You are on page 1of 4

ANALISA PERCOBAAN

Percobaan kali ini adalah tentang pembuatan metil ester. Metil ester merupakan
senyawa ester yang dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif biodesel yang digunakan
untuk mesin diesel. Metil ester ini dapat terbentuk melalui dua proses yaitu esterifikasi yaitu
asam lemak dengan alkohol yang menghasilkan metil ester dan air, kemudian proses
transesterifikasi dimana terjadi reaksi antara trigliserida dalam minyak dengan alkohol yang
menghasilkan metil ester dan hasil samping yangberupa gliserol. Dalam praktikum ini kami
menggunakan prinsip reaksi transesterifikasi serta memperhatikan faktor suhu, konsentrasi,
katalis dan waktu. Untuk pembuatan metil ester ini alkohol yang dipakai adalah metanol hal
ini dikarenakan metanol lebih reaktif dibandingkan alkohol lain, selain itu alkohol jenis
metanol memiliki rantai karbon yang pendek sehingga mudah untuk melepaskan ikatannya
membentuk ion OH. Reaksi pembentukan metil ester ini sebagai berikut.
CH
2
- COOR CH
2
OH
CH COOR + 3CH
3
OH CHOH + 3RCOOCH
3

CH
2
COOR CH
2
OH
Bahan baku yang digunakan adalah minyak jelantah/ minyak goreng yang sudah
dipakai berulang- ulang yang memiliki kadar trigeliserida/ asam lemak bebas yang tinggi dan
bereaksi dengan metanol menghasilkan metil ester.
Hal yang perlu diperhatikan pad langkah awal adalah NaOH dicampurkan terlebih
dahulu sampai homogen di dalam metanol 41 ml, hal ini dikarenakan untuk melepaskan ion (
-OH ) pada metanol yang akan mempercepat reaksi pembentukan metil ester, dengan reaksi.
CH
3
OH + NaOH CH
3
Na
+
2OH


Kemudian dilakukan pemanasan minyak goreng bekas pada suhu 45- 50
0
C hal ini
digunakan pada suhu ini agar air yang terikut dalam minyak dapat menguap selain itu juga
digunakan pemanasan pada suhu rendah hal ini terkait dengan pengaruh suhu terhadap
viskositas karena semakin tinggi suhu maka viskositas semakin rendah begitu juga dengan
sebaliknya. Dan proses pengadukan dilakukan dengan kecepatan 75-150 rpm karena jika
terlalu cepat maka ikatan- ikatan karbon dalam minyak akan terputus dan minyak akan
membentuk suatu emulsi dengan air yang menyebabkan metil ester tidak terpisah dari cairan
pencucinya.
Pengamatan yang dilakukan selama proses pemanasan dan pencampuran natrium
metoksida ke dalam minyak adalah perubahan warna dan suhu. Pada awal pemasan campuran
berwarna kuning kecoklatan tetapi setelah dilakukan pemanasan sekitar 25 menit campuran
mulai berwarna kuning muda, hal ini disebabkan selama proses pencampuran natrium
metoksida ke dalam minyak menyebabkan terjaidnya raksi antara trigeliserida dan metanol
yang berakibat pada lepasnya/ terputusnya rantai karbon dari minyak yaitu trigeliserida dan
berikatan dengan senyawa metanol membentuk metil ester. Selain itu juga perlu diperhatikan
proses pencampuran natrium metoksida dalam minyak dilakukan secara perlahan- lahan hal
ini dimaksudkan agar terjadi transesterifikasi merata sehingga semakin besar trigliserida yang
terkonversi membentuk metil ester, pemerataan reaksi ini juga dibantu oleh stirrer yang tetap
berputar selama proses pencampuran.
Setalah proses pemanasan selesai maka secara hati- hati campuran dimasukkan ke
dalam corong pisah untuk memisahkan metil ester yang terbentuk dari hasil sampingnya
berupa gliserol. Metil ester yang berwarna kuning cerah terletak diatas sementara gliserol
yang berwarna kecoklatan terletak dibawah hal ini dikarenakan berat jenis metil ester lebih
kecil dibandingkan dengan berat jenis gliserol. Untuk mengambil gliserol dilakukan melalui
keran bagian bawah corong pisah.
Kemudian pada tahap permurnian untuk mengurangi/ menghilangkan kadar air yang
terikat dalam minyak jelantah maka metil ester ditambahkan air aquadest 50% dari volume
metil ester selain tiu juga dilakukan pemanasan pada suhu 60
0
C hal ini menyebabkan
aquadest mengikat air dalam metil ester dan dengan suhu 60
0
Cair dapat menguap perlahan
hal ini disebabkan oleh adanya tekanan parsial anatra udara sekitar dan udara di dalam gelas
kimia menyebabkan air menguap perlahan- lahan. Kemudian air yang tidak sempat menguap
maka akan dipisahkan kembali ke dalam corong pisah, air terletak dilapisan bawah dan metil
ester dilapisan atas hal ini karena densitas air lebih besar dibandingkan densitas metil ester.
Pada proses pemisahan ini terjadi kesalahan yaitu tidak terpisahnya air dan metil ester hal ini
disebabkan karena proses pengadukan yang terlalu cepat sehingga lemak dalam minyak
teremulsi dengan air yang menyebabkannya sulit terpisahkan dari air. Selain tiu juga minyak
yang digunakan banyak mengandung air dan air berada dibawah karena tidak cukup waktu
untuk menguap maka karena adanya tambahan metanol + air ikut teremulsi di dalamnya.
Metil ester yang dihasilkan berwarna kuning cerah dengan volume yang dihasilkan
yaitu 180 ml atau sekitar 145,8 gram sedangkan secara teori 179, 371 gram, sehingga yeld
produk yang dihasilkan sekitar 81,204 %. Dengan persen kesalahan 18,798%. Berat jenis
yang didapatkan setelah dianalisa menggunakan perlatan piknometer adalah 0, 8975 gr/ ml
lebih tinggi dari literrature 0,81 gr/ml tetapi masikh mendekati hal ini mungkin disebbakan
adanya densitas campuran antara metil ester dan air.
Faktor- faktor yang mempengaruhi rendemen ester pada proses transesterifikasi ini
adlaah rasio molar antara trigliserida dan metanol. Metanol harus diberikan berlebih secara
stoikiometri agar metil ester yang terbentuk banyak. Kandungan air dalam asam lemak bebas
yang menyebabkan reaksi safonifikasi sehingga terbentuk buih dan menurunkan efisiensi
katalis NaOH. Kecepatan pengadukan berpengaruh karena semakin tinggi suhu maka reaksi
akan cepat berlangsung tetapi tergantung pada trigliserida karena jika suhu terlalu tinggi juga
mempengaruhi viskositas produk. Untuk mendapatkan metil ester dengan konversi tinggi
maka perlu diperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhinya.



KESIMPULAN
1. Senyawa metil ester dihasilkan dari proses reaksi transesterifikas antara trigliserida
dalam minyak dengan metanol.
2. Hal yang perlu diperhatikan dalam reaksi transesterifikasi adalah :
- Katalis : katalis yang digunakan adlaah basa kuat NaOH agar mudah untuk
melepaskan gugus OH pada metanol.
- Waktu : waktu reaksi menentukan jumlah trigliserida yang terkonversi
membentuk metil ester.
- Pengadukan : semakin kuat proses pengadukan maka dapat menyebabkan
terputusnya ikatan minyak sehingga terbentuk emulsi antara lemak dan air
yang menyebabkan sulit dipisahkannya antara metil ester dan air.
- Suhu : Suhu mempengaruhi reaksi dan hasil reaksi karena semakin tinggi suhu
maka mempengaruhi viskositas metil ester menjadi rendah dan suhu
menyebabkan terputusnya ikatan karbon dalam lemak.
- Reactan : reaktan yang digunakan adalah minyak jelantah yang banyak
mengandung trigliserida dan metanol yang reaktif.
3. Metil ester adalah produk senyawa ester yang memiliki alkil yang digunakan sebagai
bahan bakar alternatif mesin diesel.
4. Metil ester yang dihasilkan adalah secara praktek : 180 ml
5. % konversi secara praktek : 81,283 %
6. % yield yang didapatkan : 81,284 %
7. % kesalahan yang di dapatkan : 18,7159 %
8. Densitas metil ester dari percobaan adalah 0,8579 gr/ml lebih besar daripada densitas
metil ester secara teori hal ini dikarenakan adanya densitas campuran antara air dan
metil ester.
9. Perbandingan metil ester teori dan praktek./
Paramater Metil Ester teori Metil Ester Praktek
Wujud Cair Cair
Densitas 0,81 gr/ml 0,8957 gr/ml
Viskositas 7,3 cp 7,006 cp
Warna Jernih kekuningan Kuning Keputihan

STANDART BIODIESEL DIN V 5106
NO STANDART/ SPESIFIKASI DIN V 5106
1 Aplikasi Fatty acid metil ester (FAME)
2 Densitas pada 15
0
C, gr/ ml 0,81 gr/ ml
3 Viskositas pada 40
0
C, mm
2
/s 3,5 - 5,0
4 Titik nyala ,
0
C >110
5 Kadar air , mg/kg <300
6 Angka Cetan >49
7 Metanol, % massa <0,3
8 Ester, % massa -
9 Gliserida, % massa <1,6
10 Gliserol, % massa <0,25
11 Angka Iodine < 115

You might also like