You are on page 1of 37

Asuhan Keperawatan : Sindrome

Steven Jonson

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindroma steven jhonson merupakan gangguan kulit yang berpotensial fatal dan
kebanyakan terjadi eritenma multiforme (Smeltzer, 2008, hlm.1972). Sindroma Steven
Johnson terjadi 1 sampai 7 kasus per 1 juta penduduk dunia setiap tahun. Sindroma ini dapat
terjadi pada setiap ras, bahkan juga dapat terjadi pada anjing, kucing, dan kera. Angka
kematian Sindroma Steven Johnson, yaitu sekitar 15 % (Gustiawan,
2010, http://sabdaspace.com, diunduh tgl 20 Oktober 2011)
Sindroma Steven Johnson jarang terjadi. Di indonesia kejadian Sindroma Steven
Johnson adalah kasus yang langka dan hanya 1 dari 2000 orang yang menkonsumsi antibiotik
penissilin yang terkena Sindroma Steven Johnson. Berdasarkan data yang didapat dari bagian
medical record RSUD Dr Soedarso Pontianak, jumlah penderita Sindroma Steven Johnson
dari bulan januari sampai april 2010 tidak ada, namun penderita yang mengalami penyakit
kulit dari bulan Januari sampai April 2010 sebanyak 32 orang yang berjenis kelamin laki-laki
71,86 % dan perempuan 28,14 %. (Masdin, 2010, http://pajjakadoi.co.id, diunduh tgl 20
Oktober 2011).
Dari masalah di atas, keterlibatan tim kesehatan lah yang bisa dianggap mampu
memberikan solusi dari masalah tersebut dan untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan
kerjasama antara tiap tim kesehatan. Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang
memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga
fungsi dan peran perawat dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan keperwatan
terhadap penderita seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatan fisik,
perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual, psikologis dan mengaplikasikan fungsi
edukatornya dengan memberikan penyuluhan kesehatan terhadap penderita sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga yang nantinya diharapkan
dapat meminimalisir resiko maupun komplikasi yang mungkin muncul dari Syndrom Steven
Johnsontersebut. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mengharapkan seorang perawat
dapat melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif berdasarkan teori yang telah
diterima dan kebutuhan dari pemulihan kondisi pasien. Perawat sebagai salah satu pelaksana
asuhan keperawatan yang akan memberikan pelayanan kesehatan untuk mencegah terjadinya
komplikasi yang akan muncul pada klien.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk :
1. Memberi gambaran dan ilmu pengetahuan tentang konsep dasar penyakit steven johnson
2. Agar mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit steven
johnson dengan baik dan benar
C. Metode Penulisan
Metode penulisan pada makalah ini dengan metode deskriptif dan melalui
pengumpulan literatur dari berbagai sumber. Dalam penyampaian ini kami menggunakan
metode presentasi supaya para audience dapat dengan mudah mencerna materi ini.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penulisan dan sistematika
Penulisan.
Bab II : Tinjauan Teoritis terdiri dari Anatomi Fisiologi Sistem Imun (Definisi Sistem Imun,
Mekanisme Pertahanan Sistem Imun, Stadium Respon Imun dan Faktor yang mempengaruhi
Fungsi Respon Imun), Konsep Dasar Penyakit Steven Johnson (Pengertian, etiologi, tanda
dan gejala, prognosis penyakit,patofisiologi, pemeriksaan penunjang, komplikasi dan
penatalaksanaan), dan Asuhan Keperawatan Steven Johnson (Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Rencana Asuhan Keperawatan dan Evaluasi).
BAB III: Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi Sistem Imun
Sistem Imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi
dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan
parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan
molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi
tumor.
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus,
serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan
melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh.
Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem
ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
B. Fisiologi Sistem imun
1. Mekanisme Pertahanan Sistem Imun
Ketika tubuh diserang atau diinvasi oleh bakteri atau virus atai mikroorganisme
patogen lainnya, maka ada 3 macam cara yang dilakukan tubuh untuk mempertahankan
dirinya sendiri. Ketiga cara tersebut adalah sebagai berikut :
a. Respon Imun Fagositik, meliputi sel-sel darah putih (granulosit dan makrofag) yang dapat
memakan partikel-partikel asing. Sel-sel ini bergerak ketempat serangan dan kemudian
menelan serta menghancurkan mikroorganisme penyerang tersebut.
b. Respon Humoral, yang kadang-kadang bekerja sebagai antibodi. Mulai bekerja dengan
terbentuknya limfosit yang dapat mengubah dirinya menjadi sel-sel plasma yang
menghasilkan antibodi. Antibodi ini merupakan protein yang sangat spesifik yang diangkut
dalam aliran darah dan memilki kemampuan untuk melumpuhkan penyerangnya.
c. Respon Imun Seluler, juga melibatkan limfosit disamping mengubah dirinya menjadi sel
plasma, juga dapat mengubah sel menjadi sel-sel T sitotoksik khusus yang dapat menyerang
mikroorganisme patogen itu sendiri. (Smeltzer,2002. Hlm. 1690).
2. Stadium Respon Imun
Ada empat stadium yang batasnya jelas dalam suatu respon imun, keempat stadium
ini adalah : stadium pengenalan, proliferasi, respon dan efektor. Yang akan disampaikan
disini adalah tinjauan keempat stadium ini, yang diikuti dengan uraian tentang imunitas
humoral, imunitas seluler, dan sistem komplemen (Smeltzer, 2002. Hlm: 1691-1694)
a. Stadium Pengenalan
Dasar setiap reaksi imun adalah pengenalan (recognition) yang merupakan tahap yang
pertama dan paling penting. Tahap atau stadium ini merupakan kemempuan dari sistem
imunitas untuk mengenali antigen sebagai unsur yang asing atau bukan bagian dari dirinya
sendiri dan dengan demikian merupakan kejadian pendahulu dari sistem imun.
Surveilans oleh Nodus Limfatikus dan Limfosit. Tubuh akan melaksanakan tugas
pengenalan atau recognition dengan menggunakan nodus limfatikus dan limfosit sebagai
pengawas (surveilans).
Limfosit Bersirkulasi. Ada limfosit yang terdapat dalam nodus limfatikus sendiri dan ada
pula limfosit yang beredar dalam darah. Jumlah limfosit dalam tubuh menambah massa sel
dengan jumlah yang mengesankan. Sebagian limfosit yang beredar dapat bertahan hidup
selama sepuluh tahun. Sebagian dari sel yang berukuran kecil dan bersifat keras ini akan
mempertahankan sirkuit soliternya sepanjang hidup orang tersebut.
b. Stadium Proliferasi
Limfosit yang beredar dan mengandung pesan antigenik akan kembali ke nodus
limfatikus terdekat. Begitu berada didalam nodus limfatikus, limfosit telah disensitisasi akan
menstimulasi sebagian limfosit nonaktif (dormant) yang menghuni nodus tersebut untuk
membesar, membelah diri, mengadakan proliferasi, dan berdiferensiasi menjadi limfosit T
atau B. Pembesaran nodus limfatikus dalam leher yang menyertai sakit leher merupakan
salah astu contoh dari respon imun.
c. Stadium Respons
Dalam stadium respons, imun yang sudah berubah akan berfungsi dengan cara humoral
dan seluler.
Respons Humoral Inisial. Produksi antibodi oleh limfosit B sebagai reaksi terhadap suatu
antigen spesifik akan memulai respons humoral. Humoral mengacu kepada kenyataan bahwa
antibodi dilepas kedalam aliran darah dan dengan demikian akan berdiam didalam plasma
atau fraksi darah yang berupa cairan.
Respons Seluler Inisial. Limfosit yang sudah disensitisasi dan kembali ke nodus
limfatikus akan bermigrasi kedaerah nodus limfatikus (yang bukan daerah yang mengandung
limfosit yang sudah diprogram untuk menjadi sel-sel plasma) tempat sel-sel tersebut
menstimulasi limfosit yang berada dalam nodus ini untuk menjadi sel-sel yang kan
menyerang langsung mikroba dan bukan menyerangnya lewat kerja antibodi.
d. Stadium Efektor
Dalam stadium efektor, antibodi dari respons humoral atau sel T sitotoksik dari respons
seluler akan menjangkau antigen dan terangkai dengan antigen tersebut pada permukaan
objek yang asing.

3. Faktor yang mempengaruhi Fungsi Sistem Imun
Seperti halnya sistem imun yang lain, sistem imun akan berfungsi pada taraf yang
dikehendaki menurut fungsi sistem tubuh yang lain dan faktor-faktor yang ada hubungannya
seperti usia, jenis kelamin, nutrisi, penyakit, serta berbagai pengaruh dari luar (Smeltzer,
2002. Hlm.1698-1700).
a. Usia
Orang yang berada pada kedua ujung rentang usia akan lebih besar kemungkinannya
untuk menghadapi masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi sistem imun
ketimbang orang-orang yang berusia ditengah rentang tersebut.
Penurunan fungsi berbagai sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan usia juga
turut menimbulkan gangguan imunitas.
b. Jenis Kelamin
Kemampuan hormon-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah diketahui dengan
baik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa estrogen memodulasi aktivitas limfosit T
(khususnya sel-sel supresor) sementara androgen berfungsi untuk mempertahankan produksi
interleukin-2 (IL-2) dan aktivitas sel supresor. Estrogen cenderung menggalakkan imunitas
(immunoenhancing) sedangkan androgen bersifat imunosupresif.
c. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi sistem imun yang optimal.
Gangguan fungsi imun disebabkan oleh defesiensi protein kalori dapat terjadi akibat
kekurangan vitamin yang diperlukan untuk sintesis DNA dan protein. Vitamin juga
membantu dalam pengaturan proliferasi sel dan maturasi sel-sel imun.
d. Faktor Psikoneuro-imunologik
Bukti dari hasil observasi klinik dan berbagai penelitian pada manusia serta hewan
menunjukkan bahwa respon imun secara parsial diatur dan dimodulasi oleh pengaruh
neuroendokrin (Terr,1991).
Dilain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neural dan endokrin,
termasuk prilaku. Jadai interaksi sistem saraf dan sistem imun tampaknya bersifat dua arah.
e. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki maupun yang
tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun. Ada empat klasifikasi obat utama yang memilki
potensi untuk menyebabkan imunosupresi : antibiotik, kortikosteroid, obat anti inflamasi
nonsteroid (NSAID) dan preparat sitotoksik.
C. Konsep Dasar Penyakit Steven Johnson
1. Pengertian sindrom steven jhonson
Sindroma Steven Johnson adalah penyakit kulit akut berat, terdiri dari erupsi kulit,
kelainan mukosa dan lesi pada mata (Siregar, 2005,hlm.141).
Sindroma Steven Johnson adalah gangguan kulit yang berpotensial fatal dan
kebanyakan terjadi eritenma multiforme (Smeltzer, 2008, hlm.1972).
Sindroma Steven Johnson (SSJ) adalah penyakit kulit yang berpotensi menyebabkan
kematian dan sebagian besar disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap obat.
Sindroma Steven Johnson juga bisa disebabkan infeksi (biasanya infeksi virus), penyakit
keganasan, radiasi, dan idiopatik. (Gustiawan, 2010,http://sabdaspace.com, diunduh tgl 20
Oktober 2011)
Kesimpulan dari pengertian diatas, bahwa Sindroma Steven Johnson merupakan
gangguan kulit dengan tanda eritema, vesikel atau bula, kelainan mukosa dan lesi pada mata
yang berakibat fatal bagi penderitanya.

2. Etiologi
Etiologi yang pasti belum diketahui, salah satu penyebabnya adalah alergi obat secara
sistemik, diantaranya penicillin dan semisintetiknya, streptomisin, sulfonamide, tetrasiklin
dan antipiretik / analgetik. Selain itu dapat diakibatkan infeksi bakteri, virus, jamur, parasit,
neoplasma, pasca vaksinasi, radiasi, dan makanan. (Hudak & Gallo, 2010. Hlm: 601)
3. Tanda dan gejala
Sindroma Steven Johnson ini umunya terdapat pada anak dan dewasa, jarang dijumpai
pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan umumnya bervariasi dari baik sampai buruk sampai
kesadarannya spoor dan koma. Berawal dari penyakit akut dapat disertai gejala prodromal
berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan. Trias Steven
Johnson (Hudak & Gallo, 2010. Hlm: 601) adalah :
a. Kelainan kulit berupa eritema, vesikel, dan bula yang kemudian memecah sehingga terjadi
erosi yang luas. Purpura dapat terjadi dan prognosisnya menjadi lebih buruk. Pada keadaan
berat kelainannya generalisata.
b. Kelainan selaput lendir orifisium, yang tersering ialah mukosa mulut (100%), orifisium
genitalia eksterna (50 %), lubang hidung (8%), dan anus (4%).
c. Kelainan mata (80%) yang tersering konjungtivitis kataralis. Dapat terjadi konjungtivitis
purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.
Selain kelainan tersebut dapat terjadi kelainan lain, misalnya nefritis dan onikolisis.
4. Patofisiologi
Menurut Ignatavicius, Workman (2008, hlm.1614), Syndrom Steven Johnson
disebabkan karena adanya trauma dan kelainan neurologis yang akan mengakibatkan
gangguan syaraf pernafasan dan otot pernafasan sehingga menyebabkan peningkatan
permeabilitas membran alveolar kapiler. Karena gangguan tersebut dapat menyebabkan
adanya dua macam gangguan yaitu yang pertama yaitu apithelium alveolar yang
menyebabkan penumpukan cairan alveoli sehingga terjadi edema pulmo sehingga penurunan
comlain paru, cairan surfaktan menurun dan mengakibatkan gangguan pengembangan paru
sehingga terjadi ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang dengan penyakit hipoksemia dan
hiperkpnia denga melakukan tindakan primer tetapi menyababkan dampak ventilasi mekanik
seperti resiko infeksi dan resiko cedera. Sedangkan gangguan yang kedua adalah
yaitu gangguan endothelium kapiler dengan cairan masuk keintestinal sehingga peningkatan
tahanan nafas dan kehilangan fungsi silia saluran pernafasan dan bersihan jalan nafas tidak
efektif.
5. Komplikasi
Menurut mansjoer, A (2000,hlm.137) komplikasi yang dapat terjadi pada klien
dengan Sindrom Steven Johnson yaitu bronkopneumonia, sepsis, kehilangan cairan atau
darah, gangguan keseimbangan atau elektrolit, syok, dan kebutaan karena gangguan
lakrimasi.
6. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Menurut Siregar (2005, hlm.141) menjelaskan penatalaksanaan klien dengan Sindrom Steven
Johnson sebagai berikut :
1) Umum :
a) Mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan pemberian cairan intravena
b) Jika penderita koma, lakukan tindakan darurat terhadap keseimbangan O
2
dan CO
2
.
2) Khusus sistemik
a) Kortikosteroid dosis tinggi, Prednisone 80-200 mg (live saving) secara perenteral / per oral,
kemudian turunkan perlahan-lahan
b) Pada kasus berat diberi Deksametason IV, dosis 4x5 mg selama 3-10 hari. Jika keadaan
umum membaik, penderita dapat menelan, maka obat diganti dengan Prednisone (dosis
ekivalen). Pada kasus ringan diberikan Prednisone 4x5 mg-4x20 mg/ hari, dosis diturunkan
secara bertahap jika telah terjadi penyembuhan
c) Pengobatan lain : ACTH( (Sintetik) 1 mg, Obat Anabolic, KCL ( Kalium Klorida) 3x500 mg
Antibiotic, Obat Hemostatik (Adona) dan Antihistamin.
3) Topikal
a) Vesikel dan bula yang belum pecah diberi bedak salisil 2%
b) Kelainan yang basah dikompres dengan asam salisil 1%
c) Kelainan mulut yang berat diberikan kompres asam borat 3%
d) Konjungtivitis diberi salep mata yang mengandung antibiotic dan kortikosteroid.
(Siregar, 1996; hal, 164)
7. Prognosis penyakit
Tes SCORTEN adalah tes untuk menskoring derajat keparahan Sindroma Steven
Johnson. Perhitungan dilakukan dalam 24 jam untuk memprediksi kematian. Adanya
penampakan dari tiap hal dibawah ini mendapat skor 1, dan jumlah dari poin-poin inilah yang
dinamakan angka SCORTEN dengan maksimum skor 7. Penampakan yang diukur : umur
lebih dari 40 tahun, adanya keganasan, nadi lebih dari 120 kali per menit, kadar glukosa lebih
dari 252 mEq/L5, luas permukaan tubuh yang terkena lebih dari 10 % (Gustiawan,
2010,http://sabdaspace.com, akses tgl 20 Oktober 2010).
Menurut Siregar, RS (2005, hlm.142) prognosis umumnya baik, dapat sembuh secara
sempurna bergantung pada perawatan dan cepatnya mendapat terapi yang tepat. Jika terdapat
purpura, prognosisnya lebih buruk, angka kematian lebih kurang 5-15 % karena purpura
dapat menyebabkan pendarahan kecil didalam kulit, membran mukosa, atau permukaan
serosa tetapi dapat menyebabkan terjadinya lesi bercorak anular atau serpiginosa dan
biasanya terjadi setelah penyakit menular yang ditandai dengan gejala demam, anemia, dan
pendarahan kulit simetris yang timbul mendadak serta cepat meluas pada ekstrimitas bawah,
sring ditandai dengan ganggren dan trombosis intravaskuler yang luas.




















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI
SINDROM STEVEN JHONSON
Asuhan keperawatan klien dengan Sindroma Steven Johnson secara teoritis :
A. Pengkajian
Menurut Smeltzer (2008, hlm. 1975) pengkajian pasien dengan Sindrom Steven
Johnson diantaranya melakukan pangkajian fisik dengan penekanan khusus pada manifestasi
kulit terhadap :
1. Adanya eritema, area kemerahan yang disebabkan oleh peningkatan jumlah darah yang
teroksigenasi pada vaskularisasi dermal
2. Adanya area yang melepuh dan perkembangannya ditubuh
3. Pengeluaran cairan pada bulla (lepuhan) baik jumlah, warna dan bau
4. Pada area mulut adakah terdapatnya bula atau lepuhan dan lesi arosive serta adanya rasa
gatal, rasa terbakar dan kekeringan dimata.
5. Kemampuan klien dalam menelan dan minum serta berbicara secara nornal juga ditentukan
6. TTV dan perhatian khusus terhadap adanya demam, pernafasan yang cepat, dalam, ritme,
dan batuk
7. Karakteristik dan banyaknya sekret dalam rongga pernafasan diobservasi
8. Pengkajian terhadap adanya demam tinggi, dan adanya takikardi dan kelemahan yang
berlebihan serta fatigue sering muncul mengingat faktor-faktor tersebut merupakan proses
nikrosis epidermal, peningkatan metabolisme, dan kemungkinan adanya pengelupasan
mukosa pada gastrointestinal dan pernafasan.
9. Adanya pemasukan intra vena dilihat adanya tanda-tanda lokal infeksi
10. Berat badan tiap hari
11. Pasien ditanya gambaran fatigue, dan tingkat nyeri
12. Melakukan evaluasi terhadap adanya kecemasan serta koping mekanisme yang digunakan
serta strategi koping dapat dikenali.
B. Diagnosa keperawatan
Menurut Smeltzer (2008, hlm. 1975) diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan
pada pasien dengan Sindrom Steven Johnson meliputi :
a. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan inflamasi dermal dan epidermal
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
c. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada kulit
d. Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Gangguan persepsi sensori: kurang penglihatan berhubungan dengan konjungtivitis
C.
Menurut Smeltzer (2008, hlm. 1975) , adapun rencana asuhan yang dapat disusun
berdasarkan diagnosa dengan pasien sindrom steven johson diatas sebagai berikut :
Rencana Asuhan Keperawatan

No Dx. Keperawatan Tujuannya Intervensi Rasional
1. Gangguan
integritas kulit
b.d. inflamasi
dermal dan
epidermal

Setelah dilakukan
perawatan kulit
selama 3x24 jam
dengan kriteria
hasil :
Ds: --
Do :
Menunjukkan kulit
Jaringan kulit yang
utuh
Observasi kulit
setiap hari catat
turgor sirkulasi
dan sensori serta
perubahan
lainnya yang
terjadi.
Gunakan pakaian
tipis dan alat
tenun yang
lembut.

Jaga kebersihan
alat tenun.
Kolaborasi
dengan tim
medis.
Menentukan garis dasar
dimana perubahan pada
status dapat dibandingkan
dan melakukan intervensi
yang tepat.
Menurunkan iritasi garis
jahitan dan tekanan dari
baju, membiarkan insisi
terbuka terhadap udara
meningkat proses
penyembuhan dan
menurunkan resiko
infeksi
Untuk mencegah infeksi
Untuk mencegah infeksi
lebih lanjut
2. Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
b.d. kesulitan
menelan

Setelah dilakukan
pemenuhan nutrisi
selama 3x24 jam
dengan kriteria
hasil :
Ds : --
Do :
Menunjukkan berat
badan stabil
Peningkatan berat
badan
Kaji kebiasaan
makanan yang
disukai/tidak
disukai.



Berikan
makanan dalam
porsi sedikit tapi
sering.
Hidangkan
makanan dalam
keadaan hangat.
Kerjasama
dengan ahli gizi.
Memberikan
pasien/orang terdekat rasa
kontrol, meningkatkan
partisipasi dalam
perawatan dan dapat
memperbaiki pemasukan.
Membantu mencegah
distensi
gaster/ketidaknyamanan
Meningkatkan nafsu
makan

Kalori protein dan
vitamin untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan
metabolik,
mempertahankan berat
badan dan mendorong
regenerasi jaringan.
3. Gangguan rasa
nyaman, nyeri
b.d. inflamasi
pada kulit.
Setelah dilakukan
perawatan
pemenuhan rasa
nyaman selama
Kaji keluhan
nyeri, perhatikan
lokasi dan
intensitasnya.
Nyeri hampir selalu ada
pada beberapa derajat
beratnya keterlibatan
jaringan
3x24 jam dengan
kriteria hasil :
Ds :
Klien melaporkan
nyeri berkurang
Do :
Menunjukkan
ekspresi
wajah rileks
Postur tubuh rileks
Berikan tindakan
kenyamanan
dasar ex: pijatan
pada area yang
sakit.
Pantau TTV.
Berikan
analgetik sesuai
indikasi.
Meningkatkan relaksasi,
menurunkan tegangan
otot dan kelelahan umum
Metode IV sering
digunakan pada awal
untuk memaksimalkan
efek obat
Menghilangkan rasa
nyeri
4. Gangguan
intoleransi
aktivitas b.d.
kelemahan fisik
Setelah dilakukan
latihan aktivitas
selama 3x24 jam
dengan kriteria
hasil :
Ds :
Klien
melaporkanpeningk
atan toleransi
aktivitas
Do : --
Kaji respon
individu terhadap
aktivitas
Bantu klien
dalam memenuhi
aktivitas sehari-
hari dengan
tingkat
keterbatasan yang
dimiliki klien
Jelaskan
pentingnya
pembatasan
Rasional: mengetahui
tingkat kemampuan
individu dalam
pemenuhan aktivitas
sehari-hari
Rasional: energi yang
dikeluarkan lebih optimal

Rasional: energi penting
untuk membantu proses
metabolisme tubuh
Rasional: klien mendapat
dukungan psikologi dari

energy
Libatkan
keluarga dalam
pemenuhan
aktivitas klien
keluarga
5. Gangguan
persepsi sensori:
kurang
penglihatan b.d
konjungtifitis
Setelah dilakukan
perawatan persepsi
sensori selama
3x24 jam dengan
kriteria hasil :
Ds :
Menyadari
hilangnya
penglihatan secara
permanen
Do :
Kooperatif dalam
tindakan
Kaji dan catat
ketajaman
pengelihatan
Kaji deskripsi
fungsional apa
yang dapat
dilihat/tidak.
Sesuaikan
lingkungan
dengan
kemampuan
pengelihatan
Kaji jumlah dan
tipe rangsangan
yang dapat
diterima klien.
Rasional: Menetukan
kemampuan visual
Rasional: Memberikan
keakuratan thd
pengelihatan dan
perawatan.
Rasional: Meningkatkan
self care dan mengurangi
ketergantungan.
Rasional: Meningkatkan
rangsangan pada waktu
kemampuan pengelihatan
menurun.
D. Pelaksanaan Keperwatan ( implementasi )
Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan keperwatan secara nyata berupa
serangkaian kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang
optimal.
Apabila tindakan keperawatan dilakukan bersama dengan pasien dan atau keluarga
hendaknya penjelasan diberikan terlebih dahulu mencakup tindakan yang akan dilakukan dan
bantuan yang diharapkan dari pasien atau keluarganya. Juga apabila tindakan keperawatan
dilakukan oleh beberapa orang tenaga perawat hendaknya tindakan yang akan dilakukan
didiskusikan terlebih dahulu.
Adapun pelaksanaan yang dilakukan pada pasien yang sindrom steven jhonson adalah
disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah dibuat berdasarkan prioritas yag timbul.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi atau penilaian pada dasarnya adalah merujuk kepada suatu kegiatan yang
dimaksudkan untuk mengambil keputusan dalam rangka memberi nilai terhadap suatu (orang,
benda, fakta).
Dalam konteks keperawatan evaluasi adalah penilaian fase proses keperawatan,
mempertimbangkan efektifitas tindakan keperawatan dan menunjukan perkembangan pasien
terhadap pencapaian tujuan.
Dari masalah yang timbul pada pasien dengan sindrom steven jhonson, maka hasil yang
diharapkan pasien akan :
1. Menunjukkan keadaan kulit normal
2. Menunjukkan berat badan stabil
3. Menunjukka keadaan nyeri berkurang
4. Menunjukkan toleransi aktivitas.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem imunitas atau Pertahanan dalam tubuh manusia yang berfungsi melindungi tubuh
manusia dari masuknya infeksi baik itu virus, bakteri, protozoa maupun penyakit. Apabila
pertahanan tubuh manusia tidak dapat mengenali antigen yang masuk kedalam tubuh maka
akan meyebabkan penyakit sistem imun dan hematologi seperti salah satunya Syndrom
Steven Johnson atau yang biasanya disebut dengan penyakit kulit yang sangat parah atau akut
berat. Penyakit ini disebabkan oleh adanya reaksi hipersensitivitas terhadap obat, infeksi
virus, bakteri, radiasi, makanan dan sebagainya. Apabila mengalami penyakit ini maka akan
mengalami tanda dan gejala seperti adanya eritema, vesikel, bula, selaput lendir orifisium,
dan kelainan pada mata. Sedangkan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah dengan
tiga (3) cara yaitu dengan penatalaksanaan umum, khusus sistemik dan topikal.
Adapun asuhan keperawatan yang akan dilakukan mencakup pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana asuhan keperawatan dan evaluasi. Pengkajian yang dapat kita lakukan
adalah mencakup inspeksi kulit, inspeksi mulut, kemampuan menelan, TTV, sistem
pernafasan, nutrisi / berat badan, dan tingkat nyeri. Berdasarkan pengkajian diatas maka
dapat diangkat empat (4) diagnosa sekaligus menyusun rencana asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa ini yaitu gangguan integritas kulit yang b.d dengan inflamasi dermal
dan epidermal, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan,
gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi pada kulit, gangguan intoleransi aktivitas b.d
kelemahan fisik, dan gangguan persepsi sensori; kurang penglihatan b.d konjungtivitis.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam rangak
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Adapun saran-saran adalah sebagai berikut :

1. Pasien
Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit steven johnson
hendaknya segera membawa pasien kerumah sakit agar dapat dilakukan tindakan
keperawatan.
2. Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara teoritis
maupun praktek tentang penyakit steven johnson agar dapat melakukan tindakan
keperawatan.
3. Rumah Sakit
Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga pada penderita
steven johnson mendapatkan ruangan dan fasilitas medis yang seharusnya ada sehingga dapat
melakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi dari gejala dan komplikasi penyakit
steven johnson.











DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.(1998). Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC
Doenges. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Ignatavicius, Workman.(2006). Medical Surgical Nursing, critical thinking in client care, fourth
edition, volume 2, Upper Saddle River, By Prentice Hall.
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C.(2008). Textbook of Medical Surgical Nursing, Philadelphia : By. Lippicott-
Raven Publishers
Smeltzer, Suzanne C.(2001). Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddart Edisi 8 Volume 2, alih
bahasa Agung Waluyo. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddart Edisi 8 volume 3, alih
bahasa oleh Andry Hartono, dkk. Jakarta : EGC
Siregar. (2005). Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : EGC
Gustiawan, 2010, http:/sabdaspace.com, akses tgl 20 Oktober 2010.






Lampiran 1
CONTOH KASUS
Klien Ny.S (30 tahun) masuk kerumah sakit dengan gangguan sindron steven
johnson. Klien mengatakan nyeri pada sendi, nyeri saat menguyah terutama saat membuka
mulut. Belum mandi selama 11 hari. Tubuh pasien melepuh, konjungtiva pucat, makan 4
gelas promina ukuran 15o cc(600 cc)/hari.Hb 9,0 gr/dl. Balutan infus belum diganti selama 3
hari. TD 100/80 mmHg, S 36,9
0
c, N 82x/menit, dan RR 18x/menit. Keluarga mengatakan
pasien hanya tamat SD dan tidak bisa membaca.
A. PENGKAJIAN
1. Indentitas klien
Nama : TN. I
Umur : 57 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Bangsa / Suku : Indonesia/ Melayu
Pendidikan : Smp
Pekerjaan : Swasta(Pabrik Besi)
Status Perkawinan :Sudah Kawin
Alamat :Jalan.Tanjung Raya II, Gg. Karya Bakti
Ruangan, : Mawar
Nomor registrasi : 010792180611
Tanggal masuk : 25 oktober 2011
Tanggal Pengkajian: 26 oktober 2011
Diagnosa Medis : glaukoma
Penanggung jawab: istri Tn.I


2. Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit waktu kecil, atau apakah pernah
menderita penyakit mata dan apakah pasien
mempunyai riwayat sakit pada saat melihat.
3. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian difokuskan pada gejala sekarang,
apakah pasien mengeluh sakit kepala, mual
muntah, melihat lingkaran seperti pelangi pada
mata, nyeri sekitar mata.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada pasien apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit glaukoma atau
penyakit lainnya yang berhubungan dengan
penglihatan.
5. Struktur keluarga / genogram
Untuk mengetahui faktor faktor kesehatan
keluarga dilihat dari strukturnya, contoh genogram
adalah sebagai berikut :



:



Keterangan :
: Meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
: Klien
6. Data nutrisi
Dalam menentukan data nutrisi hal-hal yang harus
diperhatikan:
A = BB : 80 kg, TB : 173, LILA : 40 cm,
B = Hb : 10 mmHg,
C = Rambut klien tampak berminyak dan kering,kulit
klien tampak kering, mata klien tampak keruh
pada retina dan berlendir, berat badan klien sesuai
dengan usianya, mukosa klien pink kemerahan
dan lembab
D = Porsi makan klien 2 sendok nasi, klien tidak nafsu
makan, mual dan muntah pada saat makan.


7. Pemeriksaaan fisik
Perawaat melakukan pemeriksaan fisik pada
klien, hal hal yang bisa diperhatikan:
a. keadan umum : klien
tampak meringis nyeri
b. Tingkat kesadaran klien : COMPOS
METIS
c. TTV : Suhu :
37,5 C, Nadi : 80
X/menit, TD : 130/80 X/
menit, RR : 22 X/menit
d. BB : 80 Kg TB : 173 cm
e. Sistem Sensori Persepsi
1) Sistem penglihatan:
a) Visus sangat menurun
b) TIO : 40 mmHg
c) Mata merah
d) Kornea keruh
e) Bilik mata depan dangkal
f) Rincian iris tidak tampak
g) Pupil sedikit melebar, tidak bereaksi terhadap
sinar
h) Diskus optikus terlihat merah dan bengkak
2) Sistem pernapasan :
I : bentuk thoraks klien simetris antara kiri dan
kanan, tidak terdapat kelainan pada thorak, tidak
terdapat distress pernafasan,
P : tidak terdapat kelainan bunyi pada thorak
P :tidak terdapat benjolan pada thorak, tidak ada
perbedaan getaran antara kiri dan kanan.
A : tidak ada terdapat bunyi yang abnormal pada
saat di auskultrasi.
3) Sistem kardiovaskuler
Pada saat pemeriksaan fisik tidak ada masalah
mengenai jantung klien, dan tidak ada
keabnormalan pada jantung klien
4) Abdomen
I = tidak ada kelain pada abdomen klien
A = tidak terdengar bising usus yang abnormal.
P = tidak terdapat masalah pada sat di perkusi
P = pada saat palsasi ginjal, klien tidak mengalami
sakit, dan tidak terdapat kelain pada sat dipalsasi.
8. Pola eliminasi
Klien mengatakan pola eliminasinya sebelum sakit dan saat sakit tidak ada mengalami
gangguan, BAB nya 1 kali sehari dan BAK nya 6 kali sehari.

9. Pola kebersihan
a. mandi
Sebelum sakit klien mengatakan dia mandi 1 hari 3 kali.dan pada saat di rumah sakit
klien mengatakan 2 hari 1 kali.
a. Gosok gigi
Sebelum sakit klien mengatakan dia menggosok gigi 1 hari 3 kali. Saat sakit klien
mengatakan dia menggosok gigi 2 hari sekali.
10. Pola aktifitas
Klien memiliki kebiasaan 1 minggu sekali berolahraga jalan pagi.
11. Data psikologis
a. Status emosi : klien tampak tenang emosinya teratur dan kadang-kadang klien tampak
gelisah.
b. konsep diri
klien seorang kepala rumah tangga yang masih diperdulikan oleh keluarga.
c. Gaya komunikasi
Klien berkomunikasi dengan bahasa melayu dan perawat mengerti.

d. Interaksi sosial
Klien mau bergaul dengan pasien lain diruangannya.
12. Data sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
Pasien tamat SMP dan pekerjaan pasien swasta (pabrik besi)
b. Hubungan sosial.
Klien dalam berinteraksi sangat cepat.
c. Faktor sosial kultural
Semua tindakan perawat tidak ada yang bertentangan dengan klien.
d. Gaya hidup
Pasien memiliki kebiasaan merokok dan makan makanan yang instan.


13. Data spiritual
Pasien mengatakan bahwa dirinya sholat 5 waktu dan selama dirumah sakit klien hanya
sholat 3 waktu dengan kondisi duduk karena kesulitan dalam beraktifitas.

14. Data penunjang
Tonometri : tekanannya 40 mmHg
1. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit; kerusakan mukosa mulut dan bibir
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hipersensitivitas
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.



2. Rencana Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN &
KRITERIA HASIL
INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri akut
berhubungan dengan
proses penyakit;
kerusakan mukosa
mulut dan bibir.
Ds : Nyeri
hilang/berkurang
setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3x24 jam dengan
kriteria hasil :
Ds :
Klien mengatakan
tidak nyeri lagi pada
saat membuka mulut
Klien mengatakan
tidak nyeri lagi pada
saat mengunyah
Klien mengatakan
badannya terasa
segar setelah mandi
Klien mengatakan
mulutnya terasa enak
Do :
1. Kaji karakteristik
nyeri
2. Kaji kemampuan
klien untuk
membuka mulut
3. Istirahatkan
daerah sekitar
mulut jika terjadi
nyeri
4. Ajarkan teknik
relaksasi pada saat
nyeri datang
5. Observasi TTV
6. Bantu klien untuk
memenuhi
kebutuhan dasar :
mandi, cuci
rambut, dan oral
hygiene
7. Kolaborasi
1. Mengetahui berat
ringannya nyeri
2. Mengetahui sejauh
mana rasa nyeri
timbul pada saat
membuka mulut
3. Membantu
mengatasi rasa
nyeri
4. Merelaksasikan
dan mengurangi
rasa nyeri
5. Mengetahui
keadaan umum
klien
6. Membuat klien
merasa nyaman
dengan
terpenuhinya
kebutuhan dasar
Klien tidak meringis
lagi pada saat
membuka mulut
Klien tidak meringis
lagi pada saat
menggerakkan mulut
Luka pada rongga
mulut berkurang dan
mengering
Tidak terdapat
stomatitis pada bibir
Klien tidak lemah lagi
Konjungtiva dan
mukosa mulut tidak
pucat
TTV dalam batas
normal :
TD : 120/90 mmHg
S : 36-37
0
c
N : 60-100x/menit
RR : 16-24x/menit
dengan tim medis
dalam
memberikan
analgetik
7. Analgetik sebagai
obat anti nyeri
2. Kerusakan integritas
kulit
Integritas kulit
membaik setelah
1. Kaji keadaan
umum dan
1. Mengetahui
keadaan umum dan
berhubungan dengan
hipersensitivitas
dilakukan tindakan
keperawatan selama
3x24 jam dengan
kriteria hasil :
Ds :
--
Do :
Tidak terdapat bula
dikedua lengan atas
Terdapat penumbuhan
jaringan baru
Luka diwajah mulai
mengering
integritas kulit
klien
2. Observasi adanya
tanda-tanda
infeksi
3. Hindari lesi akibat
tekanan
4. Berikan diit
TKTP
5. Mempercepat
memberikan
kompres betadin
cair dan NaCl 0,9
%
integritas kulit
klien
2. Mengetahui tanda-
tanda infeksi pada
luka
3. Mencegah
penyebaran atau
meluasnya luka
4. Mempercepat
proses
pertumbuhan
jaringan baru kulit
yang luka
5. Sebagai anti septic
agar tidak terjadi
peluasan infeksi
3. Kurang pengetahuan
tentang penyakit
berhubungan dengan
kurang terpaparnya
informasi.
Klien mengetahui
dan memahami
tentang proses
penyakitnya setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
1x30 menit dengan
1. Kaji pengetahuan
klien tentang
penyakit
2. Lakukan penkes
tentang proses
penyakit klien
1. Mengetahui
pengetahuan klien
2. Agar klien
mengetahui dan
memahami proses
penyakitnya
kriteria hasil :
Ds :
Klien mengatakan
sudah mengetahuin
tentang proses
penyakitnya
Do :
Klien tampak senang
dan mengerti
KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan karunianya kami dapat mengerjakan makalah Sistem Hematologi dan
Imunitas. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang Asuhan Keperawatan Pasien dengan Syndrom Steven Johnson. Dan
kami juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ns. Florensa, S.Kep.
selaku dosen pembimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, kami mengalami beberapa
kesulitan, namun karena bantuan dan kerja sama dengan dosen pembimbing, serta teman-
teman sekelompok akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan. Oleh karena itu kami ingin
mengucapkan terima kasih. Jika ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.


Pontianak, Oktober 2010


Penyusun





i


MAKALAH SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SYNDROM STEVEN JOHNSON

DOSEN PEMBIMBING:
IBU NS. FLORENSA S.KEP
Tugas Individu
MUAMMAR

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK
PRODI SI KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2010-201I
Diposkan 17th April 2013 oleh Ners AmmaR

You might also like

  • Adsagdgd
    Adsagdgd
    Document2 pages
    Adsagdgd
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Masektomy
    Masektomy
    Document2 pages
    Masektomy
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Ibs
    Ibs
    Document2 pages
    Ibs
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • FKFKF
    FKFKF
    Document2 pages
    FKFKF
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Kukang
    Kukang
    Document2 pages
    Kukang
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Blogssa A
    Blogssa A
    Document6 pages
    Blogssa A
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
    Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
    Document2 pages
    Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Asa
    Asa
    Document3 pages
    Asa
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Data Asmnnnn
    Data Asmnnnn
    Document2 pages
    Data Asmnnnn
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Amamam
    Amamam
    Document2 pages
    Amamam
    syams
    No ratings yet
  • 000 S
    000 S
    Document2 pages
    000 S
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Bab I Muslim
    Bab I Muslim
    Document8 pages
    Bab I Muslim
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Filee
    Filee
    Document24 pages
    Filee
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Akua
    Akua
    Document2 pages
    Akua
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Pidato Perpisahan Sekolah
    Pidato Perpisahan Sekolah
    Document1 page
    Pidato Perpisahan Sekolah
    vanmovic
    No ratings yet
  • Sejarah Islam
    Sejarah Islam
    Document3 pages
    Sejarah Islam
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Laporan Pendahuluan Selulitis
    Laporan Pendahuluan Selulitis
    Document10 pages
    Laporan Pendahuluan Selulitis
    SUGENG WINOTO
    45% (11)
  • MMMMMMMMMMMMMMMMMM
    MMMMMMMMMMMMMMMMMM
    Document2 pages
    MMMMMMMMMMMMMMMMMM
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Hjo
    Hjo
    Document1 page
    Hjo
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Tugas Sejarah Dolalak: Tahun 2011/2012
    Tugas Sejarah Dolalak: Tahun 2011/2012
    Document4 pages
    Tugas Sejarah Dolalak: Tahun 2011/2012
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Mengkom Hasil Penel
    Mengkom Hasil Penel
    Document10 pages
    Mengkom Hasil Penel
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Tumbuh Kembang Anak Balita2
    Tumbuh Kembang Anak Balita2
    Document33 pages
    Tumbuh Kembang Anak Balita2
    Su'e Efendi
    No ratings yet
  • Paradigm Ake Per Aw at An
    Paradigm Ake Per Aw at An
    Document32 pages
    Paradigm Ake Per Aw at An
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Cara-Cara Pemberian Obat
    Cara-Cara Pemberian Obat
    Document10 pages
    Cara-Cara Pemberian Obat
    Linna Asni Zalukhu
    No ratings yet
  • Bab I-Iv
    Bab I-Iv
    Document49 pages
    Bab I-Iv
    Ika Indriami
    No ratings yet
  • Asuhan Keperawatan pada Demam Typhoid
    Asuhan Keperawatan pada Demam Typhoid
    Document24 pages
    Asuhan Keperawatan pada Demam Typhoid
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet
  • Sampling 1
    Sampling 1
    Document36 pages
    Sampling 1
    Alam S
    No ratings yet
  • Jtptunimus GDL Norhimawat 6281 3 Babiii
    Jtptunimus GDL Norhimawat 6281 3 Babiii
    Document25 pages
    Jtptunimus GDL Norhimawat 6281 3 Babiii
    سيامسولمعاريف
    No ratings yet