Tanaman melinjo (Gnetum gnemon Linn.) merupakan salah satu tanaman yang produknya banyak digemari masyarakat, yang diantaranya berupa daun muda, bunga dan buah muda yang digunakan sebagai sayuran. Namun produk yang terkenal dari tanaman melinjo adalah emping melinjo, berupa kripik yang dibuat dari biji buah yang sudah tua yang biasa dimakan sebagai kudapan, yang di samping rasanya yang enak juga mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi sebagai sumber protein dan mineral. Selain sebagai kudapan yang enak, selama ini emping melinjo dikenal bisa membuat kadar asam urat melonjak, tetapi masalah ini masih kontroversial karena menurut beberapa hasil penelitian di Jepang didapatkan bahwa biji melinjo tidak menyebabkan asam urat meningkat. Penelitian tersebut menyimpulkan, bahwa karena rasanya yang enak orang suka makan emping melinjo goreng dalam jumlah yang banyak, mungkin dari minyak goreng itulah yang menyebabkan kadar asam urat meningkat, oleh karena itu apabila disiapkan dalam bentuk makanan lain tanpa minyak, nampaknya tidak akan menyebabkan peningkatan asam urat. Ada yang lebih penting dari semua hal tersebut diatas, yaitu ternyata biji melinjo mempunyai kandungan antioksidan yang tinggi. Antioksidan adalah senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul tidak setabil hasil dari proses metabolisme tubuh dan faktor eksternal seperti asap rokok, hasil penyinaran ultra violet, zat kimiawi dalam makanan dan polutan lain. Radikal bebas ini secara perlahan akan merusak sel, akibatnya tubuh mudah terserang penyakit, organ tubuh tidak bekerja maksimal dan cepat mengalami penuaan dini. Sebenarnya antioksidan ada secara alami di dalam tubuh, namun jumlahnya sedikit dan terus menurun seiring bertambahnya usia, karenanya tubuh perlu tambahan antioksidan dari makanan. Beberapa penelitian terdahulu melaporkan bahwa dengan mengkonsumsi antioksidan setiap hari dapat mengurangi peluang munculnya penyakit degeneratif dan memperlambat penuaan. Antioksidan tersebut akan merangsang respon imum tubuh sehingga mampu menghancurkan radikal bebas, mempertahankan kelenturan pembuluh darah, mempertahankan besarnya jaringan otak dan mencegah kanker. Dengan mengkonsumsi zat aktioksidan tersebut, berarti kita melindungi sel-sel tubuh dari serangan radikal bebas.Menurut beberapa peneliti Jepang maupun peneliti Indonesia dari Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember, antioksidan dari biji melinjo merupakan flavonoid yang termasuk senyawa polifenol, senyawa ini dapat tahan selama 5 jam lebih lama daripada vitamin E dan C. Hasil riset menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan ini setara dengan antioksidan sintetik Butylated Hydroxytolune. Sebuah perusahaan dari Jepang yang berlokasi di Bandung saat ini telah mengolah biji melinjo menjadi teh dan tepung yang mempunyai segudang khasiat bagi kesehatan, bahkan di Jepang sendiri biji melinjo telah diolah sebagai obat awet muda (anti-aging). Kandungan flavonoid ini didapat dari biji melinjo yang kulitnya sudah berwarna merah, oleh karena itu efek antioksidan melinjo juga bisa diperoleh dengan memakan bijinya langsung yang telah diolah, baik yang direbus ataupun yang telah disiapkan dalam bentuk sayur. Untuk membudidayakan tanaman melinjo tidaklah begitu sulit, karena pada umumnya tanaman melinjo dapat tumbuh baik di daerah-daerah berhawa panas, tetapi dapat juga tumbuh di pegunungan sampai ketinggian 1.200 m dpl asal udaranya tidak terlalu dingin. Begitupun tanaman ini dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah dengan pH 4 6, yang agak poreus, mudah menyarap air, sehingga drainasenya baik. Tanaman ini boleh dikatakan tidak menuntut persayaratan tumbuh yang khusus dan toleran terhadap tanah yang kurang subur maupun udara kering seperti di Gunung Kidul, Yogyakarta. Walaupun tanaman melinjo tidak menuntut kesuburan tanah yang baik, namun dengan memperhatikan dan mengikuti langkah-langkah budidaya seperti pemilihan lahan yang sesuai, pemilihan bibit, penanaman, perawatan yang mencakup penyiangan, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, maka akan dapat dicapai keberhasilan dari usahatani tanaman melinjo. Dengan jumlah tanaman melinjo per Ha sebanyak 400 batang (jarak tanam 5 m x 5 m), hasil panen rata-rata perpohon tanaman yang sudah dewasa (10 15 tahun) bisa mencapai 50 kg biji melinjo sekali panen, sehingga produksi yang diperoleh adalah 100 kg/pohon/tahun. Tanaman melinjo dapat ditemui hampir di seluruh propinsi di Indonesia, dengan sentra produksi melinjo terkonsentrasi di 5(lima) propinsi yaitu (1) Jawa Barat; (2) Jawa Tengah; (3) D.I Yogyakarta; (4) Sumatera Utara; dan (5) D.I Nangru Aceh Darusallam. Oleh karena itu, mengingat bahwa penyebaran tanaman ini cukup luas, sehingga biji melinjo sebagai konsumsi sumber antioksidan dapat mudah dicari di pasar dengan harga yang cukup terjangkau oleh masyarakat. Dengan demikian, masyarakat kelas menengah kebawah dapat dengan mudah mendapatkan sumber antioksidan murah yang penting manfaatnya dalam rangka menjaga kesehatan untuk melawan bahaya radikal bebas. Balittri telah memiliki 7 aksesi dan ada 2 aksesi yang direncanakan akan dilepas sebagai varietas unggul di koleksi di KP. Sukamulya, Sukabumi. Koleksi melinko yang paling lengkap di KP. Laing, Solok, Sumbar ada 47 aksesi kebanyakan asal Maluku dan Jawa Barat (Juniaty Towaha/BALITTRI).
RABU, 09 MEI 2007 | 19:36 WIB Antioksidan dari Biji Melinjo
TEMPO Interaktif, Jakarta:
Taufik tak berani lagi menyentuh emping. Kudapan dari biji melinjo yang ditumbuk hingga pipih dan digoreng itu sudah lama dicoret dari menu makanannya. Pada usianya yang memasuki kepala empat, pria yang berperawakan cukup subur itu takut terkena asam urat. Namun, siapa sangka, biji melinjo yang bisa membuat kadar asam urat melonjak dan belakang kepala terasa berat itu punya kandungan antioksidan yang tinggi. "Aktivitas antioksidannya setara dengan vitamin C," kata Tri Agus Siswoyo, peneliti dari Universitas Jember. Aktivitas antioksidan ini diperoleh dari konsentrasi protein tinggi, 9-10 persen dalam tiap biji melinjo. Protein utamanya didominasi jenis berukuran 30 kilo Dalton yang amat efektif untuk menghabisi radikal bebas, penyebab berbagai macam penyakit. Potensi besar yang terkandung di dalam sebutir biji melinjo atau Gnetum gnemon itu membuat Tri yakin melinjo adalah sumber protein fungsional yang cocok untuk dijadikan sebagai suplemen makanan nutraceutical, substansi yang punya manfaat bagi kesehatan, termasuk mencegah dan mengobati penyakit. "Apalagi bijinya mudah diperoleh," kata pria kelahiran Banjarmasin itu. "Sayangnya, sampai sekarang belum ada studi tentang penggunaan protein biji melinjo sebagai sumber antioksidan." Dosen di Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember itu menuturkan, jika pemanfaatan peptida antioksidan dari hidrolisis biji Gnetum gnemon ini berhasil, akan tersedia suplemen nutraceutical alami yang murah. "Bisa menggantikan suplemen lainnya," ujarnya. Jepang juga sudah melirik potensi antioksidan dari biji famili Gnetaceae ini. Secara kebetulan penelitian Tri Agus Siswoyo tentang isolasi dan karakterisasi peptida antioksidan dari biji melinjo ini menjadi salah satu penerima dana riset Rp 32,8 juta dari Indonesia Toray Science Foundation, sebuah yayasan yang dibentuk perusahaan tekstil dan serat sintetis terbesar di Jepang. Kepala Pusat Penelitian Biologi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Dedy Darnaedi mengatakan, melinjo termasuk tumbuhan purba yang secara evolusi dekat dengan tanaman Ginkgo biloba yang ada di Jepang. "Itu salah satu daya tarik melinjo bagi orang Jepang," kata Dedy. Ginkgo adalah spesies pohon hidup tertua, yang telah tumbuh selama 150-200 juta tahun dan dipercaya sebagai tonik otak karena memperkuat daya ingat. Daun Ginkgo juga punya khasiat antioksidan kuat dan berperan penting dalam oksidasi radikal bebas penyebab penuaan dini dan pikun. Namun, bukan sekadar tanaman purba yang membuat Tri tertarik meneliti tanaman yang tumbuh di Asia Tenggara ini, melainkan ketahanan melinjo terhadap penyakit, baik bakteri, jamur, maupun hama. Selama dua tahun mengkaji melinjo, Tri sudah meneliti interaksi antara pati dan lipid pada biji melinjo, stabilitas protein melinjo terhadap panas dan kandungan phenolic, serta flavonoid sebagai sumber antioksidan. Sampai saat ini, doktor biokimia dari Osaka Prefecture University, Jepang itu telah mengisolasi dua jenis protein yang menunjukkan aktivitas antioksidan tinggi. Dari seluruh bagian tumbuhan melinjo yang pernah diekstraknya, mulai dari daun, kulit batang, akar, sampai biji, Tri menemukan protein paling potensial dari biji. Riset menunjukkan aktivitas antioksidan ini setara dengan antioksidan sintetik BHT (Butylated Hydroxytolune). Dari dua fraksi protein itu, Tri menemukan fungsi lain melinjo sebagai antimikroba alami. Itu artinya protein melinjo juga bisa dipakai sebagai pengawet alami makanan sekaligus obat baru untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri. "Peptida Gg-AMP yang diisolasi dari biji melinjo diindikasikan punya potensi aktif menghambat beberapa jenis bakteri gram positif dan negatif," kata Tri. Dia berharap riset yang dilakukannya bisa menghasilkan protein antioksidan artifisial menggunakan teknik kloning. Produksi protein akan dilakukan di dalam bakteri Escherichia coli, yang berfungsi sebagai pabrik protein. "Bakteri membelah dengan cepat sehingga bisa memproduksi protein dalam jumlah besar daripada diekstrak langsung dari biji," kata Tri. "Hal ini juga bisa mengurangi efek sampingan melinjo, yaitu purin tinggi. Meski demikian, efek antioksidan melinjo juga bisa diperoleh dengan memakan bijinya langsung tanpa proses isolasi yang berbelit. "Orang hanya belum tahu kalau melinjo punya fungsi antioksidan," kata Tri. "Yang diketahui baru kandungan purinnya tinggi dan bisa menyebabkan asam urat."
tjandra dewi http://www.tempo.co/read/news/2007/05/09/06199753/Antioksidan-dari-Biji-Melinjo
KANDUNGAN MELINJO (gnetum gnemon)
3.1. Antioksidan Semua bagian tanaman melinjo bersifat antioksidan. Kemampuannya berturut-turut adalah 37,27 mg, 36,66 mg, 34,08 mg, dan 32,52 mg VCEAC (Vitamin C Equivalent Antioxidant Capacity). Pada biji melinjo mengandung antioksidan tinggi yang setara dengan vitamin C. Aktivitas antioksidan ini diperoleh dari konsentrasi tinggi, yaitu 9-10 % dalam setiap biji melinjo. Protein utamanya didominasi jenis berukuran 30 kilo Dalton yang efektif untuk menghabiskan radikal bebas, penyebab berbagai macam penyakit. Potensi besar yang terkandung didalam sebutir biji melinjo (gnetum gnemon) menjadikan melinjo sebagai sumber protein yang cocok untuk dijadikan sebagai suplemen makanan nutraceutical, substansi yang mempunyai manfaat bagi kesehatan, termasuk mencegah dan mengobati penyakit. Apalagi bijinya mudah diperoleh, namun sampai sekarang belum ada studi tentang penggunaan protein biji melinjo sebagai sumber antioksidan. Jika pemanfaat peptide antioksidan dari hidrolisis biji melinjo ini berhasil, akan tersedia suplemen nutraceutical alami yang murah. Jepang juga sudah melirik potensi antioksidan dari biji famili Gnetaceae ini. Melinjo termasuk tumbuhan purba yang secara evolusi dekat dengan tanaman Ginkgo Biloba yang ada di Jepang. Hal ini yang menjadi daya tarik bagi orang Jepang. Glinkgo adalah spesies pohon hidup tertua, yang tumbuh selama 150-200 juta tahun dan dipercaya sebagai tonik otak karena memperkuat daya ingat. Daun Ginkgo juga mempunyai khasiat antioksidan kuat dan berperan penting dalam oksidasi radikal bebas penyebab penuaan dini dan pikun. Melinjo memiliki ketahanan terhadap penyakit, baik bakteri, jamur, maupun hama. Dari seluruh bagian tumbuhan melinjo dari daun, kulit batang, akar, sampai biji,protein paling potensial adalah dari biji. Dari fraksi protein itu, ditemukan fungsi lain melinjo sebagai antimikroba alami. Itu berarti protein melinjo juga dapat dipakai sebagai pengawet alami makanan sekaligus obat baru untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Peptide Gg-AMP yang diisolasi dari biji melinjo diindikasikan mempunyai potensi aktif menghambat beberapa jenis bakteri gram positif dan negatif. 3.2. Purin Melinjo memicu asam urat lantaran mengandung purin cukup tinggi. Kadar purin pada daun melinjo 366 mg per 100 gram bahan. Sedangkan pada bijinya 223 mg per 100 gram. Konsumsi melinjo berlebihan menyebabkan asam urat menumpuk di jaringan tubuh. Asam urat merupakan hasil akhir metabolism purin. Tubuh menyediakan 85% purin untuk kebutuhan metabolisme setiap hari. Itu artinya pasokan purin dari makanan hanya dibutuhkan 15%. Namun, apabila tidak dikonsumsi secara berlebihan dan cara pengolahannya benar tidak akan menyebabkan asam urat. Konsumsi berlebihan dan minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng emping hasil olahan melinjo tersebut yang menyebabkan kadar asam uratnya meningkat. Jadi, bukan melinjo itu sendiri yang menyebabkan asam urat, karena apabila disiapkan dalam bentuk makanan lain tanpa minyak dan tidak dikonsumsi secara berlebihan tidak akan menyebabkan peningkatan asam urat. Justru berdampak baik bagi kesehatan, sebab melinjo (gnetum gnemon) mengandung antioksidan kuat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Kandungan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Melinjo (gnetum gnemon) dan Manfaatnya Bagi Kesehatan http://dlynalumba17.blogspot.com/2013/04/kandungan-senyawa-kimia-pada-tumbuhan.html
Setiap orang pasti sudah tidak asing lagi dengan Tanaman Melinjo. Tapi sayangnya, kebanyakan dari mereka mengenal melinjo hanya dari segi efek buruk yang ditimbulkannya saja, yang apabila mengonsumsi tanaman yang dalam bahasa latin disebut Gnetum gnemon Linn ini dalam jumlah berlebih akan menimbulkan penyakit asam urat. Melinjo dituding sebagai pemicu asam urat lantaran mengandung purin yang cukup tinggi. Kadar purin melinjo 50-150 mg per 100 gram bahan. Konsumsi melinjo secara berlebih akan mengakibatkan asam urat menumpuk di jaringan tubuh. Asam urat adalah produk akhir metabolism purin yang terjadi di dalam tubuh manusia. Semakin tinggi kadar purin maka semakin tinggi pula kadar asam urat yang terbentuk. Tetapi jangan khawatir,karena melinjo akan aman dikonsumsi jika cara penyajiannya benar dan menyantap melinjo tidak secara berlebihan yaitu cukup segenggam biji melinjo rebus untuk konsumsi sehari. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Tri Agus Siswoyo PhD, membuktikan bahwa melinjo Gnetum gnemon merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai antioksidan kuat. Menurutnya, ekstrak melinjo mengandung 9-11% protein yang berpotensi sebagai antioksidan. Dia menunjukkan bahwa kandungan protein utama dalam melinjop berukuran 30 kilo Dalton yang efektif mengusir radikal bebas. Peneliti di Pusat Penelitian Biologi Molekuler, Universitas Jember, Jawa Timur itu menguji aktivitas antioksidan ekstrak akar, daun, biji dan batang melinjo untuk menangkal radikal bebas. Ternyata dalam penelitiannya telah terbukti bahwa semua bagian tanaman melinjo bersifat antioksidan. Berikut ini uraiannya : Ekstrak akar : 37,27 mg VCEAC (Vitamin C Equivalent Antioxidant Capacity) Ekstrak daun : 36,66 mg VCEAC Ekstrak biji : 34,08 mg VCEAC Ekstrak batang : 32,52 mg VCEAC Jika di Indonesia kita sering melihat melinjo diolah hanya dalam bentuk emping dan sayuran, berbeda halnya jika kita melihat perlakuan masyarakat di Jepang yang mengolah melinjo menjadi beragam kuliner untuk menunjang pola hidup sehat. Menurut Dr. Ani Andayani, kepala Subdirektorat Sayuran Buah, Direktorat Sayuran dan Biofarmaka, Ditjen Hortikultura, Departemen Pertanian, bahwa melinjo di Jepang diolah menjadi aneka bahan baku olahan makanan seperti kue, roti salad hingga dicampur ke dalam minuman teh. Ani menyebutkan warga Jepang menyukai melinjo lantaran terbukti bermanfaat bagi kesehatan. Yuji Tokunaga, periset di Universitas of Fukui, Jepang, telah mem,buktikan khasiat stilbenoid adri biji melinjo yang berpotensi sebagai antimikroba, menangkal radikal bebas, dan mengontrol gula darah. Dalam risetnya, ia menghancurkan dan mengesktrak 1430 gram biji melinjo kering dengan pelarut etanol. Hasilnya difraksinasi hingga diperoleh stilbenoid yang terdiri atas 5 jenis: gnemonoside A, C, dan D, serta gnetin C dan L. Hasil Risetnya menunjukkan bahwa semua jenis stilbenoid itu mampu menghambat 1,1-diphenyil- 2picrylhydrazyl (DPPH)-senyawa radikal bebas. Menurut Tokunaga, bahwa ED 50 dosis efektif untuk menghambat 50% radikal bebas-ekstrak melinjo sebesar 23 g/ml. Banyak manfaat Dalam hasil riset menunjukkan bahwa melinjo berpeluang sebagai sumber nutraseutikal- substansi yang bermanfaat bagi kesehatan, termasuk mencegah dan mengobati penyakit. Berikut ini adalah berbagai macam manfaat yang terdapat di dalam melinjo : Stibelnoid yang terkandung di dalam melinjo berpotensi sebagai pengontrol gula darah bagi penderita diabetes. Sebagai antimikroba, ekstrak melinjo efektif membunuh beragam mikroorganisme jahat seperti Bacillus subtilis, Bifidobacterium bifidum, dan Clostridium perfringens. Antimikroba melinjo disa dimanfaatkan pengawet makanan dan obat untuk penyakitakibat bakteri jahat. Berbagai macam manfaat yang telah dibuktikan dalam penelitian ilmiah itu telah mematahkan tudingan konsumsi melinjo yang hanya membuat asam urat meningkat. Untuk itu perlu adanya perubahan pola pikir masyarakat Indonesia, bahwasanya melinjo merupakan tanaman yang mengandung berbagai macam manfaat bagi kesehatan tubuh yang bisa dimanfaatkan menjadi lebih luas, yang tidak hanya sebatas dalam bentuk olahan emping dan sayuran saja. (Muhammad Nazar S)
Mempelajari Kinerja Pengering Sederhana (ERK ARMUSA 1) Dengan Pemberian Perbedaan Perlakuan Suhu Untuk Pengeringan Buah Sirsak (Studi Kasus Di Desa Wonorejo Trisulo - Kediri)