You are on page 1of 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan masa transisi seseorang dari masa anak anak
untuk menuju masa dewasa. Soetjiingsih (2004) membagi remaja menjadi 3
tahap, yaitu : remaja awal (11 13 tahun), remaja tengah (14 16 tahun), dan
remaja akhir (17 - 20 tahun). Dibandingkan dengan golongan umur yang lain,
remaja memiliki keunikan dalam tahap pertumbuhan dan perkembangannya
yang pesat secara fisik, psikologis maupun sosial. Pada masa ini, merupakan
masa yang penuh dengan goncangan dan stress sehingga masalah yang
dialami remaja terlihat begitu kompleks (Depkes, 2011).
Departemen Kesehatan (2011) menjelaskan mengenai remaja bahwa
jumlah populasi yang cukup besar yaitu 18,3% dari total penduduk (> 43 juta),
seiring dengan besarnya jumlah populasi remaja tersebut maka semakin
meningkat pula permasalahan yang dialami oleh remaja berhubungan dengan
masa tumbuh kembangnya. Masalah yang sangat terlihat dari kalangan remaja
seperti masalah seksualitas (kehamilan tidak diinginkan dan aborsi), infeksi
penyakit menular seksual (PMS), HIV dan AIDS, serta penyalahgunaan napza
(BKKBN, 2009).
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
(2012) memperoleh data bahwa lebih dari seperlima remaja laki laki sudah
meraba raba saat berpacaran dan lebih dari 40% remaja pernah berciuman.
1
2

Menurut survei Komnas Perlindungan Anak di 33 Provinsi Januari sampai
dengan Juni 2008 didapatkan kesimpulan bahwa 97% remaja SMP dan SMA
pernah menonton film porno; 93,7% remaja SMP dan SMA pernah
berciuman, genital stimulation (meraba alat kelamin) dan oral sex (sex melalui
mulut); 62,7% remaja SMP tidak perawan; dan 21,2% remaja pernah aborsi
yang terjadi karena penyaluran dorongan seksual remaja kearah yang tidak
tepat (BKKBN, 2009). Diketahui banyak hal yang dapat dilakukan oleh
remaja untuk dapat menyalurkan dorongan seksual yang ia alami seperti
melakukan berbagai aktivitas seperti olahraga hingga beribadah untuk lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan, sedangkan perilaku seksual bagi remaja yang
belum saatnya melakukan hubungan seksual secara wajar adalah masturbasi
atau onani dan berpacaran dengan berperilaku yang baik (PKBI, 2007).
Seiring dengan semakin kompleksnya permasalahan yang di hadapi
remaja, BKKBN memiliki suatu program yang berfokus pada kesehatan
reproduksi remaja dalam rangka menjamin pemenuhan hak seksual dan
kesehatan reproduksi remaja, dilakukukan upaya terpadu dari berbagai bidang
guna dapat memberikan informasi kesehatan reproduksi sedini mungkin pada
remaja yaitu melalui Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi
Remaja (PIK KRR) atau PIK Remaja. Ditujukan agar pengetahuan remaja
meningkat, sehingga nantinya remaja mampu bertindak dengan penuh
tanggungjawab (Rahmadiliyani, 2010).
Keberadaan dan peranan PIK-KRR di lingkungan remaja sangat
penting artinya dalam membantu remaja untuk mendapatkan informasi dan
3

pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang KRR (BKKBN, 2008).
Program KRR adalah program untuk membantu remaja agar terhindar dari
risiko TRIAD-KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, dan Napza), dan memiliki
status kesehatan reproduksi yang sehat melalui pemberian informasi,
pelayanan konseling, rujukan pelayanan medis, pendidikan kecakapan hidup
(life skills education), serta kegiatan penunjang lainnya. Yandri (2008)
mengungkapkan bahwa dalam penelitiannya program PIK KRR mampu
memberikan pengaruh yang baik terhadap pengetahuan dan perilaku
mengenai kesehatan reproduksi remaja.
Data statistik Kabupaten Banyumas pada tahun 2010 mengungkapkan
bahwa jumlah penderita HIV/AIDS tercatat 102 kasus. Hal ini menyebabkan
kekhawatiran tersendiri dengan meningkatkanya jumlah kasus dan semakin
berkembangnya pergaulan remaja saat ini. Desa Rempoah yang berada di
Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas berinisiatif untuk mendirikan
PIK KRR yang diberi nama PIK KRR Gita Bina Taruna (GIBITA) saat ini
termasuk dalam PIK tahap TEGAR.
Berdasarkan survei pendahuluan di di PIK KRR GIBITA sampai saat
ini 60 orang remaja Desa Rempoah tercatat sebagai anggota PIK KRR. Selain
lokasi PIK KRR yang berada di Kecamatan Baturraden dan ditemukan bahwa
telah terjadi 2 kasus Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul Hubungan Pemanfaatan
Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR )
4

GIBITA dengan perilaku seksual pada remaja di Desa Rempoah Kecamatan
Purwokerto Kabupaten Banyumas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan: Adakah hubungan pemanfaatan
Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR )
GIBITA dengan perilaku seksual pada remaja di Desa Rempoah Kabupaten
Banyumas ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling
Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) GIBITA dengan perilaku
seksual pada remaja di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui karakteristik responden meliputi : jenis kelamin, usia, dan
pendidikan.
b. Mengetahui pemanfaatan PIK KRR GIBITA Desa Rempoah Kabupaten
Banyumas oleh remaja.
c. Mengidentifikasi perilaku seksual pada remaja di Desa Rempoah
Kabupaten Banyumas.
5

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi PIK KRR
Anggota dari PIK KRR dapat mengetahui manfaat dari kunjungan ke Pusat
Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR )
dengan perilaku seksual sehingga diharapkan nantinya remaja dapat lebih
aktif dalam kegiatan PIK KRR dan dari semua kegiatan PIK KRR mampu
diaplikasikan remaja ke kehidupan sehari harinya khususnya mengenai
berperilaku seksual yang baik.
2. Bagi Remaja
Remaja dapat mengetahui kemanfaatan dari PIK KRR, sehingga remaja
bisa menjadikan PIK KRR sebagai tujuannnya dalam mencari informasi
yang benar mengenai masa pertumbuhan dan perkembangannya terutama
mengenai masalah seksual dan remaja mampu untuk berperilaku seksual
yang sehat.
3. Bagi Dinas Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai suatu bahan pertimbangan
untuk merencanakan dan mengembangkan program yang berkaitan dengan
remaja guna meningkatkan pelayanan kesehatan bagi remaja khususnya
mengenai kesehatan reproduksi di usia perkembangannya. Diharapkan
dengan adanya penelitian ini, semakin banyak kecamatan atau desa yang
dapat segera mendirikan PIK KRR di wilayahnya untuk dapat memberikan
arahan yang baik mengenai perilaku seksual remaja..

6

4. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan tambahan kepustakaan dalam pengembangan
ilmu kesehatan khususnya mengenai perilaku seksual remaja dan PIK
KRR yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar di area komunitas.
5. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui hubungan dari PIK KRR GIBITA sebagai upaya
meningkatkan pengetahuan remaja mengenai seksualitas. Selain itu,
penelitian ini dapat mengembangkan ide-ide penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan judul Hubungan Pemanfaatan Pusat Informasi dan
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja GIBITA dengan Perilaku Seksual
pada remaja di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas belum pernah dilakukan
sebelumnya, tetapi penelitian yang hampir serupa pernah dilakukan, yaitu:
1. Yandri (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan
dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi dalam Program PIK-
KRR (Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja)
terhadap Perilaku Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMA N 1 Srandakan
Bantul tahun 2008. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional. Analisis data yang digunakan adalah
analisis kuantitatif dengan metode uji F (ANOVA) dan regresi linear
berganda. Hasil dari penelitian adalah program PIK-KRR (Pusat Informasi
dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) berpengaruh terhadap
7

peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi terhadap
perilaku kesehatan reproduksi remaja. Persamaan dalam penelitian ini
adalah sama sama meneliti tentang perilaku seksual pada remaja.
Sedangkan perbedaan dari penelitian ini adalah terletak pada jenis
penelitian yang digunakan. Yandri (2008) menggunakan deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional sedangkan peneliti akan
melakukan penelitian dengan jenis peneltian observasional analitik.
Perbedaan juga terletak pada tempat dilakukan penelitian, sehingga
penelitian yang akan dilakukan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Verawati (2010) melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa tentang Kesehatan Reproduksi dengan
Perilaku Seksual Pranikah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
survei analitik, dengan pendekatan terhadap subjek penelitian
menggunakan cross sectional. Pengujian signifikansi hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat dalam penelitian ini menggunakan
uji korelasi product moment. Hasil dari penelitian ini menuturkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara ringkat pengetahuan mahasiswa
tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah, dengan
hasil kekuatan dalam ketegori kuat. Persamaan penelitian ini yaitu sama-
sama meneliti tentang perilaku seksual dan menggunakan desain penelitian
studi cross sectional. Sedangkan perbedaannya terletak pada sample
penelitiannya. Penelitian Verawati (2010) melakukan penelitian dengan
sample mahasiswa sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan
8

menggunakan remaja sebagai sample. Perbedaan berikutnya terletak pada
variabel yang akan diteliti. Pada penelitian Verawati (2010) tingkat
pengetahuan sebagai variabel yang ditelitinya sedangkan variabel yang
diteliti pada penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pemanfaatan PIK
KRR. Selain itu juga terdapat perbedaan pada lokasi penelitian sehingga
penelitian yang peneliti lakukan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Astuti (2011) melakukan penelitian dengan judul Pemanfaatan Pusat
Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) di Desa Rempoah
Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas. Penelitian ini merupakan
penelitian jenis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengambilan
sampelnya menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian dilakukan
dengan mengambil data dari 16 orang anggota PIK remaja yang telah
menjadi anggota lebih dari 6 bulan. Lokasi penelitian di Desa rempoah
Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian
menunjukkan pemanfaatan PIK Remaja dan pengetahuan remaja tentang
PIK Remaja dan KRR baik, PIK Remaja juga berperan dalam
meningkatnya KRR, remaja mendukung terhadap adanya PIK Remaja,
Informasi KRR diperoleh dari PIK Remaja yang membahas mengenai
TRIAD KRR, teman sebaya sangatlah berperan terhadap pemanfaatan PIK
Remaja, namun fasilitas penunjang pelayanan PIK Remaja masih dirasa
kurang. Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang
pemanfaatan PIK. Sedangkan perbedaannya terletak pada desain penelitian
yang digunakan. Pada penelitian Astuti (2011) menggunakan desain
9

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif sebagai variabel yang
ditelitinya sedangkan desain penelitian yang digunakan oleh peneliti
adalah penelitian observasional analitik dengan desain studi potong lintang
atau cross sectional. Terdapat perbedaan juga dalam variabel
penelitiannya, Astuti (2011) melakukan penelitian hanya pada satu
variabel yaitu pemanfaatan PIK sedangkan peneliti menghubungkan
pemanfaatan PIK dengan perilaku seksual remaja.
4. Haliadhy (2012) melakukan penelitian dengan judul Faktor faktor yang
Mempengaruhi Remaja Berkunjung ke Pusat Informasi dan Konsultasi
(PIK Remaja) di Kadus 1 Desa Rempoah Kecamatan Baturraden
Kabupaten Banyumas. Penelitian ini menggunakan desain cross secsional.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan
analisis data menggunakan uji statistic Chi square. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa dari 71 responden didapatkan dengan ketiga faktor
yang mempengaruhi remaja berkunjung ke Pusat Informasi dan Konsultasi
(kebutuhan, peran teman sebaya dan motivasi) hanya faktor motivasi yang
berhubungan dengan kunjungan PIK GIBITA di Kadus 1 Desa Rempoah.
Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya terletak pada tempat
penelitian yang sama-sama dilakukan di PIK Remaja GIBITA. Selain itu
kedua penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Perbedaan
dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel nya.
Penelitian yang dilakukan Haliadhy (2012) meneliti mengenai faktor
faktor yang mempengaruhi kunjungan remaja ke PIK sedangkan peneliti
10

akan meneliti mengenai perilaku seksual remaja. Perbedaan juga terletak
pada analisis uji yang digunakan Haliadhy (2012) menggunakanUji Chi
square sedangkan peneliti akan menggunakan Uji Rank-Spearman.

You might also like