You are on page 1of 18

BAB 1

KONSEP TEORI KELUARGA



1.1 Konsep Dasar Keluarga
1.1.1 Definisi Keluarga
Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki ikatan yang kuat
di antara anggotanya dan rasa ketergantungan dalam menghadapi berbagai
masalah yang timbul termasuk masalah kesehatan. Banyak ahli menguraikan
pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Berikut akan
dikemukakan beberapa pengertian keluarga.
1. Raisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak,
ibu, adik, kakak dan nenek.
2. Logans (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan daribeberapa komponen
yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.
3. Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut
yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing
mempunyai sebagaimana individu.
4. Duvall (1986)
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.
5. Bailon dan Maglaya (1978)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka salaing
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

6. Johnsons (1992)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan
darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus
menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan
mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya.
7. Spradley dan Allender (1996)
Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan
emosional dan mengembangkan dalam iterelasi sosial, peran dan tugas.
8. Menurut WHO ( 1969 )
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
9. Burgess dan kawan-kawan (1963).
Burgess dan kawan-kawan. Menyebutkan bahwa :
1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan,
darah, dan ikatan adopsi.
2) Para anggota sebuah anggota biasanya hidup bersama dalam suatu rumah
tangga atau jika hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah
tangga tersebut sebagai rumah mereka.
3) Anggota keluarga beringteraksi dan berkomunikasi satu dengan yang
lainnya dalam peran sosial. Keluarga seperti suami dan istri, ayah dan ibu,
anak laki-laki dan ank perempuan, saudara dan saudari,.
4) Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang
diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
10. Menurut Stuart (ICN,2001)
Lima hal penting dalam definisi keluarga yaitu :
1) Keluarga adalah suatu sistem atau unit.
2) Komitmen dan keterikatan antar anggota keluarga yang meliputi
kewajiban dimasa yang akan datang.
3) Fungsi keluarga dalam pemberian perawatan melliputi perlindungan,
pemberian nutrisi da sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga.
4) Anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal
bersama atau mungkin juga tidak ada hubungan dan tinggal terpisah.
5) Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.

Dari pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga adalah:
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan;
1) Menciptakan dan mempertahankan budaya
2) Meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial anggota.

1.1.2 Tipe Keluarga
Menurut Setyowati dan Murwani (2007), berbagai tipe keluarga yaitu ada
keluarga tradisional dan non tradisional :
1. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak (kandung atau anak angkat).
2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah , misalnya : kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.
3) Keluarga Dyad, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.
4) Single Parent, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat diakibatkan
oleh perceraian atau kematian.
5) Single Adult, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa
(seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja.
2. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) The unmarriedteenege mather; Keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family; Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family; Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisai anak dengan melalui
aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) The non marital heterosexual cohibitang family; Keluarga yang hidup
besama dan berganti-ganti pasangan tanpa melaui pernikahan.
5) Gay and lesbian family; Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana suami-istri (marital partners).
6) Cohibitang couple; Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group marriage family; Beberapa orang dewasa mengunakan alat-alat
rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family; Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai,
hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan
barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
9) Foster family; Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya.
10) Homesless family; Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang; Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupan.

1.1.3 Tugas Keluarga
Menurut Suprajitno (2004;27), ada 5 tugas keluarga yang menjadi tujuan
khusus untuk di capai dalam asuhan keperawatan yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.
3. Melakukan tindakan keperawatan kesehatan yang tepat kepada anggota
keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan/ atau keluarga
yang membutuhkan bantuan, sesuai dengan kemampuan keluarga.
4. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan sosial)
sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan sumber daya yang ada dimasyarakat (misal, puskesmas,
posyandu, atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan keluarga.

Menurut Friedman menguraikan tugas keluarga dalam masalah kesehatan
yaitu:
1. Mengenal adanya gangguan kesehatan.
2. Mengambil keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan kesehatan.
3. Menanggulangi keadaan darurat yang bersifat kesehatan maupun
nonkesehatan.
4. Memberi perawatan dan mencari bantuan bagi anggota keluarga yang sakit,
cacat, maupun yang sehat.
5. Mempertahankan lingkungan keluarga yang dapat menunjang peningkatan
status kesehatan para anggotanya.
6. Menjalin dan mempertahankan hubungan baik dengan lingkungan dan unit
pelayanan kesehatan yang ada.

Menurut Jhonson R. dan Leni R., dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas
dasar yang didalamnya terdapat delapan tugas pokok,antara lain:
1. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya;
2. Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga;
3. Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan kedudukan;
4. Melakukan sosialisasi antara anggota keluarga agar timbul keakraban dan
kehangatan para anggota keluarga;
5. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diingikan;
6. Memelihara ketertiban anggota keluarga;
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas;
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

1.1.4 Fungsi Keluarga
1. Fungsi Edukatif. Fungsi Edukatif sebagai suatu unsur dari tingkat pusat
pendidikan, merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak.
2. Fungsi Sosialisasi. Fungsi Sosialisasi melalui interaksi dalam keluarg anak
mempelajari pola-pola tingkahlaku, sikap, keyakinan, cita-cita serta nilai-nilai
dalam masyarakat dalam rangka pengembangan kepribadiannya.
3. Fungsi Protektif. Fungsi protektif fungsi ini lebih menitik beratkan dan
menekankan kepada rasa aman dan terlindungi apabila anak merasa aman dan
terlindungi barulah anak dapat bebas melakukan penjajagan terhadap
lingkungan.
4. Fungsi Afeksional. Fungsi Afeksional yang dimaksud dengan fungsi afeksi
adaslah adanya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi.
5. Fungsi Religius. Fungsi Religius keluarga berkewajiban mmperkenalkan dan
mengajak anak serta keluarga pada kehidupan beragama.
6. Fungsi Ekonomis. Fungsi Ekonomis fungsi keluarga ini meliputi pencarian
nafkah, perencanaan dan pembelanjaannya.
7. Fungsi Rekreatif. Fungsi Rekreatif suasana keluarga yang tentram dan damai
diperlukan guna mengembalikan tenaga yang telah dikeluarkan dalam
kehidupan sehari-hari.
8. Fungsi Biologis. Fungsi Biologis fungsi ini berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan biologis keluarga, diantaranya kebutuhan seksual
(meneruskan keturunan ke generasi yang selanjutnya).

1.1.5 Ciri-Ciri Keluarga
Robert Maclver dan Charles Morton Page menjelaskan ciri-ciri keluarga
sebagai berikut :
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan,
2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara,
3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomenclatur), termasuk
perhitungan garis keturunan,
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan
anak,
5. Keluarga mempunya tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah tangga.

1.1.6 Batasan Keluarga
1. Burges (1963)
Burges memberikan pandangan tentang definisi keluarga yang berorientasi
kepada tradisi, yaitu (Setiawati,2008 : 13) :
1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan Perkawinan,
darah, dan ikatan adopsi.
2) Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah
tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah mereka tetap menganggap
rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
3) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalm
peran-peran sosial keluarga seperti halnya peran sebagai suami istri, ayah
dan ibu, peran sebagai anak laki-laki anak perempuan.
4) Keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu : kultur yang
diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
2. Sub Dit Kes. Mas Dep. Kes RI (1983)
Keluarga merupakan satu kelompok atau sekumpulan manusia yang hidup
bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat yang terkecil dan biasanya
tidak selalu ada hubungan darah, ikatan Perkawinan, atau ikatan lain. Mereka
hidup bersama dalam satu rumah, dibawah asuhan seorang kepala keluarga dan
makan dari satu periuk (Setiawati, 2008 : 13).
3. Whall (1986)
Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua atau lebih individu yang
dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki atau tidak memiliki
hubungan darah atau hukum yang mencirikan orang tersebut ke dalam satu
keluarga (Setiawati, 2008 : 13).
4. Dep. Kes RI (1988)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiawati, 2008 : 13).
5. Silvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1989)
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan Perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan
(Setiawati, 2008 : 14).
6. Friedman (1988)
Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam
Perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Setiawati, 2008 : 14).

1.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga
1. Faktor fisik
Ross, Mirowsaky, dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada
hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik.
2. Faktor psikis
Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar,
perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan
atau dukungan.
3. Faktor sosial
Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan
sebuah keluarga.
4. Faktor budaya
Faktor budaya terdiri dari (Setiawati, 2008 : 22) :
1) Keyakinan dan praktek kesehatan
2) Nilai-nilai keluarga
3) Peran dan pola komunikasi keluarga
4) Koping keluarga

1.1.8 Struktur Keluarga
Struktur keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun, yaitu cara-cara
yang digunakan untuk menata unit-unit tersebut saling terkait satu sama lain.
Dimensi / unit-unit tersebut adalah struktur peran, sistem nilai, proses komunikasi
dan struktur kekuasaan.
Struktur dan fungsi keluarga merupakan hal yang berhubungan erat dan
terus menerus berinteraksi satu sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi,
yaitu perilaku anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan
yang ada dapat bersifat kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri,
sebagai ibu, sebagai menantu, dll, yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran
dan harapan yang berbeda. Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan dan
struktur peran dalam keluarga.
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari
kemampuan dari keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam
keluarga. Struktur keluarga yang sangat kaku atau sangat fleksibel dapat
mengganggu atau merusak fungsi keluarga.
Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur.
1. Struktur egalisasi, masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam
menyampaikan pendapat (demokrasi).
2. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi
3. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka : mendorong kejujuran dan
kebenaran (honesty and authenticity).
4. Struktur yang kaku, suka melawan dan tergantung pada peraturan
5. Struktur yang bebas, tidak adanya aturan yang memaksakan (permisivenes).
6. Struktur yang kasar, abuse (menyiksa, kejam dan kasar).
7. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)
8. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)


Menurut Friedmen (1998) struktur keluarga terdiri atas (Mubarak, 2009;69).
1. Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini
bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi
seperti sender, chanel-media, massage, environtment dan receiver.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara
jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan.
Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas
dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan
mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup,
adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu
mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim
bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi yaitu
ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari
pertimbangan yang matang., dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan
gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi
miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.
2. Struktur Peran
Peran adalah seperangakat perilaku interpersonal, sifat, dan kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan tertentu. Setiap anggota
keluarga mempunyai peran masing-masing. Ayah sebagai pemimpin keluarga,
pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, dan pemberi rasa aman kepada
anggota keluarga. Selain itu, sebagai anggota mansyarakat/kelompok sosial
tertentu. Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-anak,
pelindung keluarga, dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga. Selain
itu sebagai anggota masyarakat. Anak berperan sebagai pelaku psikososial
sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau
informal.
Peran formal yang biasanya ada dalam keluarga yaitu peran sebagai
pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh anak, tukang masak, manager
keuangan, sopir, dan lain-lain. Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit atau
bahkan tidak ada anggota keluarga yang memenuhi perannya maka tuntutan
dan kesempatan untuk menggantikan peran yang lain lebih tinggi sehingga
peran dalam keluarga tetap berfungsi. Di samping contoh peran formal di atas,
menurut (Gesas, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998) juga mengidentifikasi
enam peran dasar sebagai suami (ayah), istri (ibu), peran-peran tersebut adalah.
1) Peran sebagai provider (penyedia).
2) Sebagai pengatur rumah tangga.
3) Perawat anak.
4) Sosialisasi anak.
5) Rekreasi.
6) Persaudaraan (memelihara hubunga keluarga paternal dan maternal),
7) Peran terapeutik memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan.
8) Peran seksual.
Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, dimainkan
hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan/atau
untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran informal mempunyai
tuntutan yang berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, ataupun jenis
kelamin, melainkan lebih didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau
kepribadian anggota keluarga individual. Beberapa contoh peran informal yang
bersifat adapatif di antaranya sebagai berikut.
1) Pendorong, memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan
mendorong, memuji, setuju dengan, dan menerima kontribusi dari orang
lain. Akibatnya ia dapat merangkul orang lain dan membuat mereka merasa
bahwa penting dan bernilai untuk didengarkan.
2) Pengharmonis, yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat di antara
para anggota, penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.
3) Inisiator-kontributor, mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau
cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.
4) Pendamai, berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat
diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai.
5) Pencari nafkah, yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam
memenuhi kebutuhan, baik material maupun nonmaterial anggota
keluarganya.
6) Perawatan keluarga, yaitu peran yang dijalankan terkait merawat anggota
keluarga jika ada yang sakit.
7) Penghubung keluarga, perantara keluarga adalah penghubung, biasanya ibu
mengirim dan mendapatkan pengalaman baru.
8) Pionir keluarga, yaitu membawa keluarga pindah ke suatu wilayah asing
dan mendapatkan pengalaman baru.
9) Sahabat, penghibur, dan koordinator. Koordinator keluarga berati
mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang
berfungsi mengangkat keakraban dan memerangi kepedihan.
10) Pengikut dan saksi. Saksi sama dengan pengikut, kecuali dalam beberapa
hal, seksi lebih pasif. Saksi hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya.
Peran yang merusak (maladaptif) antara lain sebagai berikut.
1) Penghalang.
2) Dominator, adalah kecenderungan memaksakan kekuasaan atau superioritas
dengan memanipulasikan anggota kelompok tertentu, membanggakan
kekuatannya, bertindak seakan-akan ian mengetahui segala-galanya, dan
tampil sempurna.
3) Penyalah (suka menyalahkan orang lain).
4) Martir, yaitu tidak menginginkan apa-apa untuk dirinya, ia hanya berkorban
untuk anggota keluarganya.
5) Keras hati.
6) Kambing hitam keluarga, masalah anggota keluarga yang telah
diidentifikasikan dalam keluarga sebagai korban atau tempat pelampiasan
ketegangan dan rasa bermusuhan, baik secara jelas maupun tidak. Kambing
hitam berfungsi sebagai tempat penyaluran.
7) Distraktor dan orang yang tidak relevan, distraktor bersifat tidak relevan,
dengan menunjukkan perilaku yang menarik perhatian, ia membantu
keluarga menghindari atau melupakan persoalan-persoalan yang
menyedihkan dan persoalan-persoalan yang sulit.
3. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,
memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.
Tipe struktur kekuatan.
1) Legitimate power/authority; Hak untuk mengontrol, seperti orang tua
terhadap anak. Kekuatan yang sah kadang disebut juga wewenang primer
dimana satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku dari satu
anggota keluarga lain, contohnya adalah kontrol dominasi orang tua
terhadap anak-anak (Friedman, 1988).
2) Referent power (seseorang yang ditiru); Kekuatan referen mempunyai arti
senacam kekuasaan yang dimulai oleh orang-orang tertentu terhadap orang
lain karena identitas positif seperti identifikasi positif dari seorang anak
terhadap orang tua, serta biasanya orang tua merupakan orang yang menjadi
model peran (Friedman, 1988).
3) Resource or expert power (pendapat ahli); Kekuatan sumber adalah tipe
dasar kekuatan yang datangnya dari sumber-sumber berharga dalam jumlah
yang lebih banyak dalam suatu hubungan. Jika kekuatan didefinisikan
sebagai kemampuan untuk menekan atau mempengaruhi sumber-sumber
atau atribut-atribut tertentu, suasana, pemilikan dipandang sebagai
determinan utama kemampuan ini (Osmond, 1978) dikutip oleh Friedman,
1988. Misalnya suami dominan karena ia mengontrol uang belanja / istri
dominan karena istri lebih praktis dan lebih terarah pada tujuan suami
4) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima); Kekuasaan penghargaan berasal dari adanya harapan bahwa orang
yang berpengaruh dan dominan akan melakukan sesuatu yang positif
terhadap ketaatan seseorang (Friedman, 1988).
5) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya);
Penggunaan yang efektif dari sumber-sumber kekuasaan ini berdasarkan
persepsi dan kepercayaan bahwa orang yang memiliki kekuasaan mungkin
akan menghukum dengan ancaman, paksaan atau kekerasan yang bersifat
memaksa digunakan dengan pengambilan keputusan paksa pula (Friedman,
1988).
6) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi); Dasar
kekuasaan ini berasal dari pesan persuasif. Seorang anak individu
diyakinkan oleh kebenaran dari pesan karena penjelasannya tentang
pentingnya perubahan yang dilakukan secara gemilang dan hati-hati (Roven,
et, al, 1975 dikutip oleh Friedman, 1988). Tipe kekuasaan ini sama dengan
kekuasaan ahli tapi ruang lingkupnya sempit.
7) Affective power; Pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta
kasih misalnya hubungan seksual.
4. Struktur Nilai Dan Norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang
diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat sekitar keluarga.

1.1.9 Ciri-ciri Struktur Keluarga dan Macam-macam Struktur Keluarga
Menurut Mubarak (2009;69), ciri-ciri struktur keluarga adalah:
1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
2. Ada keterbatasan, di mana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.
Menurut Mubarak (2009;68), struktur keluarga terdiri atas bermacam-
macam, di antaranya adalah.
1. Patrilineal. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu di susun melalui jalur
garis ayah.
2. Matrilineal. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terjadi atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
3. Matrilokal. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawinan. Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.

1.2 Keperawatan Keluarga
1.2.1 Tujuan Keperawatan Keluarga
Tujuan umum keperawatan keluarga adalah meningkatkan kesadaran,
keinginan, dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan, mencegah,
memelihara kesehatan mereka sampai pada tahap yang optimal dan mampu
melaksanakan tugas-tugas mereka secara poduktif.
Tujuan khususnya adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan
kemampuan keluarga dalam hal :
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang mereka hadapi.
2. Mengambil keputusan tentang siapa/kemana dan bagaimana pemecahan
masalah tersebut, misalnya dipecahkan sendiri dengan pergi ke rumah sakit,
puskesmas, praktik keperawatan/kedokteran, dll.
3. Meningkatkan mutu kesehatan keluarga (promosi kesehatan).
4. Mencegah tejadinya penyakit/timbulnya masalah kesehatan pada keluarga.
5. Melaksanakan usaha penyembuhan/pemecahan masalah kesehatan keluarga
melalui asuhan keperawatan di rumah.
6. Melaksanakan usaha rehabilitasi penderita melalui asuhan keperawatan di
rumah.
7. Membantu tenaga profesional kesehatan/keperawatan dalam penanggulangan
penyakit/masalah kesehatan mereka di rumah, rujukan kesehatan dan rujukan
medik.
1.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Keperawatan Keluarga
Belakangan ini keperawatan keluarga berkembang dengan pesat karena :
1. Peningkatan pengakuan dalam keperawatan dan masyarakat tentang perlunya
peningkatan kesehatan dan perawatan kesehatan secara menyeluruh, bukan
hanya praktik yang berorientasi pada penyakit.
2. Peningkatan populasi lanjut usia dan perkembangan penyakit kronis yang
menyebabkan perawatan diri dan kebutuhan akan asuhan perawatan keluarga
menjadi penting.
3. Perkembangan bidang riset keperawatan keluarga secara pesat.
4. Pengakuan yang luas tentang banyaknya keluarga yang bermasalah dalam
komunitas kita.
5. Penyebarluasan secara umum teori tertentu yang berdasarkan pada keluarga,
seperti teori kedekatan dan teori sistem umum.
6. Terapi keluarga dan perkawinan beralih dari terapi pertumbuhan ke klinik
layanan anak, perkawinan dan keluarga.
7. Riset terhadap kedalaman dan keterlibatan komunikasi keluarga pada tahun
1950-an dan 1960-an menunjukkan bahwa ibu-ibu yang bermasalah dalam pola
komunikasinya terkait dengan anak-anak yang bermasalah.

1.2.3 Tingkatan Praktik Keperawatan Keluarga
1. Keluarga sebagai konteks. Pada asuhan keperawatan tingkat pertama ini yang
menjadi fokus pelayanan kesehatan adalah individu, sedangkan keluarga
merupakan latar belakang atau fokus sekunder.
2. Keluarga dipandang sebagai kumpulan atau jumlah anggota keluarga secara
individu.
3. Subsistem keluaga sebagai klien. Subsistem keluarga adalah pusat perhatian
atau fokus sebagai penerima pengakajian atau intervensi.
4. Keluarga sebagai klien. Keluarga dipandang sebagai klien atau fokus
keperawatan, keluarga menjadi bagian depan sedangkan anggota keluarga yang
lain menjadi latar belakang.


1.2.4 Karakteristik Pelayanan Keperawatan Keluarga
Stuart (2001) memberikan batasan tentang siapa yang disebut keluarga. Ada
liam sifat keluarga yang di jabarkan :
1. Keluarga merupakan unit suatu sistem.
2. Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsistenterhadap perlindungan,
makanan dan sosialisasi anggotannya.
3. Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota keluarga.
4. Setiap angggota dapat atau tidak dapat saling berhubungan dan dapat atau tidak
dapat ditinggal dalam satu atap.
5. Keluarga bisa memiliki anak atau tidak.
Ada beberapa alasan yang mejadikan keluarga sebagai pusat perhatian
dalam pemberian pelayanan kesehatan antara lain :
1. Keluarga dipandang sebagai sumber daya kritis untuk menympaikan pesan-
pesan kesehatan.
2. Keluarga sebagai satu unit antar anggota dalam keluarga.
3. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan anggotanya.
4. Keluarga sebagai tempai penemuan kasus dini.
5. Individu dipandang dalam konteks keluarga.
6. Keluarga sebagai sumber pendukung bagi anggota keluarga lainnya.

1.2.5 Peran Perawat Keluarga
Sebagai kekhususan perawat keluarga memiliki peran yang cukup banyak
dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga diantaranya:
1. Peran perawatsebagai pendidik atau educator. Perawat memberikan
pendidikan kesehatan pada keluarga dalam rentang sehat sakit.
2. Peran perawat sebagai penghubung atau coordinator / kolaborator. Dalam
menjalankan peran ini, perawat mengkoordinasikan keluarga dalam pelayanan
kesehatan.
3. Peran perawat sebagai pelindung ataau advocate. Memberikan perlindungan
atas kesamaan keluarga dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
4. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan langsung. Perawat memberikan
pelayanan kesehatan langsung pada keluarga.
5. Perawat sebagai konselor. Perawat memberikan beberapa alternative
pemecahan masalah berkaitan dengan masalah yang di hadapi keluarga tanpa
harus ikut dalam pengambilan keputusan keluarga tersebut.
6. Peran perawat sebagai modifikator lingkungan.

You might also like