You are on page 1of 2

2.

1 Durian
Durian (Durio zibhetinus) merupakan buah yang memiliki aroma yang sangat khas,
buah ini juga merupakan buah yang banyak diminati masyarakat karena rasa enak dan
aromanya yang harum. Pada saat musim buah durian, maka masalah lingkungan pun terjadi
akibat dari limbah kulit itu sendiri yang dianggap tidak memiliki nilai ekonomis. Hal ini
terjadi karena orang-orang mengetahui hanya bagian dari buah saja yang memiliki nilai
ekonomis sedangkan kulit buah tidak memiliki nilai ekonomis (Anonim, 2010).
Limbah menyebabkan pencemaran lingkungan, munculnya penyakit dan menurunkan
nilai estetika/keindahan kota serta masalah-masalah lainnya. Limbah kulit durian yang
selama ini tidak termanfaatkan dengan baik, karena karakternya yang sukar terurai sehingga
berpotensi menjadi salah satu limbah hayati yang dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan. Dengan melihat pada struktur dan karakteristik dari kulit durian tersebut,
sebenarnya dimungkinkan untuk memanfaatkan limbah kulit durian tersebut sebagai produk
bioenergi berupa briket. Yang tentunya dengan adanya pemanfaatan dan pengoptimalan
produksi briket akan membawa dampak positif lainnya berupa peningkatan perekonomian
masyarakat (Prabowo, 2009).
Secara umum, kulit durian yang muda berwarna hijau dan setelah masak menjadi
hijau kekuningan, hijau tua, dan hijau kusam. Tebal kulit durian sekitar 9,1 mm dan
permukaan kulit berduri tajam (Antarlina, 2009). Kulit Durian terdiri dari 30.92% selulosa,
17,99%, hemiselulosa, 7.69% lignin, 6,92% kadar air, 3,15% protein, 4,01% abu, 0,26%
lemak, 27,81% serat kasar, dan 57.85% karbohidrat total (Unhasirikul et al.,2013).

2.2 Potensi Kulit Durian Sebagai Biobriket
Hatta (2007) dalam Prabowo (2009) menyatakan bahwa kulit durian secara
proporsional mengandung unsur selulose yang tinggi (50-60 %) dan kandungan lignin (5 %)
serta kandungan pati yang rendah (5 %) sehingga dapat diindikasikan bahan tersebut bisa
digunakan sebagai campuran bahan baku papan olahan serta produk lainnya yang
dimampatkan. Selain itu, limbah kulit durian mengandung sel serabut dengan dimensi yang
panjang serta dinding serabut yang cukup tebal sehingga akan mampu berikatan dengan baik
apabila diberi bahan perekat sintetis atau bahan perekat mineral. Lebih lanjut disebutkan
bahwa apabila dihubungkan dengan kebiasaan orang-orang tua zaman dulu yang
memanfaatkan kulit durian ini untuk bahan bakar pengusir nyamuk atau bahan bakar untuk
memasak maka ini terbukti berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kalor kulit
durian yang diperoleh menunjukkan angka sebesar 3786,95 kal/gram dengan kadar abu
rendah sebesar 4 persen. Jika dibandingkan dengan nilai kalor arang dari kayu alaban sebesar
5422,74 kal/gram maka nilai ini tidak terlalu jauh berbeda. Untuk produk briket arang, kedua
bahan ini dapat dikombinasikan sehingga diharapkan nilai kalornya menjadi meningkat. Kulit
durian dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar briket karena mengandung minyak atsiri,
flavonoid, saponin, unsur selulosa dan lignin yang mudah terbakar.
Suatu bahan bakar dikatakan mempunyai mutu yang baik apabila mempunyai
kandungan karbon yang tinggi dan mempunyai nilai kalor yang tinggi pula. Proses
karbonisasi merupakan pembakaran yang tidak sempurna tanpa adanya oksigen, sehingga
terjadi pelepasan senyawa yang mudah menguap dalam bentuk gas atau asap dan
meninggalkan residu gas atau arang karbon. Makin tinggi suhu karbonisasi mengakibatkan
kadar karbon tetap makin tinggi (Suyitno, 2009 dalam Nuriana, 2013).
Pada proses karbonisasi, karbon terbentuk secara baik pada suhu 300-500
o
C dan akan
menimbulkan asap akibat terlepasnya unsur yang mudah menguap seperti selulosa,
hemiselulosa, lignin, dan serat (Jati, 2005; Subroto, 2006 dalam Nuriana, 2013). Briket kulit
durian memiliki nilai kalor lebih besar dibanding briket cangkang sawit, briket campuran
batubara (jenis lignite) dan sabut kelapa pada perbandingan 30%: 70%, briket serbuk gergaji
kayu jati, sekam padi tetapi lebih kecil dari nilai kalor biobriket dari arang tempurung kelapa
pada suhu 500
o
C, briket batubara dan tongkol jagung (Puji et al., 2010 dalam Nuriana, 2013).


Anonim.,2010. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22340/4/Chapter%20I.pdf.
Diakses tanggal 02/06/2014 pada pukul 20:07 WIB.
Antarlina, S, S.,2009. Identifikasi Sifat Fisik dan Kimia Buah-buahan Lokal Kalimantan.
Buletin Plasma Nutfah. Vol. 15(2) : 80-90.
Nuriana, 2013. Karakteristik Biobriket Kulit Durian Sebagai Bahan Bakar Alternatif
Terbarukan. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Vol. 23(1) : 70 - 76
Prabowo, R.,2009. Pemanfaatan Limbah Kulit Durian Sebagai Produk Briket di Wilayah
Kecamatan Gunung Pati Kabupaten Semarang. Jurnal MEDIAGRO. Vol. 5(1) : 52-
57.
Unhasirikul et al.,2013. Sugar production from durian (Durio zibethinus Murray) peel by
acid hydrolysis. African Journal of Biotechnology. Vol. 12(33) : 5244 5251.

You might also like