3) Jika anak diangkat maka lengan akan lemas tergantung
4) Refleks moro negatif
5) Hiperekstensi dan fleksi pada jari-jari
6) Refleks meraih dengan tangan tidak ada
7) Paralisis dari lengan atas dan lengan bawah
Luka pada pleksus brakialis mempengaruhi saraf memasok bahu Lengan
bawah, atas dan tangan, menyebabkan mati rasa, kesemutan, nyeri,
kelemahan, gerakan terbatas, atau bahkan kelumpuhan kelemahan otot-otot
fleksor pada sendi siku (m.biceps dan m.brachialis) yang menyebabkan
ekstremitas dalam posisi adduksi, rotasi ke arah medial dengan ekstensi pada
sendi siku.
Yang perlu diperiksa adalah gerakan kaki, bentuk simetris kaki, panjang
kedua kaki dan jumlah jari pada kaki.

Anus
Yang perlu diperiksa adalah keadaan anus, apakah anus berlubang atau tidak,
apakah ada kelainan lain pada anus atau tidak.

3. Pemeriksaan Reflek
a.

Refleks melangkah
Bila tubuh bayi dipegang pada bagian bawah ketiaknya dalam posisi
tegak (pastikan kepalanya tertopang dengan baik!), lalu kakinya
menyentuh bidang yang datar, secara otomatis si kecil akan
meluruskan tungkainya seolah-olah hendak berdiri. Begitu tubuhnya
dimiringkan ke depan, kakinya akan bergerak seakan-akan ingin
melangkah.

b. Refleks mencari puting (rooting)


Begitu sudut bibir dan pipi bayi disentuh dengan tangan Anda, si kecil
akan langsung memiringkan kepalanya ke arah datangnya sentuhan
dengan mulut yang membuka.
Catatan: Bila pipinya bersentuhan dengan payudara Anda, ia akan
langsung memiringkan kepalanya dan mengarahkan mulutnya untuk

mendapat ASI.

c.

Refleks menghisap
Bila bibirnya disentuh dengan ujung jari Anda, secara otomatis bayi
akan membuka mulutnya dan mulai menghisap.
Catatan: Ketika puting susu masuk ke dalam mulutnya, ia akan
langsung menghisap ASI. Pada bayi dengan oral trush akan kesulitan
untuk menghisap karena ada lesi pada rongga mulutnya.

d. Reflek menelan
Dengan adanya air susu yang ada dimulutnya otomatis bayi akan
dengan cepat menelan air susu yang ada dalam mulutnya.
pada bayi dengan oral trush reflek ini tidak terlalu tampak karena
gangguan kenyamanan pada mulutnya sehingga bayi tidak mau /
malas untuk minum.
e.

Refleks menggenggam (babinski)


Kalau jari Anda diletakkan di tengah telapak tangan atau di bawah jari kakinya,
secara otomatis ia akan menekuk dan mengerutkan jari-jarinya seolah-olah ingin
menggenggam atau menjepit dengan erat.
(pada bayi dengan paralisis klumpke Disini terdapat kelemahan otot-otot freksor
pergelangan tangan, sehingga bayi kehilangan refkes mengepal).

f.

Refleks morro
Bila Anda memukul keras-keras atau menarik alas tidurnya serta
mengangkat dan menurunkan tubuhnya secara mendadak, maka
kedua tangan serta kakinya akan merentang dan menutup lagi.
Bersamaan dengan itu, jemarinya pun menggenggam. Pada bayi
dengan trauma fleksus bracialis Reflek morro negative.

g.

Refleks leher asimetrik tonik/Tonic neck


Refleks ini memang agak sulit terlihat. Meski begitu, bisa Anda
amati. Caranya : Baringkan si kecil, lalu miringkan kepalanya ke kiri
misalnya. Nah, tangan kiri bayi Anda akan segera merentang lurus ke
luar, sedangkan tangan kanannya akan menekuk ke arah kepalanya.

Catatan: Refleks ini paling jelas terlihat saat si kecil berusia 2 bulan,
namun akan menghilang saat usianya 5 bulan. Pada bayi dengan
trauma fleksus brachialis reflek tonic neck negative.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiografi
1. Foto vetebra vertical untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra vertical
2. Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur scapula, klavekula dan hemerus

EMG NVC
1.

Pemeriksaan NCV untuk mengetahui system motorik dan sensorik, kecepatan


hantar saraf serta latensi distal. SNAPs (sensory nerve action potentials) berguna
untuk membedakan lesi preganglionic atau lesi postganglionic. Pada lesi
postganglionic, SNAPs tidak didapatkan tetapi positif pada lesi preganglionic.

2.

Pemeriksaan EMG dengan jarum pada otot dapat tampak fibrilasi, positive sharp
wave (pada lesi axonal), amplitudo dan durasi. SSEP (Somatosensory evoked
potensials). Berguna untuk membedakan lesi proksimal misalnya pada root
avulsion

MRI dan CT SCAN


Untuk melihat detail struktur anatomi dan jaringan lunak saraf perifer.

II. DIAGNOSA
Bayi Ny.. usia.. dengan trauma fleksus brachialis
Masalah

: -

Kebutuhan : Data subyektif :

Ibu mengatakan melahirkan bayinya pada tanggal .. di .. Penolong persalinan . .


Berat lahir . Panjang lahir ..

Ibu mengatakan bayi sering menangis dan rewel


Ibu mengatakan tangan kanan bayinya tidak bereaksi terhadap rangsangan
yang diberikan

ibu mengatakan telapak tangan kanan bayinya terbalik kearah belakang


ibu mengatakan tangan kanan bayinya tidak bisa menggengam dan kedua

telapak tangan terkulai lemah

Ibu mengatakan tangan kanan bayinya seperti tangan orang lumpuh

Data Obyektif :

Kesadaran : mengalami penurunan atau tidak

TTV:
: dalam batas normal 36,5-37,50C

- Suhu
- Nadi

: pada menit menit pertama 180 x/menit lalu menurun 120 140

x/menit
- Pernapasan

: pada menit menit pertama 140 x/menit dan sampai pada 40-60

x/menit.

Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas atas
Yang dilakukan adalah melihat gerakan bayi apakah aktif atau tidak kemudian menghitung jumlah
jari
Pada bayi dengan trauma fleksus brachialis :
1) Gangguan motorik lengan atas
2) Lengan atas dalam kedudukan ekstansi dan abduksi
3) Jika anak diangkat maka lengan akan lemas tergantung
4) Refleks moro negatif
5) Hiperekstensi dan fleksi pada jari-jari
6) Refleks meraih dengan tangan tidak ada
7) Paralisis dari lengan atas dan lengan bawah
Luka pada pleksus brakialis mempengaruhi saraf memasok bahu Lengan bawah, atas
dan tangan, menyebabkan mati rasa, kesemutan, nyeri, kelemahan, gerakan terbatas, atau

bahkan kelumpuhan kelemahan otot-otot fleksor pada sendi siku (m.biceps dan m.brachialis)
yang menyebabkan ekstremitas dalam posisi adduksi, rotasi ke arah medial dengan ekstensi
pada sendi siku.

Pemeriksaan Reflek

a.

Refleks morro
Bila Anda memukul keras-keras atau menarik alas tidurnya serta
mengangkat dan menurunkan tubuhnya secara mendadak, maka
kedua tangan serta kakinya akan merentang dan menutup lagi.
Bersamaan dengan itu, jemarinya pun menggenggam. Pada bayi
dengan trauma fleksus bracialis Reflek morro negative.

b. Refleks leher asimetrik tonik/Tonic neck


Refleks ini memang agak sulit terlihat. Meski begitu, bisa Anda
amati. Caranya : Baringkan si kecil, lalu miringkan kepalanya ke kiri
misalnya. Nah, tangan kiri bayi Anda akan segera merentang lurus ke
luar, sedangkan tangan kanannya akan menekuk ke arah kepalanya.
Catatan: Refleks ini paling jelas terlihat saat si kecil berusia 2 bulan,
namun akan menghilang saat usianya 5 bulan. Pada bayi dengan
trauma fleksus brachialis reflek tonic neck negative.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiografi
1. Foto vetebra vertical untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra vertical
2. Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur scapula, klavekula dan hemerus
EMG NVC

3.

Pemeriksaan NCV untuk mengetahui system motorik dan sensorik, kecepatan hantar
saraf serta latensi distal. SNAPs (sensory nerve action potentials) berguna untuk
membedakan lesi preganglionic atau lesi postganglionic. Pada lesi postganglionic,
SNAPs tidak didapatkan tetapi positif pada lesi preganglionic.

4.

Pemeriksaan EMG dengan jarum pada otot dapat tampak fibrilasi, positive sharp wave
(pada lesi axonal), amplitudo dan durasi. SSEP (Somatosensory evoked potensials).
Berguna untuk membedakan lesi proksimal misalnya pada root avulsion

MRI dan CT SCAN


Untuk melihat detail struktur anatomi dan jaringan lunak saraf perifer.
III. INTERVENSI
Tujuan Jangka Pendek
Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 jam diharapkan ibu mengerti dengan kondisi
anaknya saat ini mengalami trauma fleksus brakhialis, penjelasan tentang trauma fleksus
brakhialis serta penanganan awal trauma fleksus brakhialis sudah dilakukan dengan Kriteria
hasil:

ibu dapat menjelaskan kembali tentang kondisi bayinya saat ini dengan
trauma fleksus brakhialis.

ibu dapat menjelaskan kembali tentang penyebab, penanganan dan


komplikasi dari trauma fleksus brakhialis

informed consent tindakan yang dilakukan sudah disetujui/di tandatangani


oleh orang tua

Tujuan Jangka Panjang


Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2 minggu diharapkan kondisi bayi
membaik, tumbuh kembang bayi dapat berjalan normal dengan kriteria hasil :

Keadaan umum baik

Kesadaran komposmentis

TTV dalam batas normal :


- Suhu 36,5-37,5 c
- Nadi 120-140 x/menit
- Pernapasan 40-60 x/menit

Ekstremitas atas : Lengan bayi tidak mengalami keterbatasan gerak

Reflek morro dan Reflek tonic neck positive

Tidak Terjadi tanda-tanda bahaya atau komplikasi pada bayi dengan trauma
fleksus brachialis

Rencana Tindakan :
1)

Jelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya saat ini


R/ Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan ibu

2)

Jelaskan pada ibu tentang penyebab, penanganan dan komplikasi yang


mungkin ditimbulkan dari bayi dengan fraktur brakhialis.
R/ Informasi yangcadekuat dapat dapat menambah pengetahuan ibu dan ibu
lebih kooperatif

3)

Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan awal/pengobatan


trauma fleksus brachialis
R/ Diluar kewenangan bidan

4)

Lakukan penanganan awal pada trauma fleksus brakhialis


R/ Mencegah terjadinya komplikasi

5)

Mengajarkan ibu cara perawatan bayi dengan trauma fleksus brakhialis


R/ Memandirikan ibu melakukan perawatan di rumah

III. IMPLEMENTASI
1.

Menjelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya saat ini mengalami trauma pada fleksus

brachialix
2.

Menjelaskan pada ibu tentang penyebab, penanganan, dan komplikasi yang mungkin
ditimbulkan dari bayi dengan fraktur brakhialis.
Luka pada pleksus brakialis mempengaruhi saraf memasok bahu, lengan lengan
bawah, atas dan tangan, menyebabkan mati rasa, kesemutan, nyeri, kelemahan, gerakan
terbatas, atau bahkan kelumpuhan ekstremitas atas, cedera pleksus brakialis terjadi
selama kelahiran. Bahu bayi mungkin menjadi dampak selama proses persalinan,
menyebabkan saraf pleksus brakialis untuk meregang atau robek.
Pada bayi dengan trauma fleksus brachialis terjadi :
1) Gangguan motorik lengan atas
2) Lengan atas dalam kedudukan ekstansi dan abduksi
3) Jika anak diangkat maka lengan akan lemas tergantung
4) Refleks moro negatif
5) Hiperekstensi dan fleksi pada jari-jari
6) Refleks meraih dengan tangan tidak ada
7) Paralisis dari lengan atas dan lengan bawah
80% pasien dengan kelahiran dengan trauma pleksus brakialis sembuh secara spontan.
Pembedahan dapat membantu banyak sisanya.
Komplikasi yang di timbulkan : Contracture bahu, siku, atau pergelangan tangan

3.

Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan awal/pengobatan trauma


fleksus brachialis

4. Lakukan penanganan awal pada trauma fleksus brakhialis

Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai untuk mencegah terjadinya

kontraktur, immobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan atas abduksi 90, siku fleksi 90
disertai supinasi lengan bawah dan pergelangan tangan dalam ekstensi, selain 12 jam sehari,
disertai massege dan latihan gerak. Atau penaggulangannya dengan jalan meletakkan lengan atas
dalam posis abduksi 90 dan putaran keluar. Siku berada dalam fleksi 90 disertai supinasi lengan
bawah dengan ektensi pergelangan dan telapak tangan menghadap kedepan.

Beri penguat atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya. Caranya : letakkan tangan

bayi yang lumpuh disamping kepalanya yaitu dengan memasang perban pada pergelangan tangan
bayi kemudian dipanitikan dengan bantal atau seprei disamping kepalanya

5. Mengajarkan ibu cara perawatan bayi dengan trauma fleksus brakhialis


Orang tua harus dianjurkan untuk sebisa mungkin menghindari menyentuh

ekstremitas yang tekena selama minggu pertama karena adanya nyeri, jangan terlalu
sering menggendong bayi, serta tempatkan bayi pada posisi yang aman dan nyaman.
sehingga mereka dapat merencanakan ke depan. Jelaskan Kemungkinan kontraktur,
sehingga orang tua akan termotivasi untuk melanjutkan latihan peregangan.

IV. VALUASI
S : ibu mengatakn :
- Mengerti dengan kondisi anaknya saat ini yang mengalami trauma fleksus
brakhialis
- Mengerti tentang penyebab, penanganan, dan komplikasi dari trauma fleksus
brakhialis
- Mengerti cara perawatan bayi dengan trauma fleksus brakhialis
O : - Memantau TTV bayi
- Melaksanakan terapi yang telah diadviskan oleh dokter
A : Penanganan awal bayi dengan fraktur brakhialis sudah dilakukan
P : - Lanjutkan pemantauan TTV
- Motivasi ibu untuk merealisasikan apa yang telahelaskan oleh bidan

- Anjurkan untuk kontrol ulang 1 minggu lagi atau jika sewaktu-waktu ada keluhan
- Lakukan kolaborasi dengan dokter apabila terdapat komplikasi berlanjut

Pemberi Asuhan

(.)

CATATAN PERKEMBANGAN
Disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan hasil dari pemberian terapi
S : Ibu mengatakan hari ini jadwalnya untuk kontrol bayinya sudah tidak rewel.
O:

- Keadaan umum baik


- TTV dalam batas normal Suhu 36,5-37,5 c, Nadi 120-140 x/menit
Pernapasn 40-60 x/menit

- Ekstremitas atas : tidak terdapat keterbatasan gerak


A : Bayi dengan trauma fleksus brakhialis sudah tertangani
P:

- Motivasi ibu untuk menyusui bayinya sesuai kebutuhan


- Motivasi ibu untuk selalu menjaga personal hygiene dirinya dan bayinya

- Motivasi ibu untuk memenuhi kebutuhan bayinya

Pemberi Asuhan

(.....)
http://tiyaarisma.blogspot.com/2012/06/askeb-teori-trauma-fleksus-brachialis.html
Makalah Trauma Branchialis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama
bayi yang sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses
yang panjang, dengan tidak mengesampingkan factor lingkungan keluarga.
Terpenuhinya kebutuhan dasar anak (asah-asih-asuh)oleh keluarga akan memberi
lingkungan yang terbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi
seoptimal mungkin. Tetapi tidak semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa
bayi lahir dengan gangguan pada masa prenatal, natal, pascanatal. Keadaan ini akan

member pengaruh bagi tumbun kembang selanjutnya. Seperti mengalami salah


satunya trauma pada fleksus brachialis dan masi banyak lagi gangguan yang tidak
normal pada bayi.
Asuhan neonates dengan jejas ( trauma) persalinan sangat berpengaruh terhadap
trauma pada kelahiran. Trauma lahir adalah trauma mekanis yang disebabkan karena
persalinan/kelahiran. Pengertian yang lain tentang trauma lahir adalah trauma pada
bayi yang diterima dalam atau karenaproses kelahiran. Istilah trauma digunakan
untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat dihindarikan
maupun yang dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan dan
kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat keterampilan atau perhatian medic
yang tidak pantas atau tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah
mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak
ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh.
Insidensi trauma pada kelahiran diperkirakan sebesar 2-7 per 1000 kelahiran
hidup. Walaupun insiden telah menurun pada tahun-tahun belakang ini, sebagian
karena kemajuan di bidang teknikdan penilaian obstektrik, trauma lahir masi
merupakan permasalahan pentiang, karena walaupun hanya trauma yang bersifat
sementara sering tampak nyata oleh orang tua dan menimbulkan cemas serta
keraguan yang memerlukan pembicaraan yang bersifat suportif dan informatif.
Beberapa trauma pada awalnya dapat bersifat laten, tetapi akan menimbulkan
penyakit atau akibat sisa yang berat. Trauma lahir merupakan salah satu factor
penyebab utama kematian perinatal. Di Indonesia angka kematian perinatal 44 per
1000 kelahiran hidup dan 9,7% diantanya sebagai dari akibat dari trauma lahir.
Pada saat persalina, perlukaan atau trauma persalinan kadang-kadang tidak dapat
dihindarkan dan lebih sering ditemukan pada persalinan yang terganggu oleh
beberapa sebab. Penangan persalinan secara sempurna dapat mengurangi frekuensi
peristiwa trauma pada fleksus brachialis dan mengurangi juga jumlah kematian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :
1.

Bagaimana peran bidan dalam penatalaksanaan tentang trauma pada fleksus

brachialis ?
2.

Mengapa trauma pada fleksus brachialis terjadi pada bayi ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fleksus Branchialis
Fleksus brachialis adalah anyaman (latin : fleksus ) serat saraf yang berjalan
dari tulang belakang C4-T1, kemudian melewati bagian leher dan ketiak, dan
akhirnya keseluruh lengan ( atas dan bawah ). Serabut saraf akan didistribusikan
kebeberapa

bagian

lengan.

Jaringan

saraf

dibentuk

oleh

cervical

yang

bersambuangan dengan dada dan tulang belakang urat dan pengadaan di lengan dan
bagian bahu.
Etiologi Trauma Fleksus Brakhialis Pada Bayi Baru Lahir
Trauma fleksus brakhialis pada bayi dapat terjadi karena beberapa factor antara lain:
1) Faktor bayi sendiri :
- Makrosomia
- Presentasi ganda
- Letak sunsang
- Distosia bahu
- Malpresentasi
- Bayi kurang bulan
2) Faktor ibu :
- ibu sefalo pelvic disease (panggul ibu yang sempit)

- umur ibu yang sudah tua


- adanya penyulit saat persalinan
3) faktor penolong persalinan
- tarikan yang berlebihan pada kepala dan leher saat menolong kelahiran bahu
pada
presentasi kepala
- tarikan yang berlebihan pada bahu pada presentasi bokong
2.1.1 Tanda Dan Gejala Bayi Dengan Trauma Fleksus Brakhialis
1. gangguan motorik pada lengan atas
2. paralisis atau kelumpuhan pada lengan atas dan lengan bawah
3. lengan atas dalam keadaan ekstensi dan abduksi
4. jika anak diangkat maka lengan akan lemas dan tergantung
5. reflex moro negative
6. tangan tidak bisa menggenggam
7. reflex meraih dengan tangan tidak ada
2.2 Trauma pada Fleksus Brachialis
Proses kelahiran sangat dipengaruhi oleh kehamilan. Dalam kehamilan yang
tidak ada gangguan, diharapkan kelahiran bayi yang normal, di mana bayi dilahirkan
cukup bulan, pengeluaran dengan tenaga ibu mengedan denga cara tidak dipaksakan
dan kontaraksi kandung ramin tanpa mengalami akfiksi yang berat maupun trauma
lahir seperti trauma pada fleksus brachialis
Macam-macam plesksus brachialis yaitu :
1.

Paralis wajah dan cedera pleksus brachialis


Cedera pada wajah termasuk memar karena penggunaan forsep atau paralis

wajah yang disebabkan oleh forsep maupun tekanan sakkrum ibu. Tanda-tanda
paralis wajah termasuk wajah asimetris. Salah satu mata mungkin tetap terbuka.
Tindakan kebidanan dapat meliputi konsultasi penggunaan pelindung mata ( eye
patch) dan tetesan mata untuk lubrikasi. Paralis ini bersifat sementara.
Cedera fleksus brachialis dapat terjadi saat prenatal atau selama proses kelahiran
saat traksi digunakan di leher. Cedera tersebut dapat terjadi pada kelahiran persentasi

bokong atau kelahiran yang diperberat distosia bahu. Bahu baru lahir yang mengalami
cedera fleksus brachialis rewel dan merasa nyeri. Manifentasi cedera bergantung
pada radiks saraf yang terkena dan derajat cedera. Radiks sarafdapat terkena adalah
radiks saraf servikal C5 dan C6( paralis Erb-Duchenne ), radiks C8 dan T1 ( paralis
Klumpke ), arau keduanya.
Tanda-tanda fisik paralisis Erb-Duchenne termasuk hilangnya pergerakan
secara pada lengan yang terkena dengan aduksi pada bagian bawah lengan tersubut.
Hal ini menyebabkan karakteristik tanda tip pelayanan (waiter's tip) yang ditandai
denga totasi iternal bagian bawah lengan dengan jari dan pergelangan tangan fleksi.
Refles menggenggam tidak terganggu, tetapi reflex moro lemah pada sisi yang
terkena.
Pada paralisis Klumpke, refles genggam hilang dan tangan bayi dalam postur
seperti mencakar. Cedera fleksus brachialis sering terjadi dan ditemukan pada
hampir 1 dalam tersebut Biasanya terjadi setelah suatu persalinan yang sulit, namun
kadangkala sesudah persalinan yang tampaknya mudah, bayi baru lahir dengan
mengalami kelumpuhan. Paralisis Dukchenneatau Erb meliputi paralisis mulkulus
deltoideus dan infraspinatus disamping lengan tanpak lemas dan tergantung disisi
tubuh, dengan lengan bawah dalam keadaan ekstensi serta rotasi ke dalam. Fungsi
jari-jari tangan biasanya tidak terganggu.
Lesi ini terjadi akibat regangan atau robekan pada radiks superior pleksus
brachialis yang mudah mengalami tegangan ekstrim akibat tarikan kepala ke lateral,
sehingga denag tajam memfleksikan pleksus tersebut kea rah salah satu bahu.
Mengingat traksi dengan arah ini sering dilakukan untuk melahirkan bahu pada
presentasi verteks yang normal, paralisis Erb dapat tejadi pada persalinan yang
tampak mudah. Karena itu, dalam melakukan ekstraksi kedua bahu bayi, kita harus
berhati-hati agar tidak melakukan flaksi lateral leher yang berlebihan. Yang paling
sering terjadi, pada kasus dengan persentasi kepala, janin yang menderita paralisis ini
memiliki ukuran khas abnormal yang besar, yaitu denga berat 4000 gram atau lebih.
Pada ekstraksi bokong, kita harus memberikan perhatian terutama untuk
mencegah ekstensi kedua lengan lewat kepala. Lengan yang ektensi bukan saj
memperlambat persalinan bokong namun juga meningkatkan resiko paralisis.

Prognosis keadaan ini biasanya baik bial dilakukan fisioterapi segera dan tepat.
Namun, demikian kadangkala terdapat kasus yag tidak berhasil diatasi denagn segalah
tindakan dan lengan bayi mengalami paralisis permanen.
Yang lebih jarang terjadi, trauma terbatas pada nervus bagian distal dari pleksus
brachialis yang menimbulkan paralisis tangan atau paralisis Klumpke.
Penatalaksanaan kebidanan meliputi rujukan untuk membebat yang terkena
dekat dengan tubuh dan konsultasi dengan tim pediatric. Orang tua harus dianjurkan
untuk sebisa mungkin menghindari menyentuh ekstremitas yang tekena selama
minggu pertama karena adanya nyeri. Orang tua dapat diyakinkan bahwa pada
mayoritas kasus, paralisis hilang dalam 3-6 bulan, dengan perbaikan awal dibuktikan
dalam beberapa minggu. Terapi ini bermanfaat setelah pembengkakan pertama
berkurang.
Cedera pada radiks lebih tinggi, yaitu pada pleksus brachialis (C3-C5) dapat
menyebabkan tanda gangguan pernapasan yang signifikan karena paralisis saraf
frenikus dan gangguan diafragma. Bayi baru lahir yang mengalami tipe cedera saraf
ini bernapas sangat dangkal dengan ekskursi pernapasan dan memerlukan dukungan
pernapsan agresif saat lahir.
2.

Paralisis fleksus brachialis


Timbul akibat tarikan kuat pada leher bayi, misal pada distosia bahu atau

persalinan sunsang.
Kelainan ini terdiri atas :
a.

Paralisis Duchenne Erbyaitu mengenai lengan atas dipersarafi cabang-cabang

C5-C6,lengan dalam dengan ektensidan aduksi dengan refleks biseps dan refleks
Moro negatif atau dengan pengertian lain adalah kelumpuan bagian tubuh yang
disarafi oleh cabang-cabang C5 dan C6 dari fleksus brachialis.disini terdapat
kelemahan untuk fleksi, abduksi, serta memutar keluar, disertai hilangnya refleks
biseps dan Moro. Jadi bayi diangkat maka lengan yang lumpuh akan tergantung
lemas.
b.

Paralisis Klumpke, yaitu mengenai lengan bawah yang depersarafi cdabang-

cabang C8-T1,sangat jarang ditemukan atau dengan kata lain kelumpuhan bagianbagian tubuh yang disarafi oleh cabang C8-T1 dari fleksus brachialis. Disini terdapat

kelemahan otot-otot freksor pergelangan tangan, sehingga bayi kehilangan refkes


mengepal.
Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat didaerah leher pada saat lahirnya
bayi, sehingga terjadi kerusakan pada fleksus brachialis. Hal ini ditemukan pada
persalinan sunsang apabilah dilakukan traksiyang kuat dalam usaha melahirkan
kepala bayi. Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat terjadi pada janin pada
bahu lebar.
Pengobatan ialah dengan imobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan
atas abduksi 90,siku fleksi 90disertai supinasi lengan bawah dan pergelangan
tangan dalam ekstensi, selain 12 jam sehari, disertai massege dan latihan gerak. Atau
penaggulangannya dengan jalan meletakkan lengan atas dalam posis abduksi 90 dan
putaran keluar. Siku berada dalam fleksi 90 disertai supinasi lengan bawah dengan
ektensi pergelangan dan telapak tangan menghadap kedepan. Penyembuhan biasanya
setelah beberapa hari, kadang-kadang 3-6 bulan. Atau penyembuhan berpariasi antara
2 bulan sampai 2 tahun
3.

Brachialis palsi
a.

Pengertian

Kelumpuhan pada fleksus brachialis.


b.

Penyebab

1) Tarikan lateral pada kepala dan leher pada waktu melahirkan bahu presentasi
kepala
2) Apabilah dengan entensi melewati kepala pada presentasi bokong atau terjadi
tarikan yang berlebihan pada bahu
c.

Gejala

1)

Gangguan motorik lengan atas

2)

Lengan atas dalam kedudukan ekstansi dan abduksi

3)

Jika anak diangkat maka lengan akan lemas tergantung

4)

Refleks moro negatif

5)

Hiperekstensi dan fleksi pada jari-jari

6)

Refleks meraih dengan tangan tidak ada

7)

Paralisis dari lengan atas dan lengan bawah

Gejala-gejala tersebut tergantung besar kecilnya kelumpuhan


d.

Penatalaksanaan

1)

Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai untuk mencegah


terjadinya kontraktur

2)

Beri penguat atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya. Caranya :
letakkan tangan bayi yang lumpuh disamping kepalanya yaitu dengan

memasang
perban pada pergelangan tangan bayi kemudian dipanitikan dengan bantal
atau
seprei disamping kepalanya
3)

Rujuk segera kerumah sakit

2.3 Penyebab Trauma Fleksus Brancialis


Ada banyak penyebab kemungkinan lesi pleksus brachialis. Trauma adalah
penyebab yang paling sering, selain itu juga konpresi local seperti pada tumor
ideopatik, radiasi, post operasi dan cedera pada lahir.
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiografi
1.

Foto vetebra vertical untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra

2.

Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur scapula, klavekula dan

vertical
hemerus
terapi okupasi terutama diperlukan untuk memelihara luas gerak sendi bahu,
membuat ortesa yang tepat untuk membantu fungsi tangan, siku dan lengan,
mengotrol edema deficit sensorik.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengertian dari fleksus brachialis adalah serat saraf yang berjalan dari tulang
belakang C5-T1 kemudian melewati bagian leher dan ketiak dan akhirnya keseluruh
lengan (atas dan bawah). Trauma pada fleksus brachialis
1.

Paralisis wajah dan cedera pleksus brachialis

2.

Paralisis fleksus brachialis

3.

Brachialis palsi

3.2 Saran
Dalam menangani persalinan bidan harus memperhatikan persalinan tersebut
dengan penuh hati-hati agar dapat melakukan persalinan dengan persalinan yang
normal dan seorang bidanpun dapat menghindari sebagian dari persalinan yang
abnormal seperti trauma ,pada pleksus brachialis.pada saat persalianan neonates.
Oleh karena itu bidan juga sangat berperan dalam menangani trauma pada fleksus
brachialis dengan cara merujuk kerumah sakit terdekat.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. G HARI KE- 5 DENGAN TRAUMA


PADA FLEKSUS BRAKHIALIS DI BPS KURNIA
BENGKULU TANGGAL 28 JANUARI 2010

1. PENGUMPULAN DATA
A. BIODATA
Biodata bayi
Nama bayi

: bayi Ny. G

Umur bayi

: 5 hari

Tanggal / jam lahir

: 23 januari 2010 / jam 06.00 WIB

Jenis kelamin

: laki laki

Biodata orang tua


Nama

: Ny. G

Nama suami

: Tn. W

Umur

: 37 tahun

Umur

: 40 tahun

Suku

: Minang

Suku

: Minang

Bangsa

: Indonesia

Bangsa

Indonesi
Agama

: Islam

Agama

Pendidikan

: SMA

pendidikan

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

Alamat

: Alahan Panjang

: Islam
: SMA
: swasta

Alamat

: Alahan

Panjang
B. DATA SUBJEKTIF
o Pasien masuk Pada tanggal / jam : 28 januari 2010 jam 09.00 WIB
o Pasien di data pada tanggal / jam : 28 januari 2010 jam 09.05 WIB
1. Keluhan utama :
- Ibu mengatakan bayi sering menangis dan rewel
- Ibu mengatakan tangan kanan bayinya tidak bereaksi terhadap ransangan yang
diberikan
- ibu mengatakan telapak tangan kanan bayinya terbalik kearah belakang
- ibu mengatakan tangan kanan bayinya tidak bisa menggengam dan kedua telapak
tangan terkulai lemah
- Ibu mengatakan tangan kanan bayinya seperti tangan orang lumpuh
2. Riwayat kehamilan ibu
a. Kehamilan yang ke : kehamilan anak ke -5
b. Keluhan selama hamil
Trimester I
Trimester II

: sering kencing
: pegal pegal

Trimester III

: nyeri pinggang hingga ke perut dan sering kencing

Saat hamil bayi ini, ibu mengatakan pembesaran perutnya lebih besar dari
kehamilan kehamilan sebelumnya
c. Riwayat penyakit kehamilan
Perdarahan

: tidak ada

Pre eklampsia

: tidak ada

Eklampsia

: tidak ada

Jantung

: tidak ada

Asma

: tidak ada

Penyakit lain

: tidak ada

d. Kebiasaan waktu hamil


Konsumsi Obat-obatan/jamu

: tidak ada

Merokok

: tidak ada

Alergi makanan tertentu

: tidak ada dan nafsu makan sangat

meningkat
saat hamil
Alergi obat obat tertentu

: tidak ada

Lain-lain

: tidak ada

e. Kunjungan ANC
Trimester I

: 1 kali

Triemester II

: 2 kali

Trimester III

: 2 kali

3. Riwayat persalinan
a. Jenis persalinan

: spontan

b. Di tolong oleh

: Bidan

c. Lama persalinan
Kala I

: 8 jam

Kala II

: 3 jam

Kala III

: 30 menit

Kala IV

: 2 jam

d. Penyulit saat lahir

saat kepala lahir, lama sekali untuk melakukan putaran paksi luar,bidan
mengalami kesulitan saat menolong kelahiran bahu
e. Tindakan yang dilakukan bidan

bidan menarik dengan kuat lengan bayi terutama lengan kanan


f. Ketuban

pecah spontan setelah pembukaan lengkap, 500 cc dan baunya amis


g. Plasenta

lahir lengkap
h. Komplikasi persalinan lainnya :
tidak ada
4. Riwayat kelahiran bayi
a. Berat badan

: 3900 gram

b. Panjang badan

: 50 cm

c. Lingkar dada

: 32 cm

d. Lingkar kepala

: 34 cm

e. Apgar score

: menangis kuat, kulit kemerahan pergerakan kaki

aktif
tetapi pergerakan tangan kanan tidak ada
f. Resusitasi

: tidak dilakukan

g. Keadaan fisik

: saat pemeriksaan fisik, organ tubuh lengkap, tetapi


terdapat kelainan pada lengan kanan yang tidak
bergerak

h. Tindakan keluarga

: belum ada, karena menurut keluarga hal tersebut

akan
hilang dalam waktu 2 hari
i. Reflek saat lahir
Reflek morro

: tidak ada

Reflek rooting

: ada

Reflek walking

: tidak ada

Reflek graph

: tidak ada

Reflek sucking

: ada

Reflek tonic neck


j. Komplikasi lainnya

: tidak ada
: tidak ada

5. Pola Nutrisi : bayi diberi ASI setiap kali 2 jam


6. Pola eliminasi
BAK
Frekuensi

: 7 - 8 x/hari

Warna

: kuning jernih

Konsistensi

: encer

Kelainan

: tidak ada

BAB
Frekuensi

: 1 - 2x/hari

Warna

: kuning keemasan

Konsistensi

: lunak

Kelainan

: tidak ada

7. Pola istirahat
8. Personal hygiene

: bayi sering menangis sehingga jarang tidur


: bayi dimandikan 2x sehari dan ganti popok 2x

sehari
9. Riwayat penyakit keluarga
a. Asma

: tidak ada

b. Jantung

: tidak ada

c. Hipertensi

: tidak ada

d. Ginjal

: tidak ada

e. Penyakit lain

: tidak ada

C. DATA OBJEKTIF
1. Tanda tanda vital
Keadaan umum

: Baik

Suhu

: 37, 2 C

Pernafasan

: 60 x / menit

Nadi

: 120 x / menit

Berat badan

: 4000 gram

2. Pemeriksaan fisik

1) inspeksi
Kepala

: ubun ubun agak cekung, tidak ada caput dan tidak ada cephal
Hematoma

Muka

: kemerahan, simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema

Mata

: conjungtiva tidak pucat, sclera tidak ada ikterik dan tidak ada

infeksi
Telinga

: Daun telinga lengkap, simetris kiri dan kanan, Lubang telinga ada

Mulut

: bibir merah, tidak ada labio palato skizis dan labio

Hidung

: lubang hidung dibatasi sekat, tidak ada kelainan Pada lubang

hidung
dan hidung bersih
Leher

: tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe

Dada

: Bentuk simetris dan tidak ada pembengkakan

Tali pusat

: terawat dan terbungkus dalam kassa steril dan tidak ada tanda

tanda
infeksi
Punggung : tidak ada kelainan dan tidak ada spina bifida Ekstremitas

Ekstremitas atas :

- jari jari tangan lengkap


- tidak ada pembengkakan
- tidak ada sianosis di ujung ujung jari
- terlihat kebiruan di kulit lengan kanan
- telapak tangan kanan terbalik kebelakang
- pergerakan tangan kiri aktif, tangan kanan tidak aktif
- tangan kanan tidak bisa menggengam
- tangan kanan terkulai lemah dan pergerakannya tidak seaktif tangan kiri.
- Saaat lengan kanan diraba, bayi langsung menangis

Ekstrimitas bawah

- Jari - jari kaki lengkap- Pergerakan kaki kanan dan kiri aktif dan tidak ada
gangguan pergerakan
- tidak ada odema

- tidak ada sianosis di ujung ujung jari.


Genitalia

: testis sudah turun kedalam scrotum, saluran uretra dan penis ada

dan
tidak ada kelainan
Anus

: ada lubangnya

3. Reflek
Reflek morro

: tidak ada

Reflek rooting

: ada

Reflek walking

: tidak ada

Reflek graph

: tidak ada

Reflek sucking

: ada

Reflek tonic neck

: tidak ada

2) Auskultasi :
- bunyi jantung normal dan teratur
- terdengar bising usus di abdomen kiri
II.

INTERPRETASI DATA
a.

Diagnosa
B.Ny.Gumur 5hari dengan Jejas Persalinan Trauma Fleksus Branchialis
Dasar
1.

B.Ny,G berusia 5hari,Anak lahir tanggal 23 Januari 2010 pukul 06.00 WIB
Ds : Ibu mengatakan
-

Bayi berumur 5 hari


Bayi lahir spontan pukul 06.00 wib
Bayi lahir bugar
BB : 4000 gr PB : 56,8 Cm

Do : Tanda-Tanda Vital

Berat badan

: 3900 gram

Panjang badan

: 50 cm

Lingkar dada

: 32 cm

Lingkar kepala

: 34 cm

a. Masalah

: Trauma Fleksus Branchialis

b. Kebutuhan

1)

Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai untuk mencegah

terjadinya kontraktur
2)

Beri penguat atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya. Caranya :
letakkan tangan bayi yang lumpuh disamping kepalanya yaitu dengan

memasang
perban pada pergelangan tangan bayi kemudian dipanitikan dengan bantal
atau
seprei disamping kepalanya
3)

Rujuk segera kerumah sakit

III. Masalah Potensial


IV. Tindakan Segera
1)

: tidak ada
: tidak ada

Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai untuk mencegah


terjadinya kontraktur

2)

Beri penguat atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya. Caranya :
letakkan tangan bayi yang lumpuh disamping kepalanya yaitu dengan

memasang
perban pada pergelangan tangan bayi kemudian dipanitikan dengan bantal
atau
seprei disamping kepalanya
3)

Rujuk segera kerumah sakit

V. Intervensi
No

Hari/Tang

Tujuan /Kriteria

Intervensi

Rasional

gal/Jam
Dx

Para
f

Rabu,28

Tujuan

1) jelaskan pada ibu

1) Dengan

Januari

:Mengetahui

tentang tindakan yang

mengetahui

2010

kondisi bayi

akan diberikan bidan

tindakan yang

Pukul

dengan Trauma

berupa Immobilisasi

akan diberikan

09.05

Fleksus

parsial dan

bidan ibu dapat

WIB

Branchalis

penempatan lengan

mengerti

yang sesuai untuk

manfaatnya dan

kriteria : ibu tau

mencegah terjadinya

ibu tidak merasa

tentang kondisi

kontraktur

cemas.

anaknya dengan
trauma fleksus
branchialis dan

2)

jelaskan pada ibu

2) Dengan

mampu untuk

bahwa anaknya akan

mengetahui

merawat anaknya

diberi penguat atau

diberi penguat

melalui terapi

bidai selama 1-2

atau bidai ibu

yang akan

minggu pertama

dapat menjaga

diberikan

kehidupannya.

bidai nya agar

Caranya: letakkan

tidak lepas dan

tangan bayi yang

tangannya tetap

lumpuh disamping

stabil.

kepalanya yaitu
dengan memasang
perban pada
pergelangan tangan
bayi kemudian
dipanitikan dengan
bantal atau seprei
disamping kepalanya

3) Jelaskan pada ibu


jika masih berlanjut
segera rujuk kerumah
sakit.

3) Dengan
mengetahui
bahaya berlanjut
4) Jelaskan pada ibu ibu dapat segera
memutuskan

untuk memperhatikan tindakan.


nutrisi

yang

akan

diberikan
4) Dengan ibu
mengetahui
nutrisi yang
diberikan ,ibu
dapat
memberikan
makanan yang
sesuai dengan
kebutuhan
anaknya.
( berupa ASI
ekslusif 6 bulan
pertama )

5) Dengan
5) Jelaskan pada ibu melakukan
tentang
perawatan perawatan sehari
sehari

hari

anaknya.

kepada hari pada


anaknya ibu
dapat menjaga
kebersihan anak.

VI. Implementasi
No Hari/Tan
ggal

Implementasi

Respon

Para
f

Jam
Dx Rabu,28

1) jelaskan pada ibu tentang

1.Ibu mengerti dan mau

Januari

tindakan yang akan diberikan

memberikan keputusan

2010

bidan berupa Immobilisasi

tentang tindakan bidan

Pukul

parsial dan penempatan lengan

yang berupa mobilisasi

09.05

yang sesuai untuk mencegah

parsial dan penempatan

WIB

terjadinya kontraktur

lengan.

2)

jelaskan pada ibu bahwa

anaknya akan diberi penguat atau


bidai selama 1-2 minggu pertama 2) Ibu mengerti bahwa
anak akan diberikan
kehidupannya. Caranya:
letakkan tangan bayi yang

penguat atau bidai pada

lumpuh disamping kepalanya

tangan bayi yang lumpuh.

yaitu dengan memasang perban


pada pergelangan tangan bayi
kemudian dipanitikan dengan
bantal atau seprei disamping
kepalanya

3) Jelaskan pada ibu jika masih


berlanjut segera rujuk kerumah
sakit.

3) Ibu mengerti jika ada


4) Jelaskan pada ibu untuk keluhan berlangsung
memperhatikan nutrisi yang akan keluarga akan melakukan

diberikan

rujukan kerumah sakit.

4) Ibu mengerti cara untuk


memberikan nutrisi yang
sesuai kepada bayi berupa
Asi ekslusif selama 6 bulan
pertama
5. Ibu mengerti cara
melakukan hubunga baik
dengan anaknya dan
melakukan
5) Jelaskan pada ibu tentang

penyesuaiannya.

perawatan sehari hari kepada


anaknya.
5) Ibu mengerti tentang
perawatan anaknya sehari
hari pasca terapi trauma
fleksus branchialis.
VII. Evaluasi
No
Dx

Hari/ Tgl
/ Jam
Rabu,28

Evaluasi
S : Ibu mengatakan

Januari

Ingin mengetahui kondisi kesehatan bayinya

2010

Tidak ada masalah dalam menyusui

Pukul

Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan trauma

09.05
WIB

fleksus branchialis

Dapat melakukan perawatan terhadap tangan kanan


anaknya yang patah

Par
af

Akan melakukan anjuran yang diberikan oleh Tenakes

O:
BB : 3900 gr
PB : 50 cm
LD : 33 cm
RR : 60 x/mnt

A : Tujuan Tercapai
P : Intervensi dihentikan

Temp : 36,70C
LK
: 35 Cm
Pols : 120 x/mnt

DAFTAR PUSTAKA

Hasan R., Alatas H., Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI,
Jakarta, 1985 : 1069-1071.

Wiknjosastro H., Perlukaan persalinan, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997 : 716-722.

Behrman R., Vaughan V., Trauma lahir, dalam Nelson- Ilmu Kesehatan Anak,Ed. XII,
EGC, Jakarta, 1994 : 608-614.
http://bidannovitaamdkeb.blogspot.com/2012/03/makalah-trauma-branchialis.html

trauma fleksus brachialis

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Fleksus brachialis adalah anyaman (latin : fleksus ) serat saraf yang berjalan dari tulang belakang
C4-T1, kemudian melewati bagian leher dan ketiak, dan akhirnya keseluruh lengan ( atas dan bawah ).
Serabut saraf akan didistribusikan kebeberapa bagian lengan. Jaringan saraf dibentuk oleh cervical
yang bersambuangan dengan dada dan tulang belakang urat dan pengadaan di lengan dan bagian bahu.

(dengan kata lain brakialis adalah jaringan saraf yang berasal dekat leher dan bahu, yang
membentuk cabang-cabang saraf yang pergi ke lengan, lengan, dan tangan.)

B. Trauma pada Fleksus Brachialis


Proses kelahiran sangat dipengaruhi oleh kehamilan. Dalam kehamilan yang tidak ada gangguan,
diharapkan kelahiran bayi yang normal, di mana bayi dilahirkan cukup bulan, pengeluaran dengan
tenaga ibu mengedan dengan cara tidak dipaksakan dan kontaraksi kandung ramin tanpa mengalami
akfiksi yang berat maupun trauma lahir seperti trauma pada fleksus brachialis
Macam-macam plesksus brachialis yaitu :
1. Paralis wajah dan cedera pleksus brachialis
Cedera pada wajah termasuk memar karena penggunaan forsep atau paralis wajah yang
disebabkan oleh forsep maupun tekanan sakkrum ibu.
Tanda-tanda paralis wajah termasuk wajah asimetris. Salah satu mata mungkin tetap terbuka.
Tindakan kebidanan dapat meliputi konsultasi penggunaan pelindung mata ( eye patch) dan
tetesan mata untuk lubrikasi. Paralis ini bersifat sementara.
Cedera fleksus brachialis dapat terjadi saat prenatal atau selama proses kelahiran saat
traksi digunakan di leher. Cedera tersebut dapat terjadi pada kelahiran persentasi bokong atau
kelahiran yang diperberat distosia bahu. Bayi baru lahir yang mengalami cedera fleksus
brachialis rewel dan merasa nyeri. Manifentasi cedera bergantung pada radiks saraf yang
terkena dan derajat cedera. Radiks saraf dapat terkena adalah radiks saraf servikal C5 dan C6(
paralis Erb-Duchenne ), radiks C8 dan T1 ( paralis Klumpke ), arau keduanya.
Tanda-tanda fisik paralisis Erb-Duchenne termasuk hilangnya pergerakan secara pada

lengan yang terkena dengan aduksi pada bagian bawah lengan tersubut. Hal ini menyebabkan
karakteristik tanda tip pelayanan (waiter's tip) yang ditandai dengan totasi iternal bagian
bawah lengan dengan jari dan pergelangan tangan fleksi. Refles menggenggam tidak
terganggu, tetapi reflex moro lemah pada sisi yang terkena.
Pada paralisis Klumpke, refles genggam hilang dan tangan bayi dalam postur seperti
mencakar.
Cedera fleksus brachialis sering terjadi dan ditemukan pada hampir 1 dalam tersebut
bIasanya terjadi setelah suatu persalinan yang sulit, namun kadangkala sesudah persalinan
yang tampaknya mudah, bayi baru lahir dengan mengalami kelumpuhan. Paralisis
Dukchenneatau Erb meliputi paralisis mulkulus deltoideus dan infraspinatus disamping
lengan tanpak lemas dan tergantung disisi tubuh, dengan lengan bawah dalam keadaan
ekstensi serta rotasi ke dalam. Fungsi jari-jari tangan biasanya tidak terganggu.
Lesi ini terjadi akibat regangan atau robekan pada radiks superior pleksus brachialis
yang mudah mengalami tegangan ekstrim akibat tarikan kepala ke lateral, sehingga denag
tajam memfleksikan pleksus tersebut kea rah salah satu bahu. Mengingat traksi dengan arah
ini sering dilakukan untuk melahirkan bahu pada presentasi verteks yang normal, paralisis Erb
dapat tejadi pada persalinan yang tampak mudah. Karena itu, dalam melakukan ekstraksi
kedua bahu bayi, kita harus berhati-hati agar tidak melakukan flaksi lateral leher yang
berlebihan. Yang paling sering terjadi, pada kasus dengan persentasi kepala, janin yang
menderita paralisis ini memiliki ukuran khas abnormal yang besar, yaitu denga berat 4000
gram atau lebih.
Pada ekstraksi bokong, kita harus memberikan perhatian terutama untuk mencegah
ekstensi kedua lengan lewat kepala. Lengan yang ektensi bukan saja memperlambat
persalinan bokong namun juga meningkatkan resiko paralisis. Prognosis keadaan ini biasanya
baik bial dilakukan fisioterapi segera dan tepat. Namun, demikian kadangkala terdapat kasus
yag tidak berhasil diatasi denagn segalah tindakan dan lengan bayi mengalami paralisis
permanen.
Yang lebih jarang terjadi, trauma terbatas pada nervus bagian distal dari pleksus
brachialis yang menimbulkan paralisis tangan atau paralisis klumpke.
Penatalaksanaan kebidanan meliputi rujukan untuk membebat yang terkena dekat dengan
tubuh dan konsultasi dengan tim pediatric. Orang tua harus dianjurkan untuk sebisa mungkin
menghindari menyentuh ekstremitas yang tekena selama minggu pertama karena adanya
nyeri. Orang tua dapat diyakinkan bahwa pada mayoritas kasus, paralisis hilang dalam 3-6
bulan, dengan perbaikan awal dibuktikan dalam beberapa minggu. Terapi ini bermanfaat
setelah pembengkakan pertama berkurang.

Cedera pada radiks lebih tinggi, yaitu pada pleksus brachialis (C3-C5) dapat menyebabkan
tanda gangguan pernapasan yang signifikan karena paralisis saraf frenikus dan gangguan
diafragma. Bayi baru lahir yang mengalami tipe cedera saraf ini bernapas sangat dangkal
dengan ekskursi pernapasan dan memerlukan dukungan pernapsan agresif saat lahir.
2. Paralisis fleksus brachialis
Timbul akibat tarikan kuat pada leher bayi, misal pada distosia bahu atau persalinan sunsang.
Kelainan ini terdiri atas :
a.

Paralisis Duchenne Erbyaitu mengenai lengan atas dipersarafi cabang-cabang

C5-C6,lengan dalam dengan ektensidan aduksi dengan refleks biseps dan refleks
Moro negatif atau dengan pengertian lain adalah kelumpuan bagian tubuh yang
disarafi oleh cabang-cabang C5 dan C6 dari fleksus brachialis.disini terdapat
kelemahan untuk fleksi, abduksi, serta memutar keluar, disertai hilangnya refleks
biseps dan Moro. Jadi bayi diangkat maka lengan yang lumpuh akan tergantung
lemas.
b.

Paralisis Klumpke, yaitu mengenai lengan bawah yang depersarafi cdabang-

cabang C8-T1,sangat jarang ditemukan atau dengan kata lain kelumpuhan bagianbagian tubuh yang disarafi oleh cabang C8-T1 dari fleksus brachialis. Disini terdapat
kelemahan otot-otot freksor pergelangan tangan, sehingga bayi kehilangan refkes
mengepal.
Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat didaerah leher pada saat lahirnya bayi,
sehingga terjadi kerusakan pada fleksus brachialis.
Hal ini ditemukan pada persalinan sunsang apabilah dilakukan traksiyang kuat dalam
usaha melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat
terjadi pada janin pada bahu lebar.
Pengobatan ialah dengan imobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan atas
abduksi 90,siku fleksi 90disertai supinasi lengan bawah dan pergelangan tangan
dalam ekstensi, selain 12 jam sehari, disertai massege dan latihan gerak. Atau
penaggulangannya dengan jalan meletakkan lengan atas dalam posis abduksi 90 dan
putaran keluar. Siku berada dalam fleksi 90 disertai supinasi lengan bawah dengan
ektensi pergelangan dan telapak tangan menghadap kedepan. Penyembuhan biasanya
setelah beberapa hari, kadang-kadang 3-6 bulan. Atau penyembuhan berpariasi antara
2 bulan sampai 2 tahun
3. Brachialis palsi
a. Pengertian

Kelumpuhan pada fleksus brachialis.


b. Penyebab
1)

Tarikan lateral pada kepala dan leher pada waktu melahirkan bahu presentasi

kepada
2)

Apabilah dengan entensi melewati kepala pada presentasi bokong atau terjadi

tarikan yang berlebihan pada bahu


c. Gejala
1)

Gangguan motorik lengan atas

2)

Lengan atas dalam kedudukan ekstansi dan abduksi

3)

Jika anak diangkat maka lengan akan lemas tergantung

4)

Refleks moro negatif

5)

Hiperekstensi dan fleksi pada jari-jari

6)

Refleks meraih dengan tangan tidak ada

7)

Paralisis dari lengan atas dan lengan bawah

Gejala-gejala tersebut tergantung besar kecilnya kelumpuhan

d. Penatalaksanaan
1)Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai untuk mencegah
terjadinya kontraktur
2)Beri penguat atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya. Caranya :
letakkan tamgan bayi yang lumpuh disamping kepalanya yaitu dengan memasang
perban pada pergelangan tangan bayi kemudian dipanitikan dengan bantal atau seprei
disamping kepalanya

3) Menganjurkan kepada orang tua agar tetap harus berhati hati dalam
peregangan tangan maupun dalam memakaikan pakaian bayi untuk
menghindari traksi lebih lanjut tentang lengan
4) lakukan tindak lanjut tiap bulan, dan jelaskan kepada ibu bahwa
sebagian besar kasus palsi lengan dapat sembuh setelah umur 6-9 bulan.

Apabila sudah umur 1 tahun gerakan lengan masih terbatas, kemungkinan


kelainan tersebut akan berlangsung lebih lama.
Beberapa pleksus brakialis cedera ringan benar-benar akan pulih dalam
beberapa minggu atau beberapa bulan. Tetapi pada brachialis yang parah waktu
penyembuhanya lebih lama dan biasanya dilakukan terapi terapi tertentu atau
dilakukan opersai bedah syaraf.

e. Penyebab
Ada banyak penyebab kemungkinan lesi pleksus brachialis. Trauma adalah
penyebab yang paling sering, selain itu juga konpresi local seperti pada tumor
ideopatik, radiasi, post operasi dan cedera pada lahir. .
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiografi
1. Foto vetebra vertical untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra vertical
2. Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur scapula, klavekula dan hemerus
3.

Foto thorak untuk melihat disosiasi skapulothorak serta tinggi diafragma pada

kasus paralisa saraf phrenicus.

Contoh gambar brachialis palsi.

DAFTAR PUSTAKA

1)

Hasan R., Alatas H., Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI,

Jakarta,

1985 : 1069-1071.
2)

Wiknjosastro H., Perlukaan persalinan, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997 : 716-722.

3)

Behrman R., Vaughan V., Trauma lahir, dalam Nelson- Ilmu Kesehatan Anak,Ed. XII, EGC,
Jakarta, 1994 : 608-614.

4)

MNH-JHPIEGO, Buku Panduan manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Bidan
dan Perawat diRrumah Sakit,2002-2005.

TRAUMA FLEKSUS BRAKIALIS PADA BAYI BARU TRAUMA FLEKSUS


BRAKIALIS PADA BAYI BARU LAHIR
Diposkan oleh An_nissya di 07:50
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang
dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau
gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir. Partus
yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan
menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat.

1.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mengetahui dan memahami trauma kelahiran pada bayi baru lahir
khususnya
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian baik secara subyektif maupun obyektif
pada

bayi baru lahir dengan trauma lahir


3. Mahasiswa mampu membuat analisa data dan mengidentifikasi perlunya segera
untuk
melakukan kolaborasi maupun rujukan ke instalasi yang lebih tinggi
4. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan
trauma kelahiran khususnya.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sesuai
dengan
rencana yang telah diuraikan.
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dan hasil asuhan kebidanan yang telah
diberikan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Trauma atau Cedera Kelahiran.


Trauma lahir merupakan perlakuan pada bayi baru lahir yang terjadi dalam proses persalinan atau
kelahiran (IKA, Jilid I).
Luka yang terjadi pada saat melahirkan amniosentesis, transfusi, intrauterin, akibat pengambilan
darah vena kulit kepala fetus, dan luka yang terjadi pada waktu melakukan resusitasi aktif tidak
termasuk dalam pengertian. Perlakukan kelahiran atau trauma lahir. Pengertian perlakuaan
kelahiran sendiri dapat berarti luas, yaitu sebagai trauma mekanis atau sering disebut trauma lahir
dan trauma hipoksik yang disebut sebagai Asfiksia. Trauma lahir mungkin masih dapat dihindari
atau dicegah, tetapi ada kalanya keadaan ini sukar untuk dicegah lagi sekalipun telah ditangani
oleh seorang ahli yang terlatih.
Angka kejadian trauma lahir pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan
menurun. Hal ini disebabkan banyak kemajuan dalam bidang obstetri, khususnya pertimbangan
seksio sesarea atau indikasi adanya kemungkinan kesulitan melahirkan bayi. Cara kelahiran bayi
sangat erat hubungannya dengan angka kejadian trauma lahir. Angka kejadian trauma lahir yang
mempunyai arti secara klinis berkisar antara 2 sampai 7 per seribu kelahiran hidup. Berapa faktor
risiko yang dapat menaikkan angka kejadian trauma lahir antara lain adalah makrosomia,
malprensentasi, presentasi ganda, disproporsi sefala pelvik, kelahiran dengan tindakan persalinan
lama, persalinan presipitatus, bayi kurang bulan, distosia bahu, dan akhirnya faktor manusia
penolong persalinan. Lokasi atau tempat trauma lahir sangat erat hubungannya dengan cara lahir

bayi tersebut atau phantom yang dilakukan penolong persalinan waktu melahirkan bayi. Dengan
demikian cara lahir tertentu umumnya mempunyai predisposisi lokasi trauma lahir tertentu pula.
Secara klinis trauma lahir dapat bersifat ringan yang akan sembuh sendiri atau bersifat laten yang
dapat meninggalkan gejala sisa.
Selain trauma lahir yang disebabkan oleh faktor mekanis dikenal pula trauma lahir yang bersifat
hipoksik. Pada bayi kurang bulan khususnya terdapat hubungan antara hipoksik selama proses
persalinan dengan bertambahnya perdarahan per intraventrikuler dalam otak.
ada empat jenis cedera pleksus brakialis:
Avulsion, jenis yang paling parah, di mana saraf koyak di tulang belakang;
Pecah, di mana saraf robek tetapi tidak pada lampiran spinal;
Neuroma, di mana saraf telah berusaha untuk menyembuhkan dirinya sendiri, tetapi jaringan parut
telah berkembang di sekitar cedera, memberi tekanan pada saraf dan mencegah cedera saraf dari
melakukan sinyal ke otot-otot.
Neurapraxia atau peregangan, di mana saraf telah rusak tapi tidak robek. Neurapraxia adalah jenis
yang paling umum dari cedera pleksus brakialis.
2.2 Pengertian Trauma Flaksus Brakialis
fleksus brakialis adalahSebuah jaringan saraf tulang belakang yang berasal dari belakang leher, meluas
melalui aksila (ketiak), dan menimbulkan saraf untuk ekstremitas atas. Pleksus brakialis dibentuk oleh
penyatuan bagian dari kelima melalui saraf servikal kedelapan dan saraf dada pertama, yang semuanya
berasal dari sumsum tulang belakang.
Luka pada pleksus brakialis mempengaruhi saraf memasok bahu, lengan lengan bawah, atas dan
tangan, menyebabkan mati rasa, kesemutan, nyeri, kelemahan, gerakan terbatas, atau bahkan
kelumpuhan ekstremitas atas. Meskipun cedera bisa terjadi kapan saja, banyak cedera pleksus
brakialis terjadi selama kelahiran. Bahu bayi mungkin menjadi dampak selama proses persalinan,
menyebabkan saraf pleksus brakialis untuk meregang atau robek.
Trauma pada pleksus brakialis yang dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau
tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan.
Trauma pleksus brakialis sering terjadi pada penarikan lateral yang dipaksakan pada kepala dan leher,
selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau bila lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala
pada presentasi bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu.
2.3 Tanda dan Gejala pada Trauma Flaksus Brakialis
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada brakialis palsi adalah sebagai berikut :
Gaguan motorik pada lengan atas
Lengan atas pada kedudukan ekstensi dan abduksi
Jika anak diangkat, lengan akan tampak lemasdan menggantung

Refleks moro negative


Refleks meraih gengan tangan tidak ada
2.4 Penatalaksanaan atau pengobatan
1. Pentalaksaan
A. BEDAH
Regangan dan memar pada pleksus brakialis diamati selama 4 bulan, bila tidak ada perbaikan, pleksus
harus dieksplor. Nerve transfer (neurotization) atau tendon transfer diperlukan bila perbaikan saraf
gagal.
1. Pembedahan Primer
Pembedahan dengan standart microsurgery dengan tujuan memperbaiki injury pada
plexus serta membantu reinervasi. Teknik yang digunakan tergantung berat ringan lesi.
1. Neurolysis : Melepaskan constrictive scar tissue disekitar saraf.
2. Neuroma excision : Bila neuroma besar, harus dieksisi dan saraf dilekatkan kembali
dengan teknik end-to-end atau nerve grafts
3. Nerve grafting: Bila gap antara saraf terlalu besar, sehingga tidak mungkin dilakukan
tarikan. Saraf yang sering dipakai adalah n suralis, n lateral dan medial antebrachial
cutaneous, dan cabang terminal sensoris pada n interosseus posterior
4. Intraplexual neurotization
menggunakan bagian dari root yang masih melekat pada spinal cord sebagai donor
untuk saraf yang avulsi.
2. Pembedahan Sekunder
Tujuan untuk meningkatkan seluruh fungsi extremitas yang terkena. Ini tergantung
saraf yang terkena. Prosedurnya berupa tendon transfer, pedicled muscle transfers, free
muscle transfers, joint fusions and rotational, wedge or sliding osteotomies.
B. REHABILITASI PASKA TRAUMA PLEKSUS BRAKIALIS

Paska operasi Nerve repair dan graft.


Setelah pembedahan immobilisasi bahu dilakukan selama 3-4 minggu. Terapi

rehabilitasi dilakukan setelah 4 minggu paska operasi dengan gerakan pasif pada semua
sendi anggota gerak atas untuk mempertahankan luas gerak sendi. Stimulasi elektrik
diberikan pada minggu ketiga sampai ada perbaikan motorik. Pasien secara terus
menerus diobservasi dan apabila terdapat tanda-tanda perbaikan motorik, latihan aktif
bisa segera dimulai. Latihan biofeedback bermanfaat bagi pasien agar otot-otot yang
mengalami reinnervasi bisa mempunyai kontrol yang lebih baik.
Paska operasi free muscle transfer
Setelah transfer otot, ekstremitas atas diimobilisasi dengan bahu abduksi 30, fleksi 60 dan rotasi
internal, siku fleksi 100. Pergelangan tangan posisi neutral, jari-jari dalam posisi fleksi atau ekstensi
tergantung jenis rekonstruksinya. Dilakukan juga latihan gerak sendi gentle pasif pada sendi bahu,
siku dan semua jari-jari, kecuali pada pergelangan tangan. Enam minggu paska operasi selama
menjaga regangan berlebihan dari jahitan otot dan tendon, dilakukan ekstensi pergelangan tangan dan
mulai dilatih pasif ekstensi siku. Sembilan minggu paska operasi, ortesa airbag dilepas dan ortesa
elbow sling dipakai untuk mencegah subluksasi bahu.
Setelah Reinervasi
3 - 8 bulan paska operasi Teknik elektromiografi feedback di mulai untuk melatih otot yang ditransfer
untuk menggerakkan siku dan jari dimana pasien biasanya kesulitan mengkontraksikan ototnya secara
efektif.
Pada alat biofeedback terdapat level nilai ambang yang dapat diatur oleh terapis atau pasien sendiri.
Saat otot berkontraksi pada level ini, suatu nada berbunyi, layar osciloskop akan merekam respons ini.
Level ini dapat diatur sesuai tujuan yang akan dicapai.
Terapi Okupasi
Terapi okupasi terutama diperlukan untuk :
Memelihara luas gerak sendi bahu, membuat ortesa yg tepat untuk membantu fungsi tangan, siku dan
lengan,
mengontrol edema defisit sensoris.
Melatih kemampuan untuk menulis, mengetik, komunikasi.
Menggunakan teknik-teknik untuk aktivitas sehari-hari, termasuk teknik menggunakan satu lengan,
menggunakan peralatan bantu serta latihan penguatan dengan mandiri.
Terapi Rekreasi
Terapi ini sebagai strategi dan aktivitas kompensasi sehingga dapat menggantikan berkurang dan

hilangnya fungsi ekstremitas.


2. Pengobatan
Pengobatan tergantung pada lokasi dan jenis cedera pada pleksus brakialis dan mungkin
termasuk terapi okupasi dan fisik dan, dalam beberapa kasus, pembedahan. Beberapa cedera pleksus
brakialis menyembuhkan sendiri. Anak-anak dapat puih atau sembuh dengan 3 sampai 4 bulan.
Prognosis juga tergantung pada lokasi dan jenis cedera pleksus brakialis menentukan
prognosis. Untuk luka avulsion dan pecah tidak ada potensi untuk pemulihan kecuali rekoneksi bedah
dilakukan pada waktu yang tepat. Untuk cedera neuroma dan neurapraxia potensi untuk pemulihan
bervariasi. Kebanyakan pasien dengan cedera neurapraxia sembuh secara spontan dengan kembali 90100% fungsi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Luka pada pleksus brakialis mempengaruhi saraf memasok bahu, lengan lengan bawah, atas dan
tangan, menyebabkan mati rasa, kesemutan, nyeri, kelemahan, gerakan terbatas, atau bahkan
kelumpuhan ekstremitas atas. Meskipun cedera bisa terjadi kapan saja, banyak cedera pleksus
brakialis terjadi selama kelahiran. Bahu bayi mungkin menjadi dampak selama proses persalinan,
menyebabkan saraf pleksus brakialis untuk meregang atau robek.
Trauma pada pleksus brakialis yang dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa
paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan.
Trauma pleksus brakialis sering terjadi pada penarikan lateral yang dipaksakan pada kepala dan
leher, selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau bila lengan diekstensikan berlebihan
diatas kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mangunatmadja I., Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Bayi Risiko Tinggi, dalam Temu
Muka dan Konsultasi : Deteksi dan Stimulasi Dini Bayi Risiko Tinggi, Jakarta, 2000.
2.Maridin F., Kematian Perinatal di RSUP Sarjito th 1991-1995 & Analisis Faktor Resiko, Bagian
Obstetri dan Ginekologi FK UGM, Yogyakarta,1996 : 2-4
3.Wiknjosastro H., Perlukaan persalinan, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1997 : 716-722.
4. Nygaard D., Traumatic Birth Syndrom, http://www.yahoo.com., 2001
5. Plasker E., Traumatic Birth Syndrom, http://www.google.com., 2002
6. Monheit, Silverman, Fodera, Birth Injury Birth Trauma, http://www.google.com., 2002.

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

You might also like