You are on page 1of 55

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit

[Type text] Page 1



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut(ISPA) merupakan salah satu penyakit
menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian anak bawah lima tahun ( balita).
Menurut temuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikutip dari data
DEPKES tahun 2007 diperkirakan sepuluh juta anak meninggal tiap tahun
yang disebabkan karena diare, HIV-AIDS, malaria dan ISPA (Irawan, 2009).
Di Indonesia kasus infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) menempati
ururtan pertama penyebab kematian pada balita 18,2% tahun 2010 dan 38,8%
tahun 2011. Selain itu, ISPA juga sering berada pada daftar sepuluh penyakit
terbesar di rumah sakit. Berdasarkan data P2 program ISPA tahun 2009
cakupan penderita ISPA melampaui target 13.4%, hasil yang diperoleh 18.479
kasus, sementara target yang ditetapkan hanya 16.534 kasus. Survey
mortalitas yang dilakukan di subdit ISPA tahun 2010 menempatkan ISPA dan
Pneumonia sebagai penyebab kematian bayo terbesar di Indonesia dengan
presentase 22,3% dari seluruh kematian balita (DEPKES RI, 2012)
Menurut data dari survey social ekonomi nasional (SUSENAS) tahun
2002, prevalensi keluhan ISPA balita di Indonesia sebesar 18.7%, diperkotaan
21.6% lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Sebanyak 40%-60% kunjungan
berobat di puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di abngian rawat jalan
dan bagian rawat inap disebabkan oleh ISPA. Penyebab ISPA palimg berat
disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumonia atau Haemophylus
influenza (DEPKES, 2000). Di kabupaten Deli serdang pada 2004 diketahui
angka morbilitas kasus ISPA sebanyak 12.871 kasus (37.1%) dengan rincian
6.638 kasus terjadi pada kelompok umur bayi (51.5%) dan 6.233 kasus pada
usia 1-4 tahun (48.5%)(Agustama, 2005).

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 2

Selain infeksi bakteri tersebut diatas, factor polusi udara seperti paparan
asap( asap dari bakaran sampah, asap rokok) dan debu yang berasal dari
kendaraan bermotor merupakan beberapa penyebab ISPA.
Tabel 1.1 Data Keadaan Geografis dan Demografis Puskesmas
Sibolangit Periode Januari-Febuari 2014

NO
.
NAMA DESA LUAS
AREA
(KM2)
JUMLAH
DUSUN
JUMLAH
KK
JUMLAH
PENDUDUK
(JIWA)
PRIA WANITA
1
Sibolangit
2
Rumah Sumbul
3
Rumah Pil-Pil
4 Batu Layang
5 Betimus
6 Puang Aja
7 Tambunan
8 Tj, Beringin
9 Sembahe
10 Batu Mbelin
11 Kuala
12 Bengkurung
13 Sayum
14 Bingkawan
15 Buah Nakar
16 Rambung baru
TOTAL





Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 3

Tabel 1.2. Daftar Penyakit Terbesar di Puskesmas Sibolangit
Periode Januari-Febuari 2014

NO PENYAKIT JUMLAH %
1. ISPA 980 41.8%
2. Hipertensi 619 26.4%
3 Penyakit Infeksi Usus 449 19.1%
4 Penyakit Kulit 106 4.5%
5 Penyakit lain (DM &ISK) 83 3.5%
6 Penyakit Saluran Bawah
(Asma)
61 2.6%
7 Penyakit Rongga Mulut 36 1.5%
8 Penyakit Sistem Otot 8 0.34%
9 Penyakit Telinga 2 0.08%
10 Penyakit Lainnya 0 0%
TOTAL 2.344 100%















Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 4

Tabel 1.3 Daftar Jumlah Kasus ISPA






























Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 5

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Masyarakat terhadap
Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Puang Aja
Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah
Desa
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan Umum penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
Gambaran Perilaku Masyarakat dalam Upaya Pencengahan dan
Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Puang Aja.

1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang Gambarana Perilaku
Masyarakat dalam Upaya Pencengahan dan Penanggulangan
Penyakit ISPA di Desa Puang Aja.
b. Tingkat sikap masyarakat tentang Gambaran Perilaku
Masyarakat dalam Upaya Pencengahan dan Penanggulangan
Penyakit ISPA di Desa Puang Aja.
c. Tingkat tindakan masyarakat tentang Gambaran Perilaku
Masyarakat dalam Upaya Pencengahan dan Penanggulangan
Penyakit ISPA di Desa Puang Aja.

1.4 Manfaat
Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan lingkungan di
Puskesmas Sibolangit dalam Upaya Pencengahan dan

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 6

Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Puang Aja Kecamatan
Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

Bagi Dinas Kesehatan
Sebagai Masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya
dalam hal Upaya Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA
di Desa Puang Aja Kecamatan Siboalngit Kabupaten Deli Serdang.

Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan tentang
Upaya Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa
Puang Aja Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.



















Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 7





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2008), perilaku dipandang dari segi biologis
adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism yang bersangkutan. Jadi perilkau
manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri.
Menurut Sarwono (2004), perilaku manusia merupakan hasil dari pada
segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang
terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain,
perilaku merupakan respon atau reakasi individu terhadap stimulus yang berasal
dari luar maupun dari dalam dirinya.respon ini dapat bersifat pasif( tanpa
tindakan) mauoun aktif(disertai tindakan). Secara lebih operasional perilaku dapat
diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus)
dari kuar subjek. Respon ini berbentuk dua macam yaitu: (Notoatmodjo, 2008).
1. Bentuk Pasif
Adalah respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak
secara alngsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan
atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa
imunisasi itu daoat mencengah suatu penyakit tertentu.contoh lain
seseorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuiti Keluarga
Berencana (KB) meskipun ia tidak ikut KB. Dari kedua contoh diatas
dapat dilihat bahwa si ibu telah mempunyai sikap yang pasif untuk
mendukung KB, meskipun dia sendiri belum melakukan secara konkrit

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 8

terhadap kedua hal tersebut, oelh karena itu perilaku mereka ini masih
terselubung (Cover Behavior).

2. Bentuk Atif
Yaitu apabila perilaku tersebut jelas dapat diobservasi secara langsung,
misalnya pada contoh kedua tersebut diatas si ibu sudah membawa
anaknya ke Puskesmas atau Fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi dan
orang pada kasus kedua seudah menjadi aksptor KB. Oleh karena itu
perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata (Overt
Behavior).

Berikut ini adalah beberapa domain perilaku yaitu:
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan poenginderaan terhadap suatu objek tertentu, yakini dengan
indera penglihatan, pendengaran, penghidu, rasa dan raba sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2008). Ada enam tingkatan pengetahuan yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi ayng telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk keadaan pengetahuan tingkat ini adalah
meningkat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
badan yang dipelajari atau rangsanagan yang telah diterima. Kata kerja
untuk mengukur bahwa ornag tahu tentang apa yang dipelajari dengan
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.

2. Memahami (Comprehansion)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 9

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
emnyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek
yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)
Apilaksi dairtikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)

4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ekdalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan ( membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintetis (Synthesis)
Sintesis yaitu menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sitesis adalah suatu
kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
metingkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadapt suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu berkaitan dnegan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
penilaian itu berdasarkan suatu cerita yang ditentukan sendiri, atau

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 10

menggunakan criteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat
emnanggapi terjadinya diare disuatu tempat dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2008).

b. Sikap (Attitude)
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulasi atau objek. Siakp tidal alngsung dapat dilohat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus social. Allport (1954), menjelaskan bahwa
sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:
Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikpa yang
utuh (totak attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini,
pengetahuan, brpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan
penting (Notoatmodjo,2008).

c. Tindakan atau Praktek (Practice)
Notoatmodjo (2008), mengatakan bahwa suatu sikap belum otomatis
terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap
menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu
kondisi yang dieprlukan factor pendukung (support) dari pihak lain.

2.2 ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
2.2.1 Defenisi ISPA
Menurut Depkes (2004)merupakan istilah yang diadaptasi dari
istilah bahasa inggris Acute Repiratory Infection(ARI). Istilah ISPA meliputi

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 11

3 unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Dengan pengertian
sebagai berikut: infeksi adalah masuknyakuman atau mikroorganisme kedalam
tubuh manusia dna berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit
yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari
14 hari.
Menurut Depkes RI (1996) istilah ISPA mengandung 3 unsur yaitu
infeksi, saluran pernafasan dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing
unsure adalah sebagai berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ ayng dimulai dari hdung hingga
alveoli beserta organ adneksanya seperti, sinus, rongga tengah dan
pleura. Dengan demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran
pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk
jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan.
3. Infeksi akut adalah ineksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas ni
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA. Proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari.

2.2.2 Epidiomologi dan Etiologi ISPA
Pada akhir tahun 2000 ISPA mencapai 6 kasus diantara 1000 bayi
dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan bayi akibat ISPA sebanyak 5 dari
1000 balita (Octaviana, 2009). Setiap anak balita diperkirakan mengalami
3-6 episode ISPA setiap tahunnya dan proporsi kematian yang disebabkan
ISPA mecakup 20-30%(Suhandayani, 2007). Untuk menciptakan upaya
perbaikan kesehatan masyarakat, departemen kesehatan RI menetapkan 10
program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat guna

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 12

mencapai tujuan Indonesia sehat 2015, dimana salah satu diantaranya
adalah program pencengahan penyakit menular termasuk penyakit saluran
pernafasan akut (Depkes RI, 2002). Di Kabupaten Deli Serdang pada 2004
diketahui angka morbilitas kasus ISPA sebanyak 12.871 kasus( 31,7%)
dengan rincian 6.638 kasus terjadi pada kelompok umur bayi (51,5%) dan
6.233 kasus pada usia 1-4 tahun (48,5%) (Agustama,2005).
Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riktesia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah :Genus Steptococcus,
Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordatella dan
Caneabacterium . virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Pikomavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus (Erlien, 2008).
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan (ISPA) disebabkan oleh
virus seperti virus sinsisial pernapasan (VSP), virus parainfluenza,
adenovirus, rhinovirus dan coronavirus, coksakivirus A& B I dan
mikoplasma( Nelson,2000). Penyakit infeksi saluran pernafasan (ISPA)
juga disebabkan karena factor kelelahan, daya tahan tubuh melemah,
polusi udara, asap kendaraan dan pembakaran hutan setelah perganttian
musim ( Hatta,2000).
Penyebab lainnya yaitu:
a. Agent, infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru.
Kejadiaanya bias secara akut maupun kronis, yang paling
sering adalah rhinitis simpleks, faringitis, tonsillitis dan
sinusitis. Berdasarkan hasil penelitian Parhusip (2004), yang
meeliti spectrum dari 101 penderita infeksi saluran peernafasan
di BP4 Medan didapatkan smeua poenderita terlihat hasil
biakan positis, pada 2 penderita dijumpai 2 galur bakteri
sedangkan lainnya hanya tumbuh 1 galur. Bakteri gram (+)
dijumpai sebanyak 54 galur (52,4%) dan bakteri gram (-) 49
galur (47.6%).

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 13

b. Manusia
Umur
Penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia
dibawah 2 tahun mempunyai resiko mendapat ISPA 1,4
kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih
tua. Ini terjadi karena anak dibawah 2 tahun belum
sempurna dan lumen slauran pernafasan masih sempit.
Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993)
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
prepalensi insisden maupun lama ISPA pada laki-laki
dibandingkan perempuan.namun menurut beberapa
penelitian kejadian ISPA lebih sering didapati pada
anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Status Gizi
Dibanyak Negara di dunia penyakit infeksi masih
merupakan penyebab utama kematian akan tetapi anak-
anak yang meninggal karena penyakit infeksi biasanya
didahului dengan anak yang berstatus gizi yang kurang
memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibta gizi
buruk sangat memudahkan dan mempercepat
berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Kecil dari 2500 gram, bayi dengan BBLR mempunyai
angka kematian lebih tinggi daripada bayi dengan berat
lebih dari 2500 gram saat lahir selama tahun pertama
kehidupannya, hasil uji statistic diperoleh abhwa
terdapat hubungan yang bermakna antara kasus ISPA
(Pneumonia) dengan balita BBLR.
Status ASI Eksklusif

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 14

ASI idbutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi,
kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-
infeksi bakteri dan virus terutama selama minggu
pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan
kolustrum, yaitu ASI awal yang mengandung zat
kekebalan (immunoglobulin, lizomin, bifidus faktor)
yang sangat penting melindungi bari dari bakteri.
Berdasarkan hasil penelitian Syahril(2006). Didaptkan
bahwa proporsi balita yang tidak mendapatkan ASI
Ekskludsif menserita ISPA sebesar 56,2%, sedangkan
yang tidak menderita ISPA 38.8%. hasil uji statistik
didapatkan bahwa yang menderita ISPA resikonya 2
kali lebih besar dari anak balita yang tidak mendapatkan
ASI Eksklusif.
Status Imunisasi
Imuisasi adalah upaya untuk melindungi seseorang
terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan
terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya
imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa
pencengahan penyakit merupakan upaya terpenting
dalam upaya kesehatan anak. Imunisasi bermanfaat
untuk emncengah beberapa jenis penyakit seperti polio
(lumpuh layu), TB paru, difteri,hepatitis, tetanus,
pertusis. Berdasarkan penelitian Syahril di kota Banda
Aceh (2006), di dapatkan bahwa ada hubungan pada
balita pada status imunisasi artinya dijumpai tingginya
kasus ISPA pada anak yang tidak mendapatkan
imunisasi.
c. Lingkungan


Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 15

Kelembapan dalam ruangan
Berdasarkan Kep. Menkes RI NO. 829 tahun 1999
tentang kesehatan perumahan menetapkan bahwa
kelembapan yang sesuai untuk rumah sehat adalah 40-
70%, optimum 60%. Hasil penelitian Cahaya, dkk di
Perumnas Mandala Medan (2004) dengan didapatkan
bahwa kelembaoan ruangan berpengaruh terhadap
terjadinya ISPA.

Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki
suhu optimum 18-30 C. hal ini berarti, jika suhu
ruangan < 18 C dan > 30C keadaan rumah tersebut
tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan menjadi factor terjadinya
ISPA sebesar 4 kali.

Ventilasi
Ventialsi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi
pertama adalah menjadi aliran udara didalam rumah
tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2
yang diperlukan oeleh penghuni rumah tersebut tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan
kurangnya O2 yang bersifar racun bagi penghuninya
menjadi meningkat. Sirkulasi udara di dalam rumah
akan baik dan mendapat suhu yang optimum harus
mempunyai ventilasi minimal 10% dari luas lantai.

Penggunaan anti nyamuk

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 16

Penggunaan anti nyamuk sebagai alat untuk
menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan
gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap
dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di
lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan
paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan
pernafas. Berdasarkan penelitian Afrida(2007),
didapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna
antara oenggunan anti nyamuk dengan kejadian
penyakit ISPA.

Bahan bakar untuk memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-
hari dapat menyebabkan kualitas udara menjadi rusak.
Berdasarkan hasil penelitian Affrida (2007), prevalensi
rate ISPA pada bayi yang dirumahnya menggunakan
bahan bakae untuk memasak adalah minyak tanah
sebesar 76.6% sedangkan LPG 33.3%.



Keberadaan Perokok
Perokok bukan masalah perokok aktif tetapi juga
perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan
kjmia, 200 diantaranya merupakan racun anatara lain
karbon monoksida (CO2), polisiklik aromatic
hidrokarbon (PAHs) dan lain-lain.

Debu Vulkanik

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 17

Debu Vulkanik terdiri dari partikel halus batuan
vulkanik yang terfragmentasi (,2cm diameter). Debu
Vulkanik dapat menyebabkan masalah kesehatan yang
relative sedikit, namun lebih banyak menghasilkan
kecemasan. Dampak ebu vulkanik terhadap pernafasan
menyebabkan masuknya debu vulkanik ke paru-paru
ketika bernafas. Apabila paparan terhadap debu cukup
tinggi, maka orang yang sehat pun akan mengalami
kesulitan bernafas disertai batuk dan iritasi.

Status ekonomi dan pendidikan
Persepsi masyarakat mengenai keadaan sehat dan sakit
berbeda dari satu individu dengan individu alinnya.
Bagi seseorang yang sakit, persepsi terhadap
penyakitnya merupakan hal yang oenting dalam
menangani penyakit tersebut. Berdasarkan hasil
penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila
rasio pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total
perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang
membawa anaknya berobat ke dukun jetika sakit lebih
banyak.

2.2.3 Patogenesis ISPA
Menurut Baum (1980), saluran pernafasan selama hidup
selalu terpapar dengan dunia luar sehingga guna mengatasinya
dibutuhkan suatu system pertahanan yang efektif dan efesien.
Ketahanan saluran pernafasan infeksi dan partikel dan gas yang ada
di udara amat tergantung pada 3 unsur alami yang selalu terdapat
pada orang sehat yaitu :
1. Kebutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia.

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 18

2. Makofrag alveoli terjadi.
3. Antibody setempat.
Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi
bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel
epitel mukosanya rusak, akibat infeksi terdahulu. Selain
itu, hal-hal yang dapat menganggu keutuhan mukosa
dan gerak silia adalah:
1. Debu dan asap ayng berasal dari kendaraan
bermotor, pembakaran sampah, asap rokok yang
merupakan polutan utama dalam pencemaran udara.
2. Sinrom imotil
3. Pengobatan dengan O2 dengan konsentrasi tinggi
(25%) atau lebih.
Makrofrag banyak terdapat di alveolus dan akan
dimobilisasikan ketemoat lain bila terjadi infeksi. Asap
rook dapat menurunkan kemampuan makrofag
membunbuh bakteri, sedangkan alcohol akan
menurunkan mobilitas sel-sel ini.

2.2.4 Cara Penularan ISPA
Penyebaran bibit oenyakit ISPA dapat terjadi dari penderita
penyakit ISPA dan carier yang disebut juga reservoir bibit
penyakit yang ditularkan kepada orang lain melalui kontak
langsung atau melalui benda-benda yang telah tercemar bibit
penyakit termasuk udara. Penularan melalui udara id maksudkan
adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita
maupun dengan benda yang terkontaminasi dan tiddak jarang
penyakti yang sebagian ilmu besar penularannya adalah karena
menghisap udara yang mengandunng penyebab atau
mikroorganisme tempat kuman berasa(reservoir)

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 19

ISPA dapat ditularkan melalui : air ludah, darah, cipratan
bersin, yang mengandung kuman yang tehirup oleh orang sehat ke
saluran pernafasannya.

2.2.5 Tanda dan Gejala Klinis ISPA
Penyakit saluran pernafasan akut dapat memberikan gejala
klinis yang beragam antara lain:
1. Gejala Koriza ( Coryzal Syndrome)
Yaitu pengeluaran cairan (discharge) nasal yang berlebihan,
bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis ringan, sakit
tenggorokan (sore throat), rasa kering pada bagian posterior
palatum mole dan uvula ,sakit kepala, malaise, nyeri otot, lesu,
serta rasa kedinginann (chilliness) demam jarang terjadi.
2. Gejala Faringeal
Yaitu sakit tenggorokan yagn ringan sampai berat. Peradangan
pada faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenois yang dapat
menyebabkan obstruksi nasal, batuk sering terjadi, tetapi gejala
koriza jarang. Gejala umum seperti rasa kedinginan, malaise,
rasa sakit diseluruh badan, skit kepala, demam ringan, dan
parau ( hoarseness).


3. Gejala faringkongjungtival
Merupakan varian dari gejala faringeal. Gejala faringeal sering
disusul oleh kongjutivitis yang disertai fotophobia dan sering
pula disertai rasa sakit pada bola mata.
4. Gejala Influenza
Merupakan kondisi sakit yang berat, demam, menggigil, lesu,
sakit kepala, nyeri otot menyeluruh, malaise, anoreksia yang
timbul tiba-tiba, batuk, sakit tenggorokan dan nyeri retro

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 20

sterna. Keadaan ini dapat menjadi berat dan dapat terjadi
pandemic yang hebat dan ditumpangi oleh infeksi bacterial.

2.2.6 Penatalaksanaan ISPA
Penemuan dini penderita pneumonia dengan
penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk
mencapai 2 dari 3 tujuan program ( turunnya kematian karena
pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotic dan obat batuk
yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA). Pedoman
penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan pentujuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi
penggunaan antibiotic untuk kasus-kasus batuk, pilek biasa, serta
mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang
penyakit anak dengan mngajukan beberapa pertanyaan
kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini
penting agar selama pemeriksaan anak tidak emanngis,
untuk ini diusahakan agara anak tetap dipangku oleh
ibunya. Menghitung nafas dapat dilakukan tanpa
membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin
perlu membuka sedikit untuk melihat pergerakkan dada.
Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak
harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi
dengan stetoskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa
dan diklasifikasikan.

b. Klasifikasi ISPA

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 21

Program pemberantasan ISPA (P2 ISPA)
mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh
adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
Pneumonia : ditandai secara klinis oleh
adanya nafas cepat
Bukan Pneumonia : ditandai secara klinis oleh
batuk pilek, bias disertaidemam, tanpa tarikan
dinding dada kedalam, tanpa nafas cepat.
Rhinofaringitis, faringitis, dan tonsillitis
tergolong bukan pneumonia.

c. Pengobatan
Pneumonia berat : dirawat dirumah sakit,
diberikan antibiotic parenteral, oksigen dan
sebagainya.
Pneumonia : diberi obat antibiotic
cotrimoksazole per oral. Bila penderita tidak
mungkin diberi cotrimoksazole atau ternyata
dengan pemebrian cotrimoksazole keadaan
pendertia menetap, dapat dipakai obat antibiotic
pengganti yaitu ampicillin, amoxicillin atau
oenicillin prokain.
Buakn Pneumonia : tanpa pemberian
antibiotic. Diberikan perawatan diruamh, untuk
batuk dapat digunakan obat batuk tradisional
atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat
yang merugikan seperti kodein,
dexthomethorphan, dan anti histamine., nila

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 22

demam diberikan obat penurun panas yaitu
paracetamol. Penderita dengan gejala batuk
pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan
didapat adanya bercak nanah(eksudat) disertai
pembesaran kelenjar getah bening di leher,
dianggap sebagai radang tenggorokan oleh
kuman Streptococcus dan diberikan antibiotic
(penicillin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap
bayi atau anak dengan tanda bahaya harus
diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan
selanjutnya.

2.2.7 Pencengahan ISPA
Menurut Depkes RI (2002), pencengahan ISPA antara lain:
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik dengan emnjga
kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencengah kita atau
terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit
ISPA. Misalnya dengan mengkomsumsi makanan 4 sehat 5
sempurna, banyak minum air putih, olahraga dengan teratur
serta istirahat yang cukup, semuanya itu akan menjaga badan
kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka
kekebalan tubuh kikta akan semakin meningkat, sehingga dapat
mencengah virus/bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh
kita.

b. Imunisasi
Pemberian imunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak
maupun orang dewasa. Imunisasi dilakukan untuk menjaga
kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai
macam penyakit yang disebabkan oleh virus/bakteri.

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 23


c. Menjaga kebersihan perorangan dna lingkungan
Membuat ventilisasi udara serta pencahayaan udara yang baik
akan mengurangi polusi debu dan asap yang ada di lingkungan
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup debu
tersebutyang bias menyebabkan terkena penyakit ISPA.
Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara(
atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini diesebabkan oleh
virus/bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah
terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk
ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa
virus/bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol yakni,
Droplet, Nuclei(sisa dari sekresi saluran pernafasan yang
dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara),
yang kedua duet( campuran antara bibit penyakit).




BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Konsep Penelitian



Pengetahuan
Sikap
Tindakan


Angka Kesakitan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 24



Pada kerangka konsep penelitian tersebut diatas dapat dilihat bahwa untuk
mencapai tujuan utama penelitian yaitu upaya pencengahan dan penanggulangan
ISPA. Pada penelitian ini terdapat 3 variabel yaitu : pengetahuan, sikap, dan
tindakan masyarakat di Desa Puang Aja di kecamatan Sibolangit.
Variable yang dilakukan dalam penelitian ini ada 2 yaitu variable
bebas(variable independent) dan variable tergantung (variable dependent).
Variable bebas adalah pengetahuan,sikap dan tindakan masyarakat tentang
pencengahan dan penanggulangan Penyakit ISPA. Variable tergantung ada;ah
tindakan masyarakat terhadap pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA.













3.2 Defenisi Operasional
Defenisi opersional adalah batasan uraian tentang variable yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan.
1. Variable Bebas
a. Pengetahuan adalah hal-hal yang diketahui masyarakat tentang
Pencengahan dan penanggulangan penyakit ISPA

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 25

b. Sikap adalah setuju atau tidaknya masyarakat tentang Pencegahan
dan Penanggulangan penyakit ISPA
c. Tindakan adalah perilaku atau perbuatan yang telah dilakukan
masyarakat selama ini dalam hal Pencegahan dan Penanggulangan
penyakit ISPA.
2. Variabel Tergantung adalah orang yang dapat merespons, memberikan
informasi tentang data penelitian upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit ISPA.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perilaku
masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA
adalah memberikan penyuluhan- penyuluhan atau informasi kepada
seluruh masyarakat tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
pencengahan dan penanggulangan penyakit ISPA. Melalui penyebaran
brosur atau poster-poster, ataupun melalui media iklan, media masa, media
cetak dan media elektronik.
Penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar seluruh
masyarakat dapat terhindar dari penyakit saluran pernafasan.





BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 26

Jenis penelitian ini adalah bersifat survey deskriptif yaitu suatu penelitian
yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena
yang terjadi di masyarakat. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah Ilmu
Kesehatan Masyarakat.

4.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Puang Aja, Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang.

4.3 Waktu Penelitian
Tabel Waktu Penelitian

No

Keterangan
Maret 2014
28 29 30 31 01 02 03 04 05 06 07 08 09
1 Pembuatan
proposal
X X X
2 Pengumpulan
data
X X
3 Pengolahan
data
X X
4 Penyelesaian
hasil laporan
X X



4.4 Populasi dan Sampel
4.4.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah jumlah keseluruhan dari unit
di dalam pengamatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini
tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA di Desa

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 27

Puang Aja, kecamatan sibolangit, Kabupaten Deli Serdang yang
memiliki 117 KK dari bulan januari-Maret 2014

4.4.2 Sampel
Sampel ditentukan dengan cara simpel random sampling dimana
jumlah sampel ditentukan dengan rumus :










Sampel Kepala Keluarga:







4.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang menunjang dan melengkapi penelitian ini
dilakukan dengan dua cara yaitu data primer dan data sekunder
4.5.1 Data Primer
n = Jumlah sampel
d = Derajat kesalahan yang diinginkan
N =Jumlah populasi
Sumber =Metodologi penelitian Kesehatan, Dr. Sukidjo Noto Admojo)


Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 28

Data primer dalam penelitian ini, diperoleh dari hasil wawancara
dengan masyarakat dengan pengisian kuesioner yang dibuat.
4.5.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait
seperti kantor Kecamatan Camat Sibolangit

4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data. Instrumen yang dipakai adalah berupa kuesioner yang terdiri
dari 10 pertanyaan dan rincian adalah :
1. Sepuluh pertanyaan tentang pengetahuan untuk upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit ISPA
2. Sepuluh pertanyaan tentang sikap untuk upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit ISPA
3. Sepuluh pertanyaan tentang tindakan untuk upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit ISPA










Scoring kuesioner pengetahuan masyarakat dalam upaya Pencegahan dan
Penanggulangan penyakit ISPA.

1. a ( 1 ) b ( 0 )

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 29

2. a ( 1 ) b ( 0 )
3. a ( 1 ) b ( 0 )
4. a ( 1 ) b ( 0 )
5. a ( 1 ) b ( 0 )
6. a ( 1 ) b ( 0 )
7. a ( 1 ) b ( 0 )
8. a ( 1 ) b ( 0 )
9. a ( 1 ) b ( 0 )
10. a ( 1 ) b ( 0 )

Scoring kuesioner sikap masyarakat dalam upaya Pencegahan dan
Penanggulangan penyakit ISPA.
1. a ( 1 ) b ( 0 )
2. a ( 1 ) b ( 0 )
3. a ( 1 ) b ( 0 )
4. a ( 1 ) b ( 0 )
5. a ( 1 ) b ( 0 )
6. a ( 1 ) b ( 0 )
7. a ( 1 ) b ( 0 )
8. a ( 1 ) b ( 0 )
9. a ( 1 ) b ( 0 )
10. a ( 1 ) b ( 0 )




Scoring kuesioner tindakan masyarakat dalam upaya Pencegahan dan
Penanggulangan penyakit ISPA.

1. a ( 0 ) b ( 1 )

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 30

2. a ( 0 ) b ( 1 )
3. a ( 0 ) b ( 1 )
4. a ( 0 ) b ( 1 )
5. a ( 1 ) b ( 0 )
6. a ( 1 ) b ( 0 )
7. a ( 1 ) b ( 0 )
8. a ( 1 ) b ( 0 )
9. a ( 1 ) b ( 0 )
10. a ( 1 ) b ( 0 )


4.7 Tekhnik Pengukuran
Tekhnik pengukuran/penelitian gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan
masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA di desa
Puang Aja, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang berdasarkan teori dari
Notoatmodjo (2010):
- Baik jika jawaban benar > 80 % dari jumlah pertanyaan
- Sedang jika jawaban benar 40% 70 % dari jumlah pertanyaan
- Buruk jika jawaban benar < 40 % dari jumlah pertanyaan

Pengetahuan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
penyakit ISPA. Maka untuk menilai tingkat pengetahuan responden
berdasarkan skor (maksimum untuk kuesioner adalah 10).
- Baik >80 % x 10 = skor > 8
- Sedang = 40 % - 70 % x 10 = skor 4 7
- Buruk < 40 % x 10 = skor < 4

Sikap masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit
ISPA. Maka untuk menilai tingkat pengetahuan responden berdasarkan skor
(maksimum untuk kuesioner adalah 10).

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 31

- Baik >80 % x 10 = skor > 8
- Sedang = 40 % - 70 % x 10 = skor 4 7
- Buruk < 40 % x 10 = skor < 4

Tindakan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
penyakit ISPA. Maka untuk menilai tingkat pengetahuan responden
berdasarkan skor (maksimum untuk kuesioner adalah 10).
- Baik >80 % x 10 = skor > 8
- Sedang = 40 % - 70 % x 10 = skor 4 7
- Buruk < 40 % x 10 = skor < 4

4.8 Pengelolaan Data
Data dibuat secara manual meskipun pengolahan data secara manual saat ini
memang jarang dilakukan karena sudah ketinggalan jaman. Namun dalam
keterbatasan sarana dan prasarana atau kalau data tidak terlalu besar, pengelolaan
data secara manual masih diperlukan. Langkah-langkah pengelolaan data secara
manual pada umumnya melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui
kuesioner perlu disunting /edit terlebih dahulu kalau ternyata masih ada
data atau informasi yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan
wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out).




2. Membuat lebaran kode atau kartu kode (coding sheet)

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 32

Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk
merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor
responden, dan nomor-nomor pertanyaan.

3. Memasukkan data (data entry)
Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu
kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

4. Tabulasi
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau
yang diinginkan oleh peneliti.

4.9 Analisa Data
Menganalisis data tidak sekedar mendeskripsikan dan menginterpretasikan
data yang telah diolah. Keluaran akhir dari analisis data kita harus memperoleh
makna atau arti dari hasil penelitian tersebut. Interpretasi data mempunyai dua
sisi, sisi yang sempit dan sisi yang luas. Interpretasi data dari sisi yang sempit,
hanya sebatas pada masalah penelitian yang akan dijawab melalui data yang
diperoleh tersebut. Sedangkan dari sisi yang lebih luas, interpretasi data berarti
mancari makna data hasil penelitian dengan cara tidak hanya menjelaskan hasil
penelitian tersebut, tetapi juga melakukan inferensi atau generalisasi dari data
yang diperoleh melalui penelitian tersebut.
Oleh sebab itu secara rinci tujuan dilakukan analisis data adalah :
a. Memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan
dalam tujuan penelitian
b. Membuktikan hipotesis hipotesis penelitian yang telah dirumuskan
c. Memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian, yang merupakan
kontribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan.
BAB V
HASIL PENELITIAN

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 33


5.1 Gambaran umum hasil penelitian
5.1.1 Geografi
Kecamatan Sibolangit merupakan salah satu kecamatan yang berada di
Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang
terletak di daerah dataran tinggi. Secara geografis Kecamatan Sibolangit
mempunyai luas wilayah 17.492 km
2
(7126 Ha) yang merupakan wilayah
Puskesmas Sibolangit dan batas wilayah sebagai berikut :
o Sebelah Utara : Kecamatan Pancur Batu
o Sebelah Selatan : Kabupaten Karo
o Sebelah Barat : Kecamatan Kutalimbaru
o Sebelah Timur : Kecamatan Namo Rambe dan Biru-biru
Wilayah Kecamatan Sibolangit merupakan daerah wisata beriklim sedang-
dingin dan sebagian besar merupakan daerah perbukitan, dimana sebagian besar
merupakan daerah perbukitan, dimana sebagian desa masih sulit dilalui oleh
kendaraan dan bahkan harus ditempuh dengan berjalan kaki.

5.1.2 Demografi
Kecamatan Sibolangit kebupaten Deli Serdang pada tahun 2013 memiliki
jumlah penduduk 9.605 jiwa dengan perincian jumlah laki-laki 4.707 jiwa dan
perempuan 4.898 jiwa.

5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Karakteristik Responden
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat didapatkan
karakterikstik dari responden sebagai berikut:


Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Tingkat Umur di Desa Puang
Aja Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 34

tahun 2014

NO USIA
JUMLAH

FREKUENSI PERSENTASE
1. 15-20 1 1.85%
2. 21-25 4 7.40%
3. 26-30 3 5.55%
4. 31-35 6 11.1%
5. 36-40 4 7.40%
6. 41-45 3 5.55%
7. 46-50 9 16.6%
8. 51-55 10 18.5%
9. 56-60 5 9.25%
10. 61-65 2 3.70%
11. 66-70 1 1.85%
12. 71-75 6 11.1%
JUMLAH 54 100%

Analisa Data
Berdasarkan data table di atas, responden paling banyak berumur 51
hingga 55 tahun dengan jumlah 10 responden ( 18.5%)





Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Desa Puang Aja
Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2014


Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 35

NO PEKERJAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. TS 6 11.1%
2 SD 18 33.3%
3 SMP 15 27.7%
4 SMA 9 16.6%
5 STM 4 7.40%
6 D3 2 3.70%
TOTAL 54 100%

Analisa Data
Berdasarkan data tabel diatas, responden paling banyak adalah tingkat
pendidikan SD dengan jumlah 18 responden ( 33.3%)

Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Desa Puang Aja
Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2014

NO PEKERJAAN JUMLAH
FREKUENSI PRESENTASE
1. Ibu Rumah Tangga 5 9.25%
2 Petani 42 77.7%
3 Pelajar 1 1.85%
4 PNS 1 1.85%
5 Bidan; Kepala desa 2 3.70%
6 Wiraswasta 3 5.55%
TOTAL 54 100%


Analisa Data
Berdasarkan data tabel diatas, responden paling banyak adalah petani
dengan jumlah 42 responden ( 77.7%)

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 36


5.2.2 Karakteristik Pengetahuan Masyarakat Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit ISPA

A. Pengetahuan Responden

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang
Apa Itu Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 22 81,5 %
2 Tidak 5 18,5 %
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui
apa itu ISPA dan dijumpai responden yang tidak mengetahui apa itu ISPA.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang
Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut

No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 17 63 %
2 Tidak 10 37 %
Jumlah 27 100 %


Analisa Data

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 37

Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang
mengetahui penyebab ISPA dan dijumpai responden yang tidak
mengetahui penyebab ISPA.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang
Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah
Bakteri dan Virus.

No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 14 52 %
2 Tidak 13 48 %
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang
mengetahui penyebab ISPA adalah bakteri dan virus dan dijumpai responden
yang tidak mengetahui penyebab ISPA adalah bakteri dan virus

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden bahwa
Asap dan Debu Dapat Menyebabkan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut.

No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 22 81,5%
2 Tidak 5 18,5 %
Jumlah 27 100 %



Analisa Data

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 38

Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang
mengetahui bahwa asap dan debu merupakan penyebab ISPA dan dijumpai
responden yang tidak mengetahui bahwa asap dan debu merupakan penyebab
ISPA

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden bahwa
Asap dan Debu Apa Saja Yang Dapat Menyebabkan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 13 48 %
2 Tidak 14 52%
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang
mengetahui bahwa asap dan debu apa saja yang dapat menyebabkan ISPA dan
dijumpai responden yang tidak mengetahui bahwa asap dan debu apa saja yang
dapat menyebabkan ISPA

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang
Gejala Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 10 37 %
2 Tidak 17 63%
Jumlah 27 100 %


Analisa Data

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 39

Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang
mengetahui gejala penyakit ISPA dan dijumpai responden yang tidak
mengetahui gejala penyakit ISPA.

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut dapat
Ditularkan dari Penderita kepada Orang Sehat

No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 23 85 %
2 Tidak 4 15%
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui
tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut dapat Ditularkan dari
Penderita kepada Orang Sehat dan dijumpai responden yang tidak mengetahui
tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut dapat Ditularkan dari
Penderita kepada Orang Sehat

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang
cara pencegahan penularan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut

No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 22 81,5 %
2 Tidak 5 18,5 %
Jumlah 27 100 %

Analisa Data

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 40

Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang
mengetahui cara pencegahan penularan penyakit ISPA dan dijumpai responden
yang tidak mengetahui cara pencegahan penularan penyakit ISPA.

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang
Penanganan Pertama terhadap penderita Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut

No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 17 63 %
2 Tidak 10 37%
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang
mengetahui cara penanganan pertama terhadap penderita penyakit ISPA dan
dijumpai responden yang tidak mengetahui cara penanganan pertama terhadap
penderita penyakit ISPA

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut dapat
Ditangani dan Diobati di Puskesmas Terdekat.

No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 12 44,5 %
2 Tidak 15 55,5%
Jumlah 27 100 %


Analisa Data

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 41

0
10
20
30
40
50
60
BAIK SEDANG BURUK
PENGETAHUAN
Series 1
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang
mengetahui penyakit ISPA dapat diobati di puskesmas dan dijumpai responden
yang tidak mengetahui penyakit ISPA dapat diobati di puskesmas terdekat.

Secara keseluruhan, responden yang memiliki:
Pengetahuan baik (>80% benar) mengenai Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit ISPA yang sehat sebanyak
Pengetahuan Sedang (40-70%) mengenai Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit ISPA yang sehat sebanyak
Pengetahuan kurang (<40% benar) mengenai Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit ISPA yang sehat sebanyak

Grafik Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden














B. Sikap Responden

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 42

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang gejala-
gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut yaitu Batuk,
Pilek dan Demam.

No Jawaban Frekuensi %
1 Setuju 27 100 %
2 Tidak setuju 0 0 %
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui
gejala-gejala penyakit ISPA yaitu batuk, pilek dan demam dan dijumpai
responden yang tidak mengetahui gejala-gejala penyakit ISPA yaitu batuk, pilek
dan demam.

Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang
Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah
Bakteri dan Virus.

No Jawaban Frekuensi %
1 Setuju 27 100%
2 Tidak setuju 0 0 %
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui
penyebab ISPA adalah Bakteri dan Virus dan dijumpai responden yang tidak
mengetahui penyebab ISPA adalah Bakteri dan Virus


Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 43

Tabel 5.16 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang
Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut selain
Bakteri dan Virus ada Penyebab lain seperti Debu dan
asap yang mengandung zat-zat yang berbahaya.

No Jawaban Frekuensi %
1 Setuju 20 74 %
2 Tidak setuju 7 26%
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui
penyebab ISPA selain Bakteri dan Virus ada penyebab lainnya seperti debu dan
asap yang mengandung zat-zat berbahaya dan dijumpai responden yang tidak
mengetahui penyebab ISPA selain Bakteri dan Virus ada penyebab lainnya
seperti debu dan asap yang mengandung zat-zat berbahaya.

Tabel 5.17 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang
mengurangi Interaksi terhadap penyebab penyakit
ISPA dapat memperkecil resiko terjangkitnya penyakit
ISPA

No Jawaban Frekuensi %
1 Setuju 27 100%
2 Tidak setuju 0 0%
Jumlah 27 100%





Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 44

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui
bahwa mengurangi interaksi terhadap penyebab penyakit ISPA dapat
memperkecil resiko terjangkitnya penyakit ISPA dan dijumpai responden yang
tidak mengetahui bahwa mengurangi interaksi terhadap penyebab penyakit ISPA
dapat memperkecil resiko terjangkitnya penyakit ISPA.

Tabel 5.18 Distribusi Frekuensi Sikap Responden bahwa dengan
Memakai Masker dapat Mengurangi Resiko
Terjangkitnya Penyakit ISPA

No Jawaban Frekuensi %
1 Setuju 15 55,5%
2 Tidak setuju 12 45,5%
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui
bahwa dengan memakai masker dapat mengurangi resiko terjangkitnya penyakit
ISPA dan dijumpai responden yang tidak mengetahui bahwa dengan memakai
masker dapat mengurangi resiko terjangkitnya penyakit ISPA.









Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 45

Tabel 5.19 Distribusi Frekuensi Sikap Responden bahwa dengan
Mengetahui Pengetahuan Dasar tentang Penanganan
Pertama Penyakit ISPA dapat Mengurangi Tingkat
Keburukan Keadaan Penyakit Selanjutnya

No Jawaban Frekuensi %
1 Setuju 26 96%
2 Tidak setuju 1 4%
Jumlah 27 100%

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden
yang mengetahui bahwa dengan Mengetahui Pengetahuan
Dasar tentang Penanganan Pertama Penyakit ISPA dapat
Mengurangi Tingkat Keburukan Keadaan Penyakit
Selanjutnya dan dijumpai responden yang tidak mengetahui
bahwa dengan Mengetahui Pengetahuan Dasar tentang
Penanganan Pertama Penyakit ISPA dapat Mengurangi
Tingkat Keburukan Keadaan Penyakit Selanjutnya

Tabel 5.20 Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Dengan
Tidak Merokok di Dalam ruangan tertutup dapat
mengurangi resiko terhindar dari penyakit ISPA

No Jawaban Frekuensi %
1 Setuju 23 85 %
2 Tidak setuju 4 15%
Jumlah 27 100 %



Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 46

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden
yang mengetahui bahwa dengan tidak merokok di dalam
ruangan tertutup dapat mengurangi resiko terhindar dari
penyakit ISPA dan dijumpai responden yang tidak
mengetahui bahwa dengan tidak merokok di dalam ruangan
tertutup dapat mengurangi resiko terhindar dari penyakit
ISPA

Tabel 5.21 Distribusi Frekeunsi Sikap Responden Tentang dengan
Tidak Merokok dapat Meningkatkan Kualitas Hidup

No Jawaban Frekuensi %
1 Setuju 22 81,5%
2 Tidak setuju 5 18,5%
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui
bahwa dengan tidak merokok dapat meningkatkan kualitas hidup dan dijumpai
responden yang tidak mengetahui bahwa dengan tidak merokok dapat
meningkatkan kualitas hidup








Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 47

Tabel 5.22 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang
Pengobatan Penyakit ISPA dapat Diobati
Dipuskesmas Terdekat.

No Jawaban Frekuensi %
1 Setuju 9 33 %
2 Tidak setuju 18 67%
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui
bahwa pengobatan penyakit ISPA dapat ditangani/diobati di puskesmas dan
dijumpai responden yang tidak mengetahui bahwa pengobatan penyakit ISPA
dapat ditangani/diobati di puskesmas.

Secara keseluruhan, responden yang memiliki:
Pengetahuan baik (>80% benar) mengenai Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit ISPA yang sehat sebanyak
Pengetahuan Sedang (40-70%) mengenai Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit ISPA yang sehat sebanyak
Pengetahuan kurang (<40% benar) mengenai Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit ISPA yang sehat sebanyak









Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 48

0
10
20
30
40
50
60
BAIK SEDANG BURUK
SIKAP
Series 1
Grafik Distribusi Frekuensi Sikap Responden











C. Tindakan Responden

Tabel 5.24 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam
Menjumpai Penderita Penyakit ISPA

No Jawaban Frekuensi %
1 Setuju 4 15 %
2 Tidak setuju 23 85%
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang sudah
menjumpai penderita penyakit ISPA dan dijumpai responden yang belum
menjumpai penderita penyakit ISPA.


Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 49

Tabel 5.25 Distribusi Frekeunsi Tindakan Responden dalam
Mengalami Gejala-Gejala ISPA

No Jawaban Frekuensi %
1 Pernah 16 59 %
2 Tidak pernah 11 41%
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang sudah
mengalami gejala-gejala penyakit ISPA dan dijumpai responden yang belum
mengalami gejala-gejala penyakit ISPA.

Tabel 5.26 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam
Mengalami Penyakit ISPA Yang Disebabkan oleh
Bakteri dan Virus

No Jawaban Frekuensi %
1 Pernah 7 26 %
2 Tidak pernah 20 74%
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang sudah
mengalami penyakit ISPA yang disebabkan oleh Bakteri dan Virus dan dijumpai
responden yang belum mengalami penyakit ISPA yang disebabkan oleh Bakteri
dan Virus




Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 50

Tabel 5.27 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam
Mengalami Penyakit ISPA yang disebabkan oleh Debu dan Asap.
No Jawaban Frekuensi %
1 Pernah 1 4 %
2 Tidak pernah 26 96%
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang sudah
mengalami penyakit ISPA yang disebabkan oleh Debu dan asap dan dijumpai
responden yang belum mengalami penyakit ISPA yang disebabkan oleh Debu dan
Asap.

Tabel 5.28 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam
Memakai Masker untuk Menghindari Penularan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

No Jawaban Frekuensi %
1 Pernah 1 4%
2 Tidak pernah 26 96%
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang sudah
memakai masker untuk menghindari penularan penyakit ISPA dan dijumpai
responden yang belum memakai masker untuk menghindari penularan penyakit
ISPA




Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 51

Tabel 5.29 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam
memakai serbet/sapu tangan untuk melindungi hidung
dan mulut selain dengan memakai masker.

No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 16 59 %
2 Tidak 11 41%
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang sudah
memakai serbet/sapu untuk melindungi hidung dan mulut selain memakai masker
dan dijumpai responden yang belum memakai serbet/sapu untuk melindungi
hidung dan mulut selain memakai masker.

Tabel 5.30 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam
penularan ISPA dari penderita lain

No Jawaban Frekuensi %
1 Pernah 15 55,5 %
2 Tidak pernah 12 44,5 %
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang sudah pernah
tertular penyakit ISPA dari penderita lain dan dijumpai responden yang belum
pernah tertular penyakit ISPA dari penderita lain.




Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 52

Tabel 5.31 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam
merawat anggota keluarga yang menderita penyakit
ISPA

No Jawaban Frekuensi %
1 Pernah 11 41 %
2 Tidak pernah 16 59%
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang sudah pernah
Merawat anggota keluarga yang menderita penyakit ISPA dan dijumpai responden
yang belum pernah Merawat anggota keluarga yang menderita penyakit ISPA.

Tabel 5.32 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam
mengingatkan kepada anggota keluarga yang merokok
untuk tidak merokok didalam ruangan tertutup.

No Jawaban Frekuensi %
1 Pernah 15 55,5%
2 Tidak pernah 12 44,5%
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang sudah
mengingatkan kepada anggota keluarga yang merokok untuk tidak merokok
didalam ruangan tertutup dan dijumpai responden yang belum mengingatkan
kepada anggota keluarga yang merokok untuk tidak merokok didalam ruangan
tertutup


Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 53

Tabel 5.33 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam
membawa keluarga/diri sendiri berobat ke puskesmas
terdekat setelah mengetahui terkena penyakit ISPA

No Jawaban Frekuensi %
1 Pernah 6 22%
2 Tidak pernah 21 78%
Jumlah 27 100 %

Analisa Data
Dari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang sudah
membawa keluarga/diri sendiri berobat ke puskesmas dan dijumpai responden
yang belum pernah membawa keluarga/diri sendiri berobat ke puskesmas.

Secara keseluruhan, responden yang memiliki:
Pengetahuan baik (>80% benar) mengenai Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit ISPA yang sehat sebanyak
Pengetahuan Sedang (40-70%) mengenai Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit ISPA yang sehat sebanyak
Pengetahuan kurang (<40% benar) mengenai Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit ISPA yang sehat sebanyak










Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 54

0
10
20
30
40
50
60
BAIK SEDANG BURUK
TINDAKAN
Series 1
Grafik Distribusi Frekuensi Tindakan Responden
























Mini Survey di Kecamatan Sibolangit


[Type text] Page 55

BAB VI
PEMBAHASAN

You might also like