You are on page 1of 19

Dosen : Munawir Amansyah SKM, M.

Kes

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PUPUK UREA







OLEH :
NUR AFIATY MURSALIM (70200111055)
ST. ARNIS NURHIDAYAH (7020011187)
SYAMSUAR SYAM (70200111088)

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2014


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
masyarakat. Banyak aspek kesehatan manusia dipengaruhi oleh
lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau
dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan.
Limbah industri yang toksik akan memperburuk kondisi
lingkungan, meningkatkan penyakit pada manusia, dan kerusakan pada
komponen lingkungan lainnya.Limbah cair industri paling sering
menimbulkan masalah lingkungan seperti kematian ikan, keracunan pada
manusia dan ternak, kematian plankton, akumulasi dalam daging ikan
dan molusca, terutama bila limbah cair tersebut mengandung racun
seperti: As, CN, Cr, Cd, Cu, F, Hg, Pb, atau Zn. Akumulasi racun dalam
tubuh pada konsentrasi yang tidak dapat ditoleransi bisa melumpuhkan
organ bahkan mematikan fungsi kerja otak.
Limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya dapat
menimbulkan dampak negatif pada manusia dan
lingkungannya.Keseimbangan ekosistem tanah,air,dan udara dapat
terganggu karena pencemaran ekosistem itu oleh berbagai jenis bahan
pencemar biologis,kimiawi,maupun fisik yang terdapat pada limbah
cair.Daya dukung lingkungan akan menurun sampai tingkat yang sangat
kritis akibat pencemaran limbah cair pada ekosistem. Seperti pada kasus
pencemaran Sungai Ciujung akibat limbah cair industri PT. IKPP di
Semarang pada tahun 2012, air sungai tersebut busuk dan ikan-ikan di
sungai itu mati.Lebih parah lagi, ketika kasus pencemaran lingkungan
oleh industri terus terjadi, Pemda tidak mampu menyelesaikan akar
masalah, melainkan memediasi Pengusaha dan Masyarakat Korban
Limbah untuk dibuatkan Kompensasi. Misalnya, ganti gugi -pengobatan,
pemberian air bersih, dan sembako. Hal inilah yang menjadikan
penanganan limbah tidak pernah terealisasi dengan baik.Seharusnya
pihak industri yang tidak memperhatikan lingkungan dituntut karena
aktivitas ekploitasi yang telah dilakukan,terlebih jika sudah keterlaluan
dapat diberi sanksi tidak boleh beroperasi.Sanki-sanksi keras seperti ini
akan memaksa pihak industri untuk mematuhi peraturan mengenai
pengolahan air limbah industri.
Oleh karena itu, pembuangan limbah cair yang dilaksanakan
dengan semestinya,secara aman dan saniter akan mencegah
pencemaran lingkungan.Sehingga sangat mendukung upaya pelestarian
lingkungan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
rumusan masalahnya adalah bagaimana pengelolaan limbah industri
pupuk urea?

C. Tujuan
Tujuan Penelitian terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus
1. Tujuan umum
Diketahui pengelolaan limbah cair industri pupuk urea
2. Tujuan khusus
a. Diketahui teknik pengelolaan limbah cair industri pupuk urea.
b. Diketahui perbandingan pengolahan limbah cair industri pupuk
urea.
c. Diketahui kasus penyakit dari industri pupuk urea








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Industri dan Limbah
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah
atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki
nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau
assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri
tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Industri
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejateraan penduduk.
Selain itu industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan
mutu sumberdaya manusia dan kemampuan untuk memanfaatkan sumber
daya alam secara optimal. UU Perindustrian No 5 Tahun 1984, industri
adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai
yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan rancangan
bangun dan perekayasaan industri. Dari sudut pandang geografi,
Industri sebagai suatu sistem, merupakan perpaduan sub sistem fisis dan
sub sistem manusia (Sumaatmaja, 1981).
Limbah adalah semua benda yang berbentuk padat , cair, maupun
gas, merupakan bahan buangan yang berasal dari aktivitas manusia
secara perorangan maupun hasil aktivitas kegiatan lainnya diantaranya
industri, rumah sakit, laboratorium, reactor nuklir dan lain-lain. Menurut
Willgooso (1979) air limbah adalah water carrying waste from homes,
bussines and industries that is mixture of water and dissolved or
suspended solids. Menurut USEPA 1977 wastewater is water carrying
dissolved or suspended solids from homes, farm, bussinesess and
industries.
Menurut Ehless dan Steel, Air limbah atau air buangan adalah sisa
air dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-
tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau
zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta
mangganggu lingkungan hidup.
Batasan lainnya mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi
dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman,
perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah,
air pemukiman dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto,
1985).
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan
adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga
maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan, dan sebagainya.
Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena kurang
lebih 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-
hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar).
Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan kembali ke sungai dan laut dan
akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh karena itu, air buangan ini harus
dikelola dan atau diolah secara baik.

B. Teknik Pengolahan Limbah Secara Umum
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelolah
air limbah, diantaranya:
1. Pengenceran (disposal by dilution)
Air limbah dibuang ke sungai, danau, atau laut agar mengalami
pengenceran. Dengan cara ini air limbah akan mengalami purifikasi alami.
Namun, cara semacam ini dapat mencemari air permukaan dengan
bakteri pathogen, larva dan telur cacing, serta bibit penyakit lain yang ada
di dalam air limbah itu. Apabila hanya cara ini yang dapat diterapkan,
maka persyaratan berikut harus dipenuhi:
a. Air sungai atau danau tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
b. Volume air mencukupi sehingga pengenceran berlangsung kurang dari
30-40 kali
c. Air harus cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air harus
mengalir (tidak boleh stagnan) agar tidak menimmbulkan bau.
2. Cesspool
Bentuk cesspool ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk
pembuangan air limbah. Dibuat pada tanah yang berpasir agar air
buangan mudah meresap kedalam tanah. Bagian atas ditembok agar
tidak tembus air. Apabila ceespool sudah penuh (60bulan), lumpur
didalamnya dapat dihisap keluar atau dari semula dibuat cesspool secara
berangkai, sehingga bila yang satu penuh, air akan mengalir ke cesspool
berikutnya. Jarak cesspool dengan sumur air bersih adalah 45 meter dan
minimal 6 meter dari pondasi rumah.
3. Sumur resapan (seepage pit)
Sumur resapan merupakan sumur tempat menampung air limbah yang
telah mengalami pengolahan dalam system lain, misalnya dari aqua privy
atau septic tank. Dengan cara ini, air hanya tinggal mengalami peresapan
ke dalam tanah. Sumur resapan ini dibuat pada tanah yang berpasir,
dengan diameter 1-2,5 meter dan kedalaman 2,5 meter. Lama pemakaian
dapat mencapai 6-10 tahun.
4. Septic tank
Septic tank, menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk mengelolah
air limbah walau biayanya mahal, rumit, dan memerlukan tanah yang
luas. Septic tank memiliki 4 bagian, antara lain:
1. Ruang pembusukan
Dalam ruang ini, air kotor akan tertahan 13 hari dan akan mengalami
penguraian oleh bakteri pembusuk yang akan menghasilkan gas,
cairan, dan lumpur. Gas dan cairan akan masuk kedalam dosing
chamber melalui pipa. Lumpur akan masuk ke ruang lumpur.
2. Ruang lumpur
Ruang lumpur merupakan tempat penampungan lumpur. Apabila
ruang sudah penuh, lumpur dapat dipompa keluar.
3. Dosing chamber
Dalam dosing chamber terdapat siphon McDonald yang berfumgsi
untuk mengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke bidang resapan
agar merata.
4. Bidang resapan
Bidang ini akan menyerap cairan keluar dari dosing chamber dan
menyaring bakteri pathogen maupun bibit penyakit lain. Panjang
minimal bidang resapan ini 10meter dan dibuat pada tanah berpasir.
6. System Riool (sewage)
System riool menampung semua air kotor dari rumah maupun
perusahaan, dan terkadang menampung kotoran dari lingkungan. Apabila
dipakai untuk menampung air hujan, sistem riool ini disebut combined
system, sedangkan jika bak penampung air hujannya dipisahkan maka
disebut separated system. Agar tidak merugikan kepentingan lain, air
kotor dialirkan ke ujung kota, misalnya ke daerah peternakan, pertanian,
atau perikanan darat. Air kotor itu masih memerlukan pengolahan.
Proses pengolahan yang dilakukan, antara lain:
1. Penyaringan (screening)
Penyaringan ditujukan untuk menangkap benda-benda yang terapung
diatas permukaan air.
2. Pengendapan (sedimentation)
Pada proses ini, air limbah dialirkan ke dalam bak besar (sand trap)
sehingga aliran menjadi lambat dan lumpur serta pasir mengendap.
3. Proses biologis
Proses ini menggunakan mikroba untuk memusnahkan zat organic di
dalam limbah baik secara aerob maupun anaerob.
4. Disaring dengan saringan pasir (sand filter)
5. Desinfeksi
Desinfeksi dengan kaporit (10kg/1 juta air limbah) untuk membunuh
mikroba patogen.
6. Pengenceran
Terakhir, air limbah dibuang ke sungai, danau atau laut sehingga
mengalami pengenceran.
Semua proses pengolahan air limbah ini dilakukan dalan suatu instalasi
khusus yang dibangun diujung kota.

Cara lain pengolahan air limbah
Pengolahan air limbah dapat juga dilakukan dengan cara:
1. Dilution (pengenceran)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup
rendah,kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan
makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya
kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu
banyak, dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara
ini tidak dapat dipertahankan lagi. Di samping itu, cara ini menimbulkan
kerugian lain, diantaranya: bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air
masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan
pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau,
dan sebagainya. Selanjutnya dapat menimbulkan banjir.
2. Irrigation (irigasi)
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan
air akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding
parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan
untuk pengairan lading pertanian atau perkebunan dan sekaligus
berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air
limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan,
dan lain-lain di mana kandungan zat-zat organikdan protein cukup tinggi
yang diperlukan oleh tanaman.
3. Self purification/oxidation ponds (kolam oksidasi)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar
matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses
pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar
berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan
lapisan kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh
dari daerah pemukiman, dan di daerah yang terbuka, sehingga
memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.
Cara kerjanya antara lain sebagai berikut:
Empat unsur yang berperan dalam pembersihan alamiah ini
adalah: sinar matahari, ganggang, bakteridan oksigen. Ganggang dengan
butir klorofilnya dalam air limbah melakukan proses fotosintesis dengan
bantuan sinar matahari, sehingga tumbuh dengan subur. Pada proses
sintesis untuk pembentukan karbohidrat dari H
2
O dan CO
2
oleh klorofil di
bawah pengaruh sinar matahari terbentuk O
2
. Kemudian oksigen ini
digunakan oleh bakteri aerobik untuk melakukan dekomposisi zat-zat
organik yang terdapat dalam air buangan. Di samping itu, terjadi
pengendapan. Sebagai hasilnya BOD dari air limbah tersebut akan
berkurang, sehingga relatif aman apabila akan dibuang ke dalam badan-
badan air (kali, danau, dan sebagainya).
1. Pengolahan air limbah secara primer dan sekunder
Pengolahan secara primer terdiri atas:
a. Screen (saringan). Kotoran yang besar disaring.
b. Grit Chamber. Detritus berupa lapisan air, kerikil dan pasir, aliran
air diperhambat dengan grit channel.
c. Primary sedimentation tank. Endapan crude sludge dialirkan ke
sludge digestion tank dan menghasilkan gas metana.
d. Cairan yang tertinggal dialirkan sebagai primary effluent ke
pengolahan sekunder.
Pengolahan sekunder terdiri dari;
a. Cairan yang bersal dari primary treatment dialirkan ke bak
biological treatment kemudian dialirkan ke tangki
pengendapan terakhir (final sedimentation tank). Dari total
volume endapan lumpur aktif (activated sludge) yang
dihasilkan, 25%-nya akan digunakan kembali sehingga
dimasukkan lagi kedalam tangki aerasi, sedangkan yang 75%-
nya akan dibuang ke laut, ditimbun di rawa-rawa, atau
dijadikan pupuk.
b. Air yang tertinggal cukup jernih sehingga dapat langsung
disalurkan ke badan-badan air setelah mengalami proses
klorinasi.
c. Crudge sludge dialirkan ke sludge digestion tank untuk diubah
menjadi gas metana yang akan digunakan untuk
menghasilkan tenaga listrik.
d. Endapan lumpur dalam sludge digestion tank dikeringkan
dengan alat pengering lumpur.

C. P enjelasan Parameter Limbah Industi Pupuk Urea dan Baku Mutu
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PUPUK UREA
PARAMETER
KADAR
MAKSIMUM
(mg/L)
BEBAN
PENCEMARAN
MAKSIMUM
(kg/ton)
BOD
5
100 1,5
COD 250 3,75
TSS 100 1,5
Minyak dan Lemak 25 0,4
Amonia Total (sebagai NH
3
-N) 50 0,75
pH 6,0 - 9,0
Debit Limbah Maksimum 15 m
3
per ton produk pupuk urea
Catatan :
1. Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah.
Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam kg parameter per ton produk pupuk urea.

D. Kasus Penyakit yang Ditimbulkan dari Parameter Industri Pupuk Urea
Kandungan Amoniak dalam air yang terdapat dalam limbah industry sangat
berbahaya bagi kehidupan terutama bila amoniak berada dalam wujud
amoniak bebas karena bersifat sebagai toksik (racun). Sedangkan amoniak
dalam bentuk senyawa maupun ion sudah sangat berkurang toksisitasnya.
Data LD
50
untuk Rainbow trout, Donaldson trout adalah 1000 g/L, nilai
ambang batas gas NH
3
di udara menurut NIOSH (Nasional Institute for
Occupational Safety and Healt) adalah 25 ppm, sedangkan nilai ambang
batas amoniak cair menurut Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor
03/MENLH/1991 adalah 50 ppm. Limbah cair yang mengandung Amoniak
pada konsentrasi tinggi, terutama dalam bentuk amoniak bebas sangat
berbahaya bagi biota air. Paparan amoniak dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan penyakit kanker karena amoniak bersifat karsinogenik atau
bahan yang dapat menimbulkan kanker.

















BAB III
PEMBAHASAN
A. Teknik Pengolahan Limbah Industri Pupuk Urea
1. Equalisasi
Yaitu pengolahan air limbah yang berfungsi untuk meratakan beban
pencemar air limbah (mencampur untuk menjadi lebih homogen) serta
untuk mengurangi atau mengendalikan variasi karakteristik air limbah agar
tercapai kondisi optimum untuk proses lebih lanjut.

2. Netralisasi
Yaitu suatu proses pengolahan air limbah yang digunakan untuk
menetralkan asam atau basa karena beberapa limbah industri umumnya
bersifat asam atau basa, sehingga memerlukan netralisasi sebelum
dialirkan ke proses lebih lanjut atau dibuang ke badan air penerima.

3. Pengelolaan fisik/pengendapan
Yaitu suatu proses pengolahan air limbah untuk mengurangi
padatan tersuspensi. Pada proses pengendapan ini partikel padat dibiarkan
mengendap ke dasar tangki yang biasanya untuk mempercepat proses
sedimentasi ditambahkan bahan kimia.

4. Pengolahan biologi

Yaitu suatu proses pengelolaan air limbah yang bertujuan untuk
mengurangi zat organik melalui mekanisme oksidasi biologis. Pengolahan
secara biologi terdiri dari:
Kolam aerasi
Yaitu kolam yang diberikan perlakuan aerator sehingga akan
mampu untuk meningkatkan oksigen terlarut dalam air limbah tersebut
sehingga dapat mencukupi kebutuhan mikroba
Nitrifikasi dan Denitrifikasi
Yaitu pengolahan air limbah dengan cara menghilangkan nitrat
melalui proses biologis
Lumpur aktif
Yaitu melibatkan sejumlah mikroorganisme yang merupakan
biomasa aktif yang mampu mereduksi substrat dan memiliki permukaan
yang dapat menyerap.
Trickling filter
Yaitu kumpulan benda padat yang berbentuk silinder, pada tempat
tersebut di berikan kerikil, pasir dan substrat untuk menyaring air limbah
yang akan disemprotkan dari atas silinder tersebut. Pada kerikil dan pasir
tersebut akan membentuk lapisan biofilm sehingga mampu untuk
mendegradasi bahan organik yang berada pada air limbah tersebut.

Pengelolaan Limbah Pupuk urea secara biologis

Meskipun (NH2)2CO dan NH3-N tidak termasuk senyawa B3,
limbah cair pabrik pupuk urea dapat menimbulkan kerusakan ekosistem air
yang sangat serius. Sampai saat ini, pengolahan limbah cair pabrik pupuk
urea dilakukan dengan proses nitrifikasi-denitrifikasi heterotrofik dalam
kolam-kolam terbuka. Karena kadar COD limbah cair ini rendah, proses
nitrifikasi-denitrifikasi heterotrofik tersebut memerlukan banyak masukan
sumber karbon, dalam hal ini adalah metanol. Selain itu, kinerja proses
tidak terkendali ketika terjadi fluktuasi karakteristik limbah yang ekstrim.
Teknologi yang diterapkan berbasis pada penggabungan activated
microalgae dan nitrifikasi-denitrifikasi autotrofik untuk menguraikan limbah
cair urea kadar tinggi dan ammonia kadar tinggi. Microalgae merupakan
mikroba autotrof yang mampu memanfaatkan (NH2)2CO dan NH3-N
sebagai sumber nitrogen (sumber N) dan gas karbon dioksida (CO2)
sebagai sumber karbon (sumber C). Dalam skala besar mikroalgae selalu
berasosiasi dengan bakteria/mikroba lain. Pada dasarnya, interaksi
bakterialgae mampu memurnikan air sungai.
Aktivitas metabolisme bakteri heterotropik-aerobik menghasilkan
CO2, NH4+, NO3-, PO43- dan sebagainya. Mikroalgae menyerap
senyawa-senyawa tersebut dan menghasilkan bahan organik, O2, dan
H2O. Oksigen yang diproduksi mikroalgae digunakan oleh bakteri aerobik-
heterotrofik diantaranya untuk reaksi nitrifikasi dan bakteri anaerobik-
denitrifikasi. Melalui proses fotosintesis, microalgae menggunakan CO2
dari bakteri aerob dan amonia untuk membentuk protoplasma sel dan
melepaskan molekul oksigen.
NH3 + 8 CO2 + 4,5 H2O C5H14O3N + 8,75 O2
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan (fotosintesis)
microalgae adalah intensitas cahaya, suhu air, pH, makro dan mikronutrien.
Walaupun mengandung unsur karbon, karbon pada urea tidak bisa
digunakan sebagai sumber hara, karena karbon dalam bentuk teroksidasi
dan selama hidrolisis terlepas sebagai CO2 dalam reaksi sebagai berikut:
(NH2)2CO + 2 H2O (NH)2 CO3 2NH3 + CO2 + H2O
Sumber nitrogen utama yang dapat digunakan oleh microalgae
adalah nitrat dan amonia-N, sedangkan penggunaan nitrit dibatasi oleh
toksisitasnya. Bila nitrat dan amonia-N terdapat bersama, maka nitrat tidak
akan diabsorpsi sampai semua amonia-N habis terserap. Hampir semua
microalgae memiliki enzim urease sebagaimana halnya tumbuhan tingkat
tinggi [Barr, 2002]. Urea digunakan sebagai sumber N dalam pertumbuhan
berbagai jenis microalgae, bahkan juga oleh microalgae yang tidak
mempunyai urease [Syrett, 1962 dalam Morris, 1974]. Bakteri
memanfaatkan bahan organik yang dihasilkan oleh microalgae atau
berasal dari microalgae mati sebagai sumber karbon untuk mensintesa sel
baru dan untuk kebutuhan energi membentuk produk akhir seperti CO2,
NH4+, pada proses respirasi dan sintesis, Microalgae memanfaatkan CO2
sebagai sumber karbon untuk fotosintesis.
Respirasi

12,2 O2 + C11H29O7N 0,25 C5,7H9,8O2,3N + 9,6 CO2 + 11,8 H2O + 0,75
NH4+
Fotosintesis
11,4 CO2 + 2 NH4+ + 6,8 H2O 2C5,7H9,8O2,3N + O2 + 2 H+
Defisiensi CO2 dipenuhi dari alkalinitas alami yang ada di air dan dari
pemasukan CO2 gas dengan bantuan sparger, yang sekaligus berfungsi sebagai
pengaduk. Proses konvensional untuk menghilangkan ammonium pada
umumnya melalui 2 tahap, nitrifikasi aerobik dan denitrifikasi anaerobik.
Kajian yang dilangsungkan pada dekade terakhir menemukan bahwa konversi
NH4+ menjadi gas N2 secara autotrofik meliputi 2 tahap:
1. nitrifikasi aerobik NH4+ menjadi NO2 atau NO3 dengan O2 sebagai penerima
electron dan
2. denitrifikasi anoksik NO2 atau NO3menjadi gas N2 dengan NH4+ sebagai
donor elektron [Anderson & Levine,1986].
Pada dasarnya pembuatan lumpur aktif nitrifying relatif mudah [Gernaey
et al,1997]. Tetapi bila lumpur itu kemudian dapat diinduksi untuk mengkonversi
NH4+ menjadi N2 tanpa bantuan sumber karbon organik, maka sebuah langkah
penting dalam pengolahan limbah akan mugkin dilakukan.Secara garis besar,
tata cara pengelolaan limbah cair pupu urea adalah sebagai berikut:
Alat yang digunakan antara lain bak Nitrifikasi 160 liter, bak Sedimentasi,
tandon Feed 200 liter, constant feed tank, submersible water pump, timbangan
Reagen, kompressor dan Air Diffuser. Bahan yang digunakan adalah urea
sintesis (sebagai limbah), microalgae dan lumpur aktif yang telah diaklimatisasi.
Prosedur percobaan diawali dengan pembuatan larutan urea sintesis sebanyak
200 L, larutan urea sintesis ini kemudian dialirkan ke dalam reaktor fotosintesis
yang berisi microalgae, setelah itu dialirkan lagi ke bak nitrifikasi yang berisi
lumpur aktif, dari bak nitrifikasi effluent ditampung di bak sedimentasi sehingga
lumpur yang terbawa pada aliran umpan bisa diendapkan untuk direcycle
kembali ke bak nitrifikasi.
Berikut adalah gambar rangkaian alat:


\\
Dari effluent respon yang akan diamati adalah persen penurunan kadar








NH3-N dan kadar NO2-NO3 yang terbentuk. Analisa NH3-N dilakukan
dengan metode kjeldahl. Sedangkan untuk analisa kadar NO2-NO3 hal yang
dilakukan adalah mereduksi effluent dengan cara melewatkannya ke kolom
reduktor untuk kemudian dianalisa secara spektrofotometri.


B. Perbandingan Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk Urea dengan
Industri Lain
Limbah cair pupuk urea dikelola dengan cara equalisasi, netralisasi,
pengendapan, pengolahan biologi yang bermula dari kolam areasi,
nitrifikasi dan denitrifikasi, limpur aktif, dan trickling filter serta pengolahan
secara biologis. Sedangkan Limbah cair industri percetakan harus
ditampung dengan menggunakan alat penampungan khusus yang terbuat
dari bahan anti karat dan terhindar dari kotoran lainnya, sebab adanya
bahan pengotor lain dapat mengganggu dalam proses elektrolisis sehingga
dapat meningkatkan biaya pengolahannya dan dalam jangka waktu
tertentu limbah ini dapat dikirim ke perusahaan pengolahan limbah cair B3
secara langsung atau lewat perusahaan pengumpul limbah B3.

C. Kasus Penyakit dari Industri Pupuk Urea
1. Menurunkan kualitas lingkungan
Limbah cair yang dihasilkan oleh proses produksi dari industri pupuk
urea dapat menimbulkan adanya rasa dan bau yang tidak sedap pada
penyediaan air bersih, akibat adanya amoniak dalam limbah cair tersebut
2. Berdampak pada kesehatan makluk hidup

Bahan beracun yang terkandung dalam limbah cair industri pupuk mampu
merusak sel hewan terutama pada classis mamalia termasuk manusia,
akibat adanya amoniak. Apabila senyawa amoniak dalam konsentrasi
yang tinggi masuk dalam perairan dapat membahayakan kehidupan
hewan, biota air, maupun manusia disekitarnya. Misalnya dampak
amoniak pada ikan dapat menyebabkan kerusakan pada insang,
sehingga konsekuensi respirasi ikan akan terganggu. insang penting
untuk keseimbangan asam-basa dalam pengaturan pH darah ikan serta
untuk pertukaran ion seperti natrium dan klorida dalam darah. Oleh
karena itu, kerusakan insang akan mengganggu terjadinya sejumlah
proses penting dalam metabolisme ikan. Amoniak juga menyebabkan
kerusakan kulit, sirip, dan usus. Paparan amoniak yang lebih kronis
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, mematiakan sistem
kekebalan serta merusak sistem syaraf.














BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknik pengolahan limbah cair industri pupuk urea terdiri dari
equalisasi, netralisasi, pengendapan, pengolahan biologi yang
bermula dari kolam areasi, nitrifikasi dan denitrifikasi, limpur aktif, dan
trickling filter serta pengolahan secara biologis
Perbandingan pengolahan limbah cair industri pupuk urea dan limbah
cair industri percetakan adalah pada industri pupuk urea lebih banyak
pengelolaan langsung di tempat. Tetapi limbah cair industri
percetakan, digunakan alat penampungan khusus dan dikirim ke
perusahaan pengolah limbah B3.
Kasus penyakit atau dampak dari limbah cair industri pupuk urea
terdiri dari penurunan kualitas lingkungan dan dampak terhadap
kesehatan manusia seperti gangguan syaraf.


B. Saran
Meskipun (NH2)2CO dan NH3-N tidak termasuk senyawa B3, limbah
cair pabrik pupuk urea dapat menimbulkan kerusakan ekosistem
badan air yang sangat serius. Sampai saat ini, pengolahan limbah
cair pabrik pupuk urea dilakukan dengan proses nitrifikasi denitrifikasi
heterotrofik dalam kolam-kolam terbuka. Oleh karena itu, perlu
penanganan serius oleh industri dan pengawasan yang ketat dari
pemerintah
Penanganan pengelolaan limbah cair industri pupuk urea semakin
dikembangkan sehingga mengurangi dampak yang dihasilkan.



Daftar Pustaka

http://wahedlabstechnologies.blogspot.com/2013/04/dasar-dasar-
pengelolaan-lingkungan.html diakses pada tanggal 03 Mei 2014
http://www.unwahas.ac.id/publikasiilmiah/index.php/PROSIDING_SNST_FT/
article/view/183 diakses pada tanggal 03 Mei 2014
http://www.pusri.co.id/ina/berita-amp-kegiatan-media-massa/unit-
pengelolaan-limbah-sangat-canggih/ diakses pada tanggal 03 Mei 2014
http://eprints.uns.ac.id/9575/1/186971111201111521.unlocked.pdf diakses
pada tanggal 03 Mei 2014

You might also like