You are on page 1of 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kanker paru-paru (bronchogenic carcinoma) merupakan penyebab tertinggi
penyakit didunia, umumnya prognosisnya dengan buruk. Kanker paru-paru biasanya
tidak dapat diobati, pengobatan mungkin hanya dengan jalan pembedahan, diman
sekitar 13% dari pasien dari pembedahan mampu bertahan sekitar 5 tahun. Metastasis
penyakit biasanya timbul, dan hanya 16% yang penyakitnya dapat dilokalisasi pada
saat diagnosis (boring, 1994). Dikarenakan terjadinya metastasis, maka
penatalaksanaan medis kanker paru-paru ditujukan untuk mengatasi gejala (paliatif)
dibandingkan dengan penyembuhan (kuratif). Diperkirakan 85% dari kanker paru-
paru terjadi akibat merokok. Oleh karena itu, pencegahan yang paling baik adalah
jangan memulai merokok.
Kanker paru adalah pembunuh nomer satu diantara pria di USA. Namun
begitu, kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita
dibanding pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling
umum kematian pada wanita. Pada hamper 70% pasien kanker paru mengalami
penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Sebagai
akibat, angka survifal pasien kanker paru adalah rendah. Bukti-bukti menunjukan
pada pasinoma cenderung untuk timbul ditempat jaringan paru sebelumnya
(tibercolosis, vibrosis) dalam paru. Kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika
merokok dihilangkan.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penyakit kanker paru paru pada manusia
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mampu memahami dan mengindentifikasi penyakit kanker paru paru pada
manusia
2) Mampu melakukan pengkajian pada klien penderita kanker paru paru
3) Mampu merumuskan diaganosa keperawatan pada klien penderita kanker
paru paru
4) Mampu menyusun rencana / intervensi keperawatan pada klien penderita
kanker paru paru.
5) Mampu mengaplikasikan tindakan nyata / implementasi pada klien
penderita kanker paru paru
6) Mampu menilai / mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.

1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi paru paru pada manusia?
2. Apakah definisi dari kanker paru?
3. Apakah penyebab dari kanker paru?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari kanker paru?
5. Bagaimana patofisiologi dari kanker paru?
6. Pemeriksaan diagnostic apa sajakah yang dapat mendeteksi timbulnya
penyakit kanker paru?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari kanker paru?
8. Bagaimanakah pengkajiannya kepada klien?
9. Asuhan keperawatan apa yang diberikan dalam menangani klien penderita
kanker paru?









BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Anatomi Fisiologi Paru Paru
Paru paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung gelembung (alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel epitel dan sel
endotel. Pada lapisan permukaan alveoli inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke
dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
Paru paru terletak pada rongga dada. Pada bagian tengah terdapat hilus. Pada
bagian mediastinum depan terletak jantung. Paru paru ini dibungkus oleh selaput yang
bernama selaput pleura. Selaput pleura dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Pleura visceral yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru paru.
2. Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara
kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura.
Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara sehingga paru paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
melumasi permukaan pleura, menghindarkan gesekan antara paru paru dan dinding
dada.
Paru paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Paru paru kanan, terdiri dari 3 lobus. Lobus pulmo dekstra superior, lobus
media dan lobus pulmo dekstra inferior.
2. Paru paru kiri terdiri dari 2 lobus, yaitu : lobus pulmo sinistra superior dan
inferior. Tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segment.
Paru paru kiri mempunyai 10 segment yaitu 5 segment pada lobus superior
dan 5 segment pada lobus inferior. Sedangkan paru paru kanan mempunyai 5 segment
pada lobus superior, 2 segment pada lobus medialis dan 3 segment pada lobus
inferior. Tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan belahan yang bernama
lobulus. Tiap lobulus terdapat sebua bronkiolus. Bronkiolus bercabang cabang banyak
sekali , cabang cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus.
Pernapasan melalui paru paru adalah dimana oksigen diambil melalui hidung
saat bernapas dan oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli dan berhubungan
dengan darah dalam kapiler pulmonar. Kemudian alveoli memisahkan oksigen dari
darah. Oksigen menembus membrane, diambil oleh sel darah merah lalu dibawa ke
jantung. Dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh. Di dalam paru paru
karbondioksida merupakan hasil buangan. Karbondioksida ini menembus membrane
alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus dan berakhir sampai pada
hidung.
Paru paru dibentuk oleh struktur berikut :
1. Arteri pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam paru
paru untuk diisi oksigen.
2. Vena pulmonalis, yang mengembalikan darah berisi oksigen dari paru paru ke
jantung.
3. Bronkus, merupakan jalan udara utama
4. Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan menghantarkan darah arteri ke jaringan
paru paru
5. Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari paru paru ke vena kava
superior.
6. Pembuluh limfe
7. Persarafan
8. Kelenjar limfe.

Parenkim paru paru merupakan area yang aktif bekerja dari jaringan paru paru.
Parenkim tersebut mengandung berjuta juta unit alveolus. Alveoli merupakan kantong
udara yang berukuran sangat kecil, dan merupakan akhir dari bronkiolus respiratorius
sehingga memungkinkan pertukaran O2 dan CO2. Seluruh dari unit alveoli (zona
respirasi) tediri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolus dan alveolar sacs
(kantong alveolus). Fungsi utama dari unit alveolus adalah pertukaran O2 dan CO2
diantara kapiler pulmoner dan alveoli. Diperkirakan terdapat 24 juta alveoli pada bayi
yang baru lahir. Seiring dengan pertambahan usia jumlah alveoli pun bertambah dan
akan mencapai jumlah yang sama dengan orang dewasa pada usia 8 tahun, yakni 300
juta alveoli.








Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga thoraks menjadi dua
bagian . Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur thoraks
kecuali paru paru terletak antara kedua lapisan pleura.

Proses respirasi dapat dibagi menjadi 3 proses utama, yaitu :
1. Ventilasi pulmonal adalah proses keluar masuknya udara antara atmosfer dan
alveoli paru paru
2. Difusi adalah proses pertukaran O2 dan CO2 antara alveoli dan darah
3. Transportasi adalah proses beredarnya gas (O2 dan CO2) dalam darah dan
cairan tubuh ked an dari sel sel.




2.2 Definisi Kanker Paru
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru
(mestasis tumor di paru). Namun dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kanker
paru adalah kanker paru primer, yaitu tumor gansa yang berasal dari epitel bronkus
atau karsinoma bronkus (brochogenic carcinoma).

2.3 Etiologi Kanker Paru
Mayoritas penyakit kanker paru paru disebabkan oleh karsinogen dan zat
promoter tumor yang masuk ke dalam tubuh melalui kebiasaan merokok. Secara
keseluruhan, resiko relative terjadinya kanker paru-paru meningkat sekitar 13 kali
lipat oleh kebiasaan merokok yang aktif dan sekitar 1,5 kali lipat oleh pajanan asap
rokok secara pasif dalam waktu lama. Rokok merupakan faktor utama resiko
timbulnya kanker paru-paru (80-90%). Faktor resiko perkembangan kanker paru-paru
adalah 10 kali untuk laki-laki perokok dan 5 kali untuk wanita perokok.
Beberapa zat karsinogen tersebut antara lain :
1. Rokok tembakau : yaitu kandungan tar, suatu persenyawaan
hidrokarbon aromatic polisiklik (resiko meningkat 60-70 kali lipat untuk
seseorang yang merokok 2 pak sehari selama 20 tahun dibandingkan individu
bukan perokok). Dalam hal ini, seseorang yang mulai merokok pada usia yang
lebih muda akan lebih beresiko untuk menderita kanker paru-paru. Faktor lain
yang berhubungan adalah jenis rokok yang diisap ( kandungan tar dan filter vs
non filter ).
2. Polusi udara : banyak sekali polusi udara yang dapat menyebabkan
kanker paru-paru, diantaranya sulphur, emisi kendaraan bermotor, dan polutan
yang berasal dari pabrik. Data menunjukan bahwa insiden kanker paru-paru
lebih banyak pada daerah urban sebagai hasil dari peningkatan polutan dan
asap kendaraan bermotor.
3. Asap pabrik/industry/tambang
4. Debu radio aktif/ redakan nuklir (radon), beberapa zat kimia antara lain asbes,
arsen, krom, nikel, besi dan uranium.
5. Vitamin A. penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara diet
rendah vitamin A dengan timbulnya kanker paru-paru kemungkinan terjadi
karena vitamin A berhubungan dengan regulasi dari diferensiasi sel.
6. Genetika. Pada sel kanker paru-paru didapatkan sejumlah lesi genetic termasuk
aktifitas onkogen dominan dan resesif (inaktivasi superesor tumor).
Meskipun zat karsinogen tersebut ada, timbulnya kanker paru-paru berhubungan
dengan seringnya terkena paparan berulang substansi yang menyebabkan iritasi atau
radang kronis jaringan. (Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan System
Pernafasan, hal. 102)


2.4 Manifestasi Klinis
Tumor pada system bronkopulmonary dapat mengenai lapisan saluran
pernafasan, parenkim paru, pleura, atau dinding dada. Penyakit terjadi secara lambat
(biasanya selama beberapa decade) dan seringkali asimptomatik sampai lanjut dalam
perkembangannya. Tanda dan gejala tergantung pada letak dan ukuran tumor, tingkat
obstruksi, dan keluasaan metastase ke tempat regional atau tempat yang jauh
Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, kemungkinan akibat
iritasi yang disebabkan oleh masa tumor. Individu sering mengabaikan gejala ini dan
menghubungkannya dengan merokok. Batuk mulai sebagai batuk kering (hacking),
tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum
yang kental, purulen dalam merespon terhadap infeksi sekunder.
Batuk yang karakternya berubah membangkitkan kecurigaan terhadap kanker
paru.
Mengi dapat tampak (terjadi ketika bronkus menjadi tersumbat sebagian oleh
tumor) pada sekitar 20% pasien dengan kanker paru. Pasien sering membantukkan
sputum yang bersemu darah, terutama pada pagi hari. Sputum menjadi berwarna
darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi pada
beberapa pasien, demam kambuhan terjadi sebagai gejala dini dalam berespon
terhadap infeksi yang menetap pada area pneumonitis kearah distal tumor. Pada
kenyataannya, faktor paru dicurigai pada individu yang mengalami infeksi saluran
pernafasan atas berulang yang tidak sembuh-sembuh. Nyeri adalah manifestasi akhir
dan sering ditemukan berhubungan dengan metastasis ke tulang.
Jika tumor menyebab ke struktur yang berdekatan dan ke nodus limfe
regional, pasien dapat menunjukkan nyeri dada dan sesak, serak (menyerang saraf
laryngeal) disfagia, edema kepala dan leher, dan gejala-gejala efusi pleura atau
pericardial. Tempat matastase yang paling umum adalah nodus limfe, tulang, otak,
paru kontralateral, dan kelenjar adrenal. Gejala umum seperti kelemahan, anoreksia,
penurunan berat badan, anemia tampak pada akhir penyakit. (buku ajar Keperawatan
Medikal Bedah vol.1, hal 628)



2.5 Patofisiologi
Lebih dari 90% seluruh tumor kanker primer timbul pada jaringan epitel
bronchial. Kanker ini berkumpul sehingga disebut bronchogenic carcinoma. Kanker
paru paru di klasifikasikan sesuai dengan tipe histology selnya, yaitu :
1. Sel kecil atau oat cell
2. Epidermoid atau sel skuamosa
3. Adenokarsinoma
4. Sel besar
Type Karakteristik Pengobatan
Sel Kecil ( oat cell )
20%
Lokasi tumor
ditengah tengah,
berkembang cepat
dan sering berbentuk
maligna.
Banyak bermetastasis
melalui limfe dan
system sirkulasi.
Berhubungan dengan
sindrom
paraneoplastik.
Prognosis jelek,
dapat bertahan hidup
biasanya tidak lebih
dari 2 tahun dengan
pengobatan.
Kemoterapi
kombinasi.
Surgical
respectability tidak
memuaskan.
Paliatif
endobronchial laser
terapi untuk
mengurangi
obstruksi.
Radiasi tidak
dianjurkan untuk
keadaan metastasis.
Bukan sel kecil :
1. Epidermoid ( Sel
skuamosa ) 30%
Seringkali
terlokalisasi di engah
atau cabang brokhus
segmental
Prosedur
pembedahan baik
untuk stadium 1 atau
2
Pada lokasi perifer,
cavitas dapat
terbentuk di jaringan
paru paru.
Berhubungan erat
dengan rokok
Berkembang lambat,
kurang invasive,
metastasis seringkali
terbatas di rongga
thoraks, termasuk
nodus limfe regional,
pleura dan dinding
dada. Biasanya
berhubungan dengan
gejala obstruksi dan
pneumonia, pasien
mengeluh nyeri dada,
batuk, dispneu, dan
hemoptisis
Kemoterapi dan
terapi radiasi dapat
digunakan untuk
gejala paliatif
2.Adenokarsinoma
30-35%
Tumor terletak di
daerah perifer
Berkembang lambat
Penyebaran secara
hematogen
Frekuensi tinggi
metastasis ke otak,
letak lain termasuk
adrenal,hati, tulang,
dan ginjal.
Tipe predominan
pada yang bukan
perokok dan sering
Prosedur
pembedahan baik
untuk stadium 1 dan
2
Penyakit sedang
merespon baik
terhadap kemoterapi
Terapi radiasi
digunakan untuk
paliatif pulmonary
dan mestastasis
penyakit
pada wanita.
Sering timbul dalam
fibrotic paru
3.Sel besar 11% Perifer, lesi sub
pleura dengan
nekrotik
Seringkali berbentuk
tumor bermassa lebih
besar daripada
adenokarsinoma
Berkembang lambat
Prognosis buruk
Prosedur
pembedahan baik
untuk stadium 1 atau
2
Kemoterapi
mempunyai
keuntungan terbatas
Terapi radiasi paliatif
Tabel Karakteristik dan Pengobatan Kanker Paru Paru

Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor
lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko
terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang
bersifat intiation yang merangsang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan
perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit
tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa nunsur kimia, fisik atau biologis yang
berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik
( DNA ). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan
berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama
mingguan sampai tahunan. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan
kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid ( sel skuamosa ). Karsinoma sel kecil ( sel oat ), karsinoma sel besar ( tak
terdeferensiasi ) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil
umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya
terbentuk dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma
umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan
karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk.
Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis,
berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma prognosis
baik karena pertumbuhan sel ini lambat.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X ( PA Lateral ), Tomografi dada : Menggambarkan bentuk, ukuran dan
lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effusi pleura,
atelektasis, erosi tulang rusuk atau vertebra.
2. Pemeriksaan sitologi ( sputum, pleura, atau nodus limfe ) : Dilakukan untuk
mengkaji adanya / tahap karsinoma.
3. Bronkoskopi serat optik : Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian, dan
pembersihan sitologi lesi ( besarnya karsinoma bronkogenik dapat terlihat )
4. Biopsi : Dapat dilakukan pada nodus skalen, nodus limfe hilus, atau pleura
untuk membuat diagnosa.
5. Mediastinoskopi : Digunakan untuk pentahapan karsinoma
6. Scan radioisotop : Dapat dilakukan pada paru, hati, otak, tulang, dan organ
lain untuk bukti metastasis.
7. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA : Dapat dilakukan untuk mengkaji
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi pasca oprasi.
8. Tes kulit, jumlah absolut limfosit : Dapat dilakukan untuk mengevaluasi
kompetensi imun ( umum pada kanker paru )
9. Scan tulang : CT skan otak, hati ; skan gallium hati, limpa, tulang : untuk
deteksi metastasis
(Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasiaen ; hal186)

2.7 Penatalaksanaan Medis Kanker Paru
1. Manajemen tanpa pembedahan
a. Terapi oksigen
Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigen via masker
atau nasal kanul sesuai dengan permintaan. Bahkan jika pasien tidak
terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai
yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnue dan rasa cemasnya.
b. Terapi obat
Jika pasien mengalami bronkospasme, dokter dapat memberikan obat
golongan bronkodilator (seperti pasien dengan asma) dan kortikosteroid
untuk mengurangi bronkospasme, inflamasi, dan edema.

c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada pasien dengan kanker
paru-paru terutama pada small-cell lung cancer karena metastasis.
Kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan dengan terapi surgical
(pembedahan). Agen kemoterapi biasanya diberikan untuk menangani
kanker, termasuk kombinasi dari :
1. Cyclophosphamide, deoxorubicin, methotrexate, dan
procarbazine.
2. Etoposide dan cisplatin
3. Mitomycin, vinblastine, dan cisplatin
d. Imunoterapi
Banyak pasien dengan kanker paru-paru mengalami gangguan imun.
Agen imunoterapi (cytokine) biasa diberikan.
e. Terapi radiasi
Indikasi :
1. Pasien dengan tumor paru-paru yang operable,tetapi beresiko jika
dilakukan operasi pembedahan.
2. Pasien dengan kanker adenokarsinoma atau sel skuamosa
inoperable dimana terdapat pembesaran kelenjar getah bening
pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
3. Pasien kanker bronkus dengan oat cell
4. Pasien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.
Dosis umum 5000-6000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu. Pengobatan
dilakukan dalam 5 kali seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari.
Komplikasi :
1. Esofagitis, hilang satu minggu sampai dengan 10 hari sesudah
pengobatan.
2. Pneumonitis : pada rontgen terlihat bayangan eksudat didaerah
penyinara.
f. Terapi laser
g. Torasentesis dan pleurodesis
1. Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi pasien dengan kanker
paru paru.
2. Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura visceralis dan
parietalis dan obstruksi kelenjar limfe mediastinal.
3. Tujuan ahkir : mengeluarkan dan mencegah akumulasi cairan.
2. Menejemen bedah
a. Dikerjakan pada tumor stadium 1 serta stadium 2 jenis karsinoma, adanya
adenokarsinoma dan karsinoma sel besar tidak dapat di bedakan (
undifferentiated )
b. Dilakukan khusus pada stadium 3 secara individual yang mencakup 3
kriteria :
1. Karakteristik biologis tumor
Hasil baik : tumor dari sel skuamosa dan epidarmoid.
Hasil cukup baik: adenokarsinoma dan karsinoma sel besar
tak terdiferensiasi.
Hasil buruk: oat cell
2. Letak tumor dan pembagian stadium klinik
Untuk menentukan letak pembedahan terbaik.
3. Keadaan fungsional penderita
2.7 Pengkajian Klien Kanker Paru
Pemeriksaan tergantung pada tipe, lamanya kanker, dan luasnya metastase.
Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan, ketidak mampuan mempertahankan kebiasaan rutin,
dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan ( Biasanya tahap lanjut ).
Sirkulasi
Gejala : JDV ( Obstruksivena kava )
Bunyi jantung : Gesekan perikardial ( Menunjukan efusi )
Takikardia / distritmia Jari tabuh

Integritas Ego
Gejala : Perasaan takut, takut hasil pembedahan.
Menolak kondisi yang berat / potensial keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang ulang.
Eliminasi
Gejala : Diarea yang hilang timbul ( Ketidak seimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil ).
Peningkatan frekuensi / jumlah urine ( Ketidakseimbangan hormonal, yumor
epidermoid )
Makanan / Cairan
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan.
Kesulitan menelan.
Haus / Peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus atau penampilan kurang bobot ( Tahap lanjut )
Edema wajah / leher, dada, punggung ( Obstruksi vena kava ) ; Edema wajah
/ periobital ( Ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil )
Glukosa dalam urine ( Ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid )
Nyeri / Kenyamanaan
Gejala : Nyeri dada ( Tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu
pada tahap lanjut ) dimana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan
posisi.
Nyeri bahu / tangan ( Khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma )
Nyeri tulang / sendi : Erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan hormon
pertumbuhan ( sel besar atau adenokarsinoma )
Nyeri abdomen hilang timbul.
Pernafasan
Gejala : Bentuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum.
Nafas pendek
Pekerja yang terpanjan polutan, debu industri ( mis ; Asbes, oksida besi, debu
batu bara, materi radio aktif ) Serak, Paralisis pita suara.
Riwayat Merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja.
Peningkatan fremitus taktil ( menunjukan konsolidasi )
Kerekels / mengi pada inspirasi atau ekspirasi ( gangguan aliran udara )
Hemoptisis.
Keamanan
Tanda : Demam mungkin ada ( Sel besar atau adenokarsinoma )
Kemerahan, kulit pucat ( Ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil
).
Seksualitas
Tanda : Ginekomastia ( Perubahan hormonal neolastik, karsinoma sel
besar )
Amenorea / impoten ( ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil )
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga ; Kanker ( khususnya paru ) tuberkulosis
Kegagalan untuk membaik.
Pertimbangan DRG menunjukan rerata lama dirawat : 11,7 hari
Rencana Pemulangan : Bantuan transpotasi, pengobatan, tindakan, perawatan diri
pemeliharaan rumah.
( Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasiaen ; hal184 - 185 )

2.9 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
Tujuan dan KriteriaHasil Intervensi
Nyeri kronis b.d ketidak
mampuan fisik psikologis
kronis ( metastase kanke,
injuri neurologis, artritis )
DS :
- Kelelahan
- Takut untuk injun
ulang
DO :
- Atropi Otot
- Gangguan Aktifitas
- Anoreksia
- Perubahan pola tidur
- Respon Simpatis (
Suhu dingin,
perubahan posisi
tubuh, hipersensitif,
penurunan berat
badan )
NOC
Comfort level
Pain control
pain level
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama... x 24
jam pasien dapat mengontrol
nyeri dengan indikator :
Tidak ada gangguan tidur
Tidak ada gangguan
konsentrasi
Tidak ada gangguan
hubungan interpersonal.
Tidak ada ekspresi
menahan nyeri dan
ungkapan secara verbal






NIC
Manajemen nyeri
Monitor kepuasan pasien
terhadap menejemen nyeri
Tingkatkan istirahat dan
tidur yang adekuat
Kelola antianalgetik
Jelaskan pada pasien
penyebab nyeri
Lakukan teknik
nonfarmakologis (
relaksasi, masase
punggung )

Ketidakefektifan jalan
nafas b.d Obstruksi jalan
nafas : Spasme jalan nafas,
NOC
Nutritonal status :
NIC:
Berikan O2
Anjurkan pasien
sekresi tertahan, banyaknya
mukus, adanya jalan nafas
buatan, sekresi bronkus
adanya eksudat di alveolus,
adanya benda asing di jalan
nafas.
DS :
- Dispneu
DO :
- Penurunan suara
nafas
- Kelainan suara nafas (
reles, wheezing )
- Kesulitan Bicara
- Batuk tidak efektif
batau tidak ada
- Produksi Sputum
- Gelisah
- Perubahan frekuensi
dan irama nafas.
Adequacy of nutrient
Nutrional status : food
and fluid intake
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama... x 24
jam pasien dapat mengontrol
nyeri dengan indikator :
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (
mampu mengeluarkan
sputum, bernafas dengan
mudah )
Menunjukan jalan nafas
yang paten ( klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
nafas abnormal )
Mampu
mengidentifikasikan dan
mencegah faktor
penyebab.
Saturasi O2 dalam batas
normal
Foto thorak dalam batas
normal
untuk istirahat dan
nafas dalam
Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi.
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu.
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction.
Aukultasi suara nafas,
catat adanya suara
nafas tambahan.
Monitor respirasi dan
status O 2

Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan
tubuh b.d faktor biologis,
psikologis atau ekonomi

DS :
- Nyeri Abdomen
- Muntah
- Rasa penuh tiba tiba
setelah makan
DO :
- Rontok rambut yang
berlebihan
- Kurang nafsu makan
- Bising usus
berlebihan
- Konjungtiva pucat
- Denyut nadi lemah

Nutritional status :
adequacy of nutrien
Nutrisional status : food
and fluid intake
Weight control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ... X 24
jam nutrisi kurang teratasi
dengan indikator :
Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total iron binding
capacity
Jumlah limfosit
Monitor adanya
penurunan BB
Monitor intake nutrisi
Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
Monitor makanan
kesukaan
Monitor kalori dan intake
nutrisi
Kaji adanya alergi
makanan
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
Berikan makanan sedikit-
sedikit tapi sering, makanan
kesukaan










BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker paru paru merupakan penyebab tertinggi kematian di dunia, umumnya
prognosisnya dengan buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat diobati, pengobatan
mungkin hanya dengan jalan pembedahan, dimana sekitar 13% dari pasien dengan
pembedahan mampu bertahan selama 5 tahun. Dikarenakan terjadinya metastasis,
maka penatalaksanaan medis kanker paru paru seringkali ditujukan untuk mengatasi
(paliatif) disbanding dengan penyembuhan (kuratif). Diperkirakan 85% dari kanker
paru terjadi akibat merokok. Oleh karena itu pencegahan yang paling baik adalaha
jangan memula merokok.
3.2 Saran
a. Untuk Instansi
Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal
sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.
b. Untuk Klien dan Keluarga
Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun
teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan
yang diharapkan tidak tercapai.





DAFTAR PUSTAKA

Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Medika : Jakarta
Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Ed.8;1 vol. EGC : Jakarta
Tangrapa, Rierien. 2012. Askep Tumor Paru. http://rimbho.blogspot.com/2012/06/askep-
tumor-paru.html
Diunduh : 3 Juni 2014

You might also like