You are on page 1of 8

ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT URETRO-CYSTITIS


A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Uretro Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke
dalam kandung kemih ( refluks urtrovesikal ), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau
sistoskop.(Suzane, C. Smelzer. Keperawatan medikal bedah vol. 2.)
Uretro Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang menyerang pada pasien wanita,
dimana terjadi infeksi oleh Escherichia Coli.(Lewis.Medical Surgikal Nersing.)
Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa
mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai
pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan
pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan
diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti
mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.
Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena
kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan
sempurna kandung kemih.Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa
faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.

2. Klasifikasi
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
1. Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi
karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan
striktura uretra.
2. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit
primer misalnya uretritis dan prostatitis.

3. Etiologi
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat
menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainanurologis atau kalkuli.
Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan
pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi.
Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi
rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli
atau obstruksi.
Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari meatus
terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering
disebabkan karena infeksi E.coli.
Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya
urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau
karena infeksi dari usus.
Jalur infeksi
Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit ini lebih sering
ditemukan pada wanita
Infeksi ginjalyan sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
Penyebaran infeksi secara lokal dari organ laindapat mengenai kandung kemih misalnya
appendiksiti
Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.

4. Patofisiologi
Cystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh
bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara
hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik
dapat bilateral maupun unilateral.Kemudian bakteri tersebut berekolonisasi pada suatu tempat
misalkan pada vagina atau genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat dan
berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan masuk ke kandung kemih.

5. Manifestasi Klinis
Uretro Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
Disuria (nyeri waktu berkemih) karena epitelium yang meradang tertekan
Peningkatan frekuensi berkemih
Perasaan ingin berkemih
Piuria(Adanya sel-sel darah putih dalam urin)
Nyeri punggung bawah atau suprapubic
Demam yang disertai hematuria (danya darah dalam urine) pada kasus yang parah.

6. Pemeriksaan diagnostik
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
2) Hematuria 5 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.


b. Bakteriologis
Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102 103 organisme
koliform/mL urin plus piuria 2 )
Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.
c. Pemeriksaan USG abdomen
d. Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP

7. Pengobatan
o Pemberian terapi single : trimekstropin-sulfametroxazole (bactrhim,septa)
o Pemberian terapi 1-3 hari : Nitrofurantoin (Macrodantin, Furadantin), Chephalaxin (keflek),
Ciprofloksasim (cibrloksin, noroksin), Ofdlksasin (floksin)
o Pemberian anlgesik untuk mengurangi nyeri.

8. Komplikasi :
1) Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2) Gagal ginjal
3) Sepsis

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh
yaitu :
Data biologis meliputi :
1) Identitas klien
2) Identitas penanggung
Riwayat kesehatan :
1) Riwayat infeksi saluran kemih
2) Riwayat pernah menderita batu ginjal
3) Riwayat penyakit DM, jantung.
Pengkajian fisik :
1) Palpasi kandung kemih
2) Inspeksi daerah meatus
a) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
b) Pengkajian pada costovertebralis
Riwayat psikososial :
????????????????????????????????


g dan system pendukung

1) Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit
2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis

2. Diagnosa Keperawatan
1) Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung kemih
2) Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang
berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih
3) Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit
4) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit,
metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

3. Perencanaan
a. Infeksi yang b.d adanya bakteri pada kandung kemih,
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien memperlihatkan
tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
1) Tanda vital dalam batas normal
2) Nilai kultur urine negative
3) Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi :
1) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C
R/:Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh

2) Catat karakteristik urine
R/ :Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangandari hasil yang
diharapkan.
3) Anjurkan pasien untuk minum 2 3 liter jika tidak ada kontra indikasi
R/ :Untuk mencegah stasis urine
4) Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.
R/ :Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih.
R/ :Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih
6) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
Rasional :Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra

b. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia) yang
berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat
mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria :
1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
3) Klien dapat bak dengan berkemih
Intervensi :
1) Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
R/ :Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put
2) Anjurkan untuk berkemih setiap 2 3 jam
R/ :Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.
3) Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
R/ :Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
4) Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal
R/ :Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
5) Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman
R/ :Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.

c. Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan
nyerinya berkurang
Kriteria Hasil :
1) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.
2) Kandung kemih tidak tegang
3) Pasien nampak tenang
4) Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
1) Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri.
R/ :Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
2) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
R/ :Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot
3) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
R/ :Untuk membantu klien dalam berkemih
4) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
R/ :Analgetik memblok lintasan nyeri



d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda- tanda
gelisah.

Kriteria hasil :
1) Klien tidak gelisah
2) Klien tenang

Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan
R/ :Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
2) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
R/ :Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan
3) Beri support pada klien
R/ :Meningkatkan respon fisiologis pada klien
4) Beri dorongan spiritual
R/ :Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.Beri support pada
klien
5) Beri penjelasan tentang penyakitnya
R/ : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.


DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk .2000. Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1.Jakarta: EGC
Bruner & Sudarth.2002.Keperwatan Medikal Bedah vol 2 edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC.

You might also like