You are on page 1of 9

Antioksidan dari Biji Melinjo

Selasa, 19 Juli 2011 10:30


Tanaman melinjo (Gnetum gnemon Linn.) merupakan salah satu tanaman yang produknya
banyak digemari masyarakat, yang diantaranya berupa daun muda, bunga dan buah muda yang
digunakan sebagai sayuran. Namun produk yang terkenal dari tanaman melinjo adalah emping
melinjo, berupa kripik yang dibuat dari biji buah yang sudah tua yang biasa dimakan sebagai
kudapan, yang di samping rasanya yang enak juga mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi
sebagai sumber protein dan mineral. Selain sebagai kudapan yang enak, selama ini emping melinjo
dikenal bisa membuat kadar asam urat melonjak, tetapi masalah ini masih kontroversial karena
menurut beberapa hasil penelitian di Jepang didapatkan bahwa biji melinjo tidak menyebabkan
asam urat meningkat. Penelitian tersebut menyimpulkan, bahwa karena rasanya yang enak orang
suka makan emping melinjo goreng dalam jumlah yang banyak, mungkin dari minyak goreng
itulah yang menyebabkan kadar asam urat meningkat, oleh karena itu apabila disiapkan dalam
bentuk makanan lain tanpa minyak, nampaknya tidak akan menyebabkan peningkatan asam urat.
Ada yang lebih penting dari semua hal tersebut diatas, yaitu ternyata biji melinjo
mempunyai kandungan antioksidan yang tinggi. Antioksidan adalah senyawa yang dapat
menetralkan radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul tidak setabil hasil dari proses
metabolisme tubuh dan faktor eksternal seperti asap rokok, hasil penyinaran ultra violet, zat
kimiawi dalam makanan dan polutan lain. Radikal bebas ini secara perlahan akan merusak sel,
akibatnya tubuh mudah terserang penyakit, organ tubuh tidak bekerja maksimal dan cepat
mengalami penuaan dini. Sebenarnya antioksidan ada secara alami di dalam tubuh, namun
jumlahnya sedikit dan terus menurun seiring bertambahnya usia, karenanya tubuh perlu tambahan
antioksidan dari makanan.
Beberapa penelitian terdahulu melaporkan bahwa dengan mengkonsumsi antioksidan setiap
hari dapat mengurangi peluang munculnya penyakit degeneratif dan memperlambat penuaan.
Antioksidan tersebut akan merangsang respon imum tubuh sehingga mampu menghancurkan
radikal bebas, mempertahankan kelenturan pembuluh darah, mempertahankan besarnya jaringan
otak dan mencegah kanker. Dengan mengkonsumsi zat aktioksidan tersebut, berarti kita melindungi
sel-sel tubuh dari serangan radikal bebas.Menurut beberapa peneliti Jepang maupun peneliti
Indonesia dari Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember, antioksidan dari biji
melinjo merupakan flavonoid yang termasuk senyawa polifenol, senyawa ini dapat tahan selama 5
jam lebih lama daripada vitamin E dan C.
Hasil riset menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan ini setara dengan antioksidan sintetik
Butylated Hydroxytolune. Sebuah perusahaan dari Jepang yang berlokasi di Bandung saat ini telah
mengolah biji melinjo menjadi teh dan tepung yang mempunyai segudang khasiat bagi kesehatan,
bahkan di Jepang sendiri biji melinjo telah diolah sebagai obat awet muda (anti-aging). Kandungan
flavonoid ini didapat dari biji melinjo yang kulitnya sudah berwarna merah, oleh karena itu efek
antioksidan melinjo juga bisa diperoleh dengan memakan bijinya langsung yang telah diolah, baik
yang direbus ataupun yang telah disiapkan dalam bentuk sayur.
Untuk membudidayakan tanaman melinjo tidaklah begitu sulit, karena pada umumnya
tanaman melinjo dapat tumbuh baik di daerah-daerah berhawa panas, tetapi dapat juga tumbuh di
pegunungan sampai ketinggian 1.200 m dpl asal udaranya tidak terlalu dingin. Begitupun tanaman
ini dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah dengan pH 4 6, yang agak poreus, mudah
menyarap air, sehingga drainasenya baik. Tanaman ini boleh dikatakan tidak menuntut persayaratan
tumbuh yang khusus dan toleran terhadap tanah yang kurang subur maupun udara kering seperti di
Gunung Kidul, Yogyakarta. Walaupun tanaman melinjo tidak menuntut kesuburan tanah yang
baik, namun dengan memperhatikan dan mengikuti langkah-langkah budidaya seperti pemilihan
lahan yang sesuai, pemilihan bibit, penanaman, perawatan yang mencakup penyiangan,
pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, maka akan dapat dicapai keberhasilan
dari usahatani tanaman melinjo. Dengan jumlah tanaman melinjo per Ha sebanyak 400 batang
(jarak tanam 5 m x 5 m), hasil panen rata-rata perpohon tanaman yang sudah dewasa (10 15
tahun) bisa mencapai 50 kg biji melinjo sekali panen, sehingga produksi yang diperoleh adalah 100
kg/pohon/tahun.
Tanaman melinjo dapat ditemui hampir di seluruh propinsi di Indonesia, dengan sentra
produksi melinjo terkonsentrasi di 5(lima) propinsi yaitu (1) Jawa Barat; (2) Jawa Tengah; (3) D.I
Yogyakarta; (4) Sumatera Utara; dan (5) D.I Nangru Aceh Darusallam. Oleh karena itu, mengingat
bahwa penyebaran tanaman ini cukup luas, sehingga biji melinjo sebagai konsumsi
sumber antioksidan dapat mudah dicari di pasar dengan harga yang cukup terjangkau oleh
masyarakat. Dengan demikian, masyarakat kelas menengah kebawah dapat dengan mudah
mendapatkan sumber antioksidan murah yang penting manfaatnya dalam rangka menjaga kesehatan
untuk melawan bahaya radikal bebas. Balittri telah memiliki 7 aksesi dan ada 2 aksesi yang
direncanakan akan dilepas sebagai varietas unggul di koleksi di KP. Sukamulya, Sukabumi.
Koleksi melinko yang paling lengkap di KP. Laing, Solok, Sumbar ada 47 aksesi kebanyakan asal
Maluku dan Jawa Barat (Juniaty Towaha/BALITTRI).

http://balittri.litbang.deptan.go.id/index.php/inovasi-teknologi/4-artikel/80-antioksidan-dari-biji-
melinjo

























RABU, 09 MEI 2007 | 19:36 WIB
Antioksidan dari Biji Melinjo

TEMPO Interaktif, Jakarta:

Taufik tak berani lagi menyentuh emping. Kudapan dari biji melinjo yang ditumbuk
hingga pipih dan digoreng itu sudah lama dicoret dari menu makanannya. Pada usianya yang
memasuki kepala empat, pria yang berperawakan cukup subur itu takut terkena asam urat.
Namun, siapa sangka, biji melinjo yang bisa membuat kadar asam urat melonjak dan
belakang kepala terasa berat itu punya kandungan antioksidan yang tinggi. "Aktivitas
antioksidannya setara dengan vitamin C," kata Tri Agus Siswoyo, peneliti dari Universitas
Jember.
Aktivitas antioksidan ini diperoleh dari konsentrasi protein tinggi, 9-10 persen dalam tiap
biji melinjo. Protein utamanya didominasi jenis berukuran 30 kilo Dalton yang amat efektif
untuk menghabisi radikal bebas, penyebab berbagai macam penyakit.
Potensi besar yang terkandung di dalam sebutir biji melinjo atau Gnetum gnemon itu
membuat Tri yakin melinjo adalah sumber protein fungsional yang cocok untuk dijadikan
sebagai suplemen makanan nutraceutical, substansi yang punya manfaat bagi kesehatan,
termasuk mencegah dan mengobati penyakit. "Apalagi bijinya mudah diperoleh," kata pria
kelahiran Banjarmasin itu. "Sayangnya, sampai sekarang belum ada studi tentang penggunaan
protein biji melinjo sebagai sumber antioksidan."
Dosen di Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember itu menuturkan, jika
pemanfaatan peptida antioksidan dari hidrolisis biji Gnetum gnemon ini berhasil, akan tersedia
suplemen nutraceutical alami yang murah. "Bisa menggantikan suplemen lainnya," ujarnya.
Jepang juga sudah melirik potensi antioksidan dari biji famili Gnetaceae ini. Secara kebetulan
penelitian Tri Agus Siswoyo tentang isolasi dan karakterisasi peptida antioksidan dari biji
melinjo ini menjadi salah satu penerima dana riset Rp 32,8 juta dari Indonesia Toray Science
Foundation, sebuah yayasan yang dibentuk perusahaan tekstil dan serat sintetis terbesar di
Jepang.
Kepala Pusat Penelitian Biologi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Dedy Darnaedi
mengatakan, melinjo termasuk tumbuhan purba yang secara evolusi dekat dengan tanaman
Ginkgo biloba yang ada di Jepang. "Itu salah satu daya tarik melinjo bagi orang Jepang," kata
Dedy. Ginkgo adalah spesies pohon hidup tertua, yang telah tumbuh selama 150-200 juta tahun
dan dipercaya sebagai tonik otak karena memperkuat daya ingat. Daun Ginkgo juga punya
khasiat antioksidan kuat dan berperan penting dalam oksidasi radikal bebas penyebab penuaan
dini dan pikun. Namun, bukan sekadar tanaman purba yang membuat Tri tertarik meneliti
tanaman yang tumbuh di Asia Tenggara ini, melainkan ketahanan melinjo terhadap penyakit,
baik bakteri, jamur, maupun hama. Selama dua tahun mengkaji melinjo, Tri sudah meneliti
interaksi antara pati dan lipid pada biji melinjo, stabilitas protein melinjo terhadap panas dan
kandungan phenolic, serta flavonoid sebagai sumber antioksidan.
Sampai saat ini, doktor biokimia dari Osaka Prefecture University, Jepang itu telah
mengisolasi dua jenis protein yang menunjukkan aktivitas antioksidan tinggi. Dari seluruh
bagian tumbuhan melinjo yang pernah diekstraknya, mulai dari daun, kulit batang, akar, sampai
biji, Tri menemukan protein paling potensial dari biji. Riset menunjukkan aktivitas antioksidan
ini setara dengan antioksidan sintetik BHT (Butylated Hydroxytolune).
Dari dua fraksi protein itu, Tri menemukan fungsi lain melinjo sebagai antimikroba
alami. Itu artinya protein melinjo juga bisa dipakai sebagai pengawet alami makanan sekaligus
obat baru untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri. "Peptida Gg-AMP yang diisolasi dari biji
melinjo diindikasikan punya potensi aktif menghambat beberapa jenis bakteri gram positif dan
negatif," kata Tri.
Dia berharap riset yang dilakukannya bisa menghasilkan protein antioksidan artifisial
menggunakan teknik kloning. Produksi protein akan dilakukan di dalam bakteri Escherichia coli,
yang berfungsi sebagai pabrik protein. "Bakteri membelah dengan cepat sehingga bisa
memproduksi protein dalam jumlah besar daripada diekstrak langsung dari biji," kata Tri. "Hal
ini juga bisa mengurangi efek sampingan melinjo, yaitu purin tinggi. Meski demikian, efek
antioksidan melinjo juga bisa diperoleh dengan memakan bijinya langsung tanpa proses isolasi
yang berbelit. "Orang hanya belum tahu kalau melinjo punya fungsi antioksidan," kata Tri.
"Yang diketahui baru kandungan purinnya tinggi dan bisa menyebabkan asam urat."

tjandra dewi
http://www.tempo.co/read/news/2007/05/09/06199753/Antioksidan-dari-Biji-Melinjo

KANDUNGAN MELINJO (gnetum gnemon)

3.1. Antioksidan
Semua bagian tanaman melinjo bersifat antioksidan. Kemampuannya berturut-turut
adalah 37,27 mg, 36,66 mg, 34,08 mg, dan 32,52 mg VCEAC (Vitamin C Equivalent
Antioxidant Capacity). Pada biji melinjo mengandung antioksidan tinggi yang setara dengan
vitamin C. Aktivitas antioksidan ini diperoleh dari konsentrasi tinggi, yaitu 9-10 % dalam setiap
biji melinjo. Protein utamanya didominasi jenis berukuran 30 kilo Dalton yang efektif untuk
menghabiskan radikal bebas, penyebab berbagai macam penyakit. Potensi besar yang terkandung
didalam sebutir biji melinjo (gnetum gnemon) menjadikan melinjo sebagai sumber protein yang
cocok untuk dijadikan sebagai suplemen makanan nutraceutical, substansi yang mempunyai
manfaat bagi kesehatan, termasuk mencegah dan mengobati penyakit. Apalagi bijinya mudah
diperoleh, namun sampai sekarang belum ada studi tentang penggunaan protein biji melinjo
sebagai sumber antioksidan. Jika pemanfaat peptide antioksidan dari hidrolisis biji melinjo ini
berhasil, akan tersedia suplemen nutraceutical alami yang murah.
Jepang juga sudah melirik potensi antioksidan dari biji famili Gnetaceae ini. Melinjo
termasuk tumbuhan purba yang secara evolusi dekat dengan tanaman Ginkgo Biloba yang ada di
Jepang. Hal ini yang menjadi daya tarik bagi orang Jepang. Glinkgo adalah spesies pohon hidup
tertua, yang tumbuh selama 150-200 juta tahun dan dipercaya sebagai tonik otak karena
memperkuat daya ingat. Daun Ginkgo juga mempunyai khasiat antioksidan kuat dan berperan
penting dalam oksidasi radikal bebas penyebab penuaan dini dan pikun.
Melinjo memiliki ketahanan terhadap penyakit, baik bakteri, jamur, maupun hama. Dari
seluruh bagian tumbuhan melinjo dari daun, kulit batang, akar, sampai biji,protein paling
potensial adalah dari biji. Dari fraksi protein itu, ditemukan fungsi lain melinjo sebagai
antimikroba alami. Itu berarti protein melinjo juga dapat dipakai sebagai pengawet alami
makanan sekaligus obat baru untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Peptide Gg-AMP
yang diisolasi dari biji melinjo diindikasikan mempunyai potensi aktif menghambat beberapa
jenis bakteri gram positif dan negatif.
3.2. Purin
Melinjo memicu asam urat lantaran mengandung purin cukup tinggi. Kadar purin pada
daun melinjo 366 mg per 100 gram bahan. Sedangkan pada bijinya 223 mg per 100 gram.
Konsumsi melinjo berlebihan menyebabkan asam urat menumpuk di jaringan tubuh. Asam urat
merupakan hasil akhir metabolism purin. Tubuh menyediakan 85% purin untuk kebutuhan
metabolisme setiap hari. Itu artinya pasokan purin dari makanan hanya dibutuhkan 15%. Namun,
apabila tidak dikonsumsi secara berlebihan dan cara pengolahannya benar tidak akan
menyebabkan asam urat. Konsumsi berlebihan dan minyak goreng yang digunakan untuk
menggoreng emping hasil olahan melinjo tersebut yang menyebabkan kadar asam uratnya
meningkat. Jadi, bukan melinjo itu sendiri yang menyebabkan asam urat, karena apabila
disiapkan dalam bentuk makanan lain tanpa minyak dan tidak dikonsumsi secara berlebihan
tidak akan menyebabkan peningkatan asam urat. Justru berdampak baik bagi kesehatan, sebab
melinjo (gnetum gnemon) mengandung antioksidan kuat yang dapat meningkatkan daya tahan
tubuh.

Kandungan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Melinjo (gnetum gnemon) dan Manfaatnya Bagi
Kesehatan
http://dlynalumba17.blogspot.com/2013/04/kandungan-senyawa-kimia-pada-tumbuhan.html
















HERBAL | 2012-12-03 | DIBACA : 539
EKSTRAK MELINJO SEBAGAI ANTIOKSIDAN

Setiap orang pasti sudah tidak asing lagi dengan Tanaman Melinjo. Tapi sayangnya,
kebanyakan dari mereka mengenal melinjo hanya dari segi efek buruk yang ditimbulkannya saja,
yang apabila mengonsumsi tanaman yang dalam bahasa latin disebut Gnetum gnemon Linn ini
dalam jumlah berlebih akan menimbulkan penyakit asam urat.
Melinjo dituding sebagai pemicu asam urat lantaran mengandung purin yang cukup
tinggi. Kadar purin melinjo 50-150 mg per 100 gram bahan. Konsumsi melinjo secara berlebih
akan mengakibatkan asam urat menumpuk di jaringan tubuh. Asam urat adalah produk akhir
metabolism purin yang terjadi di dalam tubuh manusia. Semakin tinggi kadar purin maka
semakin tinggi pula kadar asam urat yang terbentuk. Tetapi jangan khawatir,karena melinjo
akan aman dikonsumsi jika cara penyajiannya benar dan menyantap melinjo tidak secara
berlebihan yaitu cukup segenggam biji melinjo rebus untuk konsumsi sehari.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Tri Agus Siswoyo PhD, membuktikan bahwa
melinjo Gnetum gnemon merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai antioksidan kuat.
Menurutnya, ekstrak melinjo mengandung 9-11% protein yang berpotensi sebagai antioksidan.
Dia menunjukkan bahwa kandungan protein utama dalam melinjop berukuran 30 kilo Dalton
yang efektif mengusir radikal bebas.
Peneliti di Pusat Penelitian Biologi Molekuler, Universitas Jember, Jawa Timur itu
menguji aktivitas antioksidan ekstrak akar, daun, biji dan batang melinjo untuk menangkal
radikal bebas. Ternyata dalam penelitiannya telah terbukti bahwa semua bagian tanaman melinjo
bersifat antioksidan. Berikut ini uraiannya :
Ekstrak akar : 37,27 mg VCEAC (Vitamin C Equivalent Antioxidant Capacity)
Ekstrak daun : 36,66 mg VCEAC
Ekstrak biji : 34,08 mg VCEAC
Ekstrak batang : 32,52 mg VCEAC
Jika di Indonesia kita sering melihat melinjo diolah hanya dalam bentuk emping dan
sayuran, berbeda halnya jika kita melihat perlakuan masyarakat di Jepang yang mengolah
melinjo menjadi beragam kuliner untuk menunjang pola hidup sehat.
Menurut Dr. Ani Andayani, kepala Subdirektorat Sayuran Buah, Direktorat Sayuran dan
Biofarmaka, Ditjen Hortikultura, Departemen Pertanian, bahwa melinjo di Jepang diolah
menjadi aneka bahan baku olahan makanan seperti kue, roti salad hingga dicampur ke dalam
minuman teh. Ani menyebutkan warga Jepang menyukai melinjo lantaran terbukti bermanfaat
bagi kesehatan. Yuji Tokunaga, periset di Universitas of Fukui, Jepang, telah mem,buktikan
khasiat stilbenoid adri biji melinjo yang berpotensi sebagai antimikroba, menangkal radikal
bebas, dan mengontrol gula darah. Dalam risetnya, ia menghancurkan dan mengesktrak 1430
gram biji melinjo kering dengan pelarut etanol. Hasilnya difraksinasi hingga diperoleh stilbenoid
yang terdiri atas 5 jenis: gnemonoside A, C, dan D, serta gnetin C dan L. Hasil Risetnya
menunjukkan bahwa semua jenis stilbenoid itu mampu menghambat 1,1-diphenyil-
2picrylhydrazyl (DPPH)-senyawa radikal bebas. Menurut Tokunaga, bahwa ED 50 dosis
efektif untuk menghambat 50% radikal bebas-ekstrak melinjo sebesar 23 g/ml.
Banyak manfaat
Dalam hasil riset menunjukkan bahwa melinjo berpeluang sebagai sumber nutraseutikal-
substansi yang bermanfaat bagi kesehatan, termasuk mencegah dan mengobati penyakit. Berikut
ini adalah berbagai macam manfaat yang terdapat di dalam melinjo :
Stibelnoid yang terkandung di dalam melinjo berpotensi sebagai pengontrol gula darah bagi
penderita diabetes. Sebagai antimikroba, ekstrak melinjo efektif membunuh beragam
mikroorganisme jahat seperti Bacillus subtilis, Bifidobacterium bifidum, dan Clostridium
perfringens.
Antimikroba melinjo disa dimanfaatkan pengawet makanan dan obat untuk penyakitakibat
bakteri jahat.
Berbagai macam manfaat yang telah dibuktikan dalam penelitian ilmiah itu telah mematahkan
tudingan konsumsi melinjo yang hanya membuat asam urat meningkat. Untuk itu perlu adanya
perubahan pola pikir masyarakat Indonesia, bahwasanya melinjo merupakan tanaman yang
mengandung berbagai macam manfaat bagi kesehatan tubuh yang bisa dimanfaatkan menjadi
lebih luas, yang tidak hanya sebatas dalam bentuk olahan emping dan sayuran saja. (Muhammad
Nazar S)

http://arsip.pantonashare.com/blog/detail/ekstrak-melinjo-sebagai-antioksidan/2842

You might also like